Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Perkembangan Paham
Liberalisme

Penulisan makalah adalah salah satu tugas matakuliah Sejarah Intelektual .


Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis belum maksimal. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen Pembimbing matakuliah Sejarah
Intelektual, Drs. Maryono. M.Hum yang telah membimbing dan mengarahkan
bagaimana seharusnya makalah ini dibuat.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, serta makalah ini dapat menjadi manfaat bagi
pembaca. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Lebak, 8 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


masalah………………………………………………….1
1.2. Perumusan
masalah……………………………………………………...2
1.3.
Tujuan…………………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Liberalisme……………………………………………………3


2.2. Latar Belakang Lahirnya Liberalisme…………………………………….5
2.3. Perkembangan Liberalisme di Amerika…………………………………..9
2.4. Bentuk Liberalisme Dalam Bidang Politik, Ekonomi, dan Agama…….12
2.5. Pengaruh Liberalisme terhadap perkembangan sejarah nasional di
Indonesia………………………………………………………………...16

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………..22
3.2. Kritik dan Saran………………………………………………………...22

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Liberalisme berasal dari kata bahasa Inggris, liber yang artinya


bebas, sehingga liberalisme merupakan usaha atau perjuangan menuju
kebebasan. Liberalisme merupakan sebuah paham ketatanegaraan dan
ekonomi yang menghendaki demokrasi dan kebebasan pribadi untuk
berusaha dan berniaga dan pemerintah tidak boleh turut campur.
Liberalisme sendiri dilatarbelakangi oleh pemikiran John Locke. Ia
beranggapan bahwa hak asasi manusia meliputi hak hidup, kemerdekaan,
dan hak milik. Hak-hak tersebut tercakup dalam hak politik. Liberalisme
menitikberatkan hak asasi yang melekat pada diri manusia sejak lahir.

Selain itu, J.J. Rousseau dalam bukunya The Contract Social


menyatakan bahwa manusia dilahirkan bebas. Hak dasar ini ditafsirkan
sebagi tak ada pihak lain yang boleh mengambilnya termasuk penguasa,
kecuali bila ada persetujuan dengan pihak yang bersangkutan. Paham ini
menuntut kemerdekaan individu dalam bentuk kemerdekaan ekonomi dan
kemerdekaan politik. Liberalisme juga menuntut adanya kemerdekaan
agama.

Liberalisme muncul dari paham individualisme. Paham ini


menempatkan kepentingan individu sebagai pusat tujuan hidup manusia.
Di bidang politik, liberalisme menimbulkan tampilnya paham demokrasi
dan nasionalisme. Paham demokrasi menjelaskan bahwa masyarakat
terbentuk dari individu-individu. Setiap individu memiliki kewenangan
untuk menentukan segala-galanya bagi negara. Dengan demikian, negara
merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Nasionalisme pun juga
mengutamakan kemerdekaan individu. Nasionalisme menjelaskan bahwa
negara terdiri atas individu-individu. Oleh karena itu, setiap negara harus

1
merdeka, bebas dari penindasan negara lain atau pihak manapun. Dengan
kata lain, negara berhak menentukan nasibnya sendiri.

Liberalisme beranggapan bahwa manusia yang bersangkutanlah


yang paling tahu akan kebutuhannya. Olehnya itu, manusia harus
mendapatkan kebebasan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhannya
masing-masing, mengakui adanya produksi bebas dan perdagangan bebas.
Bagi liberalisme, kesejahteraan sosial yang ada diselesaikan melalui
musyawarah dan pengakuan persamaan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Liberalisme?
2. Bagaimana latar belakang lahirnya liberalisme?
3. Bagaimana Perkembangan Liberalisme (di Amerika ) ?
4. Bagaimana Bentuk Liberialisme di bidang Politik, Ekonomi,Agama ?
5. Bagaimanakah pengaruh Liberalisme terhadap perkembangan sejarah
nasional di Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis menetapkan tujuan
pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Liberalisme.
2. Untuk mengetahui latar belakang serta lahirnya liberalisme.
3. Untuk mengetahui Perkembangan Liberalisme (di Amerika )
4. Untuk mengetahui Bentuk Liberalisme di bidang Politik, Ekonomi,Agama

Untuk mengetahui pengaruh Liberalisme terhadap perkembangan sejarah


nasional di Indonesia.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Liberalisme

Liberalisme berasal dari kata liberal yang bermakna bebas dari


batasan, bebas berpikir, leluasa dan sebagainya. Kata ini aslinya mulai
dikenali pada abad ke-14 melalui Prancis, Latinnya adalah Liberalis. Dan
suffixisme yang melekat setelah kata liberal menunjukkan bahwa
“kebebasan berpikir” ini merupakan jenis kecendrungan yang kemudian
belakang hari membentuk sebuah maktab. Dari sudut pandang etimologi,
liberal dapat dilekatkan pada seseorang yang dalam pandangan-pandangan
atau perilaku beragam yang diperbuatnya ia bersikap toleran. Dengan kata
lain, ia tidak bersikap puritan dan fanatik terhadap pandangannya sendiri.
Keyakinan terhadap kebebasan pribadi. Pendapat dan sikap politik yang
menghendaki terjaganya tingkat kebebasan di hadapan hegemoni
pemerintah atau setiap institusi lainnya yang mengancam kebebasan
manusia. (Burdeau, Georges, Le Liberalisme: 16)

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik


yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama. Secara umum,liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir  bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme
menghendaki adanya pertukaran gagasan yang bebas,ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dansuatu sistem
pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan
terhadap pemilikan individu. Paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi
tumbuhnyakapitalisme.

3
Ada tiga hal yang mendasar dari Ideolog Liberalisme yakni
Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property).
Dibawah ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar
Liberalisme tadi:
a. Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being).
Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam
segala bidang kehidupan baik politik, sosial, ekonomi
dan kebudayaan.  Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda,
sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan
tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu
semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak
dari demokrasi.
b. Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap
orang mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya,
maka dalam setiap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik
dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan kenegaraan
dilakukan secara diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan – dimana
hal ini sangat penting untuk menghilangkan egoisme individu.( Treat the
Others Reason Equally.)
c. Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah
tidak boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak
menurut kehendak rakyat.(Government by the Consent of The People or
The Governed)
d. Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara adalah untuk
membela dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi manusia yang
merupakan hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh
pemerintah adalah untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka
untuk menciptakan rule of law, harus ada patokan
terhadap hukum tertinggi (Undang-undang), persamaan dimuka umum,
dan persamaan sosial.

4
e. Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu.(The Emphasis of
Individual)[2]
f. Negara hanyalah alat (The State is Instrument). Negara itu sebagai suatu
mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar
dibandingkan negara itu sendiri.  Di dalam ajaran Liberal Klasik,
ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi
dirinya sendiri, dan negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika
usaha yang secara sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan.
Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse
Dogatism). Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John
Locke (1632 – 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu
didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah
berubah.

2.2 Latar belakang lahirnya liberalisme

Lahirnya paham liberalisme merupakan embrio dari perjuangan


kaum liberal yang menentang setiap tindakan yang dianggap menekan
kebebasan individu sebenarnya telah ada di Inggris sebagai reaksi terhadap
penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan kaum agama di
zaman absolute monarki ,dimana setiap orang harus tunduk terhadap
kekuasaan bangsawan dan agama dengan adaya kekangan tersebut orang-
orang ingin melepaskan diri dan memperjuangkan kemerdekaan
individu .untuk memperjuangkan kemerdekaan . Kebebasan individu
akhirnya dijamin dengan dikeluarkannya Magna Charta th 1215. Isinya
piagtam ini Antara lain bahwa seseorang kecuali budak, tidak boleh
ditangkap, dipenjar, disiksa, diasingkan atau disita hak miliknya tanpa
cukup alas an menurut hukum. Kemudian terjadi di beberapa negara.pada
tahun 1776 tercatat dua peristiwa penting dalam sejarah dunia dalam usaha
memperjuangkan/kebesan individu.

5
Peristiwa yang pertama adalah ditandatanganinya Declration of
Independence dari tiga belas daerah koloni Inggris di Amerika utara
dengan deklarasi ini, maka lepaslah tiga belas koloni ini dari belenggu
penjajahan Ingris dan lahirlah negara Amerika Serikat.Negara ini
selanjutnya memegang peranan yang penting dalam perkembangan sejarah
dunia.

Peristiwa kedua adalah penerbitan buku karya guru besar dari


Skotlandia yaitu “ The Wealth Of Nations “. Buku karya Adam Smith ini
antara lain mengungkapkan bahwa pembentukan harga di pasar bebas
terjadi menurut suatu mekanisasi dan menentukan arah bagi tenaga kerja,
sumber alam dan modal dalam produksi dan distribusi. Adam Smith
(1723-1790) melarang campur tangan pemerintah dalam urusan ekonomi
karena memerintah mempunyai fungsi-fungsi vital. Pendapat ini menjadi
dasar bagi paham liberal dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu, Adam
Smith diberi julukan Babak Ekonomi Liberal.

Perturnbuhan dan perkembangan perjuangan kaum liberal semakin


nyata dengan munculnya golongan borjuls di Prancis pada abad ke-18
yang rnenyuarakan liberalisme sebagai aksi protes terhadap kepincangan
yang ada di Prancis selama itu. Golongan borjuis berhasil rnendekati
rakyat untuk menentang kekuasaan raja yang absolut guna rnendapatkan
kebebasan dan kemerdekan dalam biclang polltik, ekonomi, dan agama.
Gerakan ini diilhami oleh buah karya ahll piker seperti Montesquieu
(menulis L’esprit des Lois: jiwa undang-undang) dan J.J. Rousseau (yang
menulis Du Contract socia). Gerakan liberalisme ini akhinya meningkat
menjadi gerakan politik dengan meletusnya Revolusi Prancls tahun 1789.
Satu naskah penting dalam bidang politik yang dihasilkan di vvaktu
Revolusi Prancis adalah yang lazim clisebut "La Declaration des Droits de
L’homme et clu Citoyen" (pernyataan hak-hak asasi manusia clan warga
negara), dikumandangkan pada 27 Agustus 1791. Isinya antara lain
Sebagai berikut.

6
1) Persarnaan dalam lapangan politik dan sosial bagi semua warga
negara.

2) Penghormatan akan hak milik.

3) Kedaulatan bangsa dan negara.

4) Kemungkinan bagi semua warga negara untuk memegang jabatan-


jabatan umum.

5) Penghormatan akan pendirian, kepercayaan dan agama.

6) Kemerdekaan berbicara dan pers.

Selanjutnya lewat kekuasaan Napoleon Bonaparte, paham


liberalisme ini disebarluaskan ke seluruh Eropa dan kemudian menyebar
ke seluruh dunia dengan semboyan ”liberte, egalite, dan fraternite”
(kebebasan, persamaan dan persaudaran). Jadi, Revolusi Prancls itu
sebenarnya revolusinya golongan borjuis yang menuntut adanya
kebebasan dan kemerdekaan; dan mereka itu kemudian disebut golongan
liberal.

Tokoh yang memengaruhi paham Liberalisme Klasik cukup


banyak – baik itu dari awal maupun sampai taraf perkembangannya.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pandangan yang relevan dari tokoh-
tokoh terkait mengenai Liberalisme Klasik.

1. Marthin Luther

Gerakan Reformasi Gereja pada awalnya hanyalah serangkaian


protes kaum bangsawan dan penguasa Jerman terhadap kekuasaan
imperium Katolik Roma.

Pada saat itu keberadaan agama sangat mengekang individu. Tidak


ada kebebasan, yang ada hanyalah dogma-dogma agama serta dominasi
gereja. Pada perkembangan berikutnya, dominasi gereja dirasa sangat

7
menyimpang dari otoritasnya semula. Individu menjadi tidak berkembang,
kerena mereka tidak boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh Gereja
bahkan dalam mencari penemuan ilmu pengetahuan sekalipun. Kemudian
timbullah kritik dari beberapa pihak – misalnya saja kritik oleh Marthin
Luther; seperti : adanya komersialisasi agama dan ketergantungan umat
terhadap para pemuka agama, sehingga menyebabkan manusia menjadi
tidak berkembang; yang berdampak luas, sehingga pada puncaknya timbul
sebuah reformasi gereja (1517) yang menyulut kebebasan dari para
individu yang tadinya “terkekang”. 

2. John Locke dan Hobbes;

Kedua tokoh ini berangkat dari sebuah konsep sama. Yakni


sebuah konsep yang dinamakan konsep negara alamiah" atau yang lebih
dikenal dengan konsep State of Nature. Namun dalam perkembangannya,
kedua pemikir ini memiliki pemikiran yang sama sekali bertolak belakang
satu sama lainnya. Jika ditinjau dari awal, konsepsi State of Nature yang
mereka pahami itu sesungguhnya berbeda. Hobbes (1588 – 1679)
berpandangan bahwa dalam “State of Nature”, individu itu pada dasarnya
jelek (egois) – sesuai dengan fitrahnya. Namun, manusia ingin hidup
damai. Oleh karena itu mereka membentuk suatu masyarakat baru – suatu
masyarakat politik yang terkumpul untuk membuat perjanjian demi
melindungi hak-haknya dari individu lain dimana perjanjian ini
memerlukan pihak ketiga (penguasa). Sedangkan John Locke (1632 –
1704) berpendapat bahwa individu pada State of Nature adalah baik,
namun karena adanya kesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka
khawatir jika hak individu akan diambil oleh orang lain sehingga mereka
membuat perjanjian yang diserahkan oleh penguasa sebagai pihak
penengah namun harus ada syarat bagi penguasa sehingga tidak seperti
‘membeli kucing dalam karung’. Sehingga, mereka memiliki bentuk akhir
dari sebuah penguasa/ pihak ketiga (Negara), dimana Hobbes berpendapat
akan timbul Negara Monarkhi Absolute sedangkan Locke, Monarkhi

8
Konstitusional. Bertolak dari kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini
sama-sama menyumbangkan pemikiran mereka dalam konsepsi
individualisme. Inti dari terbentuknya Negara, menurut Hobbes adalah
demi kepentingan umum (masing-masing individu) meskipun baik atau
tidaknya Negara itu kedepannya tergantung pemimpin negara. Sedangkan
Locke berpendapat, keberadaan Negara itu akan dibatasi oleh individu
sehingga kekuasaan Negara menjadi terbatas – hanya sebagai “penjaga
malam” atau hanya bertindak sebagai penetralisasi konflik. 

3. Adam Smith

Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mahzab


ekonomi klasik merupakan dasar sistem ekonomi kapitalis. Menurut
Sumitro Djojohadikusumo, haluan pandangan yang mendasari seluruh
pemikiran mahzab klasik mengenai masalah ekonomi dan politik
bersumber pada falsafah tentang tata susunan masyarakat yang sebaiknya
dan seyogyanya didasarkan atas hukum alam yang secara wajar berlaku
dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pemikir ekonomi klasik adalah
Adam Smith (1723-1790). 

Pemikiran Adam Smith mengenai politik dan ekonomi yang sangat


luas, oleh Sumitro Djojohadikusumo dirangkum menjadi tiga kelompok
pemikiran. Pertama, haluan pandangan Adam Smith tidak terlepas dari
falsafah politik, kedua, perhatian yang ditujukan pada identifikasi tentang
faktor-faktor apa dan kekuatan-kekuatan yang manakah yang menentukan
nilai dan harga barang. Ketiga, pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara
yang mendukung kegiatan ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan
mesyarakat. Singkatnya, segala kekuatan ekonomi seharusnya diatur oleh
kekuatan pasar dimana kedudukan manusia sebagai individulah yang
diutamakan, begitu pula dalam politik.

2.3 Perkembangan Liberalisme di Amerika

9
Kita tahu bahwa paham liberalisme semakin merajalela di berbagai
Negara dibelahan dunia. Dan tampaknya keberhasilan sistem liberal di
Amerika Serikat yang notabene Negara maju mampu menyedot perhatian
khalayak dunia akan pentingnya menengok suatu ideologi yang mendasari
sebuah kebebasan sebagai nilai luhur politik yang utama. Yang perlu kita
kaji pertama kali adalah bagaimana sebenarnya teori dari ideologi ini,
dimana ideologi ini mencita-citakan sebuah masyarakat yang bebas dalam
artian sistem pemerintahan bisa dikatakan transparan dan mendukung serta
menolak adanya pembatasan hak indiviu. Dan fenomena yang sekarang
terjadi di masyarakat modern, liberalisme sangat mudah tumbuh dinegara
yang menganut sistem demokrasi. Sesuatu yang lazim kita temukan di
Negara demokrasi besar seperti Amerika Serikat, kebebasan dijunjung
tinggi disana, karena pada dasarnya, latar belakang Amerika merdeka
adalah menuntut kebebasan yang sebenarnya tidak mutlak, karena dalam
ideologi ini, kebebasan harus bisa dipertanggungjawabkan. Maka dari itu
sampai sekarang, kebebasan hak individu, kebebasan pasar dan juga
pengembangan kemampuan individu secraa bebas dan maksimal. Tentu
saja Negara yang memegang ideologi liberalisme yang cukup sukses
adalah Amerika Serikat, dimana penggunaan sistem demokrasi yang
memang sangat mendasari aktifitas perpolitikannya. 

Paham liberal di Amerika Serikat (AS) disebut liberalisme modern


atau 'liberalisme baru. Sekarang para politis di AS rnengakui bahwa
paham liberalisme klasik ada kaitannya dengan kebebasan individu yang
bersifat luas. Akan tetapi mereka menolak ekonomi yang bersifat laissez
faire atau liberalisme klasik yang menuju ke pemerintahan interventionism
yang berupa penyatuan persarnaan sosial dan ekonomi.

Liberalisme AS mulai bangkit pada awal abad ke-2O sebagai suatu


alternatif ke politik nyata yang merupakan interaksi internasional yang
dominan pada waktu itu. Presiden Franklin Roosevelt yang pada saat itu
adalah seorang yang berpaharn liberal self proclaimed menawarkan bangsa

10
itu menuju ke suatu kesuksesan baru dengan Cara rnembangun institusi
kolaboranf yang didukung orang-orang Amerika sendiri dan berjanji akan
rnenarik AS ,keluar dari tekanan yang besar tersebut. Untuk
mengantisipasiakhir Perang Dunia ll, Roosevelt merancang Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) sebagai suatu alat berupa harapan akan kerja sama
tirnbal balik claripada mernbuat ancarnan dan penggunaan kekuatan
perang untuk mernecahkan bermasalanan politis internasional tersebut.
Roosevelt juga mengunakari badan tersebut (PBB) untuk mernasukan
orangb- orang Afrika yang tinggal di Amerika ke dalarn._militer. AS serta
membuat badan pendukung hak dan kebebasan para wanita sebagai
penekanan atas kebebasan individu yang selanjutnya dilanjutkan oleh
Presioen John F. Kennedy dengan pembangunan Patung Liberty (196l)
sebagai simbol kebebasan individu untuk hidup.

Sebenarnya, liberalisme yang dianut oleh AS, sebagairnana yang


ditekankan oleh Wilson dan Roosevelt adalah dengan menekankan kerja
sama serta kolaborasi timbal balik dan usaha individu, bukan dengan
membuat ancaman dan pemaksaan sebagai untuk pemecahan
permasalahan politis, baik di dalam maupun luar. Suatu paham liberal di
AS itu mungkin seperti institusi dan prosedur politis yang mendorong
kebebasan ekonomi, perlindungan yang Iemah dari agresi oleh yang kuat,
dan kebebasan dari norma-norma social bersifat membatasi. Sejak Perang
Dunia Il, liberalisme di AS telah dihubungkan dengan liberalisme modern,
pengganti paham ideology liberalisme klasik dimana kepemilikan individu
sangat bebas. Sehingga pada saat itu banyak berdiri perusahaan-
perusahaan swasta akibat dari sistem ekonomi liberalisme ini. Sebenarnya
saat ini Amerika Serikat tidak semata-mata hanya menganut sistem
ekonomi liberalisme atau kapitalisme. Pemerintah Amerika Serikat dewasa
ini juga sudah mulai ikut mengatur perekonomian di negaranya karena
bagaimanapun peran pemerintah dalam kegiatan perekonomian sangatlah

11
signifikan. Maka dari itu, sekarang sudah terhitung banyak perusahaan-
perusahaan yang tadinya milik individu kemudian mulai diambil alih oleh
negaranya contohnya Pemerintah Amerika Serikat yang akhirnya
mengambil alih dua perusahaan dalam bidang pembiayaan perumahan
Fannie Mae dan Freddie Mac guna mencegah adanya krisis finansial yang
mungkin dapat berlanjut. Dan juga beberapa sumber-sumber produksi
yang notabene berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat luas juga
sudah mulai di ambil haknya oleh Negara. Ini membuktikan bahwa
Amerika Serikat sudah mengarahkan sistem ekonominya mendekati atau
mengadopsi niali-nilai sistem ekonomi sosialisme. Ini disebabakan
pemerintahan Amerika Serikat mulai ketakutan dan khawatir terhadap
keadaan perekonomiannya yang kita tahu sedang kacau. Dimana tak
sedikit perusahaan-perusahaan besar yang bangkrut, kemudian banyak
pula kredit macet yang menghantui ekonomi Amerika Serikat yang
akhirnya hanya akan berimbas pada krisis global. Maka berdasarkan apa
yang tadi kita diskusikan di atas, Amerika Serikat untuk saat ini menganut
sistem ekonomi campuran antara kapitalisme dan sosialisme. Dan memang
pada dasarnya tak ada sistem yang sempurna, semua sistem sejatinya
bekerja saling melengkapi satu sama lain.
Inilah yang kemudian membuat beberapa Negara terbuka hatinya
untuk tidak selalu fokus pada suatu sistem yang dianut oleh Negara maju
hanya karena keberhasilan yang berhasil didulang. Sejatinya setiap sistem
pasti pernah didesain untuk sebuah keadaan tertentu, dan mungkin
memang keadaan Amerika Serikat sampai sekarang cocok dengan sistem
demokrasi. Namun faktanya seperti yang dikuak diatas bahwa Amerika
Serikat pun yang notabene Negara demokrasi besar juga memasukkan
unsur-unsur sosialis yang dominan dinegara komunis. Ini membuktikan
bahwa setiap Negara pada dasarnya mencari sistem yang paling cocok dan
pas dengan keadaan yang sekarang. Dan memang setiap sistem pada
dasarnya juga saling melengkapi, tinggal bagaimana memilah-milah nilai-
nilai yang terkandung pada sebuah sistem atau ideologi dan

12
menyempurnakannya dengan unsure-unsur ideologi lain yang bisa
dijalankan dengan selaras.

2.4 Bentuk Liberalisme Dalam Bidang Politik, Ekonomi, dan Agama

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa liberalisme menurut


kemerdekaan individu terhadap kaum bangsawan dalam bentuk
kemerdekaan politik dan ekonomi sedangkan terhadap golongan gereia /
agama liberalisme menurut kemerdekaan dalam bidang agama. Dengan
demikian paham liberal nampak dalam bidang politik, ekonomi dan
agama.

1. Liberalisme Dalam Bidang Politik

Komponen dasar politik liberal mulai ditetapkan setelah revolusi,


berturut-turut di Inggris (1688), Amerika (1776), dan Prancis
(1789).Diantaranya yang utama adalah prinsip aturan hokum yang
memberitahukan berbagai pernyataan hak-hak asasi manusia (bill of
rights) dan konstitusi yang dirancang untuk menetapkan tatanan politik
baru yang muncul dari pristiwa-pristiwa tersebut. Ada dua kriteria yang
menjadi pedoman dalam mengkerangkakan dokumen-dokumen ini.
Pertama, hukum harus diterapkan secara tidak memihak dan berlaku untuk
umum. Tidak ada pengecualian khusus bagi kelompok-kelompok tertentu,
seperti pendeta/pastor, kaum ningrat atau golongan bangsawan seperti
yang dialami atau terjadi pada masa lalu. Kedua, hokum ada untuk
menjamin sebesar mungkin hak-hak yang sama bagi setiap individu dalam
mencapai rencana hidupnya sendiri, bagi kebanyakan kaum liberal, pada
dasarnya hak-hak yang paling mendasar sehubungan dengan ini adalah
hak-hak kepemilikan pribadi dan kebebasan beragama. Hak-hak ini
merupakan hal yang niscaya bagi pemahaman mereka atas kebajikan
toleransi dan mekanisme pasar yang mereka anggap sebagai penjemaan
dari sebuah etos baru. Seperti yang akan kita lihat, kedua komitmen ini

13
telah dimodifikasi, meskipun yang dimodifikasi bukanlah pertimbangan
umum yang mendasarinya. Paham liberal dalam bidang politik nampak
dalam demokrasi dan nasionalisme.

a. Golongan liberal beranggapan bahwa masyarakat terbentuk oleh individu-


individu. Oleh karena itulah individulah yang berhak menentukan segalanya
dalam masyarakat (negara). Kedaulatan harus berada ditangan rakyat. Dengan
demikian timbullah sistem pemerintahan. Demokrasi, yang menuntut adanya
UUD, pemilihan umum, kemerdekaan pers, dan kemerdekaan berbicara.

b. Paham liberal mengutamakan kemerdekaan individu. Negara terdiri dari


individu-individu. Negara adalah milik dari pada individu yang
membentuk negara itu, maka yang berhak mengatur dan menentukan nasib
suatu negara ini menghendaki pemerintahan sendiri dan menentang segala
bentuk campur tangan serta penindasan dari bangsa lain. Dengan demikian
liberalisme melahirkan semangat nasionalisme. Di Asia umumnya dan di
Indonesia khususnya, nasionalisme ini muncul sebagai akibat adanya
penindasan dari bangsa barat, sedangkan di negara-negara Eropa,
nasionalisne muncul untuk menentang kekuasaan raja yang absolute.

2. Liberalisme Dalam Bidang Ekonomi

Memurut golongan liberal, setiap individu akan lebih mengetahui


kebutuhannya sendiri dari pada orang lain. Oleh karena itu seandainya
setiap individu diberi kemerdekaan untuk mendapatkan kebutuhannya,
pasti kebutuhan rakyat akan terpenuhi. Jadi liberalisme menurut sistem
perekonomian yang bebas tanpa adanya campur tangan pemerintah,
dengan semboyannya laisser faire, laisser passer, le monde va de lui-
meme. Salah satu pemikir ekonomi klasik adalah Adam Smith (1723-
1790). Pemikiran Adam Smith mengenai politik dan ekonomi yang sangat
luas, oleh Sumitro Djojohadikusumo dirangkum menjadi tiga kelompok

14
pemikiran. Pertama, haluan pandangan Adam Smith tidak terlepas dari
falsafah politik, kedua, perhatian yang ditujukan pada identifikasi tentang
faktor-faktor apa dan kekuatan-kekuatan yang manakah yang menentukan
nilai dan harga barang. Ketiga, pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara
yang mendukung kegiatan ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan
mesyarakat. Singkatnya, segala kekuatan ekonomi seharusnya diatur oleh
kekuatan pasar dimana kedudukan manusia sebagai individulah yang
diutamakan, begitu pula dalam politik.

Atas dasar semangat liberalisme, kaum kapitalis berhasil


mengembangkan usahanya demi keuntungan yang berusaha
mempengaruhi politik pemerintah untuk mengadakan perlusan wilayah
guna menunjang industrinya. Dengan demikian akibat lebih lanjut timbul
imperalisme modern.

Liberalisme dapat didefinisikan sebagai suatu doktrin dan


seperangkat prinsip-prinsip untuk mengorganisasi dan menangani ekonomi
pasar agar upaya dapat mencapai efisiensi, pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan individu secara maksimal.

Ciri umum :

Semua bentuk liberalisme mempunyai komitmen yang kuat


terhadap pasar dan mekanisme harga sebagai cara untuk mengorganisir
hubungan ekonomi domestik dan internasional.

Pemikiran nasional dari sistem pasar adalah bahwa sistem pasar


meningkatkan efisiensi, memaksimalkan pertumbuhan ekonomi dan oleh
karenanya memaksimalkan kesejahteraan umat manusia.

Tujan utama dari aktivitas ekonomi adalah untuk memberikan


keuntunganmaksimal bagi konsumen walaupun mereka percaya bahwa
aktivitas ekonomi dapat juga meningkatkan national power. Premis
fundamental liberalisme adalah bahwa konsumen, perusahaan atau rumah

15
tangga adalah basis masyarakat. Individu akan bertindak rasional dan akan
memaksimalkan atau memuaskan nilai-nilai tertentu dengan biaya
seminimal mungkin.

Kaum liberal beragumen bahwa individu akan berusaha untuk


mencapai tujuan hingga suatu equilibrium pasar tercapai, yakni biaya yang
berhubungan dengan pencapaian tijuan itu sepadan dengan keuntungan
yang diperoleh. Liberalisme juga menganggap bahwa suatu pasar ada
dalam yang mana individu-individu mempunyai informasi yang lengkap
dan oleh karenanya memilih tindakan yang paling tepat.

Liberalisme menganggap bahwa ekonomi pasar ditentukan oleh


hukum permintaan. Orang akan membeli barang dalam jumlah besar jika
harga rendah dan akan membeli barang dalam jumlah sedikit jika harga
tinggi. Pada prinsipnya kaum liberal percaya bahwa perdagangan dan
hubungan ekonomi adalah mengakibatkan hubungan yang damai dan
saling menguntungkan dalam perdagangan dan memperluas inter-depensi
antar bangsa. Sementara politik cenderung membagi bangsa-bangsa,
ekonomi sebaliknya menyatukan bangsa-bangsa. Ekonomi liberal
internasional akan berpengaruh terhadap perdamaian international. Akan
tetapi perlu di tekankan bahwa walaupun setiap negara memperoleh
keuntungan absolute, perolehan mereka secara ‘relatif’ tak sama.

1.3 Liberalisme Dalam Bidang Agama

Masalah hubungan antara makhluk dengan penciptanya adalah


masalah pribadi. Oleh karena itu menurut golongan liberal, tidak
seorangpun yang diperkenankan mempengaruhi atau memaksa kebebasan
beragama.. Kebebasan beragama ini mempunyai arti :

a. Bebas untuk memilih suatu agama,

b. Bebas untuk menjalankan ajaran agama sesuai dengan agamanya,

c. Bebas untuk tidak memilih agama.

16
2.5 Pengaruh Liberalisme terhadap perkembangan sejarah nasional di
Indonesia

Liberalisme berpengaruh terhadap perkembangan paham


demokrasi dan nasionalisme atas bangsa-bangsa di dunia. Bagi bangsa
yang sedang terjajah, liberalisme sejalan dengan pertumbuhan paham
nasionalisme yang sama-sama menginginkan terbentuknya negara yang
berpemerintahan sendiri. Kesadaran tersebut tumbuh karena setiap bangsa
memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

Berikut Pengaruh Liberalisme Terhadap Perkembangan Sejarah


Nasional di Indonesia :

Bidang Ekonomi

Sistem ekonomi kolonial antara tahun 1870 dan 1900 pada


umumnya disebut sistem liberalisme. Yang dimaksudkan disini adalah
bahwa pada masa itu untuk pertama kalinya dalam sejarah kolonial, modal
swasta diberi peluang sepenuhnya untuk mengusahakan kegiatan di
Indonesia, khususnya perkebunan-perkebunan besar di Jawa maupun di
luar Jawa. Selama masa ini, pihak-pihak swasta Belanda maupun swasta
Eropa lainnya mendirikan berbagai perkebunan-perkebunan kopi, teh,
gula, dan kina. Pembukaan perkebunan-perkebunan besar ini
dimungkinkan oleh Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) yang
dikeluarkan pada tahun 1870. Pada suatu pihak Undang-undang Agraria
membuka peluang bagi orang-orang asing, artinya orang-orang bukan
pribumi Indonesia untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia.
(Poesponegoro, Marwati Djoned: 118, 1993)
System ekonomi liberal mempermudah bank ekspor maupun impor
modal. Penanaman modal di Indonesia terutama terjadi pada industri gula,
timah, dan tembakau yang mulai berkembang sejak tahun 1885. dengan

17
dihapuskannya tanam paksa secara berangsur-angsur, maka tanaman wajib
pemerintah diganti dengan perkebunan-perkebunan yang diusahakan oleh
pengusaha-pengusaha swasta.
Penghapusan tanam paksa menyebabkan munculnya sistem
ekonomi liberal, dimana Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk
menanamkan modal mereka. Pada masa Liberalisme, komersialisme
terhadap  bangsa Indonesia tampak dengan:
1. Indonesia dijadikan tempat untuk mencari bahan mentah untuk kepentingan
Industri orang-orang Eropa
2. Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan modal bagi para
pengusaha swasta asing. Dengan cara menyewa tanah rakyat untuk dijadikan
perkebunan-perkebuan  besar.
3. Indonesia juga dijadikan sebagai tempat untuk memasarkan hasil-hasil
Industri Eropa.
Pada masa Liberalisme ini pulalah merupakan awal munculnya
industrialisasi di Indonesia. Munculnya Industrialisasi ditandai dengan
dikeluarkannya Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) tahun
1870 ,yang memberikan peluang bagi pengusaha asing (pengusaha dari
Inggris, Belgia, Perancis, Amerika Serikat, Cina, dan Jepang) untuk
menyewa tanah dari rakyat Indonesia tetapi tidak boleh menjualnya.
Mereka mulai datang ke Indonesia untuk menanamkan modal dan untuk
memperoleh keuntungan yang besar.
Tanah penduduk Indonesia yang awalnya merupakan milik pribadi
tersebut harus disewa untuk jangka waktu tertentu (25 tahun untuk tanah
pertanian, 75 tahun untuk tanah ladang) oleh para pemilik modal swasta
asing. Penduduk hanya mendapatkan uang sebagai uang sewa tanah
tersebut.Tanah yang disewa  kemudian dijadikan `perkebunan-perkebunan
besar yang dilengkapi dengan pabrik-pabrik untuk mengolah hasil
perkebunan tersebut. Perkebunan-perkebunan tersebut diantaranya
Perkebunan Kopi, Teh, Gula, Kina dan Tembakau. Di Deli, Sumatra
Timar. Industri di Indonesia awalnya memang hanya industri perkebunan

18
tetapi perkembangannya di Indonesia terdapat industri mesin, industri
tambang, dsb. Para pengusaha Indonesia tidak mampu mengalah
pengusaha swasta asing.
Sebagai ganti dari eksploitasi pemerintah akan dijalankan
kebebasan berusaha dan kerja paksa akan diganti dengan kerja bebas.
Akan teatapi sekali lagi perlu diingat, baik partai liberal maupun partai
konservatif sepakat bahwa daerah jajahan harus membantu Negara induk
dalam kesejahteraan materialnya. Keduanya tidak berkeberatan akan
penyumbangan surplus anggaran belanja Hindia- Belanda kepada
Nedherland. Soal yang dihadapai golongan liberal adalah bukan
bagaimana mengatur daerah koloni, tetapi bagaimana mengatur daerah
koloni untuk mendapatkan uang. Dengan demikian, penghapusan tanam
paksa tidak berarti berakhirnya penderitaan rakyat karena penarikan modal
pemerintah digantikan dengan pemasukan modal swasta.
Terbukanya Indonesia bagi swasta asing berakibat munculnya
perkebunan-perkebunan swasta asing di Indonesia seperti perkebunan teh
dan kina di Jawa Barat, perkebunan tembakau di Deli, perkebunan tebu di
Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan perkebunan karet di Serdang. Selain di
bidang perkebunan, juga terjadi penanaman modal di bidang
pertambangan batu bara di Umbilin. Menurut Swanto, dkk. (1997)
pengaruh gerakan liberal terhadap Indonesia secara umum adalah :
1). Tanam paksa dihapus.
2). Modal swasta asing mulai ditanamkan di Indonesia.
3). Rakyat Indonesia mulai mengerti akan arti pentingnya uang.
4). Usaha kerajinan rakyat terdesak oleh barang impor.
5). Pemerintah Hindia Belanda membangun sarana dan prasarana.
6). Hindia Belanda menjadi penghasil barang perkebunan yang penting

Perkebunan-perkebunan gula, kopi, tembakau dan tanaman-


tanaman perdaganagn lainnya mengalami perkembangan yang paling pesat
antar tahun 1870 dan 1885. Selama masa ini para pengusaha-perkebunan-

19
perkebuann memperoleh keuntungan-keuntungan yang besar sekali dari
penjualan tanaman dagang ini di pasaran dunia. Untuk sebagian besar
perkembangna pesat ini disebabkan oleh pembukaan terusan Suez dalam
tahun 1869 yang sangat mengurangi jarak antra Negara penghasil tanaman
dagang dan pasaran-pasaran dunia yang terpenting di dunia.
Setelah tahun 1885 perkembangan tanaman dagang mulai berjalan
agak seret yang disebabkan oleh jatuhnya harga-harga koli dan gula di
pasaran dunia. Dalam tahun 1891 harga tembakau di pasaran dunia juga
jatuh dengan pesat sehingga membahayakan kelangsungan hidup
perkebunan-perkebunan. Jatuhnya harga.
Kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi penanam modal asing
dijamin oleh pemerintah colonial, seperti tenaga kerja dan sewa tanah yang
murah. Hal itu dapat dilihat dari isi Undang-Undang agrarian tahun 1870,
suatu peraturan yang umumnya dianggap sebagai dimulainya politik
colonial liberal di hindia Belanda. Peraturan tersebut pada pokoknya berisi
dua hal, yaitu pengambilalihan tanah milik penduduk tidak diperbolehkan,
dan orang asing boleh menyewa tanah untuk perkebunan. Tidak
mengherankan bahwa sesudah tahun 1870 modal asing semakin meningkat
mengalir ke Jawa secara intensif.
Pada tahun 1882 pajak kepala diadakan dengan maksud untuk
menggantikan wajib kerja. Jumlah per kepala dipungut dari semua warga
desa yang kena wajib kerja. Pada tahun ini juga dihapuskan pancen
diensten, yang terdiri atas 15 jenis, kecuali kerja wajib untuk perbaikan
jalan, dam, tanggul dan saluran air. Dalam politik liberal penetrasi usaha
kapitalis berpenetrasi sampai ke individu. Konversi tanah yang dikuasai
perseorangan menjadi tanah yang dikuasai tuan perkebunan berarti tanah
masuk obyek komersialisasi. Perkembangan selanjutnya sebagian
ditentukan oleh factor-faktor modernisasi lain, seperti komunikasi,
birokrasi, adukasi dan industrialisasi pertanian.
Pelaksanaan politik kolonial liberal ternyata tidak lebih baik dari
pada tanam paksa. Justru pada masa ini penduduk diperas oleh dua pihak.

20
Pertama oleh pihak swasta dan yang kedua oleh pihak pemerintah.
Pemerintah Hindia Belanda memeras penduduk secara tidak langsung
melelui pajak-pajak perkebunan dan pabrik yang harus dibayar oleh pihak
swasta. Padahal, pihak swasta juga ingin mendapat keuntungan yang
besar. Untuk itu, para buruh diibayar dengan gaji yang sangat rendah,
tanpa jaminan kesehatan yang memadai, jatah makan yang kurang, dan
tidak lagi mempunyai tanah karena sudah disewakan untuk membayar
hutang.
Disamping itu, para pekerja perkebunan diikat dengan sistem kontrak,
sehingga mereka tidak dapat melepaskan diri. Mereka harus mau
menerima semua yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Mereka tidak
berani melarikan diri walaupun menerima perlakuan yang tidak baik,
karena mereka akan kena hukuman dari pengusaha jika tertangkap. Pihak
pengusaha memang mempunyai peraturan yang disebut Poenale Sanctie
(peraturan yang menetapkan pemberian sanksi hukuman bagi para buruh
yang melarikan diri dan tertangkap kembali). Keadaan yang demikian ini
menyebabkan tingkat kesejahteraan rakyat semakin merosot sehingga
rakyat semakin menderita.
Jadi, pada masa tanam paksa rakyat diperas oleh pemerintah
Hindia Belanda, sedangkan pada masa politik pintu terbuka rakyat diperas
baik pengusaha swasta maupun oleh pemerintah. Walaupun pemerintah
melakukannya secara tidak langsung. Kekuatan liberal mendesak
pemerintahan kolonial melindungi modal swasta dalam mendapatkan
tanah, buruh, dan kesempatan menjalankan usaha atau perkebunan. Negara
menjadi pelayan modal lewat dukungan infrastruktur dan birokrasi,
dengan menelantarkan pelayanan masyarakat. Dengan demikian politik
kolonial liberal yang semula menghendaki liberalisasi tanah jajahan lalu
berkembang menjadi bagaimana mengatur tanah jajahan untuk
memperoleh uang.

21
Perkebunan-perkebunan besar di Jawa berkembang dengan pesat di
dalam liberal, yang sangat menguntungkan pihak mswasta Belanda
maupun pemerintah colonial, maka di lain pihak tingkat kesejahteraan
orang-orang Indonesia di jawa semakin mundur. Di pihak lain angka-
angka yang tersedia mengenai produksi bahan makanan memperlihatkan
bahwa kenaikan produksi ini malahan lebih rendah lagi daripada
kenaikan  jumlah penduduk. Disamping itu, krisis yang telah dialami
perkebunan-perkebunan besar sekitar tahun 1885 juga membawa pengaruh
buruk bagi penduduk Jawa karena penyempitan operasi perkebunan-
perkebunan ini berarti pula penyempitan penghasilan penduduk Jawa, baik
yang berupa upah bagi pekerjaan di perkebunan maupun yang berupa sewa
tanah.
Kemakmuran yang telah menurun dari penduduk Jawa disebabkan
oleh beberapa faktor.Pertama pertumbuhan penduduk yang pesat telah
mengakibatkan perbandingan antara jumlah penduduk (faktor produksi
tanah) yang terbatas dilain pihak tidak lagi seimbang akhirnya berakibat
hokum pertambahan hasil yang berkurang, kenaikan produksi pertanian
juga berkurang. Kedua, perkembangan produksi pertanian yang tidak
menguntungkan ini juga tidak dapat diubah dengan
penggunaaan  peralatan pertanian yang lebigh efisien berhubung para
petani rata- rata sangat kekurangan modal sebagai akibat kemiskinan
mereka. Ketiga, politik pemerintahan colonial terhadap pulau Jawa. Yang
mana berarti bahwa penduduk Jawalah yang harus menanggung segala
beban untuk mengatur dan memerintah daerah koloni di luar
Jawa. Keempat yaitu adanya system perpajakan yang sangat regresif,
artinya sangat memberatkan golongan yang berpendapatan rendah, untuk
sebagian terbesar terdiri dari orang- orang Indonesia pribumi, akan tetapi
di lain pihak sangat meringankan golongan yang berpendapatan tinggi,
yang untuk sebagian besar terdiri atas orang-orang Eropa. Faktor kelima,
adanya krisis yang telah melanda perkebunan-perkebunan besar sekitar
tahun 1885. Kejadian ini telah mendorong perkebunan-perkebunan besar

22
di Jawa untuk mengadakan penghematan-penghematan drsatis yang dicari
dalam penekanan upah dan sewa tanah sampai tingkat yang serendah
mungkin.

23
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi


politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai
politik yang utama. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa
pada abad pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dua garis besar
yaitu kaum aristokrat dan para petani.
Ada dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan
Liberallisme Modern. Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16.
Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-20.
Liberalisme klasik Prinsip-prinsip dari liberalisme klasik terletak pada
pemikiran Jhon Locke, Hobbes, Adam Smith, dan Spencer yang
menyatakan bahwa keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah
diagungkan.Sedangkan Liberalisme modern Prinsip-prinsip liberalisme
modern terletak pada pokok pikiran Keynes (Tokoh Liberalisme
Modern/Tokoh Abad Ke-20). Paham liberalisme modern (baru)
merupakan antitesa yang mengoreksi prinsip-prinsip fundamental
liberalisme klasik (lama) Liberalisme modern prinsipnya membebaskan
individu-individu dalam mengelola dan menjalankan kehidupan
ekonominya tanpa melibatkan pemerintah harus dihentikan. Pemerintah
harus melakukan campur tangan lebih banyak dalam mengendalikan
perekonomian nasional.

3.2. Kritik dan Saran

Indonesia sebagai sebuah Negara yang berdaulat yang memiliki dasar


Negara Pancasila sebagai Ideologinya harus terus mempertahankan
eksistensi ideologinya dari nilai nilai Ideologi bangsa lain yang
berkembang dan masuk ke Indoneisa, dengan cara merevitalisasi nilai

24
pancasila dalam pelaksanaan pemerintahan sangat perlu dilakukan,
revitalisasi yang dimaksud bukan hanya sebatas structural melainkan
urgensi yang lebih diutamakan dalam aspek kultural untuk menjadikan
Indonesia Negara yang lebih baik

25
DAFTAR PUSTAKA

Suhelmi, Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama,

Agung,Leo.2013. Sejarah Intelektual.Yogyakarta :Ombak

Deliar Noer. 1998. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Jakarta : Mizan,

Poesponegoro, Marwati Djoned. 1993. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta:


Balai Pustaka

Sukarna. 1981. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. Bandung : Alumni.

http://arifsetiawan06.blogspot.com/2011/12/liberalisme.html (diakses 25 Oktober


2013)
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai