PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Liberalisme berpengaruh terhadap perkembangan paham demokrasi dan
nasionalisme atas bangsa-bangsa di dunia. Setiap individu mempunyai hak untuk
menjalankan kepentingan yang diwujudkan dalam sistem demokrasi liberal sehingga
melahirkan fungsi parlemen sebagai lembaga pemerintahan rakyat. Seterusnya,
pemilihan umum dilakukan untuk memilih para anggota parlemen, dan setiap orang
berhak memberikan satu suara. Dalam pemilu sering terjadi persaingan mencari
kekuasaan politik. Masuknya seseorang menjadi anggota parlemen otomatis akan
berpengaruh terhadap penetapan undang-undang atau jatuh bangunnya sebuah
kabinet.
Bagi bangsa yang sedang terjajah, liberalisme sejalan dengan pertumbuhan
paham nasionalisme yang sama-sama menginginkan terbentuknya negara yang
berpemerintahan sendiri. Kesadaran tersebut tumbuh karena setiap bangsa memiliki
hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep-konsep dasar Liberalisme?
2. Apa saja bentuk-bentuk Liberalisme?
1.3 Tujuan Pembahasan
1 Untuk mengetahui konsep-konsep dasarLiberalisme
2 Untuk mengetahui bentuk-bentuk Liberalisme
3 Untuk mengetahui perkembangan paham Liberalisme
4 Untuk mengetahui pengaruh Liberalisme di Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep-konsep dasar Liberalisme
Pemikiran liberal (liberalisme) adalah satu nama di antara nama-nama untuk
menyebut ideologi Dunia Barat yang berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan
Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut
liberal, yang secara harfiah berarti “bebas dari batasan” (free from restraint), karena
liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan
raja (Adams, 2004:20). Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad
Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
Menurut Sukarna (1981) ada tiga konsep dasar dari Ideologi Liberalisme yakni
Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property). Ketiga konsep
dasar tersebut bersumber pada nilai-nilai pokok, diantaranya:
- Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being).
Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang
kehidupan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Namun karena kualitas
manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu
akan berlainan tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu
semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari
demokrasi.
- Treat the Others Reason Equally (Perlakuan yang sama)
Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap orang
mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan politik, sosial,
ekonomi, kebudayaan dan kenegaraan dilakukan secara diskusi dan dilaksanakan
dengan persetujuan – dimana hal ini sangat penting untuk menghilangkan egoisme
individu.
- Government by the Consent of The People or The Governed (pemerintahan
dengan persetujuan dari yang diperintah)
Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah tidak
boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut
kehendak rakyat.
- Berjalannya hukum (The Rule of Law).
2
Fungsi Negara adalah untuk membela dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi
manusia yang merupakan hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat
oleh pemerintah adalah untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk
menciptakan rule of law, harus ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-
undang), persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial. Yang menjadi pemusatan
kepentingan adalah individu (The Emphasis of Individual)
- Negara hanyalah alat (The State is Instrument).
Negara itu sebagai suatu mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih
besar dibandingkan negara itu sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan
bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri, dan
negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara sukarela
masyarakat telah mengalami kegagalan.
- Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse
Dogatism).
Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 – 1704)
yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam
pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.
2.2 Bentuk-bentuk Liberalisme
Menurut Robert Jackson & George Sorensen bentuk-bentuk liberalism dibedakan
menjadi 4 bentuk, antara lain liberalisme Sosiologis, liberalisme Interdepedensi,
liberalisme Institusional, dan liberalisme Republikan. Dari 4 bentuk tersebut akan
dijabarkan sebagai berikut:
a. Liberalisme Sosiologis
b. Liberalisme Interdepedensi
3
berguna dan kesejahteraan menjadi tujuan dominan negara-negara, bukan keamanan.
Interdepedensi kompleks menunjukan Hubungan Internasional yang lebih damai.
c. Liberalisme Institusional
d. Liberalisme Republikan
Negara-negara demokratis tidak berperang satu sama lain. Hal ini disebabkan
budaya dalam negri yang menyelesaikan konflik secara damai, tergantung pada nilai-
nilai moral bersama dan pada hubungan kerjasama ekonomi dan interdepedensi yang
saling menguntungkan.
Sedangkan bentuk-bentuk liberalisme menurut Timothy Dunne dibedakan menjadi 3,
yaitu:
Liberal Internasionalisme
Liberal Idealisme
Liberal Institusionalisme
a) Liberal Internasionalisme
Tatanan alami diKORUPSI oleh pemimpin-pemimpin negara yang tidak
demokratis dan menjalan kan kebijakan yang usang, seperti perimbangan kekuasaan
(balance of power). Kontak antar masyarakat dunia, melalui perdagangan dan
perjalanan, akan memfasilitasi hubungan internasional
b) Liberal Idealisme
Meskipun ada persamaan antara liberal internasionalisme dengan idealis
tentang kekuatan opini publik dunia, keduanya berbeda dalam hal pembentukan
tatanan dunia. Bagi idealis, kebebasan negara adalah bagian dari masalah hubungan
internasional dan bukan bagian dari solusinya. Ini didasarkan pada 2 hal:
1. Kebutuhan untuk meningkatkan perdamaian dan membangun dunia yang lebih
baik.
2. Negara harus menjadi bagian dari organisasi internasional dan diikat dengan
aturan dan normanya. Ide sentral idealisme adalah pembentukan organisasi
4
internasional untuk memfasilitasi perubahan damai, pelucutan senjata, arbitrase dan
paksaan (dalam beberapa hal).
c) Liberal Institusionalisme
Aliran ini melihat pada fungsi-fungsi yang tidak bisa dijalan kan oleh negara.
Fokus pada aktor-aktor baru, seperti korporasi internasional, organisasi non
pemerintah dan pola-pola baru dalam interaksi, seperti saling ketergantungan dan
intergrasi.
6
Social serta prilaku merupakan hal pokok utama yang mempengaruhi diri
seseorang untuk bertindak dan berproses didalam berkehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dimana semuanya diatur oleh tatanan norma dan kaidah
nilai baik melalui tertulis ataupun secara lisan. Namun ketika moralitas serta prilaku
yang ada pada diri seseorang sudah tidak sesuai dengan tatanan nilai dan norma maka
akan menghantarkan dampak buruk terhadap proses berkehidupan didalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Liberalisme menganggap kebebasan dalam
kehidupan social.
8
5. Karena penyelenggaran pers dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah sulit
untuk mengadakan dan memberikan kontrol. Sehingga pers sebagai media
komunikasi dan media masa sangat efektif menciptakan image dimasyarakat
sesuai misi kepentingan mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam bidang agama, penerapan paham liberalisme berarti bahwa setiap individu
bebas memilih dan menentukan agamanya sendiri. Hal ini sangat berbeda, misalnya
situasi pada masa sebelum terjadinya Reformasi Gereja masyarakat Eropa diwajibkan
untuk memeluk agama yang dianut rajanya. Selain itu, liberalisme di bidang agama
ini menghendaki adanya kebebasan berfikir individu. Artinya, individu mempunyai
hak untuk mengungkapkan ekspresinya dan bukan berdasar atas kehendak gereja.
Gejala tersebut pada akhirnya melahirkan Reformasi Gereja yang kemudian
memunculkan agama baru, yaitu Kristen Protestan.
Di bidang pers, politik liberalis memungkinkan seorang wartawan bebas memuat
berita apa pun yang ia ketahui, sementara para sastrawan bebas mengeluarkan
pendapat dan ungkapan hatinya. Masyarakat umum berhak membaca dan menilai
sendiri tulisan-tulisan para wartawan dan sastrawan tersebut. Demikian artikel yang
menjelaskan definisi, ciri-ciri dan perkembangan paham liberalisme di dunia.
9
DAFTAR PUSTAKA
10