SINDY SAFITRI
(2105110489)
UNIVERSITAS RIAU
LATAR BELAKANG
Inti dari kewarganegaraan liberal adalah prinsip kesetaraan, yang mengakui nilai
dan martabat yang melekat pada setiap individu. Prinsip-prinsip ini berbicara tentang
hakikat individu, kelompok, dan hubungan antara individu dan negara. Pentingnya hak
dan kebebasan individu adalah prinsip utama kewarganegaraan liberal. Kewarganegaraan
liberal mengakui pentingnya kebebasan berbicara, berserikat, dan berkumpul, serta hak
atas proses hukum dan perlindungan yang setara di bawah hukum. Kebebasan-kebebasan
ini sangat penting untuk perlindungan otonomi individu dan promosi masyarakat yang
pluralistik. Pada saat yang sama, kewarganegaraan liberal mengakui pentingnya tanggung
jawab sipil, yang melibatkan partisipasi aktif dalam proses demokrasi dan berkontribusi
pada kebaikan bersama.
PEMBAHASAN
Pada abad ke-17, liberalisme muncul dengan perhatian yang sangat besar terhadap
kebebasan dan hak individu. Dari tahun 1970-an hingga 1980-an, teori liberal secara luas
memahami hak-hak individu dan keadilan sosial dalam kaitannya dengan fungsi institusi
politik dasar daripada partisipasi politik aktif individu dalam isu-isu publik seperti John
Rawls (1971) yang menandakan struktur dasar institusi politik beserta prinsip-prinsipnya
dan fungsinya di bawah gagasan keadilan sosial. Selama tahun 1980-an, perhatian utama
konsep kewarganegaraan beralih ke perdebatan antara komunitarian dan gagasan individu
(Kymlicka 2002, hal. 284).
2. Kewarganegaraan liberal
Dalam masyarakat yang kompleks dan beragam saat ini, kewarganegaraan liberal
telah menjadi topik diskusi yang penting bagi para sarjana, pembuat kebijakan, dan
warga negara. Sebagai sebuah konsep, kewarganegaraan liberal bertujuan untuk
menetapkan seperangkat hak dan tanggung jawab yang harus dijunjung tinggi oleh
individu-individu dalam masyarakat demokratis. Gagasan ini tidak hanya meletakkan
dasar bagi kebebasan individu tetapi juga membingkai hubungan antara negara dan
warganya. Agar suatu bangsa dapat mempertahankan sistem demokrasi yang sehat,
warga negara harus berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam proses pengambilan
keputusan. Jenis kewarganegaraan ini mendorong masyarakat yang inklusif dan
pluralistik di mana berbagai perspektif akan berkontribusi pada kebaikan bersama.
Dengan merangkul kewarganegaraan liberal, masyarakat dapat menumbuhkan wacana
sipil, nilai-nilai bersama, dan tumbuhnya institusi demokrasi.
Mengutip kembali dari Dwi Siswanto (Jurnal Filsafat, Vol. 38, 2004: 271),
disebutkannya ada lima ciri liberalisme, yaitu:
bahwa pengaruh atau praktik liberalisme yang berjalan dan berdampak bagi
kehidupan saat ini adalah munculnya globalisasi. Secara garis besar, dapat dipahami
bahwa globalisasi mengintroduksikan pasar bebas, hiperliberalisasi individu, dan
berupaya mengurangi peran pemerintah dalam sektor ekonomi.
Selain itu, pengaruh liberalisme juga dapat dilihat di beberapa negara besar seperti
Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman. Di negara-negara tersebut, liberalisme sangat
dijunjung tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari penerapan demokrasi yang membuat
rakyat bebas berpendapat dan berekspresi. Kemudian, dapat dilihat dari sektor ekonomi
yang menerapkan prinsip sistem ekonomi pasar demokratis.
• Bidang Ekonomi
• Bidang politik
KESIMPULAN
Scorza, J. A. (2004). Liberal Citizenship and Civic Friendship. Political Theory, 32(1), 85–
108. http://www.jstor.org/stable/4148170
Walzerr, M. (1983). Spheres of Justice A Defense of Popularism and Equality. New York: