Anda di halaman 1dari 3

Mengidentifikasi demokrasi dan civil society

NAMA KELOMPOK 5
1. NOVA MAULINA. 230131009
2. SALSABILA IBRAHIM. 230131010
3. ARIONTIO MARIA SILABAN. 230121018
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana kekuasaan politik berada di


tangan rakyat. Di demokrasi, warga negara memiliki hak untuk berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan politik, entah melalui pemilihan umum, referendum,
atau keterlibatan dalam kegiatan politik lainnya. Prinsip dasar demokrasi mencakup
kebebasan berpendapat, kebebasan pers, hak untuk berkumpul, hak untuk beragama,
serta hak asasi manusia lainnya.
Demokrasi mengandung arti dijunjung tingginya hak setiap orang untuk
berpendapat, untuk memiliki ideologi tertentu, dan untuk memiliki identitas tertentu.
Demokrasi menghargai setiap pendapat yang keluar dari pikiran setiap orang. Penilaian
bernilai tidaknya suatu pendapat semata-mata didasarkan pada isi pendapatnya bukan
siapa yang berpendapat. Prinsip demokrasi juga mengajarkan bahwa perbedaan cara
hidup karena perbedaan cara memandang hidup (ideologi) sebagai sesuatu yang
lumrah. Tidak bisa dipisahkan karena seseorang berbeda ideologi dengan umumnya
anggota masyarakat maka ia dikucilkan.
Secara harfiah, demokrasi berasal dari kata Demos dan Cratein. Demos berarti
rakyat, sedang Cratein berarti kekuasaan atau pemerintahan (Sri Soemantri: 1973).
Miriam Budiarjo (1983) menyebut demokrasi sebagai pemerintahan yang dikuasai oleh
rakyat. Atau dalam adagium yang populer, biasa disebut sebagai pemerintahan yang
berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Dalam mewujudkan suatu demokrasi tidak ada pilihan lain, kecuali dengan
memulainya dari sebuah pemilihan umum yang bebas, jujur, adil dan kompetitif.
Didalam negara kita Pemilihan Umum yang Demokratis yang diharapkan akan
menciptakan sebuah Lembaga Perwakilan Rakyat yang kuat, yang memiliki tingkat
akuntabilitas, bertanggung jawab kepada rakyat, yang tinggi dan tingkat produktifitas
yang tinggi pula. Sebuah demokrasi yang tidak wajar tetap merupakan sebuah
demokrasi, hanya saja tidak sempurna karena kondisi sosial ekonomi yang belum
menopang. Ketidakwajarannya adalah menyangkut kemungkinan rotasi kekuasaan
yang sangat terbatas. Tetapi, dimensi-dimensi lain dari demokratik, rekruitmen politik
yang terbuka, akuntabilitas politik yang tinggi, dan diwujudkannya hak-hak asasi
warga negara dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.
Sementara itu, civil society (masyarakat sipil) merujuk pada jaringan lembaga,
organisasi, dan individu di luar pemerintah yang berperan dalam menciptakan
kesadaran publik, memperjuangkan hak-hak warga, serta memengaruhi kebijakan
publik. Ini meliputi organisasi nirlaba, kelompok advokasi, yayasan amal, serikat
Mengidentifikasi demokrasi dan civil society

pekerja, LSM, dan berbagai kelompok lain yang bekerja untuk tujuan sosial,
kemanusiaan, lingkungan, atau politik.
Namun semua ahli sepakat bahwa harus ada partisipasi yang bersifat sukarela
dari sebagian warga masyarakat, tidak termasuk perilaku yang dilakukan karena
keterpaksaan. Beberapa ahli juga menyepakati adanya aktivitas politik melalui
lembaga-lembaga nonprofit semacam nongovernment organization (NGO).
Sejarah civil society pada awalnya merupakan konsep sekuler karena adanya
penentangan ilmuwan pada kekuasaan gereja (yang absolut) di abad pertengahan.
Kemudian berlanjut pada lahirnya sikap liberal yang mengakui hak- hak individu
untuk mengartikulasikan otonomisasi di setiap pilihan-pilihan hidupnya. Akibat
adanya sikap liberal ini maka ia membutuhkan ruang umum (public sphere) dan
jaminan hukum (law) serta public discourse. Karena itu, berbicara civil – dengan
segala variannya – tentu meniscayakan adanya “ lahan atau ruang ” (sebagai basis
kognitif) dan “ nilai-nilai ” (sebagai basis petunjuk dan harapan), serta tentu saja
kesiapan rasional yang argumentatif.1
Lahan civil society sendiri dapat berupa negara (law-governed state) atau
kesepakatan-kesepakatan rasional masyarakat. Sementara nilai-nilai (values) dapat
berasal dari agama (religi), suku (tribal), ras, etnos, ideologi, dan pengetahuan.
Tumbuhnya civil society memiliki kaitan yang amat signifikan terhadap tumbuhnya
rejim-rejim yang mengusung demokrasi sebagai paham dan ideologinya. Dalam
paham demokrasi pemerintah menyediakan kesempatan yang sangat luas kepada
semua individu dalam lapangan ekonomi dan seiring dengan meningkatnya
kesejahteraan warga negara membuat masyarakat memiliki posisi tawar terhadap
kebijakan pemerintah.

Kedua konsep ini saling terkait: demokrasi memerlukan partisipasi aktif warga negara,
dan civil society memainkan peran penting dalam menjaga dan memperkuat demokrasi
dengan mengawasi pemerintah, memberikan suara kepada warga, dan
memperjuangkan hak-hak masyarakat. Masyarakat sipil membantu memastikan bahwa
pemerintah tetap bertanggung jawab dan responsif terhadap kebutuhan serta aspirasi
warga negara.
Secara spesifik, konsep civil society dan demokrasi juga memiliki hubungan
yang sangat erat. Namun hubungan tersebut bersifat dialektis, artinya civil society dan
demokrasi saling mempengaruhi, terkadang demokrasi dapat dijadikan variabel
dependen dan disisi yang lain demokrasi dapat dijadikan variabel independen.

Ada beberapa bentuk demokrasi, yang meliputi:


 Demokrasi Representatif: Di sini, warga memilih perwakilan mereka (melalui
pemilu) yang kemudian mengambil keputusan politik atas nama mereka.
 Demokrasi Langsung: Warga secara langsung terlibat dalam pengambilan
keputusan politik tanpa perantara.
Mengidentifikasi demokrasi dan civil society

 Prinsip dasar demokrasi termasuk kebebasan berpendapat, keadilan dalam hukum,


perlindungan hak asasi manusia, partisipasi yang merata, dan adanya mekanisme
untuk mengoreksi atau mengganti pemimpin yang dipilih.
Civil Society (Masyarakat Sipil): Merujuk pada jaringan organisasi, kelompok, dan
individu di luar pemerintahan yang bekerja untuk kepentingan masyarakat. Ini
termasuk:
 Organisasi non-pemerintah (NGO): Seperti badan amal, lembaga advokasi
lingkungan, kelompok hak asasi manusia, dan lainnya.
 Kelompok Keagamaan: Misalnya, gereja, masjid, atau kuil yang terlibat dalam
kegiatan amal dan sosial.
 Asosiasi Sosial dan Budaya: Seperti klub buku, kelompok seni, atau kelompok
suporter olahraga yang memainkan peran sosial dan budaya.
Peran masyarakat sipil adalah untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat,
mengawasi pemerintah, mempromosikan transparansi, advokasi untuk hak asasi
manusia, dan memastikan pemerintah bertanggung jawab kepada warga negara.
Kedua konsep ini saling terkait, karena masyarakat sipil memiliki peran krusial dalam
memperkuat demokrasi dengan menjaga agar pemerintahan tetap bertanggung jawab,
transparan, dan mendengarkan kebutuhan serta aspirasi rakyat.

Anda mungkin juga menyukai