Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DEMOKRASI
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Alfi Nikmah, M.Pd.I.

Disusun Oleh :
1. Qothrun Nada Illiyuuna (2210110020)
2. Novita Fitrotun Ni’mah (2210110021)
3. Nuhyal Ulya Latifah (2210110022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang demokrasi, sebenarnya bukanlah hal yang asing bagi
kita. Setiap hari, bahkan setiap saat kata demokrasi mengisi perbincangan
lapisan masyarakat dalam berbagai kesempatan mulai dari obrolan warung
kopi sampai dalam warung forum ilmiah seperti seminar, lokakarya,
diskusi publik dan sebagainya. Maraknya perbincangan demokrasi
seringkali dikaitkan dengan berbagai kata yang mengikuti, karena itu lahir
tema-tema seperti Islam dan Demokrasi, Politik dan Demokrasi,
Demokrasi Pendidikan, Demokrasi Hukum dan tema lainnya. Hal itu
merupakan indikator besarnya perhatian masyarakat, mulai dari
masyarakat bawah sampai masyarakat kelas elit seperti kalangan elit
politik, biokrat pemerintahan, tokoh masyarakat, cendekiawan,
mahasiswa, dan kaum profesional lainnya tentang wacana dan isu
demokrasi.
Dalam Negara Demokrasi, semua warga negara berhak berpartisipasi
dalam proses politik. Pemilihan Umum merupakan sarana demokrasi
untuk mewujudkan sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan
rakyat. Fenomena terkait demokrasi yang selalu mengemuka, tak
terkecuali di tahun politik adalah hadirnya politik uang sebagai bagian
pelaksanaan pesta demokrasi, relasi antara uang dan politik akan terus
menjadi persoalan besar dalam demokrasi dan pemerintahan. Hal ini
karena memang uang merupakan alat yang sangat signifikan untuk
menguasai energi dan sumber daya. Maka sejak awal uang memiliki
karakteristik yang khas, dapat dipertukarkan tanpa meninggalkan jejak
sumbernya. Politik uang merupakan salah satu musuh utama dalam setiap
penyelenggaraan pesta demokrasi. Politik uang dimaksudkan sebagai
praktek pembelian suara pemilih oleh peserta pemilu, maupun oleh tim
sukses, baik yang resmi maupun tidak. Permasalahan politik uang dalam
pesta demokrasi (Pemilu) merupakan tindakan yang kerap terjadi. Isu

2
ataupun memang benar nyata terjadi, setidaknya mengharuskan ruang
pikir bagaimana dengan aturan hukum yang ada dan mengatur hal
tersebut, serta bagaimana sebenarnya alur penyelesaian tindakan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian demokrasi?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan demokrasi di Indonesia?
3. Bagaimana prinsip, jenis, dan nilai-nilai demokrasi?
4. Bagaimana upaya menangani masalah demokrasi di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian demokrasi.
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan demokrasi di Indonesia.
3. Mengetahui prinsip, jenis, dan nilai-nilai demokrasi.
4. Mengetahui upaya menangani masalah demokrasi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis terdiri dari dua kata yang berasal dari Bahasa
Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat, dan :cratein atau cratos” yang
berarti kekuasaan atau kedaulatan.1 Demokrasi adalah keadaan negara di
mana dalam sistem pemerintahannya kekuasaan tertinggi berada dalam
keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan
oleh rakyat.
Sementara itu secara terminologi, demokrasi menurut Josefh A.
Schmeter merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suatu rakyat.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara mengandung pengertian
bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-
masalah mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan
negara karena kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan rakyat.
Dengan demikian negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara
yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.
Dari sudut organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian negara yang
dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena
kedaulatan berada ditangan rakyat. Sedangkan menurut Henry B. Mayo
demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa demokrasi
sebagai suatu sistem pemerintahan memberikan penekanan kekuasaan
1
Sapriya, Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta:
DEPAG RI, 2009), 55

4
berada ditangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun
pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada ditangan rakyat
mengandung tiga pengertian yaitu pemerintah dari rakyat (government of
the people), pemerintahan oleh rakyat (government by people),
pemerintahan untuk rakyat (government for people).
Pemerintahan dari rakyat berhubungan dengan legitimasi pemerintahan
dan tidak legitimasi pemerintahan di mata rakyat. Legitimasi pemerintahan
berarti suatu pemerintahan mendapat pengakuan dan dukungan oleh
rakyat. Sebaliknya tidak legitimasinya pemerintahan berarti suatu
pemerintahan tidak mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat.
Legitimasi bagi suatu pemerintahan sangat penting karena dengan
legitimasi tersebut, pemerintah dapat menjalankan roda dan program
pemerintahan sebagai wujud dari amanat yang diberikan oleh rakyat
kepada pemerintah. Pemerintahan dari rakyat memberikan gambaran
bahwa pemerintah yang memegang kekuasaan dituntut kesadarannya
bahwa kekuasaan tersebut diperoleh melalui pemilihan dari rakyat bukan
dari pemberian wangsit atau kekuasaan supranatural. Karena itu
pemerintah harus mendengar kehendak dan keinginan rakyat, bukan
memaksa rakyat untuk memahami dan mengikuti kehendak pemerintah.
Kedua, pemerintahan oleh rakyat (government by the people) berarti
bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaan atas nama rakyat dan
juga pengawasannya . Keduanya dijalankan oleh rakyat bukan oleh siapa-
siapa termasuk oleh negara.
Ketiga, pemerintahan untuk rakyat (government for the people). Disini
yang dipersoalkan adalah kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada
pemerintah dipergunakan untuk apa? Apakah untuk membeli sembako
rakyat, memberikan pelayanan pendidikan rakyat, atau untuk memperkaya
diri, keluarga, dan kelompoknya melalui korupsi? Artinya pemerintahan
takluk apa tidak kepada apa yang diinginkan rakyat, misalnya untuk
membawa Soeharto kepersidangan dalam kasus korupsi, melakukan
pengadilan terhadap pelanggar HAM, menegakkan supremasi hukum, dan
kehendak rakyat lainnya. Kalau pemerintahan tidak menjalankan aspirasi
rakyat tetapi menjalankan kepentingan kekuasaan untuk kepentingan
kekuasaan sendiri, maka telah terbentuk pemerintahan yang korup.
Dengan kata lain, pemerintahan yang tidak untuk rakyat adalah
pemerintahan yang korup. tidak hanya korupsi uang tetapi bisa juga
berupa perubahan etos kerja, kurang maksimalnya jasa pelayanan kepada
masyarakat, dan sebagainya.
Jadi, pemerintahan yang tidak berasal dari rakyat tidak mempunyai
legitimasi. Pemerintahan yang tidak dijalankan oleh rakyat disebut
pemerintahan yang otoriter Pemerintahan yang dijalankan tidak untuk
rakyat adalah pemerintahan yang korup. Dengan demikian pemerintahan
tersebut dinamakan tidak demokratis. Suatu pemerintahan dikatakan
demokratis bila dalam mekanisme pemerintahan mewujudkan prinsip-
prinsip dan nilai-nilai demokrasi.2
B. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia terdapat dalam dua tahapan
yaitu tahapan pra kemerdekaan dan tahapan pasca kemerdekaan. Seperti
dikemukakan oleh Jimly As Siddiqi, telah tumbuh praktik yang dapat
dikaitkan dengan gagasan kedaulatan rakyat di wilayah nusantara ini
terutama yang terjadi di pedesaan. Gagasan demokrasi terus berlanjut pada
masa sebelum kemerdekaan Indonesia seperti lahirnya konsep demokrasi
versi beberapa tokoh dan pendiri negara seperti Soekarno, Moh. Hatta,
Moh Nasir dan lainnya. Dengan demikian bagi bangsa Indonesia tradisi
berdemokrasi sebenarnya telah dimulai sejak zaman kerajaan nusantara.
Karena itu potensi tumbuhnya alam demokrasi sangat besar. Sementara itu
perkembangan demokrasi di Indonesia pasca kemerdekaan mengalami
pasang surut (fluktuasi) dari masa kemerdekaan sampai saat ini, selama 55
tahun perjalanan bangsa dan negara Indonesia, masalah pokok yang
dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan dirinya dalam berbagai

2
Dede Rosyada dkk, Pendidikan Kewarganegaraan(Civic Education), (Jakarta: The Asia
Foundation dan PRENADA MEDIA, 2003), 162-165

6
sisi kehidupan berbangsa dan bernegara seperti dalam bidang politik,
ekonomi, hukum, dan sosial budaya. Sebagai tatanan kehidupan, inti
tatanan kehidupan yang demokratis secara empiris, terkait dengan
persoalan pada hubungan antara negara atau pemerintah dengan rakyat
dalam posisi keseimbangan dan saling melakukan pengawasan. Dengan
kata lain, posisi keseimbangan antara pemerintah atau negara dengan
rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menghindari timbulnya
tindakan kotor dan anarkis baik dilakukan pemerintah terhadap rakyatnya,
maupun oleh rakyat sendiri terhadap negara atau dengan sesama anggota
masyarakat.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi menjadi empat periode
yaitu sebagai berikut:
1. Periode 1945-1959 (Demokrasi Parlementer).
Sistem demokrasi parlementer mulai berlaku sesudah kemerdekaan
diproklamirkan dan kemudian diperkuat dalam undang-undang dasar
1945 dan 1950, ternyata kurang cocok untuk Indonesia. Lemahnya
benih-benih demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk
dominasi partai-partai politik dan DPR. Pada periode ini kedudukan
parlemen sangat kuat dan pada gilirannya memuat pula kedudukan
partai politik. Segala hal yang terkait dengan kebijakan negara tidak
terlepas dari sikap kritis para anggota parlemen untuk mendebatnya
baik melalui forum parlemen maupun secara sendiri-sendiri. Salah satu
hal yang penting dalam periode ini adalah adanya perdebatan yang
tidak berkesudahan dilakukan oleh anggota parlemen dari partai yang
berbeda. Faktor-faktor semacam ini ditambah dengan tidak
mempunyai anggota-anggota partai yang tergabung dalam
konstitusional untuk mencapai konsensus mengenai dasar negara.
Dalam membahas undang-undang dasar baru mendorong Ir.Soekarno
sebagai presiden untuk mengeluarkan dekrit presiden 5 Juli 1959 yang
menentukan berlakunya kembali undang-undang dasar 1945.
Keluarnya dekrit presiden tersebut merupakan intervensi presiden
terhadap parlemen. Dengan demikian sejak terdekrit presiden
dikeluarkan masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir.
2. Periode 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin).
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS
No.VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di antara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom. Ciri sistem politik pada periode ini adalah dominasi peranan
presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh
komunis, dan meluasnya peran ABRI sebagai unsur sosial politik.
Dalam praktik pemerintahan, pada periode ini telah banyak melakukan
distorsi terhadap praktik demokrasi. Dekrit presiden 5 Juli dapat
dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari
kemacetan politik yang terjadi dalam sidang konstituante merupakan
salah satu bentuk penyimpangan praktik demokrasi. begitu pula dalam
UUD 1945 telah ditegaskan bahwa bagi seorang presiden dapat
bertahan sekurang-kurangnya selama 5 tahun. Akan tetapi ketetapan
MPRS no. III/ 1963 yang mengangkat Ir.Soekarno sebagai presiden
seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu 5 tahun
sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang dasar. Demokrasi
terpimpin berakhir dengan lahirnya gerakan 30 September 1965 yang
didalangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).3
3. Periode 1965-1998 (Demokrasi Pancasila era Orde Baru).
Periode pemerintahan ini muncul setelah gagalnya gerakan 30
September yang dilakukan oleh PKI, ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah 11 maret 1996. Landasan formal periode ini adalah Pancasila,
UUD 1945, serta ketetapan-ketetapan MPRS. Semangat yang
mendasari kelahiran periode ini adalah ingin mengembalikan dan

3
Dede Rosyada dkk, Pendidikan Kewarganegaraan(Civic Education), (Jakarta: The Asia
Foundation dan PRENADA MEDIA, 2003), 171

8
memurnikan pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Karena sebelum periode
ini telah terjadi penyelewengan dan pengingkaran terhadap kedua
landasan formal dan yuridis dalam kehidupan kenegaraan. Dalam
usaha untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap undang-
undang dasar yang telah terjadi dalam masa demokrasi terpimpin, yaitu
mengadakan tindakan korektif. ketetapan MPRS No. III/1963 yang
menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir.Soekarno telah
dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektrik
setiap 5 tahun. Begitu pula tata tertib DPR yang memberi wewenang
kepada presiden untuk memutuskan permasalahan yang tidak dapat
dicapai mufakat antara anggota badan legislatif dihapuskan. Akan
tetapi, rezim yang berkuasa selama 32 tahun juga terdapat beberapa
penyimpangan seperti penyelenggaraan pemilu yang tidak adil,
pengakuan HAM terbatas, maraknya praktik kolusi, korupsi, dan
nepotisme.4
4. Periode 1998-sekarang (Demokrasi Reformasi)
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil
presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto
disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap
pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya reformasi yang mengiringi
keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi
demokrasi Indonesia. Era reformasi adalah fase demokrasi yang
kembali ke prinsip dasar demokrasi, seperti adanya pemilu secara
langsung, kebebasan pers, dan hak-hak dasar warga negara lebih
terjamin.5
C. Prinsip, Jenis, dan Nilai-Nilai Demokrasi.
4
Maulana Arafat Lubis, PEMBELAJARAN PPKN TEORI PENGAJARAN ABAD 21
SD/MI, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018), 48
5
Ani Sri Rahayu, PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN (PPKn),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2017), 64
1. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Secara umum demokrasi sering dicirikan dengan adanya unsur-
unsur di bawah ini yang disebut soko guru demokrasi :
a. Kedaulatan rakyat
b. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang di perintah
c. Kekuasaan mayoritas
d. Diakuinya hak-hak minoritas
e. Jaminan terhadap hak asasi manusia
f. Pemilihan yang bebasa dan jujur
g. Persamaan di depan hukum
h. Proses hukum yang wajar
i. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional
j. Pluralisasi sosial, ekonomi, dan politik
k. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat
Dalam prakteknya diharapkan jiwa demokrasi dapat dilaksanakan
selaras dengan jiwa falsafah dan cita-cita nasional bangsa Indonesia.
Oleh karenanya konsepsi demokrasi di Indonesia sering disebut
dengan Demokrasi Pancasila, yaitu wajah demokrasi sebagaimaan
yang secara umum dipahami tetapi dalam pelaksanaannya tetap dalam
kerangka nilai-nilai falsafah bangsa. Suatu pemerintahan dikatakan
demokratis bila dalam mekanisme pemerintahan mewujudkan prinsip-
prinsip dan nilai-nilai demokrasi.
Menurut Masykuri Abdillah prinsip-prinsip demokrasi terdiri dari
persamaan, kebebasan dan pluralisme. Prinsip persamaan memberikan
penegasan bahwa setiap warga negara baik rakyat biasa atau pejabat
mempunyai persamaan kesempatan dan kesamaan kedudukan dimuka
hukum dan pemerintahan. Begitu pula dengan prinsip kebebasan yang
menegaskan bahwa setiap individu warga negara atau rakyat memiliki
kebebasan menyampaikan pendapat dan membentuk perserikatan.
Sedangkan prinsip pluralisme memberikan penegasan dan pengakuan

10
bahwa keragaman budaya, bahasa, etnis, agama, pemikiran dan
sebagainya merupakan sesuatu yang tidak bisa terelakkan.
Menurut Inu Kencana, prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut:
a. Adanya pembagian kekuasaan (sharing power)
b. Adanya pemilihan umum yang bebas
c. Adanya manajemen pemerintahan yang terbuka
d. Adanya kebebasan individu
e. Adanya peradilan yang bebas
f. Adanya pengakuan hak minoritas
g. Adanya pemerintahan yang berdasarkan hukum
h. Adanya pers yang bebas
i. Adanya multi partai politik
j. Adanya musyawarah
k. Adanya persetujuan parlemen
l. Adanya pemerintahan yang konstitusional
m. Adanya ketentuan pendukung tentang sistem demokrasi
n. Adanya pengawasan terhadap administrasi public
o. Adanya perlindungan hak asasi manusia
p. Adanya pemerintahan yang bersih
q. Adanya persaiangan keahlian
r. Adanya mekanisme politik
s. Adanya kebijakan negara yang berkeadilan
t. Adanya pemerintahan yang mengutamakan tanggung jawab. 6
2. Jenis-Jenis Demokrasi
a. Berdasarkan cara penyampaian pendapat
1) Demokrasi langsung, dalam demokrasi langsung rakyat
diikutsertakan dalam pengambilan keputusan untuk
menjalankan kebijakan pemerintahan.

6
Wahyu Widodo, Budi Anwari, Maryanto, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta:
CV. ANDI OFFSET, 2015), 79
2) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Dalam
demokrasi ini, pengambilan keputusan dijalankan oleh rakyat
melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui pemilu. Rakyat
memilih wakilnya sendiri untuk membuat keputusan politik.
Aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat yang
duduk di lembaga perwakilan rakyat.
3) Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung
dari rakyat. Demokrasi ini merupakan campuran antara
demokrasi langsung dengan demokrasi perwakilan. Rakyat
memilih wakilnya untuk duduk dalam lembaga perwakilan
rakyat, tetapi wakil rakyat dalam menjalankan tugasnya
diawasi rakyat melalui referendum dan inisiatif rakyat.
b. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritasnya
1) Demokrasi formal
Demokrasi ini secara hukum menempatkan semua orang pada
kedudukan yang sama dalam bidang politik, tanpa mengurangi
kesenjangan ekonomi. Individu diberikan kebebasan yang luas,
sehingga demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal.
2) Demokrasi material
Demokrasi material memandang manusia memiliki kesamaan
dalam bidang sosial-ekonomi sehingga persamaan bidang
politik tidak menjadi prioritas
3) Demokrasi campuran
Demokrasi ini merupakan campuran dari demokrasi formal dan
material. Demokrasi ini berupa menciptakan kesejahteraan
seluruh rakyat dengan menempatkan persamaan derajat dan hak
setiap orang.
c. Demokrasi berdasarkan prinsip ideologi
1) Demokrasi liberal
Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas pada individu.
Campur tangan pemerintah diminimalkan, bahkan ditolak.

12
Tindakan sewenang-wenang pemerintah terhadap warganya
dihindari. Pemerintah bertindak atas konstitusi (hukum dasar).
2) Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar
Demokrasi ini bertujuan menyejahterakan rakyat. Negara yang
dibentuk tidak mengenl perbedaan kelas. Semua warga negara
memiliki persamaan dalam hukum dan politik.
d. Demokrasi berdasarkan wewenang dan hubungan antara alat
kelengkapan negara.
1) Demokrasi sistem parlementer.
Ciri-ciri pemerintahan parlementer adalah DPR lebih kuat dari
pemerintah, menteri bertanggungjawab kepada DPR, program
kebijaksanaan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik
anggota parlemen, dan kedudukan kepala negara sebagai
simbol tidak dapat diganggu gugat.
2) Demokrasi sistem presidensial
Ciri-ciri pemerintahan presidensial adalah negara dikepalai
presiden, kekuasaan eksekutif presiden dijalankan berdasarkan
kedaulatan yang dipilih dari dan oleh rakyat melalui badan
perwakilan, presiden mewakili kekuasaan mengangkat dan
memberhentikan menteri, menteri tidak bertanggungjawab
kepada DPR, tetapi kepada presiden, presiden dan DPR
memiliki kedudukan yang sama sebagai lembaga negara dan
tidak dapat saling membubarkan.
3. Nilai-Nilai Demokrasi
Yang paling utama dalam menentukan berlakunya sistem demokrasi
ialah ada atau tidaknya asas-asas demokrasi pada sistem itu.
a. Pengakuan hak-hak asasi manusia sebagai penghargaan terhadap
martabat manusia, dengan tidak melupakan kepentingan umum.
b. Adanya partisipasi dan dukungan rakyat kepada pemerintah.
Demokrasi didasari oleh beberapa nilai (value). Menurut Henry B.
Mayo, nilai-nilai demokrasi adalah sebagai berikut:
a. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
b. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
c. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
d. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman.
e. Menjamin tegaknya keadilan.
Dengan demikian, untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu
diselenggarakan beberapa lembaga sebagai berikut.
a. Pemerintahan yang bertanggung jawab.
b. Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan
dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat yang dipilih
melalui pemilihan umum secara bebas dan rahasia.
c. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai
politik.
d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat
e. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan
mempertahankan keadilan.7
D. Upaya Menangani Masalah Demokrasi di Indonesia
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem demokrasi tidak lepas
dari berbagai jenis kasus pelanggaran. Salah satu masalah yang menjadi
pelanggaran pelaksanaan demokrasi di Indonesia adalah politik uang.
Dengan memanfaatkan ekonomi masyarakat yang masih cenderung
rendah, dengan mudah mereka dapat diperalat.
Sebenarnya instrument hukum yang ada telah cukup baik untuk
melakukan tindakan pencegahan politik uang. Instumen hukum telah
mengantasipasi hal tersebut (instumen hukum pidana) dengan memberikan
larangan terhadap politik uang, pelanggaran atas politik setidaknya
terdapat dua penyelesaiaan, yakni penyelesaain sanksi administrasi dan
pidana oleh kepolisian. Namun dalam melakukan pencegahan atas

7
Wahyu Widodo, Budi Anwari, Maryanto, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta:
CV. ANDI OFFSET, 2015), 74-76

14
tindakan politik uang tidak hanya instument hukum yang ada pada saat ini,
tetapi perlu cara-cara pencegahan lain yang efektif guna terciptanya
pemilihan umum yang bersih, antara lain:
1. Pendekatan budaya/ciri khas masyarakat Indonesia yang religius.
Dalam konteks ini, tentu penanganan pencegahan politik uang di
Indonesia haruslah didekati berdasarkan kultur masyarakat atau kultur
kebudayaan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat Indonesia,
dalam hal ini indonesia lebih dikenal dengan kultur masyarakat yang
religius.
2. Sosialisasi dan penyuluhan hukum oleh pemerintah kepada pemilih,
karena tidak semua orang mengetahui hukum politik uang dalam
pemilu.
3. Penyebarluasan fatwa haram yang telah dikeluarkan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) tentang fatwa haram politik uang dalam
pemilu. Bagi sebagian besar orang di Indonesia yang memiliki kultur
keagamaan yang baik, fatwa MUI dipandang sebagai hukum atau
aturan yang harus mereka taati dan laksanakan.8

8
Muhammad Hoiru Nail, Kualifikasi Politik Uang dan Strategi Hukum dan Kiltural Atas
Pencegahan Politik Uang dalam Pemilihan Umum, Jurnal Yuridis Vol. 5 No. 2, (2018), 255-258.
BAB III
SIMPULAN

1. Demokrasi secara etimologis berasal dari kata “demos” yang berarti


rakyat, dan "cratos” yang berarti kekuasaan. Demokrasi adalah keadaan
negara dimana kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Kekuasaan
pemerintahan berada ditangan rakyat mengandung tiga pengertian yaitu
pemerintah dari rakyat (government of the people), pemerintahan oleh
rakyat (government by people), pemerintahan untuk rakyat (government
for people).
2. Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi menjadi empat periode yaitu
Periode 1945-1959 (Demokrasi Parlementer), Periode 1959-1965
(Demokrasi Terpimpin), Periode 1965-1998 (Demokrasi Pancasila era
Orde Baru), Periode 1998-sekarang (Demokrasi Reformasi).
3. Prinsip-prinsip demokrasi menurut Masykuri Abdillah yaitu persamaan,
kebebasan dan pluralisme. Demokrasi dapat dikelompokkan dalam
beberapa jenis, yaitu berdasarkan cara penyampaian pendapat, berdasarkan
titik prioritasnya, berdasarkan prinsip ideologi, berdasarkan wewenang
dan hubungan antara alat kelengkapan negara. Hal utama dalam
menentukan berlakunya sistem demokrasi ialah ada atau tidaknya asas-
asas dan nilai demokrasi pada sistem itu.
4. Salah satu masalah yang menjadi pelanggaran pelaksanaan demokrasi di
Indonesia adalah politik uang. Maka diperlukan upaya untuk
menanggulangi kasus tersebut, antara lain dengan cara pendekatan
budaya/ciri khas masyarakat Indonesia yang religious, sosialisasi dan
penyuluhan hukum oleh pemerintah, dan penyebarluasan fatwa haram
yang telah dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

16
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Maulana Arafat. Pembelajaran PPKn Teori Pengajaran Abad 21 SD/MI.
Yogyakarya: Samudra Biru, 2018.
Nail, Muhammad Hoiru. Kualifikasi Politik Uang dan Strategi Hukum dan
Kiltural Atas Pencegahan Politik Uang dalam Pemilihan Umum. Jurnal
Yuridis, Vol. 5 No. 2, 2018.
Rahayu, Ani Sri. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta:
Bumi Aksara, 2017.
Rosyada, Dede dkk. Pendidikan Kewarganegaraan(Civic Education). Jakarta:
The Asia Foundation dan PRENADA MEDIA, 2003.
Sapriya. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Departemen
Agama RI, 2009.
Widodo, Wahyu, Budi Anwari, dan Maryanto. Pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2015.

Anda mungkin juga menyukai