Anda di halaman 1dari 4

A.

ASBABUN NUZUL DAN ASBABUL WURUD


1. Asbabun Nuzul
a. Al-Maidah:6
Berdasarkan keterangan Muchlis M. Hanafi, bahwasannya mengenai asbabun
nuzul surat Al-Maidah ayat 6 ditemukan dalam beberapa kitab tafsir yang ia
kaji. Seperti: Tafsir Al-Misbah. yaitu surat Al-Maidah ayat 6.
bahwasannya Asbabun nuzul surah Al-maidah ayat 6 terdapat kaitan dengan
atas memberi penjelasan tentang tata cara tayamum dan sebabsebab yang
memperbolehkannya. Ayat ini turun ketika Nabi bersama para sahabat berada
di sebuah tempat yang sangat tandus dan jauh dari mata air. Mereka kala itu
juga tidak membawa bekal air surah berikutnya bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Adapun asbabun nuzul surat Al-Maidah ayat 6 adalah:
“À’isyah raýiyallàhu ‘anhà, istri Nabi êallallàhu ‘alaihi wasallam, berkata,
“Suatu hari kami bepergian bersama Rasulullah êallallàhu ‘alaihi wasallam.
Sesampai di Baidà’ atau Žàt al-Jaisy, tiba-tiba kalungku putus (dan jatuh).
Rasulullah dan rombongan lalu menghentikan perjalanan untuk mencari
kalungku. Tempat itu jauh dari mata air, dan di saat yang sama mereka tidak
membawa bekal air. Beberapa orang kemudian mendatangi Abù Bakar aê-
Ëiddìq dan mengadu, ‘Tidakkah kaulihat apa yang telah diperbuat ‘À’isyah?
Ia menyebabkan Rasulullah dan rombongannya menghentikan perjalanan,
padahal mereka jauh dari mata air dan tidak pula membawa bekal air.’ Abù
Bakar segera mendatangiku; ketika itu Rasulullah sedang tidur sambil
berbaring dan meletakkan kepalanya di pangkuanku. Abù Bakar berkata,
‘Engkau telah memaksa Rasulullah dan rombongannya menghentikan
perjalanan di tempat yang jauh dari mata air, di saat mereka tidak membawa
bekal air.’ Abù Bakar menegurku dengan kata-kata bernada marah. Ia pun
menusuk pinggangku dengan jarinya. Meski geli, aku tetap bergeming karena
tidak ingin Rasulullah êallallàhu ‘alaihi wasallam yang sedang meletakkan
kepalanya di pangkuanku terbangun. Rasulullah êallallàhu ‘alaihi wasallam
lalu bangun pada malam itu dan hingga pagi harinya beliau tidak menemukan
air. Allah lalu menurunkan ayat tayamum; dan mereka pun bertayamum.
Usaid bin Èuýair berkata kepadaku, ‘Ini bukan berkahmu yang pertama, wahai
putri Abù Bakar!’ Karena hendak melanjutkan perjalanan, kami
membangunkan unta yang sejak semula aku tunggangi. Tiba-tiba di bawah
badan unta itu kami temukan kalung yang kami cari.”1
b. Al-baqarah:189
Salah satu kebiasaan masyarakat Arab kala itu adalah tidak mau memasuki
rumah dari pintu depan seusai menunaikan haji atau melakukan perjalanan
jauh. Mereka menganggapnya sebagai hal yang tabu. Ayat ini turun untuk
membatalkan anggapan tersebut.
Adapun asbabun nuzul surat Al-Baqarah:189 adalah:
Al-Barà’ (bin ‘Àzib) bercerita, “Pada zaman dahulu, sepulang haji kaum
Ansar tidak mau masuk rumah-rumah mereka kecuali dari belakang rumah—
mereka enggan masuk melalui pintu depan. Suatu hari ada seorang pria dari
mereka masuk rumah melalui pintu depan sehingga orang-orang pun
mencelanya. Untuk meluruskan anggapan itu turunlah firman Allah, “walaisal-
birru bi’an ta’tul-buyùta min îuhùrihà.”2
c. Luqman:13

Alasannya adalah turunnya ayat 13 para mufasir bahwa ayat ini turun terhadap
permasalahan Sa’ad bin Abi Waqash. Tatkala dirinya memeluk Islam lalu
ibunya menyampaikan kepadanya,”Wahai Sa’ad sudah hingga informasi
kepadaku bahwa kamu-sekalian sudah cenderung (kepada agama
Muhammad). Demi Allah Swt. aku tak akan berteduh dari teriknya matahari &
angin yang berhembus, saya tak akan makan & minum hingga kamu-sekalian
mengingkari Muhammad saw. & kembali pada agamamu sebelumnya.” Sa’ad
ialah anak lelaki yg paling dicintainya. Tetapi Sa’ad enggan untuk itu. Dan
ibunya menjalani itu semua selama tiga hari dlm kondisi tak makan, tak pula
minum serta tak berteduh sehingga Sa’ad pun mengkhawatirkannya. Lalu
Sa’ad datang menemui Nabi Muhammad saw. & mengadukan perilaku ibunya
kepadanya maka turunlah ayat ini.

Diriwayatkan pula oleh Abu Sa’ad bin Abu Bakar al Ghazi berkata bahwa
Muhammad bin Ahmad bin Hamdan sudah berkata pada kami & berkata
bahwa Abu Ya’la telah memberitahu kami & berkata bahwa Abu Khutsaimah
sudah menginformasikan kami & berkata bahwa al Hasan bin Musa sudah
memberitahu kami & berkata bahwa Zuhair sudah memberi tahu kami &
berkata bahwa Samak bin Harb telah memberitahu kami & berkata bahwa
Mus’ab bin Sa’ad bin Abi Waqash dr ayahnya berkata, ”Ayat ini turun ihwal
diriku.” Lalu ia berkata,” Ibu Sa’ad telah bersumpah untuk tak mengatakan
selama-lamanya sehingga dirinya (Sa’ad) mengingkari agamanya (Islam). ia
tak makan & minum. Ibu berada dlm keadaan seperti itu selama tiga hari
sehingga tampak kondisinya menurun. Lalu turunlah firman Allah Swt.: ”Dan

1
Buku asbabun nuzul hal 214-215
2
Buku asbabun nuzul hal 106-107
Kami perintahkan pada insan (berbuat baik) pada dua orang ibu-bapanya).
(HR. Muslim dr Abu Khutsaimah)3

2. Asbabul Wurud
a. Hadits tentang ceramah
Asbabul wurud dari hadist di atas adalah Abu Said al Khudri berkata
Rasulullah SAW berangkat menuju lapangan tempat membangun sebuah
Musahalla, maka beliau bersabda seperti bunyi hadist di atas. Hadist ini
mendorongkaum perempuan untuk mengalokasikan atau mengeluarkan harta
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sesunggunya dengan bersedekah bisa
melepaskan pemiliknya dari neraka. Itulah salah satu metode ceramah yang
pernah dilakukan Nabi pada waktu itu4
b. Hadits tentang Tanya Jawab
Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah Saw. Lalu bertanya: Siapakah
orang yang paling berhak aku pergauli? Dalam arti yang paling berhak aku
berbakti kepadanya) beliau menjawab: ibumu. Ia bertanya lagi: kemudian
siapa? Rasul menjawab: ibumu. Ia bertanya lagi: kemudian siapa? Rasul
menjawab: ibumu. Ia bertanya lagi: kemudian siapa? Rasul menjawab:
bapakmu.
Hadis ini memperlihatkan salah satu metode pembelajaran yang Rasulullah
SAW lakukan. Yakni metode tanya jawab. Di sini, Rasulullah memberi
kesempatan kepada sahabatnya untuk menanyakan sesuatu yang ingin
diketahuinya. Kemudian, baru beliau menjelaskannya. Dengan kata lain,
beliau memberikan pembelajaran berdasarkan persoalan yang dibawa oleh
sahabatnya5
c. Hadits Tentang Maui’dzoh (Nasihat)
Disuatu hari Rasulullah SAW memberikan peringatan dan nasihat kepada para
sahabatnya agar Ketika meminta atau berdoa kepada Allah SWT hendaklah
dilakukan dengan hati yang yakin dan bersungguh-sungguh dalam berdoa
karena itu merupakan adab atau etika meminta dan memohon kepada sang
pencipta.

3
Tafsir almisbah jilid 11 hal 126-127
4
Jurnal hal 63
5
H. Hardivizon, “Metode Pembelajaran Rasulullah SAW
Hadits ini memperlihatkan salah satu metode pembelajaran Rasulullah SAW
lakukan yaitu dengan memberikan nasihat adab Ketika berdoa kepada Allah
SWT agar seorang sahabat mempunyai kesungguhan dengan tidak putus
berdoa, dan pesan tersirat yaitu agar kita berdoa tanpa henti karena allah juga
ingin melihat usaha kita dalam meminta.

Anda mungkin juga menyukai