Anda di halaman 1dari 29

SEJARAH SINGKAT UMMU HABIBAH

(Istri Rasulullah Saw)

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Studi Islam Berbasis Budaya Lokal
Yang diampu oleh:
Dr. H. Mustajab, M.Pd.I
Dr. Hj. Hamdanah, M.Hum

Oleh:

Mohamad Faqih
213206030008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan

petunjuknya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “SEJARAH

SINGKAT UMMU HABIBAH (Istri Rasulullah Saw)” ini dapat berjalanan

dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita

Nabi agung Muhammad Saw yang kita nantinantikan syafaatnya di hari kiamat.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dr. H. Mustajab, M.Pd.I dan

Dr. Hj. Hamdanah, M.Hum, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Studi Islam Berbasis

Budaya Lokal yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam penulisan

dan penyusunan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini jauh dari kata sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Maka

kami mengharapkan berbagai saran dan kritik yang membangun dari berbagai

pihak. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jember, 01 Januari 2022

Penulis,
A. PENDAHULUAN

Islam pada mulanya tumbuh pada masa Nabi Muhammad Saw, yang

dalam beberapa kitab tarikh dan sirah dijelaskan bahwa beberapa sebab Allah

menciptakan seluruh alam melainkan karena adanya Nur Muhammad, yang pada

akhirnya diutus oleh Allah di muka bumi sebagai perantara meluruskan Akhlaq,

Akidah dan Syari‟ah para manusia.

Beranjak pada perjalanan hidup Rasulullah, sejarah Nabi Ibrahim (Bapak

Teologi) menjadi latarbelakang munculnya peradaban keagamaan samawi

manusia. Hingga pada perjalanannya dan abad setelahnya, terjadilah

kesimpangsiuran keagamaan yang dianut oleh masyarakat pada waktu itu. Dengan

pelbagai prinsip yang dianggap paling benar.

Kembali pada diutusnya Rasulullah, masyarakat menjadi jauh lebih baik.

Moralitas kaum keagamaan yang sangat buruk, pada akhirnya dapat dikondisikan

oleh Nabi Muhammad Saw. Dengan memperkenalkan Al-Qur‟an, yang telah

menjadi sumber paling Universal dari sumber kitab-kitab sebelumnya. Hingga

pada akhirnya, tidak sedikit dari masyarakat menjatuhkan diri dan memeluk erat

Islam.

Disisi lain beberapa sirah Nabi Muhammad Saw dalam realisasi dakwah,

melalui beberapa pernikahan yang mana hal itu dilakukan atas dasar perintah

Allah SWT yang diturunkan melalui Al-Qur‟an. Perlahan budaya Al-Qur‟an

menjadi sumber rujukan pula oleh para shahabah, thabi‟in dan umat manusia,

terutama pada zaman sekarang.


Terkait dengan pernikahan Rasulullah dengan Sayyidatuna Ramlah

(Ummu Habibah), beberapa literature tidak menjelaskan dengan detail terkait hal

itu. Namun, beberapa biografi, serta bagaimana keimanan Ummu Habibah

terhadap Rasulullah, setidaknya dapat menjadi bahan tulisan dan rujukan bagi

kaum wanita khususnya untuk menghormati dan taat terhadap suami. Lima dari

istri-istri Nabiberasaldarisuku Qurairy. Mereka adalah: Aisyah, Hafshah, Ummu

Habibah. Ummu Salamah. Dan Saudah binti Zam‟ah.1

B. PEMBAHASAN

1. Biografi Ummu Habibah

Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan al-Umawiyyah al-

Qurasyiyah al-Kinaniyyah Ummu dengan dikenal Habibah, Ramlah binti

Abu Sufyan atau Ramlah binti Abi Sufyan (lahir pada tahun 35 Sebelum

H/589, wafat di Madinah pada tahun 44 H/664) adalah istri dari Nabi

Muhammad dan termasuk dari Ibu Para Mukminin.

Istri-istri Rasulullah yang berasal dari Quraisy ada enam orang.

Mereka adalah sebagai Berikut: 1. Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin

Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah Bin Ka‟ab bin Luay. 2.

Aisyah binti Abu Bakar bin Abu Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka‟ab

Bin Sa‟ad bin Taim bin Murrah bin Ka‟ab bin Luay 3. Hafshah binti

Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Abdullah bin Qursth

bin Riyah bin Rizah bin Adi bin Ka‟ab bin Luay 4. Ummu Habibah bin

1
Imam Adz-Dzahabi, Sirah Nabi: Sejarah Kehidupan Muhammad Saw, Pentahqiq: Husamuddin Al-
Qudsy (Semarang: Pustaka Nuun, 2004) 473.
Abu Sufyan bin Harb bin Umaiyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf Bin

Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Luay 5. Ummu Salamah binti

Abu Umaiyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum

bin Yaqadzah bin Murrah bin Ka‟ab bin Luay 6. Saudah binti Zam‟ah bin

Qais bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik Bin Hisl bin

Amir bin Luay.2

Ramlah adalah anak dari Abu Sufyan, yang merupakan salah

seorang pemimpin dan pedagang Dari suku Quraisy. Abu Sufyan kerap

memimpin kafilah-kafilah dagang besar dari dan menuju Syam. Namun

karena sering dicegat dan dijarah oleh pasukan yang dikirimkan

Rasulullah, ia pun Menjadi salah satu penentang awal beliau. Berbeda

dengan ayahnya, Ramlah telah Menemukan hidayah dari islam sejak

awal kerasulan.

Tahun 615 M, ia bersama suaminya, Ubaydallah bin Jahsy

berhijrah dengan beberapa umat muslim lainnya ke sebuah kerajaan

Kristen di Habasyah. Suaminya Ramlah masuk kristen dan meninggal

ketika di sana. Setelah masa iddah-nya usai, Ramlah yang saat itu masih

di Habasyah menerima surat lamaran Dari Rasulullah. Raja Najasyi yang

beragama kristen pun turut memberikannya selamat dan Hadiah berupa

uang 400 dinar (koin emas) serta parfum-parfum terbaik. Sepulangnya ke

Hijaz Dan pasca hijrah ke Madinah, Ramlah menceritakan apa-apa saja

2
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid, 875
yang dialaminya ke Rasulullah, Termasuk bagaimana kuburan-kuburan

di sana menggunakan nisan bergambar. Rasulullah pun Mengutuk apa

yang dilakukan orang-orang tersebut dan mengatakan mereka adalah

makhluk Terburuk di mata Allah

Ubaidillah bin Jahsy, suami Ummu Habibah binti Abu Sufuan,

meninggal dunia. Ia lalu dipinang oleh Rasulullah Shallalohu Alaihi wa

Sallam dan dinikahinya ketika ia masih berada di Habasyah. Yang

menikah kan ialah Raja An-Najasi dengan mas kawin sebesar empat

ribu dirham. Se telah itu beliau memboyongnya dari sisi An-Najasyi

benama dengan Syarahbail bin Hasanah. Semuanya biayanya ditanggung

oleh An-Najasyi. Beliau tidak mengirimkan biaya sedikit pun. Sebagai

perbandingan, mas kawin istri-istri Rasulullah yang lainnya hanya empat

ratus dirham.3

Ia wafat di Madinah pada tahun 44 H pada masa kekhalifahan

saudaranya, Muawiyah, dan dimakamkan di Jannatul Baqi.

Ayahnya: Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdu Syams

bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Lu`ay

bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar (Quraisy) bin Kinanah bin

Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma‟ad bin

Adnan.

3
Akram Dhiya' Al'Umuri, Seleksi Sirah Nabawiyah: Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat
Dhaif, (Jakarta: Darul Falah, 2004) 171-172.
Ibunya: Safiyyah binti Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams

bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Lu`ay

bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar (Quraisy) bin Kinanah bin

Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma‟ad bin

Adnan. Safiyyah adalah bibi dari Khalifah Utsman bin Affan.

Bibinya: Ummu Jamil, yang disebutkan di al-Qur‟an sebagai

perempuan pembawa kayu bakar. Saudaranya: Mu‟awiyah bin Abu

Sufyan, Yazid bin Abi Sufyan. Bani Bakar -sekutu suku Quraisy-

melanggar perjanjian Hudaibiyah karena telah menyerang Bani Khuza‟ah

yang merupakan sekutu kaum Muslimin di Madinah.

Beranjak pada biografi Abu Sufyan -seorang kafir-, mengetahui

Bani Bakar yang melanggar perjanjian tersebut. Ia menyiapkan diri

berangkat menuju Madinah untuk mengukuhkan dan memperpanjang

perjanjian Hudaibiyah.

Setibanya di Madinah, ia menemui putrinya Ummu Habibah yang

telah menjadi istri Rasulullah sebagai perantara dari tujuannya tersebut.

Ketika Abu Sufyan hendak duduk, Ummu Habibah cepat-cepat

mengangkat alas milik Rasulullah dan menyingkirkannya dari bapaknya.

Abu Sufyan terperanjat melihat hal itu. Dan bertanya, “Wahai anakku,

apakah engkau sayang kepadaku sehingga aku tidak boleh duduk di alas

tersebut atau engkau sayang kepada alas itu sehingga aku tidak boleh

duduk di atasnya?”
“Ini adalah alas milik Rasulullah, sedangkan engkau orang

musyrik dan najis, oleh sebab itu aku tidak suka engkau duduk di alas

milik Rasulullah”. Jawab Ummu Habibah.

“Demi Tuhan, perangaimu kini jadi buruk wahai anakku”. Keluh

Abu Sufyan.

“Tidak, justru aku diberi petunjuk oleh Allah kepada ajaran Islam,

sedang engkau wahai bapakku, adalah pimpinan dan pembesar suku

Quraisy, mengapa engkau tidak bersedia masuk Islam?, dan hanya

menyembah batu yang tidak dapat mendengar dan melihat”. Jawab

Ummu Habibah.4

Rasulullah menikah dengan Ummu Habibah -nama aslinya

Ramlah- binti Abu Sufyan bin Harb. Adapun Yang menikahkannya

adalah Khalid bin Sa‟id bin Al-Ash, tatkala keduanya berada di

Habasyah, dengan Mahar empat ratus dinar yang diberikan Najasyi

mewakili Rasulullah. Najasyi pula lah yang melamar Ummu Habibah

untuk Rasulullah. Sebelum itu, Ummu Habibah bersuamikan Ubaidillah

bin Jahsy Al Asadi.5

Adapun Waraqah bin Naufal, ia masuk Kristen, dan mempelajari

kitab-kitab dari umat Ahli Kitab, hingga ia memperoleh ilmu dari

4
Abdullah Haidir, Kisah Wanita-Wanita Teladan, (Arab Saudi: Kantor Dakwah Dan Bimbingan
Bagi Pendatang, As-Sulay, Riyadh, 2005) 28-29
5
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Ditakhrij Atau Ditahqiq Imam Abu Mu¬Hammad Abdul Malik Bin
Hisyam Al-Ma'arifi A.K.A Ibnu Hisyam Dari Kitab "Sirah" Karya Muhammad Bin Ishak Al-
Muththalibi A.K.A Ibnu Ishaq (Jakarta: Akbar Media, 2015) 743. (Cat. Dalam Bab 3 Kelahiran
Rasulullah Dan Kehidupan Sebelum Menjadi Nabi Dan Rasul).
mereka. Sementara itu Ubadillah bin Jahsy mencari agama yang lurus

hingga ia masuk Islam dan hijrah bersama kaum Muslimin ke Habasyah.

Ketika hijrah, ia disertai istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan yang

juga telah masuk Islam. Namun pada saat tiba di Habasyah ia masuk

agama Kristen dan keluar dari agama Islam. Ia meninggal di Habasyah

dalam keadaan memeluk agama Kristen.6

bnu Ishaq berkata: Setelah Ubaidillah bin Jahsy meninggal dunia,

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikahi Ummu Habibah binti

Abi Sufyan, isteri Ubaidillah bin Jahsy. Ibnu Ishaq berkata: Muhammad

bin Ali bin Husain berkata kepadaku: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa

Sallam mengutus Amr bin Umayyah Adh-Dhamri menghadap Najasyi,

kemudian Najasyi melamarkan Ummu Habibah untuk beliau. Setelah itu,

Najasyi menikahkan Ummu Habibah dengan Rasulullah Shallalahu

'alaihi wa Sallam dan beliau memberi mahar kepadanya sebesar empat

ratus dinar. Kami lihat Abdul Malik bin Marwan menentukan mahar

wanita sebesar empat ratus dinar berdasarkan mahar Rasulullah

Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada Ummu Habibah. Yang menjadi

wakil Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam pernikahan tersebut

adalah Khalid bin Sa'id bin Al-Ash.7

6
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Ditakhrij Atau Ditahqiq Imam Abu Mu¬Hammad Abdul Malik Bin
Hisyam Al-Ma'arifi, Ibid,.
7
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Ditakhrij Atau Ditahqiq Imam Abu Mu¬Hammad Abdul Malik Bin
Hisyam Al-Ma'arifi, Ibid,.
Di antara sekutu-sekutu Bani Umayyah dari Bani Asad bin

Khuzaimah yang hijrah ke Habasyah ialah Abdullah bin Jahsy bin Ri'ab

bin Ya'mar bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin

Asad, saudaranya yang bernama Ubaidillah bin Jahsy beserta istrinya

yang bernama Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah.

Qais bin Abdullah salah seorang dari Bani Asad bin Khuzaimah beserta

istrinya yang bernama Barakah binti Yasar mantan budak wanita Abu

Sufyan bin Harb bin Umayyah, dan Mu'aiqib bin Abu Fathimah. Ketujuh

orang di atas adalah keluarga Sa'id bin Al-Ash.8

Dari Bani Umaiyyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf adalah

Ubaidillah bin Jahsy bin Riab Al-Usadi kolega Bani Umaiyyah bin Abdu

Syams bersama istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, dan putrinya,

Habibah binti Ubaidillah. Oleh sebab itu istrinya dipanggil Ummu

Habibah binti Abu Sufyan. Adapun nama asli Ummu Habibah adalah

Ramlah.

Ibnu Ishaq berkata: kemudian Qais bin Abdullah, dia adalah salah

seorang dari Bani Asad bin Khuzaimah. Ia ayah Umaiyyah binti Qais

yang ikut pergi bersama Ummu Habibah. Ia keluar bersama istrinya,

Barakah binti Yasar mantan budak Abu Sufyan. Umaiyyah binti Qais dan

Barakah menyusui anak Ubadillah bin Jahsy dan Ummu Habibah.

8
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Ditakhrij Atau Ditahqiq Imam Abu Mu¬Hammad Abdul Malik Bin
Hisyam Al-Ma'arifi, Ibid,.
Ubaidillah bin Jahsy dan Ummu Habibah membawa kedua- nya ke

Habasyah tatkala hijrah ke sana. Jadi jumlah seluruhnya dua orang.9

Dari Bani Umaiyyah adalah Ummu Habibah binti Abu Sufyan

bersama putrinya, Habibah. Ummu Habibah membawanya hijrah ke

Habasyah dan juga membawanya pulang dari sana.10

Ummu Habibah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umaiyah bin Abdu

Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin

Luay.

Sebelumnya dia adalah istri Ubaidillah bin Jahsy. Bersama

suaminya dia hijrah ke Habasyah. Namun, disana Ubaidillah murtad dan

masuk agama Nasrani dan juga meninggal disana. Sekalipun suami

murtad, Ummu Habibah tetap teguh pada islam. Tatkala Rasulullah

mengutus Amr bin Umayyah Adh-Dhamri untuk menyerahkan surat

kepada Raja Najasyi pada bulan Muharram 7 H, beliau juga

menyampaikan lamaran kepadanya.11

Syu'aib meriwayatkan dari Zuhri, dari Urwah dari Zainab

bintiAbi Salamah dan ibunya telah bercerita kepadaku bahwa Ummu

Habibah bintiAbu Sufoan' ia berkata:'Aku pemah berkata kepada

Rasulullah: “Nikahilah saudara perempuanku." 'Apakah engkau

9
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Ditakhrij Atau Ditahqiq Imam Abu Mu¬Hammad Abdul Malik Bin
Hisyam Al-Ma'arifi, Ibid,.
10
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Ditakhrij Atau Ditahqiq Imam Abu Mu¬Hammad Abdul Malik
Bin Hisyam Al-Ma'arifi, Ibid,.
11
Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi (Jakarta: Al
Kautsar, 1997) 580.
menyukai hal itu? "beliau balik bertanya. 'Anda tidak pernah kosong dari

istri-istri selain aku dan aku ingin saudara perempuanku bahagia seperti

aku." jawabku. "Sesungguhnla hal itu tidak halal bagiku." kata beliau.

"Wahai Rasulullah! Sesungguhnya telah tersiar kabar bahwa engkau akan

menikahi Durrah binti Abi Salamah," kataku. Maka Nabi bersabda:

"DemiAllah, ia tidak halal bagiku. Sesungguhnya ia adalah putri saudara

sepersusuanku. Aku dan Abi Salamah disusuioleh l3uwaibah, oleh

karena itu janganlah kalian menawarkan putri-putri kalian dan

saudara saudara perempuan kalian kepadaku." (Diriwayatkan oleh

Bukhari)12

Ibnu Ishaq berkata, “Adapun Ubaidillah bin Jahsy, ia mencari

agama Ibrahim yang lurus Hingga masuk Islam dan hijrah bersama kaum

Muslimin Ke Habasyah. Ketika hijrah, ia disertai istrinya, Ummu

Habibah binti Abu Sufyan yang juga Telah masuk Islam. Namun ketika

tiba di Habasyah, ia masuk agama Nasrani dan keluar dari Islam. Ia

meninggal di Habasyah dalam keadaan memeluk agama Nasrani.”13

Pernikahan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan

Ummu Habibah Radhiyallahu Anha Ibnu Ishaq berkata, “Sepeninggal

12
Imam Adz-Dzahabi, Sirah Nabi: Sejarah Kehidupan Muhammad Saw, Ibid,. 21-22.
13
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Terj: Fadhli Bahri (Jakarta: Darul Falah, 2000) 169.
Ubaidillah bin Jahsy, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menikahi

istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan.”14

Ibnu Ishaq berkata bahwa Muhammad bin Ali bin Husain berkata

kepadaku, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Amr bin

Umaiyyah Adh-Dhamri menghadap An Najasyi, kemudian An-Najasyi

me-lamar Ummu Habibah untuk beliau. Setelah itu, An-Najasyi

Menikahkan Ummu Habibah dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa

Sallam dan beliau Memberi mahar kepadanya sebesar empat ratus

dinar.”15

Muhammad bin Ali berkata, “Kami lihat Abdul Malik bin

Marwan me-nentukan mahar wanita Sebesar empat ratus dinar

berdasarkan mahar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Kepada

Ummu Habibah. Wakil Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam

pernikahan Tersebut adalah Khalid bin Sa‟id bin Al-Ash.”16

Ibnu Ishaq berkata, “Di antara sekutu-sekutu Bani Umaiyyah dari

Bani Asad bin Khuzaimah Yang hijrah ke Habasyah ialah Abdullah bin

Jahsy bin Ri‟ab bin Ya‟mar bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin

Ghanm bin Dudan bin Asad, saudaranya yang bernama Ubaidillah bin

Jahsy beserta istrinya yang bernama Ummu Habibah binti Abu Sufyan

14
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid,. 170
15
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid,. 170
16
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid,. 170
bin Harb bin Umaiyyah, Qais bin Abdullah salah seorang dari Bani Asad

bin Khuzaimah beserta istrinya yang bernama Barakah binti Yasar

mantan budak wanita Abu Sufyan bin Harb bin Umaiyyah, dan Mu‟aiqib

Bin Abu Fatimah. Ketujuh orang di atas adalah keluarga Sa‟id bin Al-

Ash.” Ibnu Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan Mu‟aiqib berasal

dari Daud.”17

Dari Bani Umaiyyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf adalah

Ubaidillah bin Jahsy bin Riab Al-Usadi kolega Bani Umaiyyah bin Abdu

Syams bersama istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, dan putrinya,

Habibah binti Ubaidillah. Oleh sebab itu istrinya dipanggil Ummu

Habibah binti Abu Sufyan. Adapun nama asli Ummu Habibah adalah

Ramlah.18

Ubaidillah bin Jahsy hijrah bersama dengan kaum Muslimin ke

Habasyah. Namun di saat tiba Di sana, ia murtad dan masuk agama

Kristen dan meninggal di sana. Sepeninggal suaminya, Kemudian Ummu

Habibah binti Abu Sufyan Bin Harb dinikahi Rasulullah.19

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja‟far bin Zubair berkata

kepadaku dari Urwah yang Berkata: Ubaidillah bin Jahsy keluar bersama

kaum Muslimin dalam keadaan Muslim. Setibanya di Habasyah, ia

17
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid, 245
18
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid , 747
19
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid., 747
memeluk agama Kristen. Ibn Ishaq berkata: “Apabila Ubaidillah Lewat

di hadapan kaum Muslimin, ia selalu berkata: “Aku telah berhasil

membuka mata kami Dan melihat, sedangkan kalian mencari penglihatan

dan hingga kini belum bisa melihat.”20

Ibnu Ishaq berkata: kemudian Qais bin Abdullah, dia adalah

salah seorang dari Bani Asad Bin Khuzaimah. Ia ayah Umaiyyah binti

Qais yang ikut pergi bersama Ummu Habibah. Ia Keluar bersama

istrinya, Barakah binti Yasar mantan budak Abu Sufyan. Umaiyyah binti

Qais Dan Barakah menyusui anak Ubadillah bin Jahsy dan Ummu

Habibah. Ubaidillah bin Jahsy Dan Ummu Habibah membawa kedua-

nya ke Habasyah tatkala hijrah ke sana. Jadi jumlah Seluruhnya dua

orang.21

Dari Bani Umaiyyah adalah Ummu Habibah binti Abu Sufyan

bersama putrinya, Habibah. Ummu Habibah membawanya hijrah ke

Habasyah dan juga membawanya pulang dari sana.22

Maka berangkatlah Abu Sufyan bin Harb ke Madinah. Setibanya

di sana, ia masuk ke rumah Putrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan

bin Harb. Pada saat hendak duduk di atas kasur Rasulullah, Ummu

Habibab melipatnya karena tidak menginginkan Abu Sufyan bin Harb

20
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid, 747
21
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid, 748
22
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid, 750
Duduk di sana. Abu Sufyan bin Harb berkata: “Wahai putriku, aku tidak

tahu apakah engkau Tidak menyukaiku duduk di atas kasur ini atau

engkau tidak menyukai diriku.” Lalu Ummu Habibah menjawab: “Kasur

ini milik Rasulullah, adapun engkau adalah seorang musyrikyang Najis.

Aku tidak sudi engkau duduk di atas kasur itu.” Abu Sufyan bin Harb

berkata: “Demi Allah, setelah engkau berpisah denganku, engkau

menjadi orang berperangai buruk.”23

Ummu Habibah binti Abu Sufyan Rasulullah menikah dengan

Ummu Habibah -nama aslinya Ramlah- binti Abu Sufyan bin Harb.

Adapun yang menikahkannya adalah Khalid bin Sa‟id bin Al-Ash,

tatkala keduanya Berada di Habasyah, dengan mahar empat ratus dinar

yang diberikan Najasyi mewakili Rasulullah. Najasyi pula lah yang

melamar Ummu Habibah untuk Rasulullah. Sebelum itu, Ummu Habibah

bersuamikan Ubaidillah bin Jahsy AlAsadi.24

Perkawinan ini adalah untuk menghibur Ummu Habibah yang

ditinggalkan oleh suami-nya karena ia murtad, dan memeluk agama

Islam.25

Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sofyan RA (591-665 M)

Status ketika menikah: Janda dari Ubaidillah bin Jahsy yang hijrah

23
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid, 763
24
Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Muhaqqiq:
Sa'id Muhammad Allahham, Ibid, 873
25
A. Rosmiaty Azis, Leadership Ummahatul Mukminin Dalam Pendidikan Islam (Yogyakarta:
SIBUKU, 2016) 84.
bersamanya ke Habsyah. Periode menikah: bulan Muharrom tahun ke-7

Hijriyah lewat khitbah melalui raja Najasy. Anak: tidak ada. Fakta

penting: Suami Ummu Habibah pertama (Ubaidillah) tersebut murtad

dan menjadi nasrani dan meninggal di Habsyah. Ummu Habibbah tetap

istiqomah terhadap agamanya. Alasan Rasulullah SAW menikahinya

adalah untuk menghibur beliau dan memberikan sosok pengganti yang

lebih baik baginya. Selain itu sebagai penghargaan kepada mereka yang

hijrah ke Habasyah karena mereka sebelumnya telah mengalami siksaan

dan tekanan yang berat di Mekkah.26

Ummu Habibah; yang terkenal kasih sayangnya kepada

Rasulullah sebagai suaminya melebihi kasih sayangnya kepada ayahnya

sendiri, namun demikian kecintaan dia kepada ayahnya yang masih

berpegang kepada agama yang diwarisi nenek moyangnya tetap ia

pelihara pula sebagai anak yang tahu harga diri, sehingga sekalipun ia

sangat berat meninggalkan agamanya, akhirnya dikalahkan oleh

kecintaan anaknya terhadap ayahnya dan kasih sayang terhadap

anaknya.27

Zainal Abidin Ahmad menulis peranan Ummahatul Mu'minin

sebagai berikut:28 1. Menguruskan rumah tangga Nabi yang berjumlah

lima orang yaitu: a. Saudah binti Zam‟ah b. Shafiah binti Huyay c.

Juwairiyah d. Ummu Habibah e. Maemunah 2. Guru-guru wanita untuk

26
A. Rosmiaty Azis, Leadership Ummahatul Mukminin Dalam Pendidikan Islam, Ibid., 84-85.
27
A. Rosmiaty Azis, Leadership Ummahatul Mukminin Dalam Pendidikan Islam, Ibid., 103.
28
A. Rosmiaty Azis, Leadership Ummahatul Mukminin Dalam Pendidikan Islam, Ibid., 107.
masyarakat berjumlah empat orang yaitu: a. Aisyah b. Zainab c. Ummu

Salamah d. Hafasah.

Ummu Habibah bintiAbu Sufyan hanya meriwayatkan 65

hadits.29

2. Ummu Habibah Ramlah bint Abu Sufyan (Umm al-Mu’minin).30

Ummu Habibah merupakan sosok teladan dalam hal kegigihan

dan kesabarannya dalam memperjuangkan Islam, walaupun banyak

tantangan yang menghadangnya. Walaupun dipaksa oleh ayahnya, Abu

Sufyan untuk meninggalkan Islam, ia tetap beriman dan

mempertahankan keyakinannya. Bahkan Abu Sufyan tak kuasa

memaksakan kehendaknya agar putrinya tetap dalam keadaan kafir.

Ummu Habibah rela menanggung beban yang melelahkan dan beban

yang berat karena memperjuangkan aqidahnya. (Al-Istanbuli, op.cit., h.

89)

Ia banyak mengalami penderitaan dan cobaan yang berat. Setelah

memeluk Islam, ia bersama suaminya, Ubaidullah ibn Jahsy, hijrah ke

Habasyah. Di sana, ternyata suaminya murtad dari agama Islam dan

beralih memeluk Nasrani. Ia melahirkan seorang anak perempuan

yang diberi nama Habibah dan dengan nama anaknya inilah ia dijuluki

(UmmuHabibah).

29
Seleksi Sirah Nabawiyah: Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat Dhaif, Ibid., 741.
30
Umma Farida, 25 PEREMPUAN TELADAN: Para Istri, Putri, & Sahabat Perempuan Nabi Saw,
(Kudus: 2012) 10.
Ummu Habibah senantiasa bersabar dalam memikul

beban lantaran memperjuangkan agamanya dalam keterasingan dan

hanya seorang diri, jauh dari keluarga dan kampung halaman bahkan

terjadi musibah yang tidak dia sangka sebelumnya. Beliau bercerita,

“Aku melihat di dalam mimpi, suamiku Ubaidullah ibn Jahsy dengan

bentuk yang sangat buruk dan menakutkan. Maka aku terperanjat dan

terbangun, kemudian aku memohon kepada Allah dari hal itu. Ternyata

tatkala pagi, suamiku telah memeluk agama Nasrani. Maka aku ceritakan

mimpiku kepadanya namun dia tidak menggubrisnya.” (Ibid., h. 90; M.

Badrut Tamam, op.cit, hlm. 178.)

Ubaidullah mencoba dengan segala kemampuannya untuk

membawa istrinya keluar dari agamanya namun Ummu Habibah

menolaknya dan dia telah merasakan lezatnya iman. Bahkan ia justru

mengajak suaminya agar tetap di dalam Islam, namun dia malah

menolak dan membuang jauh ajakan tersebut dan dia semakin asyik

dengan khamr. Suaminya kecanduan minuman keras, dan meninggal

tidak dalam agama Islam. Dalam kesunyian hidupnya, Ummu Habibah

selalu diliputi kesedihan dan kebimbangan karena dia tidak dapat

berkumpul dengan keluarganya sendiri di Mekah maupun keluarga

suaminya karena mereka sudah menjauhkannya.

Ketika mendengar penderitaan Ummu Habibah, hati Rasulullah

saw. sangat tergerak sehingga beliau menikahinya dan Ummu Habibah

tidak lagi berada dalam kesedihan yang berkepanjangan. Perbedaan


Ummu Habibah di antara istri-istri Nabi lainnya adalah kedudukannya

sebagai putri seorang pemimpin kaum musyrik Mekah yang

memelopori penentangan terhadap dakwah Rasulullah saw. dan kaum

muslimin, yaitu Abu Sufyan. Namun ia tetap berpegang teguh pada

ajaran Islam dan tidak terpengaruh sedikit pun oleh ayahnya.

Nama asli dari Ummu Habibah ini adalah Ramlah binti Abu

Sufyan bin Harb bin Unayyah bin Abdi Syams. Ia dilahirkan tiga

belas tahun sebelum kerasulan Nabi Muhammad. Ayahnya dikenal

dengan sebutan Abu Sufyan. Ibunya bernama Shafiyyah bint Abu al-

Ash ibn Umayyah ibn Abdi Syams, yang merupakan bibi sahabat

Rasulullah, yaitu Utsman bin Affan. Sejak kecil Ummu Habibah

terkenal memiliki kepribadian yang kuat, kefasihan dalam berbicara,

sangat cerdas, dan sangat cantik.

Pada saat dewasa, Ubaidillah bin Jahsy mempersuntingnya, dan

Abu Sufyan pun menikahkan mereka. Ubaidillah terkenal sebagai

pemuda yang teguh memegang agama Nabi Ibrahim. Dia berusaha

menjauhi minuman keras dan judi, serta berjanji untuk memerangi

agama berhala. Ramlah sadar bahwa dirinya telah menikah dengan

seseorang yang bukan penyembah berhala, tidak seperti kaumnya yang

membuat dan menyembah patung-patung.

Pada saat itu terdengar kabar bahwa Nabi Muhammad datang di

Mekah membawa agama baru, yaitu agama Samawi yang berbeda

dengan agama orang Quraisy pada umumnya. Ketika dakwah Islam


mulai disebarkan oleh Rasulullah saw., mereka berdua merupakan daftar

orang- orang yang terdahulu memeluk Islam.

Keteladanan Ummu Habibah

Ketika satu persatu orang-orang Quraisy menyatakan masuk

Islam, para pemuka Quraisy yang masih kafir berusaha menghalangi

dengan penyiksaan dan lain sebagainya. Terlebih ketika mereka

mendengar misi Nabi Muhammad berhasil dan maju pesat, orang-orang

Quraisy semakin intensif untuk memerangi kaum muslimin. Hal ini

mendorong Rasulullah saw. memerintahkan kaum muslimin untuk

berhijrah ke Habasyah. Di antara mereka terdapat Ramlah dan

suaminya, Ubaidillah bin Jahsy. Setelah beberapa lama mereka

menanggung penderitaan berupa penganiayaan, pengasingan, bahkan

pengusiran dan keluarga yang terus mendesak agar mereka kembali

kepada agama nenek moyang.

Hijrahnya kaum muslimin ke Habasyah terjadi lima tahun sesuda

bi’s\ah, atau dua tahun setelah beliau melakukan dakwah secara

terbuka. Selama mereka di Habasyah terdengar kabar bahwa kaum

muslimin di Mekah semakin kuat dan jumlahnya bertambah sehingga

mereka menetapkan untuk kembali ke negeri asal mereka. Sementara

itu, Ummu Habibah dan suaminya memilih untuk menetap di Habasyah.

Di tengah perjalanan, rombongan kaum muslimin yang akan kembali ke

Mekah mendengar kabar bahwa keadaan di Mekah masih gawat dan

orang-orang musyrik semakin meningkatkan tekanan dan boikot


terhadap kaum muslimin. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali

ke Habasyah.

Di Habasyah mereka disambut dan diperlakukan dengan baik

oleh Raja Habasyah (Raja Najasyi), walaupun penduduk Habasyah

memeluk agama Nasrani. Beberapa tahun tinggal di Habasyah, kaum

muslimin sangat mengharapkan kesedihan akan cepat berlalu dan

barisan kaummuslimin menjadi kuat, namun kesedihan belum habis.

Kondisi itulah yang menyebabkan Ubaidillah memiliki keyakinan

bahwa kaum muslimin tidak akan pernah kuat. Tampaknya dia sudah

putus asa sehingga sedikit demi sedikit hatinya mulai condong pada

agama Nasrani, agama orang Habasyah dan agamanya sebelumnya.

Setelah sebagian kaum muslimin hijrah ke Habasyah, Rasulullah

juga hijrah ke Madinah. Beliau selalu memantau keadaan umat Islam,

tidak saja yang berada di Mekah dan Madinah, tetapi juga yang di

Habasyah. Ketika memantau Habasyah beliau mendengar kisah tentang

Ummu Habibah yang ditinggalkan Ubaidillah dengan derita yang

ditanggungnya selama ini. Hati beliau terketuk dan berniat menikahinya

serta mengangkat dari penderitaannya.

Dalam konteks ini, Ummu Habibah menceritakan mimpi dan

kehidupannya. Dia berkata, “Dalam tidurku aku melihat seseorang

menjumpaiku dan memanggilku dengan sebutan umm al-mukminin.

Aku terkejut. Kemudian aku mentakwilkan bahwa Rasulullah saw. akan

menikahiku.” Dia melanjutkan, “Hal itu aku lihat setelah masa iddahku
habis. Tanpa aku sadari seorang utusan Najasyi mendatangiku dan

meminta izin, dia adalah Abrahah, seorang budak wanita yang bertugas

mencuci dan memberi harum-haruman pada pakaian raja.

Dia berkata, “Raja berkata kepadamu, „Rasulullah mengirimku

surat agar aku mengawinkan kamu dengan beliau.” Aku menjawab,

„Allah memberimu kabar gembira dengan membawa kebaikan.‟ Dia

berkata lagi, „Raja menyuruhmu menunjuk seorang wali yang hendak

mengawinkanmu‟. Aku menunjuk Khalid ibn Said ibn As} sebagai

waliku, kemudian aku memberi Abrahah dua gelang perak, gelang kaki

yang ada di kakiku, dan cincin perak yang ada di jari kakiku atas

kegembiraanku karena kabar yang dibawanya.” (Aba Firdaus, op.cit., h.

175-176)

Rasululullah saw. mengutus Amr ibn Umayyah ke Habasyah

dengan membawa dua tugas, yaitu memberitahu kaum Muhajirin untuk

kembali ke Madinah karena posisi kaum muslimin sudah kuat serta

untuk membawa Ummu Habibah untuk Rasulullah. Di tengah

perjalanan kembali ke Madinah mereka mendengar berita kemenangan

kaum muslimin atas kaum Yahudi di Khaibar. Kegembiraan itu pun

mereka rasakan di Madinah karena saudara mereka telah kembali dari

Habasyah. Rasulullah saw. menyambut mereka yang kembali dengan

suka cita, terlebih dengan kedatangan Ummu Habibah. Beliau mengajak

Ummu Habibah ke dalam rumah, yang ketika itu bersamaan juga dengan

pernikahan beliau dengan S{afiyyah bint Huyay, putri salah seorang


pimpinan Yahudi Khaibar yang ditawan tentara Islam. Ketika itu Nabi

membebaskan dan menikahinya. Istri-istri Rasulullah lainnya

menyambut kedatangan Ummu Habibah dengan hangat dan rasa hormat,

berbeda dengan penyambutan mereka terhadap S{afiyyah.

Ummu Habibah kembali dari Habasyah bersama Syurahbil

bin

Hasanah dengan membawa hadiah-hadia h dari Najasyi, Raja

Habasyah. Berita pernikahan Ummu Habibah dengan Rasulullah

merupakan pukulan keras bagi Abu Sufyan. Ketika perjanjian

Hudaibiyah yang ditandatangani Rasulullah saw. bersama orang-orang

Quraisy diingkari oleh mereka. Mereka menyerang dan membantai Bani

Qazaah yang telah terikat perjanjian perlindungan dengan kaum

muslimin. Untuk mengantisipasi hal itu, Rasulullah saw. berinisiatif

menyerbu Mekah yang di dalamnya tinggal Abu Sufyan dan keluarga

Ummu Habibah. Orang-orang Quraisy Mekah sudah mengira bahwa

kaum muslimin akan menyerang mereka sebagai balasan atas

pembantaian Bani Qazaah yang mereka lakukan. Mereka sudah

mengetahui kekuatan pasukan kaum muslimin sehingga mereka memilih

jalan damai. Diutuslah Abu Sufyan yang dikenal dengan kemampuan

dan kepintarannya dalam berdiplomasi untuk berdamai dengan

Rasulullah saw.

Ketika sampai di Madinah, Abu Sufyan tidak langsung menemui

Rasulullah saw., tetapi terlebih dahulu menemui Ummu Habibah dan


berusaha memperalat putrinya itu untuk kepentingannya. Betapa

terkejutnya Ummu Habibah ketika melihat ayahnya berada di dekatnya

setelah sekian tahun tidak berjumpa karena dia hijrah ke Habasyah. Di

sinilah tampak keteguhan iman dan cinta Ummu Habibah kepada

Rasulullah saw. Abu Sufyan menyadari keheranan dan kebingungan

putrinya, sehingga dia tidak berbicara. Akhirnya Abu Sufyan masuk ke

kamar dan duduk di atas tikar. Melihat itu, Ummu Habibah segera

melipat tikar (kasur) sehingga tidak diduduki oleh Abu Sufyan.

Abu Sufyan sangat kecewa melihat sikap putrinya, kemudian

berkata, “Apakah kau melipat tikar itu agar aku tidak duduk di atasnya

atau menyingkirkannya dariku?” Ummu Habibah menjawab, “Tikar ini

adalah alas duduk Rasulullah, sedangkan engkau adalah orang musyrik

yang najis. Aku tidak suka engkau duduk di atasnya.” (Al-Istanbuli,

op.cit., h. 93)

Setelah itu Abu Sufyan pulang dengan merasakan pukulan berat

yang tidak diduga dari putrinya. Dia merasa bahwa usahanya untuk

menggagalkan serangan kaum muslimin ke Mekah telah gagal. Ummu

Habibah telah menyadari apa yang akan terjadi. Dia yakin akan tiba

saatnya pasukan muslim menyerbu Mekah yang di dalamnya terdapat

keluarganya, namun yang dia ingat hanya Rasulullah saw. Dia

mendoakan kaum muslimin agar memperoleh kemenangan dalam Fath

Makkah.

Pada saat yang hampir bersamaan, Allah mengizinkan kaum


muslimin untuk membebaskan Mekah. Rasulullah saw. bersama ribuan

tentara Islam memasuki Mekah. Abu Sufyan merasa dirinya sudah

terkepung puluhan ribu tentara. Dia merasa bahwa telah tiba saatnya

kaum muslimin membalas sikapnya yang selama ini menganiaya dan

menindas mereka. Rasulullah saw. sangat kasihan dan mengajaknya

memeluk Islam. Abu Sufyan menerima ajakan tersebut dan menyatakan

keislamannya dengan kerendahan diri.

Abbas, paman Rasulullah, meminta beliau menghormati Abu

Sufyan agar dirinya merasa tersanjung atas kebesarannya. Abbas

berkata, “Sesungguhnya Abu Sufyan itu seorang yang sangat suka

disanjung.” Di sini tampaklah kepandaian dan kebijakan Rasulullah.

Beliau menjawab, “Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, dia

akan selamat. Barang siapa yang menutup pintu rumahnya, dia pun akan

selamat. Dan barang siapa yang memasuki Masjidil Haram, dia akan

selamat.” Begitulah Rasulullah menghormati kebesaran seseorang, dan

Allah telah memberi jalan keluar yang baik untuk menghilangkan

kesedihan Ummu Habibah.140 (140Aba Firdaus, op.cit., h. 176.)

Setelah Rasulullah saw. wafat, Ummu Habibah hidup menyendiri

di rumahnya hanya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.

Pada saat Ummu Habibah merasa bahwa sebentar lagi akan meninggal,

ia berkata kepada Aisyah, “Wahai Aisyah, sungguh telah terjadi hal-hal

yang tidak menyenangkan selama kita menjadi madu. Aku harapkan

kepadamu untuk menghalalkan dan memaafkan diriku tentang sesuatu


yang telah terjadi.” Aisyah menjawab, “Semua telah kumaafkan dan

kuhalalkan. Aku memohon kepada Allah agar mengaruniakan ampunan-

Nya kepadamu dan kepadaku.”

Dalam kejadian fitnah besar atas kematian Utsman bin Affan, dia

tidak berpihak kepada siapa pun. Bahkan ketika saudaranya, Mu‟awiyah

ibn Abu Sufyan berkuasa, sedikit pun dia tidak berusaha mengambil

kesempatan untuk menduduki posisi tertentu. Dia juga tidak pernah

menyindir Ali ibn Abi T{alib lewat sepatah kata pun ketika bermusuhan

dengan saudaranya itu. Dia pun banyak meriwayatkan hadits Nabi yang

kemudian diriwayatkan kembali oleh para sahabat. Ummu Habibah

meninggal pada tahun ke-44 hijrah dalam usia tujuh puluh tahun.

Jenazahnya dikuburkan di Baqi‟ bersama istri-istri Rasulullah saw. yang

lain.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Maka dari hasil pembahasan diatas Ummu Habibah Ramlah binti

Abi Sufyan al-Umawiyyah al-Qurasyiyah al-Kinaniyyah Ummu dengan

dikenal Habibah, Ramlah binti Abu Sufyan atau Ramlah binti Abi

Sufyan. Yang pada akhirnya dinikahi oleh Rasulullah Saw. Ia wafat di

Madinah pada tahun 44 H pada masa kekhalifahan saudaranya,

Muawiyah, dan dimakamkan di Jannatul Baqi.

Seorang wanita yang cantik dan begitu taat pada Rasulullah.

Suami pertamnya yakni Ubaidillah bin Jahsy seorang muslim yang pada
akhirnya jatuh pada kemusyrikan ketika sedang pergi berhijrah.

Sedangkan Ummu Habibah tetap dengan keimanannya, meski dalam

keadaan seluruh keluarga dan suaminya dalam keadaan Musyrik.

2. Saran

Maka dari beberapa tulisan diatas, penulis berharap dapat

memberikan informasi terkait Sejarah Islam Lokal dan memberikan

pengetahuan baru baik kepada penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya. Terlepas dari kata sempurna, penulis berharap kritik dan saran

yang membangun dapat tersampaikan terhadap tulisan ini, sebagai bekal

dan pengetahuan baru bagi penuls.

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzahabi, Imam. 2004. Sirah Nabi: Sejarah Kehidupan Muhammad Saw.

Pentahqiq: Husamuddin Al-Qudsy. Semarang: Pustaka Nuun.

Al'Umuri, Akram Dhiya'. 2004. Seleksi Sirah Nabawiyah: Studi Kritis

Muhadditsin Terhadap Riwayat Dhaif. Jakarta: Darul Falah.

Haidir, Abdullah. 2005. Kisah Wanita-Wanita Teladan. Arab Saudi: Kantor

Dakwah Dan Bimbingan Bagi Pendatang, As-Sulay, Riyadh.

Hisyam, Ibnu. 2015. Sirah Nabawiyah, Ditakhrij Atau Ditahqiq Imam Abu

Mu¬Hammad Abdul Malik Bin Hisyam Al-Ma'arifi A.K.A Ibnu Hisyam

Dari Kitab "Sirah" Karya Muhammad Bin Ishak Al-Muththalibi A.K.A

Ibnu Ishaq. Jakarta: Akbar Media.


Al Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. 1997. Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur

Suhardi. Jakarta: Al Kautsar.

Al-Muafiri. Abu Muhammad Abdul Malik Bin Hisyam. 2000. Sirah Nabawiyah

Ibnu Hisyam, Muhaqqiq: Sa'id Muhammad Allahham. Terj: Fadhli Bahri.

Jakarta: Darul Falah.

Azis, A. Rosmiaty. 2016. Leadership Ummahatul Mukminin Dalam Pendidikan

Islam. Yogyakarta: SIBUKU.

Farida, Umma. 2012. 25 PEREMPUAN TELADAN: Para Istri, Putri, & Sahabat

Perempuan Nabi Saw. Kudus: STAIN Kudus Repository.

Anda mungkin juga menyukai