Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM MASA KLASIK

(Abu Hurairah)

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Mufatihatut Taubah, S.Ag, M.Pd.I

Oleh:

Ririn Ridhoah Apriliana 1710110341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak para tokoh Islam yang semasa hidupnya memiliki peranan
penyebaran agama Islam, mulai dari Nabi Muhammad SAW sendiri, para
sahabat yang diangkat menjadi khalifah, dan para sahabat yang menjadi
perawi hadits. Hadits merupakan sumber syari’at Islam kedua setelah Al-
Qur’an. Keberadaannya telah disepakati sebagai pedoman dalam
penetapan hukum, baik ubudiah maupun muamalah.
Dalam makalah ini, akan dibahas tokoh perawi hadits terbanyak,
yang berjumlah 5374 hadits. Abu Hurairah yang juga dikenal sebagai
bapak kucing, karena rasa sayangnya terhadap kucing. Abu Hurairah
sering juga disebut Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi. Abu Hurairah
adalah orang yang qanaah, merasa cukup dan ridho dengan nikmat-nikmat
Allah yang diberikan kepadanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Abu Hurairah?
2. Bagaimana proses Abu Hurairah masuk Islam?
3. Bagaimana pendapat muhadditsin tentang Abu Hurairah?
4. Apa saja kritikan terhadap Abu Hurairah mengenai haditsnya?
5. Bagaimana konsep pemikiran pendidikan menurut Abu Hurairah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Abu Hurairah


Nama lengkapnya adalah Abdus Syams bin ‘Amir bin Adtsan bin
‘Abdullah bin Zahran bin Kaab bin al-Haris bin Malik bin Nashr bin al-
Azad. Ia lahir di Daus, wilayah di Yaman, pada tahun 19 SH/600 M.
Kemudian oleh Rasulullah SAW ia diberi gelar Abu Hurairah yang berarti
bapak kucing kecil. Nama itu diberikan setelah ia membawa seekor kucing
kecil ke hadapan Rasulullah SAW. Rasulullah sendiri memanggil dengan
nama Abu Hurairah. Abu Hurairah memang seorang penyanyang binatang
dan mempunyai seekor kucing.1
Sahabat Nabi ini lebih terkenal dengan nama Abu Hurairah. Mengenai
hal ini, Usamah bin Zaid menceritakan kepada Abdullah bin Rafi’ berkata,
“Aku bertanya kepada Abu Hurairah, “Mengapa engkau dipanggil Abu
Hurairah?” Ia pun menjawab, “Dulu, aku penggembala kambing milik
keluargaku. Pada saat itu aku mempunyai seekor kucing kecil. Jika malam
tiba, aku meletakkannya di bawah sebuah pohon. Pada pagi harinya, aku
menghampirinya, lalu bermain-main dengannya. Oleh karena itu, Nabi
memanggilku dengan Abu Hurairah.
Akan tetapi, ada juga riwayat lain yang mengatakan bahwa Rasulullah
pernah melihat seekor kucing di lengan Abu Hurairah, sehingga beliau
memanggilnya, “Wahai Abu Hurairah.” Maksud dari panggilan Rasulullah
mungkin, Yaa aba al-hirr, yang artinya “wahai bapak si kucing kecil.”
Beliau adalah salah seorang sahabat yang mendapat gelar kehormatan oleh
para ulama’ dengan Al-Imam, Al-Faqih, Al-Mujtahid, dan Al-Hafidz.
Penulis sejarah Islam tidak banyak yang menulis keadaan Abu Hurairah
pada masa sebelum beliau masuk Islam.2

1
Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi SAW, Jakarta: Ummul Qura, 2012, Hlm. 431
2
Ibnu Ahmad, Tokoh dan Ulama Hadis, Sidoarjo: Penerbit Mashun, 2008, Hlm. 17
Abu Hurairah adalah sosok sahabat yang berjiwa tenang, lembut tutur
katanya dan halus perasaannya. Siapapun yang duduk di majlisnya, ia akan
merasa tenang mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya. Abu
Hurairah adalah sahabat yang sederhana bahkan bisa dibilang kekurangan,
karena ia menghibahkan dirinya untuk menyertai Nabi dan menimba
hadits-hadits beliau. Abu Hurairah juga dikenal murah hati, mencintai
kebaikan, tidak kikir atas apa yang dimilikinya dan sangat menghormati
tamunya.
Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadits dari guru pertama, yaitu
langsung dari Rasulullah SAW karena ia senantiasa menyertai beliau.
Selain itu, ia juga meriwayatkan hadits dari sebagian sahabat seperti, Abu
Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Al Fadhil bin Abbas bin Abdul
Muthalib, Ubai bin Kaab, Usamah bin Zaid, Aisyah Ummul Mukminin,
Bashrah bin Abi Bashrah dan Kaab Al Akhbar.
Banyak murid atau orang yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah,
baik dari kalangan sahabat maupun tabi’in. Diantara kalangan sahabat
yang masyhur meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah adalah Ibnu Abbas,
Ibnu Umar, Anas bin Malik, Wailah bin al Asqa, Jabir bin Abdullah al
Ansari dan Abu Ayyub al Ansari.3
Abu Hurairah memanfaatkan sisa hidupnya untuk taat kepada Allah dan
Rasul-Nya serta menekuni hadits Nabi SAW. Hingga ia dikenal luas
sebagai sahabat perawi hadits utama, pada akhirnya ajal pun menemuinya.
Pada masa-masa akhir hayatnya, ketika orang-orang yang menjenguknya
berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku sudah sangat rindu bertemu dengan-
Mu. Semoga Engaku juga rindu bertemu denganku.” Abu Hurairah wafat
pada bulan Ramadhan tahun 59 H pada usia ke 78 tahun. Abu Hurairah
wafat setelah wafatnya Ummul Mukminin Aisyah, yaitu pada tahun yang
sama. Bahkan, Abu Hurairah masih sempat menyalati jenazah Ummul
Mukminin Aisyah.

3
Ibid., Hlm. 32
Abu Hurairah dimakamkan di pemakaman Baqi’. Walid bin ‘Utbah bin
Abu Sufyan menyalatinya. Ketika itu, Walid bin ‘Utbah bin Abu Sufyan
adalah gubernur Madinah di masa kekuasaan khalifah Muawiyah bin Abu
Sufyan. Sahabat yang turut mengantarkan jenazahnya adalah Ibnu Umar
dan Abu Said al-Khudri. Hadir pula Marwan bin Hakam. Putra Usman pun
membawa tempat tidurnya hingga Baqi’ untuk mengenang pendapat Abu
Hurairah tentang Usman. Ketika para pengantar jenazah beranjak dari
tempat persemayaman terakhir Abu Hurairah, mereka membaca hadits-
hadits Nabi yang diajarkan oleh Abu Hurairah.4
B. Proses Abu Hurairah masuk Islam
Abu Hurairah masuk Islam ketika Rasulullah bertolak menuju Khaibar
untuk menaklukkan kota tersebut dan menyebarkan agama Islam. Abu
Hurairah masuk Islam dengan suka cita dan penuh kerinduan pada
kebenaran Islam. Akan tetapi, ada riwayat lain yang menyatakan bahwa
Abu Hurairah masuk Islam setelah mendengar dakwah kawan
sedaerahnya, yaitu Thufail bin Amr Al Dausi. Thufail datang menemui
Nabi SAW sambil menutup telinganya dengan kapas (hanya dengan cara
ini yang diperbolehkan kaum kafir Quraisy untuk menemui Nabi SAW).
Namun, ayat Al-Qur’an menembus telinganya dan sampai ke hati hingga
menyebabkan Thufail masuk Islam. 5
Abu Hurairah hijrah pada tahun 7 H atau 629 M pada malam hari saat
terjadi perang Khaibar. Beliau shalat subuh pertama di Madinah
bermakmum pada Sibi’ bin Arfathah, wakil Rasulullah selama berperang
di Khaibar. Ia memeluk Islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan.
Menurut para penulis biografi sahabat Nabi SAW, sejak ia bertemu Nabi
SAW dan berbaiat kepada beliau untuk masuk Islam. Ia bisa dikatakan
tidak pernah berpisah dengan beliau kecuali pada saat tidur saja. Abu
Hurairah memiliki sifat yang terpuji, yaitu sifat ketabahan jiwa yang
mengagumkan dalam mengemban tanggungjawab yang mulia. Kesabaran
4
Irwan Kurniawan, 1000 Peristiwa dalam Islam, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002, Hlm. 144
5
Badri Khaeruman, Otentisitas Hadis Studi Kritis atas Kajian Hadis Kontemporer, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004, Hlm. 147
adalah senjata yang paling ampuh dalam menepis segala godaan hawa
nafsu. Abu Hurairah dalam kefakirannya selalu bersifat sabar. Ia mendapat
makan dari Rasulullah atau upah membantu orang lain. Ia tinggal di
serambi masjid bersama sahabat Muhajirin yang lain (Ashabu Suffah).
Keadaan itu berjalan selama beberapa tahun yang dilaluinya bersama
Rasulullah SAW, sejak ia masuk Islam hingga Nabi SAW wafat.
C. Pendapat Muhadditsin Tentang Abu Hurairah
Abu Hurairah yang terus menyampaikan hadits sepeninggal Nabi
Muhammad SAW menimbulkan kecurigaan dari sebagian sahabat. Abu
Hurairah memberi penjelasan, “Kalian telah mengatakan bahwa Abu
Hurairah terlalu banyak mengeluarkan hadits dari Nabi SAW dan kalian
juga menyatakan bahwa orang-orang Muhajirin yang lebih dulu masuk
Islam tidak menceritakan hadits-hadits itu. Ketahuilah bahwa sahabatku
dari kalangan Muhajirin sibuk dengan perdagangan mereka di pasar,
sedangkan sahabatku Anshor sibuk dengan tanah pertanian mereka.
Adapun aku, aku adalah orang miskin yang banyak menyertai majelis
Rasulullah SAW. Aku hadir ketika mereka absen dan aku ingat ketika
mereka lupa.”
Sabda Nabi yang dianggap shahih mengenai Abu Hurairah ini,
sebagaimana dicatat Al-Hakim yang menerima riwayat dari Abu Abbas
bin Ya’kub yang diterima dari Al-Abbas Muhammad Ad-Daura dari Abu
Shadik An-Naji dari Abi Said Al-Khudry, yang menyatakan bahwa
Rasulullah SAW pernah menyatakan, “Abu Hurairah adalah lautan ilmu.” 6
Dalam hadits lain dinyatakan, “Sungguh aku telah menyangka, tidak akan
bertanya tentang hadits ini mendahului kamu karena aku tahu
kesungguhan kamu terhadap hadits.” (HR Bukhari)
Umar bin Khattab melalui dialog yang panjang dan pengujian yang
lama, yang dilatar belakangi ketidaksetujuan Umar terhadap sahabat yang
terlalu banyak meriwayatkan hadits, karena ditakutkan Al-Qur’an
tercampur dengannya. Marwan bin Hakam bermaksud menguji

6
Badri Khaeruman, Ulum Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2010, Hlm. 210
kemampuan Abu Hurairah dan meminta kepadanya mengabarkan hadits-
hadits dari Rasulullah SAW. Dari balik dinding seorang penulis menulis
apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah. Setelah satu tahun, Marwan bin
Hakam memanggil kembali Abu Hurairah dan memintanya agar
membacakan lagi hadits-hadits yang tahun sebelumnya telah ditulis
sekretarisnya. Ternyata tidak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah walau
hanya sepatah kata.
Suata hari Zaid bin Tsabit mengatakan kepada Rasulullah SAW bahwa
dia meminta kepada Allah SWT ilmu yang tidak terlupakan, tapi
Rasulullah SAW berkata, “Kalian telah didahului oleh orang dari Daus
(Abu Hurairah).” Abdullah bin Umar berkata, “Wahai Abu Hurairah,
engkau selalu menyertai Rasulullah SAW, maka beritahu kami hadits
tentang beliau.” Thalhah bin Ubaidillah berkata, “Tidak diragukan lagi,
sesungguhnya Abu Hurairah mendengar apa yang tidak kami dengar, kami
mendengar seperti dia juga mendengar, tapi dia hafal dan kami lupa.”
Dari Abi Said Al-Khudri, berkata Rasulullah SAW, “Abu Hurairah
bagaikan wadah yang penuh dengan ilmu.” Imam Syafi’i mengemukakan
pendapatnya tentang Abu Hurairah, “Dia seorang yang paling banyak
hafal diantara seluruh perawi hadits semasanya.” Al-Bukhari menyatakan,
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah tidak ubah bagai suatu perpustakaan
besar yang telah ditakdirkan kelestarian dan keabadiannya.” Al Hafidz
Syamsudin Ad Dzahabi mengatakan, “Abu Hurairah sangat bagus
hafalannya, kami tidak mengetahui kesalahannya dalam hadits.” Ibnu
Katsir mengatakan, “Abu Hurairah termasuk orang yang jujur, bagus
hafalannya, memahami agamanya, ahli ibadah, termasuk orang yang
zuhud, selalu mengerjakan amal shaleh.”
Ubay bin Kaab berkata, “Abu Hurairah adalah orang yang berani, ia
banyak bertanya kepada Nabi SAW tentang segala sesuatu, sedangkan
kami tidak berani dan ketika saya diutus oleh Ibnu Umar untuk meminta
keterangan kepada Aisyah tentang hadits mengenai jenazah yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, maka jawab Aisyah benar Abu Hurairah.
Ka’ab Al Akhbar berkata, “Aku tidak melihat seseorang yang membaca
kitab Taurat dan lebih mengetahui yang terkandung di dalamnya selain
Abu Hurairah.” Abu Shalih Al Sam’ani berkata, “Abu Hurairah adalah
yang paling hafal diantara sahabat tentang hadits-hadits Nabi.”
Muhammad bin Amarah bin Amar bin Hazm berkata, “Sesungguhnya
pada hari itu aku mengetahui manusia yang paling hafal hadits-hadits Nabi
dan majlisnya selalu dikunjungi orang yang di dalamnya dia sebagai guru
yang meriwayatkan hadits kepada mereka dari kalangan sahabat yang
belum mengetahui hadits Nabi, kemudian Abu Hurairah meriwayatkan
kepada mereka.” Imam Al Dhahabi berkata, “Abu Hurairah adalah
penghafal yang paling tinggi dari apa yang didengar dari Nabi dan
mengetahui seluk beluk hurufnya hingga dia dapat mengetahui bila
periwayatannya itu salah.”7
Pernyataan di atas merupakan kekaguman para ahli hadits kepada Abu
Hurairah. Mereka mengetahui dia adalah sahabat yang luas ilmunya dan
periwayat hadits yang paling banyak. Namun demikian, kekaguman dan
kepercayaan yang besar ini tentunya tidak menyebabkan dihentikannya
penelitian terhadap hadits yang diisyaratkan bersumber dari Abu Hurairah.
Tapi justru nama besar Abu Hurairah dikhawatirkan disalahgunakan yakni
menyebarluaskan hadits-hadits palsu dengan bermacam-macam tujuannya.
D. Kritikan Terhadap Abu Hurairah Mengenai Haditsnya
Ada beberapa kritik terhadap Abu Hurairah, ada yang menentang hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah adalah mengada-ada, akan tetapi
ada juga yang mendukung hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
diantaranya, sebagai berikut:
1. Ada sejumlah intelektual Muslim yang terang-terangan menyerang
Abu Hurairah dan berupaya melemahkan reputasinya sebagai perawi
hadits yang handal. Tetapi, tidak sedikit pula jumlah ulama dan
intelektual yang membelanya dari segala cela yaitu Mahmud Abu
Rayyah, seorang intelektual asal Mesir yang paling bersemangat

7
Abdullah Al-Qarni, Ada Benalu di Tubuh Sunnah, Jakarta: Sahara Publisher, 2004, Hlm. 161
melontarkan kritikan terhadap Abu Hurairah. Kritik Abu Rayyah
dituliskan dalam bukunya Adhwa ala As Sunnah al Muhammadiyah.
Segala argumen yang diajukan untuk memperkuat asumsinya bahwa
himpunan hadits bukanlah kata-kata atau perbuatan Nabi SAW.
Namun, merupakan sebuah rekayasa orang-orang pada masa zamannya
Nabi SAW dan generasi sesudahnya untuk menciptakan hadits.
2. Dalam bukunya Abu Rayyah meragukan hadits yang diriwayatkan
Abu Hurairah dengan menumbuhkan kecurigaan terhadap kenyataan
bahwa jumlah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah hadits yang diriwayatkan oleh
para sahabat yang disibukkan oleh persoalan-persoalan pemerintahan
dan politik.
3. Abu Hurairah seorang yang senantiasa lebih mengutamakan untuk
menyertai Rasulullah dari pada mengenyangkan perutnya. Ia tidak
disibukkan oleh perkara yang menyibukkan saudara-saudaranya dari
kaum Muhajirin dan Anshor. Ia mendengarkan apa yang tidak mereka
dengar. Pikirannya hanya kosong dari berbagai kesibukan membuatnya
hafal apa yang tidak mereka hafal. Para sahabat tabi’in dan ulama
menjadi saksi untuknya tentang kekuatan hafalannya.8
4. Tentang banyaknya hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, Dr. Al-
A’zhami melakukan penelitian, bahwa jumlah 5000an hadits yang
diriwayatkan Abu Hurairah adalah jika dihitung hadits yang
substansinya diulang-ulang. Jika perhitungan dilakukan dengan
mengabaikan hadits-hadits yang diulang-ulang substansinya, maka
hadits dari Abu Hurairah yang ada dalam Musnad dan Kutub as-Sittah
tinggal 1336.
5. Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Sunnah-Syiah Berangan
dengan tangan! Mungkinkah? Kajian atas konsep dan pemikiran,
memberikan perhitungan matematis untuk menyalahgunakan kritik
Abu Rayyah, hampir sama dengan yang ia dengar atau lihat

8
Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, Hlm. 199
menyangkut Nabi rata-rata sebanyak lima informasi hadits dalam
sehari, berarti dalam setahun ia mampu menyampaikan 365x5 yakni
sama dengan 1825 hadits. Dengan demikian, Abu Hurairah hidup
bersama Nabi SAW selama empat tahun yang berpotensi untuk
meriwayatkan sebanyak 7300 hadits. Jumlah ini jauh lebih banyak dari
yang dinisbatkan kepada Abu Hurairah yang dinyatakan 5374 hadits.
Di samping itu, perlu diingat bahwa ada sekitar 800 orang perowi yang
meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah. Tentu saja ada kelemahan
kecil atau besar dalam riwayat hadits tersebut.
E. Konsep Pemikiran Pendidikan Abu Hurairah
Konsep pemikiran pendidikan menurut Abu Hurairah pendidikan Islam
hanya terdiri dari lima unsur dasar, yaitu beriman, berpegang teguh kepada
Al-Qur’an, berpegang teguh kepada Hadits, melaksanakan kewajiban-
kewajiban yang dibebankan oleh Islam dan melaksanakan pendidikan
jasmani.
1. Beriman
Beriman kepada Allah SWT, malaikat, kitab, Rasul dan percaya
hari kebangkitan. Sebagaimana hadits Nabi bahwa suatu hari Nabi
SAW berada di tengah-tengah umatnya, tiba-tiba malaikat Jibril
mendatanginya, seraya bertanya kepada Nabi: “Apakah iman?”
Nabi berkata, “Iman adalah harus percaya kepada Allah, malaikat,
kitab, Rasul dan percaya kepada hari kebangkitan.
2. Berpegang teguh kepada Al-Qur’an
Orang-orang Islam sangat dianjurkan mengajarkan Al-Qur’an
kepada anak-anaknya ketika masih usia balita. Sejarah merekam
bahwa ulama-ulama besar, cendekiawan-cendekiawan terkemuka,
para pemikir hebat sudah belajar Al-Qur’an sejak di bawah usia 10
tahun. Barangsiapa belajar Al-Qur’an dan memahami sebagian isi
kandungan Al-Qur’an ketika masih dalam usia dini, maka semua
perilaku dan tindakannya akan ditandai dengan karakter moral atau
akhlak Al-Qur’an. 9
3. Berpegang teguh kepada Hadits
Al-Qur’an tidak akan dapat dipahami atau dimengerti tanpa
keberadaan hadits. Hadits merupakan pemberi batasan terhadap
kemutlakan, pemberi kekhususan terhadap keumuman, pemberi
perincian terhadap kemujmalan dan pemberi keterangan terhadap
kekaburan Al-Qur’an.
4. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan Islam
Penunaian kewajiban ini adalah dengan cara mensucikan jiwa
melalui banyak berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Kewajiban-kewajiban ini meliputi semua bidang akhlak dan
tatakrama. Agama Islam telah menjadikan akhlak dan tatakrama
sebagai syarat pokok bagi kehidupan beragama yang baik.
5. Melaksanakan pendidikan jasmani
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang-orang mukmin yang
kuat adalah lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang
mukmin yang lemah.” Nabi Muhammad SAW adalah orang
mukmin pemberani terhadap musuh Islam. Beliau memiliki
semangat yang tinggi. Pada suatu hari ada seorang laki-laki yang
paling kuat dan paling tangguh di Semenanjung Arab pada saat itu
mendatangi Rasulullah seraya berkata, “Wahai putra saudaraku,
telah terdengar berita kepadaku tentang keberanianmu, jika anda
mau bergulat melawan saya, maka sesungguhnya anda benar”, lalu
Nabi bergulat melawan laki-laki itu sampai tiga kali.

9
Andi Bastoni, 101 Sahabat Nabi, Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2004, Hlm. 120
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nama lengkap Abu Hurairah adalah Abdus Syams. Ia lahir di Daus
daerah Yaman pada tahun 19 SH/600 M. Beliau lebih dikenal dengan
nama Abu Hurairah. Abu Hurairah wafat pada bulan Ramadhan tahun
59 H pada usia ke 78 tahun dan dimakamkan di pemakaman Baqi’.
Abu Hurairah masuk Islam ketika Rasulullah bertolak menuju
Khaibar untuk menaklukkan kota tersebut dan menyebarkan agama
Islam. Abu Hurairah masuk Islam dengan suka cita dan penuh
kerinduan pada kebenaran Islam. Akan tetapi, ada riwayat lain yang
menyatakan bahwa Abu Hurairah masuk Islam setelah mendengar
dakwah kawan sedaerahnya, yaitu Thufail bin Amr Al Dausi.
Para ahli hadits mengetahui bahwa Abu Hurairah adalah sahabat
yang luas ilmunya dan periwayat hadits yang paling banyak. Konsep
pemikiran pendidikan menurut Abu Hurairah pendidikan Islam hanya
terdiri dari lima unsur dasar, yaitu beriman, berpegang teguh kepada
Al-Qur’an, berpegang teguh kepada Hadits, melaksanakan kewajiban-
kewajiban yang dibebankan oleh Islam dan melaksanakan pendidikan
jasmani.
DAFTAR PUSTAKA

Khalid, Muhammad. Biografi 60 Sahabat Nabi SAW. Jakarta: Ummul


Qura. 2012.
Ahmad, Ibnu. Tokoh dan Ulama Hadis. Sidoarjo: Penerbit Mashun. 2008.
Khaeruman, Badri. Ulum Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 2010.
Kurniawan, Irwan. 1000 Peristiwa dalam Islam. Bandung: Pustaka
Hidayah. 2002.
Al-Maliki, Alawi. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.
Khaeruman, Badri. Otentisitas Hadis Studi Kritis atas Kajian Hadis
Kontemporer. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004.
Bastoni, Andi. 101 Sahabat Nabi. Jakarta: Pustaka Al Kausar. 2004.
Al-Qarni, Abdullah. Ada Benalu di Tubuh Sunnah. Jakarta: Sahara
Publisher. 2004.

Anda mungkin juga menyukai