PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan salah satu sumber pokok penetapan hukum dalam
Islam. Hadits Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam , adalah sebuah
kenyataan yang tak dapat diragukan lagi. Hadits dapat disebut juga dengan Sunnah
adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada Nabi Muhammad
SAW baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir-nya. Sebagai sumber ajaran
Islam setelah al-Qur'an, sejarah perjalanan hadits tidak terpisahkan dari sejarah
perjalanan Islam itu sendiri.
Pada zaman sahabat, hadits - hadits Nabi disampaikan dari mulut ke mulut.
Pada masa itu mereka belum terdorong membukukannya dan kekuatan hafalan
sahabat pun telah diakui sejarah. Pada masa setelah sahabat adalah para tabiin dan
tabiut tabiin yang penyampaikan hadits- hadits nabi dan mereka mulai
membukukan hadits hadits agar tidak hilang dari perubahan zaman.
Para sahabat, tabiin dan tabiut tabiin dalam meriwayatkan hadits sangat
adil dan tidak ada pertentangan diantara meraka pada masa hidup meraka. Oleh
sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang keadilan para sahabat , tabiin
dan tabiut tabiin dalam meriwayatkan dan mengajarkan hadits pada orang islam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka pemakalah dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sahabat ?
2. Bagaimana Riwayat hidup Abu Hurairah?
3. Bagaimana Abu Hurairah Pada Masa Rasulullah dan para Sahabat ?
4. Bagaimana keadilan sahabat ?
1
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui bahwa keadilan para sahabat,
tabiin, dan tabiut tabiin dalam mengajarkan ajaran islam berpedoman pada
alquran dan hadits.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sahabat
Kata sahabat menurut lughah jamak dari sahib artinya yang menyertai.
Menurut para ulama yang disebut "sahabat" adalah orang yang bertemu dengan
Nabi SAW dalam keadaan beriman dan meninggal dunia sebagai pemeluk Islam.
Maka, orang yang bertemu dengan Nabi sedang dia belum memeluk agama Islam,
maka tidaklah dipandang sahabat. Orang yang menemui masa Nabi dan beriman
kepadanya tetapi tidak menjumpainya, seperti Najasi, atau menjumpai Nabi setelah
Nabi wafat, seperti Abu Dzu'aib, yang pergi dari rumahnya setelah ia beriman
untuk menjumpai Nabi di Madinah. Setiba di Madinah, Nabi telah wafat. Maka,
baik Najasi dan Abu Dzu'aib, mereka berdua termasuk sahabat Nabi.
Ditandaskan oleh al-Hafidl, bahwa pendapat yang paling shahih yang telah
diketemukannya bahwa arti sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi
dalam keadaan dia beriman dan meninggal dalam islam, baik lama ia bergaul
dengan Nabi atau tidak, baik dia turut berperang bersama Nabi atau tidak, baik dia
dapat melihat Nabi meskipun tidak dalam satu majelis dengan Nabi, atau dia tidak
dapat melihat Nabi karena buta.
Menurut Usman ibnu Shalih, yang dikatakan sahabat adalah orang yang
menemui masa Nabi, walaupun dia tidak dapat melihat Nabi dan ia memeluk Islam
semasa Nabi masih hidup.
Sebagian 'ulama Ushul berpendapat bahwa yang dimaksud sahabat adalah
orang yang berjumpa dengan Rasul dan lama pula persahabatannya dengan beliau
walaupun tidak meriwayatkan hadits dari beliau.
Menurut al-Khudlari menerangkan dalam Ushul Fiqhnya: "tidak dipandang
seseorang, menjadi sahabat, melainkan orang yang berkediaman bersama Nabi
satu tahun atau dua tahun". Tetapi an-Nawawi membantah faham ini dengan
alasan kalau yang dmaksud sahabi yaitu orang yang menyertai Nabi satu atau dua
tahun, tentulah tidak boleh kita katakan Jarir al-Bajali seorang sahabat.
Menurut bahasa, sahabat (jama dari shahib) berarti yang menyertai atau
yang menemani Sedangkan menurut istilah, ulama berbeda pendapat.
3
1. Jumhur ulama berpendapat bahwa sahabat ialah :
Orang yang bertemu Rasulullah saw dengan pertemuan yang wajar sewaktu
Rasulullah saw masih hidup, dalam keadaan Islam dan beriman.
2. Ibnu Hajar dalam kitab Al Ishabah jilid 1 : 4-5 menerangkan bahwa sahabat
ialah orang Islam yang bertemu dengan Nabi saw dan mati dalam memeluk
Islam. Al Jahidl berpendapat bahwa sahabat ialah orang Islam yang berjumpa
dengan Nabi, lama persahabatannya dengan Nabi dan meriwayatkan hadis dari
beliau.
Adapun pengertian sahabat secara umum yang telah didefinisikan oleh para
ulama, yaitu :
Sahabat adalah orang yang pernah bertemu dengan Nabi, beriman
kepadanya dan meninggal dalam keadaan Islam .
4
besar disana sampai ia berumur lebih dari 30 tahun. Ia demikian bodoh dan
tidak memiliki wawasan ataupun pengetahuan. Ia adalah seorang papa yang
pelupa oleh karena usianya, seorang yatim yang diterjang kemiskinan, menjadi
buruh ini dan itu pada laki-laki ataupun wanita hanya untuk mengisi perutnya
Rasulullah menjulukinya Abu Hurairah (bapak kucing kecil) , ketika
beliau melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah itu
semata karena kecintaan beliau padanya. Sehingga jarang ada orang yang
memanggilnya dengan nama sebenarnya (Abdurrahman bin Sakhr). Dan Nabi
menjulukinya seperti itu karena setiap hari Abu Hurairah selalu membawa
kucing kemana ia pergi dan pada malam hari ditempatkan disebuah
pohon.sehingga beliau juga disebut bapaknya kucing, karena kecintaan Abu
Hurairah.
5
Abu Hurairah betapapun wirai, takwa dan zuhudnya selalu gembira
dan suka berkelakar. Apabila melewati anak-anak, ia kerapkali membuat
mereka tertawa, kalau bertemu dengan orang-orang dipasar, ia
menceritakan sesuatu yang membuat mereka gembira. Tetapi jika sedang
sendirian ia bertahajjud, yang dilakukan dengan khusyu sepanjang malam.
Bahkan menurut pengakuan Abu Hurairah sendiri, ia telah membagi waktu
setiap harinya menjadi tiga bagian , sebagian untuk beribadah sebagian
untuk menghafal hadis dan sebagian lagi untuk istirahat. Kelebihan lain
yang dimiliknya adalah kuat dalam hafalan dan ia tergolong pada salah
seorang fari tujuh sahabat yang paling banyak hafalannya di bidang hadis.
Pada Masa Nabi. Kontroversi Abu Hurairah sudah bisa ditemukan
dan dianalisa pada masa bersama Nabi. Bukhori menyebutkan , bahwa Abu
Hurairah berkata : orang-orang mengatakan bahwa Abu Hurairah
meriwayatkan begitu banyak hadis yang barangkali tidak dikatakan oleh
Nabi. Aku mendekati Nabi hanya untuk memuaskan laparku. Abu
Hurairah meriwayatkan hadis-hadisnya hanya untuk membuat senang orang
kebanyakan pada dirinya terutama setelah meninggalnya Sahabat-Sahabat
besar.
Pada Masa Khalifah. Pada masa Utsman. Abu Hurairah menjadi
sangat bergairah kepada keluarga Abdul Ass dan seluruh Bani Umayyah
ketika Utsman menjadi Khalifah. Ia menggandeng Marwan bin Hakam
serta menyanjung keluarga Abu Maith, karena itu ia menjadi orang yang
penting terutama setelah pengepungan rumah Utsman selama revolusi
melawannya, sebab Abu Hurairah bersamanya didalam rumah itu.
Karenanya, ia memperoleh kemekaran dan ketenaran.
Abu Hurairah mendapatkan momen yang pas untuk mencari
kesempatan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dengan bergabung
dengan gerombolan Utsman yang dikepung oleh pemberontak, karena Abu
Hurairah tahu bahwasannya para pemberontak tersebut hanya mengincar
nyawa Utsman.
Contoh hadis Abu Hurairah yang merupakan hanya untuk kepentingan
pribadinya dan demi untuk menyenangkan orang yaitu :
6
: :
: : : :
.
Artinya : Menceritakan kepada kami Muhammad ibn Hasan al-Asadi>
berkata, keduanya memuji Ibrahim ibn T{ahman dari Musa ibn Aqabah
dari kakeknya Abi Hasanah berkata : saya masuk ke rumah Usman
kemudian saya mendengar Abu Hurairah berkata : saya mendengar
Rasulullah SAW. Bersabda : Akan ada kerusuhan dan perselisihan
setelahku. Mereka berkata, apa yang Engkau perintahkan kepada kami
kalau begitu? Beliau bersabda, menunjuk kepada Imam Ali, pertahankan
Amir serta sahabat-sahabtnya.
Akan tetapi Abu Hurairah lebih membuat senang keluarga Abul
Ash, Abu Maith dan Abu Sofyan, karena itu ia mengubah hadis ini kepada
Utsman. Dan sebagai imbalannya, mereka memberi hadiah untuk segala
kebaikannya.
Dari sini sudah bisa disangsikan bahwasannya sebgian hadis dari
Abu Hurairah tidak sesuai dengan ucapan Nabi. Pada masa Bani Umayyah
juga demikian. Bani Umayyah memperbudak Abu Hurairah dengan
berbagai kebaikan mereka, mereka mengambil pendengaran, penglihatan
serta hatinya, dan menjadikannya seorang yang penurut, jadi ia adalah
sarana dari kebijakan-kebijakan mereka.
Bani Umayyah menyuruh Abu Hurairah membuat hadis-hadis
tersebut diatas hanya untuk kepentingan politis untuk mengalahkan Imam
Ali. Karena dengan menyebar hadis-hadis palsu yang bisa menjatuhkan
Imam Ali, akan mudah baginya utnuk mempengaruhi masyarakat agar
membenci Ali dan target Muawiayah akan berhasil. Berikut contoh
hadisnya yang mencemarkan Imam Ali. Nabi bersabda :
:
:
: .
.
7
Artinya : dari Marrah al-Hamdani berkata : Ali ibn Abi Thalib
membacakan kepada kami shifah sekedarnya di dekat pedang Rasulullah
SAW : Setiap Nabi mempunyai tempat suci. Tempat suciku adalah
Madinah. Barang siapa yang berbuat kerusakan di Madinah, akan dikutuk
oleh Allah, para malaiakat dan seluruh umat manusia. Aku bersumpah
demi Allah bahwa Ali telah berbuat kerusakan di dalamnya. Ketika
mendengar ucapan itu, Muawiyah menyetujuinya, memberi imbalan serta
mengangkatnya menjadi Gubernur Madinah.
Disini jelas keluarnya hadis buatan Abu Hurairah adalah untuk kepentingan
Muawiyah dan itu sangat bertentangan dengan pribadi Ali yang
dimuliyakan oleh Nabi.
8
lukai, aku aniaya, kutuk serta aku dera, biarkan itu menjadi penebus dosanya
serta menjadi jalan baginya agar menjadi lebih dekat dengan-Mu.
Hadis diatas sangat bertentangan dengan Nabi, Nabi-Nabi jauh dari
setiap ucapan atau tindakan yang akan bertentangan dengan kemaksuman
mereka atau dengan semua yang tidak akan cocok dengan kebijaksanaan serta
kearifannya. Ini juga diperkuat oleh Aisyah (istri Nabi) tentang akhlak Nabi,
suatu hari ada orang yang bertanya tentang akhlak Nabi Muhammad SAW.
Aisyah mengatakan padanya, Apakah engkau membaca Quran? ia berkata,
ya Aisyah berkata , Quran adalah akhlaknya
Abu Hurairah mengeluarkan hadis diatas hanya untuk melindungi dan
membela kemunafikan bani Umayah yang telah melakukan penganiayaan dan
pengrusakan.
Muslim menyebutkan bahwa Abdul Malik bin Abu Bakar berkata bahwa
Abu Bakar telah berkata :
:
: :
:
:
: : : .
Artinya : menceritakan kepada kami Abdullah, menceritakan kepadaku Ubay,
menceritakan kepada kami Yahya ibn Said dari Ibn Juraij berkata : Aku
mendengar Abu Hurairah meriwayatkan dalam berbagai ceritanya
Barangsiapa yang tidak suci setelah fajar, maka ia tidak berpuasa. Aku
sampaikan hadith ini kepada Aisyah dan Ummu Salamah (Istri Nabi), bertanya
kepada mereka dan mengatakan padaku Nabi tidak suci di pagi hari tanpa
mimpi basah dan beliau berpuasa. Kemudian ditanyakan dan dibicarakan
kepada Abu Hurairah yang disampaikan Aisyah dan Ummu Salamah. Abu
Hurairah berkata mereka lebih tahu daripada aku. Aku mendengar hadis ini
dari al-Fadhl dan tidak mendengarnya dari Nabi langsung.
9
Orang-orang menolak serta mencela berlebihannya Abu Hurairah dalam
meriwayatkan hadis-hadis pada masanya. Ia melebihi seluruh batas dan memiliki
sebuah gaya khusus yang membuat orang-orang meragukannya serta meragukan
pula hadis-hadisnya. Mereka menolak kuantitas serta kualitasnya dari hadis-
hadisnya dan secara terang-tarangan menyalahkannya.
Mustafa Sadiq ar-Rafi dalam hal ini berkata, yang paling banyak meriwayatkan
hadis diantara para Sahabat adalah Abu Hurairah. Persahabatannya dengan Nabi
hanya tiga tahun, oleh karena itu Umar, Utsman, Ali serta Aisyah menolak hadis-
hadisnya serta meragukannya. Ia adalah perawi pertama dalam sejarah Islam yang
diragukan (dituduh membuat hadis). Aisyah paling keras menolak hadis-hadisnya.
An Nazzam juga berkata Umar, Utsman, Ali serta Aisyah memandang Abu
Hurairah seorang pendusta .
10
As Sibai dan As Samahi ikut turun untuk membela Abu Hurairah. Ia
menolak upaya-upaya menyalahkan dan mempertalikan hal-hal seperti
tersebut diatas, bahwa Allah tidak pernah melarang manusia menikmati
makanan Allah, juga tidak pernah mencela perbuatan polos yang
menggelikan hati. Abu Hurairah jelas-jelas seorang yang suka humor
dengan kegembiraan yang tidak mengganggu, kata As Sibai dan As
Samahi kelakar Abu Hurairah terhadap orang lain tidaklah mengurangi
karakternya atau keandalannya dalam meriwayatkan hadis-hadis dari Nabi.
As Sibai memberikan interpretasi-interpretasi yang panjang bahwa semua
gurauan yang dikutip oleh Abu Rayyah benar-benar tidak merugikan pihak
lainnya. Selanjutnya Abu Rayyah disalahkan karena mengutip penulis-
penulis seperti Ats Tsaalabi dan Hamadzani yang karya-karyanya tidak
dapat dianggap sebagai sumber-sumber yang andal untuk memperoleh data
historis.
11
menegaskan bahwa Abu Hurairah tidak lama berada di Bahrain, ia segera
kembali ke Madinah.
Abu Rayyah disini meragukan semua Abu Hurairah karena mustahil bagi ia
orang yang sebentar bersama Nabi bisa meriwayatkan Hadis yang begitu
banyak. Dengan pendapatnya diatas bisa melemahkan Abu Hurairah.
Artinya : menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Said dan Abu Bakr ibn
Abi> Syaibah dan Zuhair ibn Harb. Semuanya dari sufyan. Zuhair berkata
: menceritakan kepada kami Sufyan ibn Uyaynah dari Zuhri dari Araj.
Berkata : saya mendengar Abu Hurairah berkata : sesungguhnya kamu
sekalian mengaku bahwa Abu Hurairah telah meriwayatkan sedemikian
banyak hadis dari Nabi, Tuhan menjadi saksi bagiku aku ini orang miskin,
yang mengabdi kepada Nabi hanya untuk mendapatkan makanan (alamili
bathni), sedangkan orang-orang Muhajir sibuk di pasar dan orang-orang
Anshar sibuk dengan kekayaan mereka.
12
Artinya : menceritakan kepada kami Abu> al-Yamma>n berkata :
menceritakan kepada kami Shuaib dari Zuhri berkata : mengkhabarkan
kepadaku Sai>d ibn Musayyab dan Abu> Salamah ibn Abdurrahman
bahwasanya Abu Hurairah berkata : Engkau katakan bahwa Abu
Hurairah telah meriwayatkan sedemikian banyak, Allah dapat
membuktikan aku dan engkau kenapa orang-orang Muhajir dan Anshar
tidak meriwayatkan sebanyak dirinya. Baik, aku katakan padamu
saudaraku dari kaum Anshar sibuk menggarap tanah-tanah mereka,
sedangkan aku tinggal bersma Nabi hanya untuk mendapatkan makanan.
Aku hadir mereka tidak hadir, dan aku hafal sedangkan mereka lupa.
As Sibai menafsirkan riwayat-riwayat tersebut sebagai keajaiaban
yang dianugerahkan pada seseorang, tidak ditemukannya tanda-tanda
kecurigaan, apalagi tuduhan adanya kebiasaan berdusta, dalam kata-kata ini
As Samahi menyatakan bahwa tiga tahun terakhir sebelum Nabi wafat,
terjadi begitu banyak peristiwa sehingga dapat menjadi penyebab
sedemikian banyak hadis yang mengalir dari Abu Hurairah. Abu Hurairah
juga meriwayatkan peristiwa-peristiwa sebelum kabar sahabat-sahabat yang
lebih senior.
Dalam hubungan ini penting untuk dikutip riwayat yang lain. Abu Hurairah
berkata :
: :
.
13
Disini Abu Rayyah menyakan bahwa Abdullah telah meriwayatkan
jauh lebih sedikit dibanding Abu Hurairah, misalnya musnad ibn Hambal
termaktub 722 hadis yang diriwayatkan olehnya dan Bukhari mencatat
tujuh sedangkan Muslim dua puluh. Abu Rayyah menduga keras bahwa
Abu Hurairah mungkin tidak berani meriwayatkan hadis sebanyak seperti
yang diinginkannya karena sahabat-sahabat besar masih hidup pada saat dia
membuat pernyataan ini. Mereka mungkin tidak setuju dengan kegiatannya.
Di lain pihak As Samahi mengutip ibn Hajar, yang menyatakan bahwa Abu
Hurairah rupanya mempunyai kesan bahwa hadisnya kurang banyak
dibandingkan dengan hadis-hadis Abdullah.
: (
) . ) ( .
Artinya : menceritakan kepada kami Ahmad ibn Abi Bakr Abu Mus{ab
berkata, menceritakan kepada kami Muhammad ibn Ibrahim ibn Dinar dari
Abi Dhiib dari Said al-Muqbari dari Abu Hurairah berkata : Ya
Rasulullah, saya mendengar dari tuan banyak hadis, tetapi saya banyak
lupa, mendengar itu Nabi bersabda, hamparkan selimutmu. Maka Nabi
mengambil kain itu dengan tangannya, kemudian Nabi berkata,
berselimutlah! selanjutnya Abu Hurairah berkata maka saya pun
berselimut. Setelah itu saya tidak pernah lupa sesuatu yang saya dengar
dari Nabi.
14
Abu Rayyah meragukan bahwa daya ingat Abu Hurairah tidak begitu
bagus, kalau tidak tentu dia Abu Hurairah tidak akan mengeluhkan ini
kepada Nabi.
e. Pandangan Orientalis
Pandangan Goldziher seorang orientalis Yahudi terhadap Abu Hurairah
bahwa pengetahuannya yang luas tentang hadis-hadis telah menimbulkan
keraguan pada jiwa orang-orang yang mengambil darinya secara langsung.
Yakni Abu Hurairah menyampaikan dari Nabi apa yang tidak ia dengar dari
beliau.
Sedangkan Sprenger yang dikutip HAR. Gibb dan Kramer mengatakan
bahwa Abu Hurairah adalah the extreme of pious humbug (orang ekstrim
yang berpura-pura suci).
f. Analisis
Mahmud Abu Rayyah telah berupaya keras mendiskripsikan Abu
Hurairah dengan cara yang negatif, ia telah mengambil hampir setiap
kesempatan untuk menunjukkan kepribadian Abu Hurairah, ia memberi
stressing pada semua cacat kecil Abu Hurairah, seperti suka melucu,
serakah, tidak serius, meminta-minta dan lain-lain, tentunya dalam rangka
menolak Abu Hurairah.
Di sisi lain, kaum ortodoks, terutama yang diwakili oleh ulama-ulama
Al Azhar, memupuk rasa takdzim yang amat dalam terhadap Abu Hurairah.
Dengan semangat untuk membebaskan Abu Hurairah dari setiap tuduhan,
mereka mengemukakan banyak hadis, yang menggambarkan Abu Hurairah
sebagai suri tauladan ketaqwaan. Ulama lain yang begitu respek kepada
Abu Hurairah adalah Kholid Muhammad Kholid yang dituangkan dalam
sebuah kitabnya yang berjudul Rija>l Haula Al-Rasu>l halaman 430,
beliau mengatakan ada tiga rahasia mengapa Abu Hurairah banyak
meriwayatkan hadis :
1) Abu Hurairah mempunyai waktu yang luang dan banyak bergaul
dengan Nabi dibanding sahabat yang lain.
15
2) Ia mempunyai daya intelegensi (hafalan yang kuat) dan selalu
memohon doa kepada Nabi Muhammad SAW.
3) Salah satu motivasi Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadis
adalah syiar untuk Islam.
Dan beberapa faktor banyaknya periwayatan yang diperoleh Abu
Hurairah antara lain sebagai berikut :
1. Rajin menghadiri majlis-majlis Nabi
2. Selalu menemani Rasulullah, karena ia sebagai penghuni
Shuffah
3. Kuat ingatannya, karena ia salah seorang sahabat yang
mendapat doa dari Nabi sehingga hafalannya kuat dan tidak
pernah lupa apa yang ia dengar dari Rasulullah.
16
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa keadilan sahabat telah di
maklumi berlandaskan apa yang ditegaskan Allah Swt sendiri. Selain itu
Allah juga memuji mereka. Oleh karena itu tidak perlu lagi mentadilkan
mereka sebab pentadilan dari Allah lebih sahih mengingat Dia adalah Dzat
yang Maha Mengetahui terhadap yang ghaib. Pernyataan Al-Ghazali
mendapat dukungan ibn Salah, ia menjelaskan bahwa keadilan sahabat
sudah tidak dipertanyakan lagi. Hal ini sesuai dengan keterangan Al-
Quran, Sunnah, dan Ijma bahwa mereka semua adalah adil.
Ibnu Atsir dalam kitab Al- Itiab berkata, walaupun para sahabat,
tidak perlu kita bahas keadaan mereka karena telah disepakati oleh Ahl al
Haaq yaitu Ahl as-Sunnah wa al Jamaah bahwa mereka itu adil, namun
wajib kita mengetahui nama-nama mereka dan membahas perjalanan hidup
mereka, serta keadaan mereka untuk kita teladani, karena merekalah orang
yang paling mengetahui tentang suluk Nabi SAW dan keadaan kehidupan
beliau.
17
BAB III
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
Bisri Musthafa, , al-Azwadu al-Musthafwiyah, Kudus: Menara Kudus, 1375 H hal.
23-24
Subhi As-Shalih, , Membahas Ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993. 69-75
Ash-Shiddiqiy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, cet ke 6 Yogyakarta:
Bulan Bintang, 1980, hal. 315-318
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung : Angkasa, 1987), Hlm. 29
Mahmud Aziz & Mahmud Yunus, Ilmu Musthalahah Hadis, (Jakarta : Jayamurni,
1974), Hlm. 81
Badri Khaeruman, Otentitas Hadis (Studi Kritis atas Kajian Hadis
Kontemporer), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), Hlm. 84
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2009), Hlm. 230
Ibid., Hlm. 231
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung : Angkasa, 1987), Hlm. 31
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis,
(Semarang,Pustaka Rizki Putra, 2002), Hlm. 209
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2009), Hlm. 166
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung : Angkasa, 1987), Hlm. 35
M. Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadis Nabi di EraTeknologi Informasi, (Semarang:
Rasail Media Group, 2010), Hlm. 55
I'lamul Muwaqi'in IV/118
Fadlu ilmi salaf . Ibnu Rajab al-Hanbali. 58
http://referensiagama.blogspot.co.id/2011/01/abu-hurairah.html
19