Kelas: XI MIPA
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa psehari-
hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abdurrahman bin Auf dilahirkan kira-kira sepuluh tahun setelah tahun Gajah dan termasuk orang
yang terdahulu masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan ikut serta dalam perang Badar dan
peperangan lainnya. Saat masih jahilillah, ia bernama Abdul Ka’bah atau Abdu Amr kemudian diberi
nama Abdurrahman oleh Rasulullah saw.. Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama Auf
bin Abdu Auf bin Abdul Harits bin Zahrah.
Abdurrahman bin Auf termasuk garda terdepan penerima ketauhidan yang dibawa oleh Rasulullah
Saw. Ia adalah sahabat Abu Bakar dan termasuk orang kelima yang di Islamkan olehnya. Sebagai seorang
pengusaha, ia tidak apatus dengan peperangan. Ia mendapatkan 20 hujaman dan giginya rontok dalam
perang Uhud. Ia menyadari, pengorbanan yang harus diberikan kepada Islam bukan hanya harta tetapi
juga jiwa.
Sedangkan Abu Dzar Al-Ghifari adalah salah satu sahabat nabi yang terdahulu memeluk Islam. Ia
mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk menyatakan keislamannya. Abu Dzar Al Ghifari
berasal dari suku Ghifar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Memberi pengetahuan baru kepada pembaca perihal biografi hidup Abdurrahman bin Auf dan
Abu Dzar Al-Ghifari.
2. Memberi pengetahuan baru pada kita semua perihal sejarah hidup Abdurrahman bin Auf dan
Abu Dzar Al-Ghifari
3. Makalah ini sebagai penambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Abdurrahman bin Auf
1. Riwayat Hidup Singkat
Salah seorang sahabat besar Nabi Saw. dan termasuk dalam sepuluh sahabat
yang dijanjikan nabi Saw. akan masuk surga (Al-Asyrah Al- Mubasyarah = sepuluh yang
digembirakan. Pada masa Jahiliyah, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk
Islam, Rasulullah memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum
Rasulullah menjadikan rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah
dari Allah dua hari setelah Abu Bakar As-Shiddiq memeluk Islam.
Abdurrahman bin Auf memiliki watak yang dinamis, dan ini dampak menonjol
ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah. Telah menjadi kebiasaan Rasulullah pada
waktu itu untuk mempersaudarakan dua orang sahabat, antara salah seorang Muhajirin
warga Mekah dan yang lain dari Ansar penduduk Madinah. Orang-orang Ansar
penduduk Madinah membagi dua seluruh kekayaan miliknya dengan saudaranya orang-
orang Muhajirin. Kehidupan Abdurrahman bin Auf di Madinah, baik semasa Rasulullah
saw maupun sesudah wafatnya, terus meningkat. Barang apa saja yang ia pegang dan ia
jadikan modal perdagangan pasti menguntungkannya. Seluruh usahanya itu ditujukan
untuk mencapai rida Allah SWT semata sebagai bekal di akhirat kelak.
Suatu hari ia menjual tanah seharga 40 ribu dinar, kemudian uang itu dibagi-
bagikannya kepada kelurganya Bani Zuhrah, istri Nabi saw dan kaum fakir miskin. Pada
hari lain, ia menyerahkan 500 ekor kuda untuk perlengkapan bala tentara Islam.
Menjelang wafatnya ia mewasiatkan 50 ribu dinar untuk jalan Allah SWT dan 400 dinar
untuk setiap orang yang ikut Perang Badr dan masih hidup. Selain pemurah dan
dermawan, ia dikenal pula sebagai sahabat Nabi saw yang banyak meriwayatkan hadis.
Aburrahman bin Auf juga termasuk yang zuhud terhadap jabatan dan pangkat.
Dari sejarah singkat tersebut banyak hal yang perlu kita teladani, di antaranya
sikap tolong menolong, dinamis dalam berusaha, dermawan, serta zuhud atau tidak gila
dunia.
Banyak pelajaran berharga yang bisa kita dapat dari sosok Abdurahman bin Auf.
Ia adalah sosok miliarder yang kekayaannya sangat luar biasa. Ia menggunakan hampir
semua hartanya untuk kebajikan dan di jalan Allah.
Kekayaan sangat berlimpah tidak membuatnya lupa akan akhirat. Ia justru takut
hartanya yang banyak itu akan memberatkan hisabnya kelak. Selain itu, dijamin masuk
surga tidak membuatnya lantas berleha-leha.
A. Kesimpulan
1. Abdurrahman bin Auf memiliki watak yang dinamis, dan ini dampak menonjol ketika
kaum muslimin hijrah ke Madinah. Kehidupan Abdur Rahman bin Auf di Madinah, baik semasa
Rasulullah saw maupun sesudah wafatnya, terus meningkat. Barang apa saja yang ia pegang dan
ia jadikan modal perdagangan pasti menguntungkannya. Seluruh usahanya itu ditujukan untuk
mencapai ridha Allah SWT semata sebagai bekal di akherat kelak. Walaupun begitu, sama sekali
tidak meninggalkan kesederhanaan, suka memberi, dan rendah hati.
2. Abu Dzar Al Ghifary sangat dikenal sebagai penyayang kaum dhuafa. Kepedulian terhadap
golongan fakir ini bahkan menjadi sikap hidup dan kepribadian Abu Dzar. Sudah menjadi
kebiasaan penduduk Ghiffar pada masa jahiliyah merampok kabilah yang lewat. Abu Dzar
sendiri, ketika belum masuk Islam, kerap kali merampok orang-rang kaya. Namun hasilnya
dibagi-bagikan kepada kaum dhuafa. Kebiasaan itu berhenti begitu menyatakan diri masuk
agama terakhir ini. Prinsip hidup sederhana dan peduli terhadap kaum miskin itu tetap ia
pegang di tempat barunya, di Syria. Namun di tempat baru ini, ia menyaksikan gubernur
Muawiyah hidup bermewah-mewah. Ia malahan memusatkan kekuasaannya dengan bantuan
kelas yang mendapat hak istimewa, dan dengan itu mereka telah menumpuk harta secara besar-
besaran. Ajaran egaliter Abizar membangkitkan massa melawan penguasa dan kaum borjuis itu.
Keteguhan prinsipnya itu membuat Abizar sebagai ‘duri dalam daging’ bagi penguasa setempat.
B. Saran
Setelah memahami tentang keteladanan Abdurrahman bin Aud dan Abu Dzar Al-Ghifari
diharapkan penulis dan pembaca dapat meneladani sifat-sifat mereka Semoga makalah ini
bermanfaat untuk para pembaca. Jika ada salah dalam pengetikan, mohon dimaafkan dan
dimaklumi.