Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MENELADANI ABDURRAHMAN BIN AUF DAN ABU DZAR AL-GHIFARI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Guru Mata Pelajaran:

Dra. Erni Fibriani, M.Pd

Disusun oleh: Khairun Nida An Nasha

Kelas: XI MIPA

Madrasah Aliyah Mu'allimien Muhammadiyah Leuwiliang Bogor


Kata Pengantar

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa psehari-
hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Leuwiliang, 27 Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abdurrahman bin Auf dilahirkan kira-kira sepuluh tahun setelah tahun Gajah dan termasuk orang
yang terdahulu masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan ikut serta dalam perang Badar dan
peperangan lainnya. Saat masih jahilillah, ia bernama Abdul Ka’bah atau Abdu Amr kemudian diberi
nama Abdurrahman oleh Rasulullah saw.. Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama Auf
bin Abdu Auf bin Abdul Harits bin Zahrah.

Abdurrahman bin Auf termasuk garda terdepan penerima ketauhidan yang dibawa oleh Rasulullah
Saw. Ia adalah sahabat Abu Bakar dan termasuk orang kelima yang di Islamkan olehnya. Sebagai seorang
pengusaha, ia tidak apatus dengan peperangan. Ia mendapatkan 20 hujaman dan giginya rontok dalam
perang Uhud. Ia menyadari, pengorbanan yang harus diberikan kepada Islam bukan hanya harta tetapi
juga jiwa.

Sedangkan Abu Dzar Al-Ghifari adalah salah satu sahabat nabi yang terdahulu memeluk Islam. Ia
mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk menyatakan keislamannya. Abu Dzar Al Ghifari
berasal dari suku Ghifar.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah Abdurrahman bin Auf dan Abu Dzar Al-Ghifari?


2. Karakter apakah yang dapat kita teladani dari keduanya?
3. Bagaimana cara kita meneladani karakter dari keduanya?

C. Tujuan

1. Mengetahui tentang Abdurrahman bin Auf dan Abu Dzar Al-Ghifari.


2. Mengetahui karakter yang dapat kita teladani dari keduanya.
3. Mengetahui cara agar kita dapat meneladani karakter keduanya.

D. Manfaat

1. Memberi pengetahuan baru kepada pembaca perihal biografi hidup Abdurrahman bin Auf dan
Abu Dzar Al-Ghifari.
2. Memberi pengetahuan baru pada kita semua perihal sejarah hidup Abdurrahman bin Auf dan
Abu Dzar Al-Ghifari
3. Makalah ini sebagai penambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Abdurrahman bin Auf
1. Riwayat Hidup Singkat

Salah seorang sahabat besar Nabi Saw. dan termasuk dalam sepuluh sahabat
yang dijanjikan nabi Saw. akan masuk surga (Al-Asyrah Al- Mubasyarah = sepuluh yang
digembirakan. Pada masa Jahiliyah, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk
Islam, Rasulullah memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum
Rasulullah menjadikan rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah
dari Allah dua hari setelah Abu Bakar As-Shiddiq memeluk Islam.

Semenjak masuk Islam sampai wafatnya dalam umur 75 tahun, ia menjadi


teladan yang cemerlang bagi sebagai seorang mukmin yang besar. Hal ini menyebabkan
Nabi Saw. memasukkannya dalam sepuluh orang yang telah diberi kabar gembira
sebagai ahli surga. Umar bin Khatab mengangkatnya menjadi anggota kelompok
musyawarah yang berjumlah enam orang yang sebagai calon khalifah yang dipilih
menjadi penggantinya, seraya berkata “ Rasulullah wafat dalam keadaan rida kepada
mereka! ”

Ketika Nabi saw. memerintahkan para sahabatnya yang hijrah ke Habasyah


(Ethio-pia), Abdurrahman bin Auf ikut hijrah untuk kedua kalinya ke Habasyah dan
kemudian ke Madinah. Ia ikut bertempur dalam perang Badr, Uhud, dan peperangan-
peperangan yang lainnya. Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan orang yang
mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira
oleh Rasulullah masuk surga dan termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah
dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Di samping itu, ia adalah
seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama beliau masih
hidup.

2. Keteladanan yang bisa diambil dari Abdurrahman bin Auf

Abdurrahman bin Auf memiliki watak yang dinamis, dan ini dampak menonjol
ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah. Telah menjadi kebiasaan Rasulullah pada
waktu itu untuk mempersaudarakan dua orang sahabat, antara salah seorang Muhajirin
warga Mekah dan yang lain dari Ansar penduduk Madinah. Orang-orang Ansar
penduduk Madinah membagi dua seluruh kekayaan miliknya dengan saudaranya orang-
orang Muhajirin. Kehidupan Abdurrahman bin Auf di Madinah, baik semasa Rasulullah
saw maupun sesudah wafatnya, terus meningkat. Barang apa saja yang ia pegang dan ia
jadikan modal perdagangan pasti menguntungkannya. Seluruh usahanya itu ditujukan
untuk mencapai rida Allah SWT semata sebagai bekal di akhirat kelak.

Suatu hari ia menjual tanah seharga 40 ribu dinar, kemudian uang itu dibagi-
bagikannya kepada kelurganya Bani Zuhrah, istri Nabi saw dan kaum fakir miskin. Pada
hari lain, ia menyerahkan 500 ekor kuda untuk perlengkapan bala tentara Islam.
Menjelang wafatnya ia mewasiatkan 50 ribu dinar untuk jalan Allah SWT dan 400 dinar
untuk setiap orang yang ikut Perang Badr dan masih hidup. Selain pemurah dan
dermawan, ia dikenal pula sebagai sahabat Nabi saw yang banyak meriwayatkan hadis.
Aburrahman bin Auf juga termasuk yang zuhud terhadap jabatan dan pangkat.

Dari sejarah singkat tersebut banyak hal yang perlu kita teladani, di antaranya
sikap tolong menolong, dinamis dalam berusaha, dermawan, serta zuhud atau tidak gila
dunia.
Banyak pelajaran berharga yang bisa kita dapat dari sosok Abdurahman bin Auf.
Ia adalah sosok miliarder yang kekayaannya sangat luar biasa. Ia menggunakan hampir
semua hartanya untuk kebajikan dan di jalan Allah.
Kekayaan sangat berlimpah tidak membuatnya lupa akan akhirat. Ia justru takut
hartanya yang banyak itu akan memberatkan hisabnya kelak. Selain itu, dijamin masuk
surga tidak membuatnya lantas berleha-leha.

B. Abu Dzar Al-Ghifari

1. Biografi Abu Dzar Al-Ghifari


Abu Dzar berasal dari suku Ghifar (dikenal sebagai penyamun pada masa sebelum datangnya
Islam). Ia memeluk Islam dengan sukarela. Ia salah seorang sahabat yang terdahulu dalam
memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekah untuk menyatakan
keislamannya. Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk mengabarkan
bahwa ia kini adalah seorang Muslim, hingga memicu kekhawatiran serta kemarahan kaum kafir
Quraisy dan membuatnya menjadi bulan-bulanan kaum Quraisy. Berkat pertolongan Abbas bin
Abdul Muthalib, ia selamat dan suku Quraisy membebaskannya setelah mereka mengetahui
bahwa orang yang dipukuli berasal dari suku Ghifar. Ia mengikuti hampir seluruh pertempuran-
pertempuran selama Nabi Muhammad hidup. Orang-orang yang masuk Islam melalui dia,
adalah : Ali al-Ghifari, Anis al-Ghifari, Ramlah al-Ghifariyahal-Ghifariyah.
Dia dikenal sangat setia kepada Rasulullah. Kesetiaan itu misalnya dibuktikan sosok
sederhana ini dalam satu perjalanan pasukan Muslim menuju medan Perang Tabuk melawan
kekaisaran Bizantium. Karena keledainya lemah, ia rela berjalan kaki seraya memikul
bawaannya. Saat itu sedang terjadi puncak musim panas yang sangat menyayat. Dia keletihan
dan roboh di hadapan Nabi SAW. Namun Rasulullah heran kantong airnya masih penuh. Setelah
ditanya mengapa dia tidak minum airnya, tokoh yang juga kerap mengkritik penguasa semena-
mena ini mengatakan, "Di perjalanan saya temukan mata air. Saya minum air itu sedikit dan saya
merasakan nikmat. Setelah itu, saya bersumpah tak akan minum air itu lagi sebelum Nabi SAW
meminumnya." Dengan rasa haru, Rasulullah berujar, "Engkau datang sendirian, engkau hidup
sendirian, dan engkau akan meninggal dalam kesendirian. Tapi serombongan orang dari Irak
yang saleh kelak akan mengurus pemakamanmu." Abu Dzar Al Ghifary, sahabat setia Rasulullah
itu, mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam.
Sebelum Masuk Islam tidak diketahui pasti kapan Abu Dzar lahir. Sejarah hanya mencatat, ia
lahir dan tinggal dekat jalur kafilah Mekkah, Syria. Riwayat hitam masa lalu Abizar tak lepas dari
keberadaan keluarganya.
2. Keteladanan Abu Dzar Al-Ghifari
a. Keteladanan dalam kehidupan berkeluarga, Abu Dzar adalah anak yang sayang pada ibu dan
saudara laki laki nya. Ketika ia mulai tersadar bahwa mnjadi perampok itu membuat orang
lain sengsara, akhirnya ia memutuskan untuk pindah dari tempat tinnggalnya. Bersama ibu
dan saudara laki-lakinya,anis al-ghifari,abu dzar hijrah ke nejed atas,arab saudi. Ini
merupakan hijrah pertama abu dzar dalam mencari kebenaran. Kemudian ia berkelana
kesemua plosok negeri dn akhirnya bertemu rasulullah saw,kemudian menyatakan islam
serta berjuang dijalan allah swt. Ketika akan wafat pun ia sangat sayang kepada istri dan
anaknya,melarang mereka untuk menangisi dan bersedih melepasnya menghadapi sakaratul
maut,karna setiap orang akan mengalaminya.
b. Keteladanan dalam kehidupan sosial masyarakat, Abu dzar adalah sosok yang sederhana
dan terkenal dengan sikap yang sayang terhadap dhuafa. Seperti robin hood, nnamu versi
arab. Sebelum ia masuk islam ia erap merampokalifah aya yang llewat dan membagikan
hasil hasilnya kepada kaum dhuafa. Kebiasaan itu berhenti saat ia masuk islam. Saat ia
masuk isam dan hidup di syria pun i tetap sederhana. Pada masa itu dipimpin oleh gubernur
muawiyah yang hidup bermewah-mewah. Atas ajaran egaliter Abu Dzar membangkitkan
para massa melawan penguasa dan kaum borjuis itu. keteguhan prinsipnya yang sederhana
bak “duri dalam daging” bagi pejabat setempat.
c. Keteladanan dalam menggerakkan dakwah. Abu Dzar adalah sosok yang berpengaruh. Ketia
Ia berbicara maka semua orang aan mendengarkan, mematuhi jika benar, dan sulit jika
membantah. Ucapannya selalu dianggap oleh orang lain.ia mengislaman semua suku Ghifar
dan Aslam Selain kesederhanaan yang menjadi prinsip utamanya, keberanian dengan
kebenaran juga pedoman yang teguh dipegangnya. Jika benar bathinnya, maka benar pula
lahirnya. Benar akidahnya, maka benar pula ucapannya. Kebenaran bukan dengan cara
diam. Kebenaran harus diungkapkan. Menyatakan yang hak dan menenang yang bathil,
menyokong yang benar dan meniadakan yang salah.
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Abdurrahman bin Auf memiliki watak yang dinamis, dan ini dampak menonjol ketika
kaum muslimin hijrah ke Madinah. Kehidupan Abdur Rahman bin Auf di Madinah, baik semasa
Rasulullah saw maupun sesudah wafatnya, terus meningkat. Barang apa saja yang ia pegang dan
ia jadikan modal perdagangan pasti menguntungkannya. Seluruh usahanya itu ditujukan untuk
mencapai ridha Allah SWT semata sebagai bekal di akherat kelak. Walaupun begitu, sama sekali
tidak meninggalkan kesederhanaan, suka memberi, dan rendah hati.
2. Abu Dzar Al Ghifary sangat dikenal sebagai penyayang kaum dhuafa. Kepedulian terhadap
golongan fakir ini bahkan menjadi sikap hidup dan kepribadian Abu Dzar. Sudah menjadi
kebiasaan penduduk Ghiffar pada masa jahiliyah merampok kabilah yang lewat. Abu Dzar
sendiri, ketika belum masuk Islam, kerap kali merampok orang-rang kaya. Namun hasilnya
dibagi-bagikan kepada kaum dhuafa. Kebiasaan itu berhenti begitu menyatakan diri masuk
agama terakhir ini. Prinsip hidup sederhana dan peduli terhadap kaum miskin itu tetap ia
pegang di tempat barunya, di Syria. Namun di tempat baru ini, ia menyaksikan gubernur
Muawiyah hidup bermewah-mewah. Ia malahan memusatkan kekuasaannya dengan bantuan
kelas yang mendapat hak istimewa, dan dengan itu mereka telah menumpuk harta secara besar-
besaran. Ajaran egaliter Abizar membangkitkan massa melawan penguasa dan kaum borjuis itu.
Keteguhan prinsipnya itu membuat Abizar sebagai ‘duri dalam daging’ bagi penguasa setempat.

B. Saran

Setelah memahami tentang keteladanan Abdurrahman bin Aud dan Abu Dzar Al-Ghifari
diharapkan penulis dan pembaca dapat meneladani sifat-sifat mereka Semoga makalah ini
bermanfaat untuk para pembaca. Jika ada salah dalam pengetikan, mohon dimaafkan dan
dimaklumi.

Anda mungkin juga menyukai