Anda di halaman 1dari 11

KHULAFAUR RAASYIDIIN

ABU BAKAR ASH-SHIDIQ

Mata Kuliah :Tarikh Islam


Dosen :Maftuh Asmuni, Lc

Oleh :

Adilah Nur Rohmah : 19011123


Aqidatul Almajidah : 19011002
Husna Atiqoh : 19011124
Mumtazatul Ashfia : 19011159

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN
DARUL HIKMAH BEKASI
GENAP 2022/2023
A. Nasab, Kelahiran dan Pertumbuhan , Istri dan Anak Abu Bakar Ash-Sidiq

1. Nama dan Nasabnya


Nama asli Abu Bakar ash-Shidiq adalah Abdullah bin Abi Quhafah (Utsman)
bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taym bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin
Ghalib bin Fihr, al-Qurasyi, at-Tamimi. Fihr memiliki julukan Quraisy. Dan
kepadanya dinasab kan semua suku Quraisy. Nasab Abu bakar bertemu dengan nasab
Rasulullah di kakeknya, Murrah. Beliau ada di kabilah Bani Tamim.
Ayahnya bernama Abu Quhafah Utsman. Sedangkan ibu beliau adalah anak
paman ayahnya. Ia bernama Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab, dia diberi gelar
Ummul Khair
2. Kelahiran dan Pertumbuhannya
Abu Bakar Ash Shiddiq lahir di kota Makkah pada tahun 573 M dan
meninggal pada 23 Agustus 634 M. Ia dilahirkan dua tahun dua bulan setelah
kelahiran Rasulullah. Dan meninggal dalam usia enam puluh tiga tahun sebagaimana
usia Rasulullah.
Abu Bakar tumbuh dan besar di Makkah dan tidak pernah keluar dari Makkah
kecuali untuk tujuan dagang dan bisnis. Sejak kecil, Abu Bakar sering menghabiskan
waktunya dengan bermain bersama unta dan kambing, karena memang sangat
menyukai kedua hewan tersebut. Karena kesukaannya pada unta, ia mendapatkan
julukan Abu Bakar, yang berarti bapak anak unta. Sedangkan gelar ash-shidiq
diberikan sejak zaman Jahiliyah, karena beliau sangat terkenal dengan kejujurannya.
Juga karena beliau begitu cepat membenarkan apa yang Rasulullah bawa.
Ketika Abu Bakar berumur sekitar 10 tahun, ia ikut sang ayah pergi ke Suriah
untuk berdagang, yang telah menjadi tumpuan kehidupan ekonomi keluarganya. Hal
itulah yang kemudian membawa Abu Bakar dalam perjalanan bisnisnya hingga ke
Yaman, Suriah, dan beberapa tempat lainnya. Keberhasilannya dalam berbisnis,
membuat Abu Bakar menjadi pedagang kaya dan naik status sosialnya. Ia kemudian
ditunjuk sebagai kepala suku di golongannya. Terlebih lagi, Abu Bakar merupakan
orang yang terpelajar, mampu baca tulis, serta menyukai puisi. Suatu hal yang sangat
langka di kalangan Quraisy saat itu. Bahkan ia sering mengikuti festival tahunan di
Ukaz dan ikut berpartisipasi dalam simposium puisi. Karena memiliki tingkat
kecerdasan yang luar biasa, Abu Bakar sangat paham tentang sejarah dan politik
suku-suku Arab.
3. Isteri dan Anak-anaknya
Abu Bakar menikah beberapa isterinya yaitu:
1. Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari
pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
2. Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari
pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
3. Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al-Khats’amiyyah, dan sebelumnya
Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahan ini lahirlah
Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’
di Dzul Hulaifah.
4. Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah.

B. MASUK ISLAMNYA ABU BAKAR

Abu Bakar merupakan sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam telah lama bahkan
sebelum islam muncul, karena persahabatan inilah keduaanya sangat dekat dan saling
mengenal dengan baik. Beliau menerima islam tanpa ada bantahan karena beliau tidak pernah
melihat Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berdusta sepanjang persahabatan mereka
berlangsung
Abu Bakar ash-Shiddiq termasuk orang yang terlebih dulu memeluk islam.
Keislamannya sudah teruji dengan sangat baik. Ia menghibahkan dirinya, hidup, anak-anak,
dan hartanya untuk Allah Ta’ala. Allah memuliakannya hingga seluruh keluarganya juga
memeluk islam taka da seorangpun dari mereka yang tidak menerima agama ini.
Para sahabat yang masuk islam melalui Abu Bakar diantaranya adalah Utsman bin
Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, sa’ad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin
Ubaidillah
C. PERSAHABATAN DAN PERISTIWA YANG DIIKUTINYA
Para ulama mengatakan bahwa Abu Bakar menemani Rosulullah dari sejak ia masuk
islam hingga meninggal. Ia tidak pernah berpisah dengan Rosullah baik berada di tempat
ataupun saat dia berada di dalam perjalanan. Kecuali pada hal yang Rosulullah izinkan dia
untuk keluar baik untuk melaksanakan haji atau peperangan. Beliau mengikuti semua
peristiwa perang, hijrah Bersama Rosulullah dan tinggalkan anak dan keluarganya sebagai
ungkapan rasa cinta kepadda Allah dan Rosul-Nya.
Abu Bakar selalu menemani Rosulullah siang dan malam. Ketika hijrah ke Madinah
Abu Bakar menemani Rosulullah sepanjang perjalanan ketika perjalanan siang hari yang
udaranya sangan menyengat, Abu Bakar mencarikan tempat berteduh untuk Rosulullah dan
ketika Rosulullah beristirahat ia menjaganya agar tidak ada seorangpun yang mencelakai
Rosulullah. Rosulullah pernah bersabda “manusia yang paling banyak berkorban untukku
adalah Abu Bakar . seandainya aku diperbolehkan untuk mengambil kekasih selain Allah,
seungguh aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasihku, namum cukuplah ia menjadi
saudara seiman dan kasih saying kepadanya” ( HR. Muslim )
Abu Bakar selalu membantu Rosulullah bukan hanya dalam satu peristiwa saja, beliau
memiliki jejak sejarah yang sangat indah dalam banyak peristiwa, dia kokoh di perang Uhud
dan Hunain dimana pada saat itu para sahabat bercerai berai dan lari. Suatu ketika, Ali bin
Abi Thalib berkata, “ ketika perang Badar, kami membuat tempat berteduh untuk Rosulullah
kemudian kami berkata, ‘siapa yang akan tinggal Bersama Rosulullah agar tidak ada
seorangpun yang mendekatinya? Demi Allah, saat itu tidak ada seorangpun yang mendekat
kecuali Abu Bakar. Dengan demikian dia adalah manusia yang paling berani”
D. KEDERMAWANAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Di antara sahabat yang paling dermawan adalah Abu Bakar, beliau tidak sayang
kepada hartanya. Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda:“ Tak ada harta yang
memberikan manfaat kepadaku lebih besar dari apa yang diberikan Abu Bakar". Mendengar
ucapan itu, Abu Bakar menangis, dan berkata, "Bukankah saya dan harta saya hanya
untukmu, wahai Rasulullah?”

Ketika Abu Bakar masuk Islam, dia memiliki 40.000 dinar, dalam riwayat yang lain 40.000
dirham, kemudian dia infakkan itu semua untuk Rasulullah.

Umar bin Khatthab berkata, "Rasulullah menyuruh kami untuk mengeluarkan


sedekah. Kebetulan saat itu saya sedang memiliki harta. Lalu saya katakan: hari ini saya akan
mengalahkan Abu Bakar, dimana saya belum pernah mengalahkan Abu Bakar sebelum ini.
Saya datang kepada Rasululllah untuk menginfakkan separuh dari harta milik saya.
Rasulullah bertanya kepada saya, Lalu apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu.” Saya
katakan kepada Rasulullah bahwa saya meninggalkan seperti apa yang saya infakkan".
Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah dengan menginfakkan semua hartanya.
Rasulullah menanyakan padanya, “Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu?” “Saya
menyerahkan mereka kepada Allah dan Rasulullah.” Jawab Abu Bakar.

Abu Bakar menemui Rasulullah dengan menginfakkan hartanya dan dia sembunyikan
infaknya itu. Dia berkata, Wahai Rasulullah inilah infakku dan pahalanya tergantung pada
Allah. Kemudian Umar datang kepada Rasulullah dengan infaknya dan dia tidak
menyembunyikannya. Dia berkata, "Wahai Rasulullah inilah infakku, dan pahalanya untukku
di sisi Allah".
E. ABU BAKAR MENJADI KHALIFAH
Beberapa saat setelah Rasulullah wafat, kaum Anshar berkumpul di saqifah
Bani Sa’idah. Mereka menghendaki kepemimpinan umat dibagi menjadi dua, untuk
Muhajirin dan Anshar. Langkah pertama, mereka memilih Sa’ad ibn Ubadah,
pemimpin suku Khazraj, sebagai pemimpin Anshar. Kemudian mereka mengabarkan
kepada kaum Muhajirin agar menunjuk salah seorang di antara mereka sebagai
pemimpin kaum Muhajirin.

Ketika mendengar berita ini, beberapa kaum muhajirin segera pergi ke saqifah
Bani Sa’adah.Saat mereka datang, pada saat itu Sa’ad ibn Ubadah tengah berbicara.
Dari kalangan Muhajirin yang hadir adalah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Abu
Bakar menahan Umar agar tidak berbicara dan menyanggah Sa’ad bin Ubadah yang
sedang berbicara.

Abu Bakar saat itu bangkit dan mengatakan dengan lembut dan santun bahwa
kekhalifahan paling layak dipegang oleh seorang Quraisy yang mulia. Ia adalah
seorang Arab yang mulia dari sisi keturunan dan keluarga.
Sungguh aku ridha jika kekhalifahan dipegang oleh salah seorang dari dua
orang mulia ini yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Tetapi akhirnya
Umar dan Abu Ubaidah membai’at Abu Bakar . Kemudian yang hadir di safiqah,
semuanya memberi baiat kepada Abu Bakar.

Pidato Pertama Abu Bakar sebagai Khalifah


Keesokan harinya Abu Bakar dibaiat oleh orang-orang di masjid. Kemudian setelah
memuji Allah dan mengagungkan nama-Nya, ia berkata:

“Wahai manusia, aku dipilih sebagai pemimpin kalian, dan aku bukanlah yang terbaik di
antara kalian. Jika aku berbuat baik, ikutilah aku. Jika berbuat buruk, luruskanlah aku.
Kejujuran adalah amanat dan kebohongan adalah khianat. Seorang yang lemah di antara
kalian adalah orang yang kuat di sisiku hingga aku sampaikan kepadanya hak-haknya, insya
Allah. Dan orang-orang yang kuat di antara kalian adalah orang yang lemah disisiku hingga
kurampas hak-haknya, insya Allah. Tidaklah suatu kaum meninggalkan perjuangan di jalan
Allah kecuali Dia akan menghinakan mereka. Dan tidaklah kejahatan menyebar di tengah-
tengah suatu kaum kecuali Allah akan menyamaratakan bencana kepada mereka. Taatilah aku
selama aku menaati Allah dan Rasul-Nya berkenaan dengan semua urusan kalian. Jika aku
bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, kalian tidak boleh menaatiku. Berdirilah untuk
melaksanakan shalat, niscaya Allah akan mengasihi kalian.”

F. PEMBERANGKATAN PASUKAN USAMAH

Pada tahun ke 11 H, Rasulullah saw sebenarnya telah mengirimkan pasukan perang untuk
memerangi Romawi di daerah Balqa’ dan Palestina. Sebagian anggota pasukan itu adalah
para senior orang-orang Muhajirin dan Anshar yang dikomandani oleh Usamah bin Zaid.

Mobilisasi pasukan Usamah bin Zaid ini terhitung sebagai pasukan perang ketiga yang
dipersiapkan Rasulullah saw dalam menghadapi Romawi setelah Mu’tah (8 Hijriah) dan
Tabuk (9 Hijriah).

Saat sakit Rasulullah SAW semakin parah, pasukan Usamah bin Zaid masih berjaga-jaga
di Jurf, suatu tempat berjarak tiga mil dari Madinah ke arah Syam. Mereka kembali ke
Madinah ketika Rasulullah saw wafat, lalu kembali lagi ke Jurf.

Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq menjabat khalifah, ia memerintahkan salah seorang pada
hari ketiga wafatnya Rasulullah untuk mengumumkan pemberangkatan pasukan Usamah,
“Pengiriman pasukan Usamah harus segera dilaksanakan, dan ingatlah bahwa tidak seorang
pun anggota pasukan Usamah yang boleh tinggal di Madinah. Mereka harus pergi ke markas
pasukan Usamah di Jurf.”

Keputusan Abu Bakar tersebut sempat mendapat protes dari para sahabat. Mereka
mengusulkan agar dia membatalkan pemberangkatan pasukan Usamah. Para sahabat melihat
kabilah-kabilah yang murtad tengah menyusun gerakan untuk menyerang Madinah. Maka itu,
diperlukan kekuatan besar untuk mengamankan kota Madinah.

Usamah bin Zaid pun yang saat itu sedang berada di Jurf mengutus Umar bin Khaththab
kepada Abu Bakar agar diizinkan kembali ke Madinah dengan alasan yang sama. Namun
Abu Bakar Ash-Shiddiq menolak usulan tersebut.

“Demi Zat yang jiwa Abu Bakar berada di tangan-Nya! Sekiranya aku yakin ada binatang
buas yang akan menerkamku, sungguh aku akan tetap melaksanakan pengiriman pasukan
Usamah seperti yang diperintahkan Rasulullah SAW. Seandainya tidak tersisa di negeri ini
selain diriku, sungguh aku tetap akan melaksanakan perintah itu.”

Pada saat pemberangkatan pasukan Usamah bin Zaid, Abu Bakar mengantarkan
pasukan tersebut dengan berjalan kaki, sementara Usamah mengendarai hewan
tunggangannya. Usamah lantas mengusulkan agar Abu Bakar yang naik hewan tunggangan
dan ia yang berjalan kaki. Tetapi usul itu ditolak Abu Bakar. Pada kesempatan itu juga Abu
Bakar meminta izin kepada Usamah bin Zaid agar mengizinkan Umar bin Khattab untuk bisa
tinggal di Madinah supaya membantu dan menemaninya menjalankan kekhilafahan. Usamah
pun mengizinkannya.

Abu Bakar As Shiddiq radhiallahu Anhu berangkat mengantarkan Pasukan yang


dipimpin dengan berjalan kaki. ketika Usamah bermaksud turun dari kendaraannya agar
dinaiki oleh Abu Bakar ia berkata kepadaku sama "Demi Allah engkau tidak perlu turun dan
aku tidak usah naik". Selanjutnya Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk
tidak berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak membunuh anak-anak atau
wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta kecuali untuk dimakan di
antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah.

"jika kalian melewati suatu kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara
Biarkanlah mereka dan apa yang mereka sembah"

kemudian secara khusus Abu Bakar berkata kepada Usamah,

"Jika engkau berkenan kuuusulkan Agar engkau mengizinkan Umar untuk tinggal bersamaku
sehingga aku dapat meminta pandangannya dalam menghadapi persoalan kaum muslimin "

Usamah menjawab "urusannya terpulang kepada mu"


Usamah kemudian bergerak bersama pasukannya. Setiap kali melewati suatu kabilah
yang para warganya banyak melakukan kemurtadan Usamah berhasil mengembalikannya lagi
kepada Islam. Orang-orang murtad itu merasa gentar karena mereka yakin seandainya kaum
muslimin tidak dalam posisi yang amat kuat niscaya mereka tidak akan keluar sekarang ini
dan dengan pasukan seperti ini untuk menghadapi orang-orang Romawi. Sesampainya nya di
negeri (jajahan) Romawi tempat di mana ayahnya terbunuh, Usamah beserta pasukannya nya
menyerbu mereka hingga Allah memberikan kemenangan .Mereka kemudian kembali dengan
membawa kemenangan.

G. HAL-HAL YANG PERTAMA KALI DILAKUKAN ABU BAKAR

Beliau adalah orang yang pertama kali masuk Islam, orang yang pertama kali
menghimpun Al-Qur’an, yang pertama kali menamakan Al-Qur’an sebagai mushaf.

Beliau orang pertama yang menggantikan Rasulullah sebagai Imam di Masjid


Nabawi, sedangkan Nabi masih hidup dan berada di Madinah.

Beliau juga orang yang pertama kali diberi gelar khalifah. Beliau adalah orang yang
memangku jabatan khalifah sedangkan ayahnya masih hidup. Beliau juga adalah khalifah
yang rakyatnya memberi dana.

Aisyah berkata, “Ketika Abu Bakar memangku jabatan khalifah dia berkata, ‘Kaumu
tahu bahwa pekerjaanu mampu menutupi semua kebutuhan keluargaku. Maka saya akan
menyibukkan diri dengan urusan kaum muslimin, dan keluarga Abu Bakar tidak akan makan
dari harta yang ada di Baitul Mal, dan saya bekerja untuk kepentingan kaum muslimin.”

Beliau juga adalah orang pertama yang membangun Baitul Maal.

Abu Bakar membagikan apa yang ada di Baitul Mal hingga kosong. Ketika petugas
Baitul Mal pindah dari Madinah, maka Abu Bakar memindahkan Baitul Mal ke rumahnya.
Harta karun muslimin disimpan di dalam Baitul Mal itu. Dan dia mendistribusikannya kepada
kaum fakir miskin dengan pembagian yang rata. Beliau membeli unta, kuda dan senjata dari
Baitul Mal untuk kepentingan jihad di jalan Allah. Beliau juga membeli kain beludru yang
datang dari orang-orang pedalaman dan dia sebarkan pembagiannya kepada janda-janda yang
ada di Madinah. Ketika Abu Bakar meninggal dunia dan dia telah disemayamkan, Umar
memanggil orang-orang kepercayaannya, di antaranya adalah Abdur Rahman bi ‘Auf,
Utsman bin Affan, mereka masuk ke dalam Baitul Mal dan membukanya. Mereka tidak
mendapatkan satu dirham pun di dalamnya.
H. SAKITNYA, WAFATNYA DAN WASIATNYA

Abu Bakar wafat dalam keadaan sakit demam. Sejumlah sejarawan sepakat tentang
hal itu. Namun, berbeda pendapat tentang penyebab demamnya. Ada yang menyebut kondisi
fisik Abu Bakar sedang tidak baik, lalu beliau mandi di musim dingin. Setelah dua pekan,
beliau menghembuskan nafas terakhir. Ada pula yang menyatakan Abu Bakar diracuni oleh
orang Yahudi melalui madu yang dihadiahkan. Dampak dari itu, terjadi setahun kemudian.

Ketika kondisinya memburuk dan merasa bahwa ajalnya sudah dekat, beliau
mengatakan bahwa beliau menginginkan meninggal pada hari yang sama dengan Nabi
Muhammad saw. Beliau juga memanggil Ali dan memintanya untuk memandikan jenazahnya
seperti saat memandikan jenazah Nabi Muhammad saw.

Sebelum meninggal, Abu Bakar mewasiatkan bahwa Umar ditunjuk sebagai khalifah
kedua yang menggantikannya.

Dan pada tanggal 23 Agustus 634, Abu Bakar meninggal pada usia sekitar 62 tahun.
karena sakit dan dimakamkan di samping makam Nabi Muhammad saw.
KESIMPULAN

a. Abu Bakar merupakan sahabat yang setia menemani Nabi dimanapun Nabi berada
bahkan beliau rela menginfakkan hampir seluruh hartanya untuk Islam.
b. Abu Bakar juga merupakan salah satu sahabat dari golongan laki-laki yang pertama
masuk islam.
c. Salah satu keistimewaan Abu Bakar menjadi khalifah pertama untuk menggantikkan
Rasulullah saw.
d. Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 karena sakit demam dan beliau
dimakamkan di samping Rasulullah saw.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, Maftuh. Tarikh Khulafaur Rasyidin. Bekasi. 2021

https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/100000579/biografi-abu-bakar-sahabat-
rasulullah-yang-paling-utama?page=all

10 sahabat dijamin masuk surga, Farvin Sabilla Matin, S. Pd.i

cetakan (1) 2017 cetakan (2) 2020. Diterbikan oleh Fatiha kids

Al-Qurtubi, Ibrahim. Tarikh Khulafa. Jakarta : Qisthi press 2009

As-suyuthi, Tarikh Khulafa'. Pustaka Al kautsar

Sa'id Ramadan al buthy, Muhammad. Sirah Nabawiyah analisis ilmiah manjahiyah sejarah
pergerakan agama Islam di masa Rasulullah saw. Robbani Pres, Bandung: 2010

https://www.republika.co.id/berita/qna610320/detik-wafatnya-abu-bakar-dan-harapannya-
yang-terwujud

Anda mungkin juga menyukai