Anda di halaman 1dari 5

ABUBAKAR ASH SIDDIQ KHALIFAH PERTAMA

DALAM RANGKA PESANTREN KILAT


SMP NEGERI 2 CIMANGGU

Nama Abu Bakar ash-Shiddiq yang sesungguhnya adalah Abdullah bin Abu Quhafah – Usman – bin
Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-
Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya
Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam.

Dan ibunya adalah Ummu al-Khair binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Ayahnya
diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah.

Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq dijuluki Atiq, karena wajahnya yang cakep dan
gagah (sebagaimana hal itu dikatakan oleh Ibnu Ma’in, al-Laits bin Sa’ad dan juga oleh putrinya
Aisyah radhiallahu ‘anhum). Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak
dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.

Mus’ab bin az-Zubair berkata, ‘Segenap ummah telah ijma’ tentang gelar yang diberikan kepada
beliau radhiallahu ‘anhu dengan ‘Ash-Shiddiq’ adalah karena beliau selalu membenarkan apa yang
diberitakan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam’.

Kelahiran dan Pertumbuhan Beliau

Beliau dilahirkan dua tahun beberapa bulan setelah lahirnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau tumbuh di kota Makkah, dan beliau tidak meninggalkan kota tempat tinggalnya kecuali untuk
tujuan berdagang. Beliau adalah penghulu suku Quraisy, dan ahlu syura diantara mereka pada zaman
jahiliyah.

Dan beliau juga terkenal sebagai orang yang meninggalkan khomr pada masa jahiliyah, ketika beliau
ditanya :’Apaka engkau pernah meminum khomr dimasa jahiliyah ? beliau menjawab : A’udzubillah
(aku berlindung kepada Allah), kemudian beliau ditanya lagi, ‘Kenapa?’ , beliau menjawab : aku
menjaga dan memelihara muru’ahku (kehormatanku), apabila aku minum khomr maka hal itu akan
menghilangkan kehormatan dan muru’ahku. (lihat : Tarikh al-Khulafa’, hal: 32)

Karakter Fisik dan Akhlak Beliau

Abu Bakar adalah orang yang bertubuh kurus, berkulit putih. ‘Aisyah menerangkan karakter
bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya (sehingga kainnya
selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam warna matanya, berkening lebar,
tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan innai maupun katam.”

Begitulah karakteristik fisik beliau. Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian,
kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi,
penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab
dan berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada Allah dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat
wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih
baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga allah meridhainya. Akan diterangkan setelah ini
hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.

Kisah Keislaman Beliau

Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk
Islam daripada beliau, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali masuk Islam,
sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum
muslimin dibandingakn dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan
semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya
tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin
Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu anhum.

Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000
dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah,
seperti Bilal radhiyallahu anhu. Beliau selalu mengiringi Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
selama di Makkah, bahkan dia lah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi di dalam gua dalam
perjalanan hijrah hingga sampai ke kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh
peperangan yang diikuti Rosulullahu shalallahu ‘alaihi wa sallam baik perang Badar, Uhud,
Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.

Istri-Istri dan Anak-Anak Beliau

Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan
dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.

Beliau juga menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari
Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.

Beliau juga menikah dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al-Khatts’amiyyah, dan
sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah bin
Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.

Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari Bani al-Haris bin al-
Khazraj.

Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian
mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut
dengan as-Sunuh hingga Rasullullah shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan beliau kemudian
diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah shalallahu ‘alihi wa sallam. Dari pernikahan
tersebut lahirlah Ummu Khultsum setelah wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Beberapa Keutamaan Beliau

Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam
kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun disni akan
dinukilkan sebagian apa yang telah di ringkas oleh Doktor Muhammad as-Sayyid al-Wakil dalam
kitabnya “Jaulah Tarikhiyah fi ‘asri al-khulafa’ ar-Rasyidin”, dan beberapa kitab lainnya,
diantaranya adalah :

*Para Ulama Ahlus Sunnah telah ijma’ bahwa manusia termulia setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Khaththab, kemudian utsman bin
Affan, kemudian ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian sepuluh orang sahabat yang di khabarkan masuk
surga, kemudian seluruh sahabat yang mengikuti perang Badar (ahlu badar), kemudian para sahabat
yang mengikuti perang Uhud, kemudian para sahabat yang mengikuti Ba’iat Ridwan (ahlu bai’at),
kemudian sahabat-sahabat lainnya yang tidak termasuk sebelumnya.

* Imam al-Bukhari meriwayatka dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata, ‘Kami
memilih orang-orang di masa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami memilih Abu Bakar
kemudian Umar, kemudian Utsman’. Dan Imam Ath-Thabari menambahkan di kitabnya ‘Al-Kabir’
maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui hal itu dan berkata : “Tidaklah seorang nabi pun
kecuali ia memiliki dua wazir (pendamping) dari penduduk langit dan dua wazir dari penduduk
bumi, adapun pendampingku dari penduduk langit adalah malaikat Jibril dan Mika’il, sedangkan
pendampingku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar”.
* Dan Abu Ya’la menluarkan dari ‘Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Jibril baru saja datang kepadaku, maka aku berkata : wahai
Jibril khabarkan kepada saya tentang keutamaan Umar bin Khaththab, ia (Jibril) menjawab, ‘kalaulah
aku berbicara tentang keutamaan Umar selama – lamanya Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya –
niscaya aku belum selesai dari membicarakan keutamaan Umar, dan sesungguhnya keutamaan-
keutamaan yang dimiliki Umar hanyalah satu hasanah (kebaikan) dari kebaikan-kebaikan yang
dimiliki Abu Bakar”.

* Beliau Adalah Sahabat Yang Menemani Rasulullahu ‘alaihi wa sallam di Gua ketika Hijrah. Allah
berfirman dalam surat at-Taubah ayat 40 yang artinya, “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad)
maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah)
mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di
dalam gua , diwaktu dia berkata kepada temannya, janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah
bersama kita.”(at-Taubah: 40). ‘Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini
mengatakan , “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”

* Diriwayatkan dari al-Barra’ bin Azib, ia berkata, “Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor
tunggangan dari Azib dengan harga 10 dirham, maka Abu Bakar berkata kepada ‘Azib, Suruhlah
anakmu si Barra agar mangantarkan hewan tersebut.” Maka ‘Azib berkata, “Tidak, hingga engkau
menceritakan perjalananmu bersama Rosulullah ketka keluar dari Makkah sementara orang-orang
musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”

* Abu Bakar berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga
datang waktu dhuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat istirahat di
bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada
naungannya, maka kubentangkan tikar untuk Nabi shalallahu ‘alihi wa sallam, kemudian aku katakan
kepadanya,”Istirahatlah wahai Nabi Allah.” Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau
daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai. Tiba-tiba aku
melihat ada seorang penggembala kambing sedang mengiring kambingnya kebawah teduhan di
bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya padanya, ”Siapa tuanmu wahai
budak?” Dia menjawab, “Budak milik si Fulan, seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama
tuannya dan aku mengenalnya kemudian kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia
menjawab , “Ya” lantas kukatakan, “Maukah engkau memeras untuk kami?” Dia menjawab, “Ya”
Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar
membersihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, maka dia menepuk
kedua telapak tangannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah
yang di mulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah
diperas itu ke tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya,
“Minumlah wahai Rasulullah.” Maka beliau mulai minum hingga kulihat beliau telah kenyang,
setelah itu kukatakan padanya, “Bukankah kita akan segera kembali ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Ya!” akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang musyrik terus
menerus mencari kami, tidak satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin
Ju’syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullah, “Orang ini telah berhasil
mengejar kita wahai Rasulullah,” namun beliau menjawab, “Jangan khawatir, sesungguhnya Allah
bersama kita.”

Diriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar radhiyallahu anhu beliau berkata, “Kukatakan kepada nabi
shalallahu ‘alihi wa sallam ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja mereka (orang-orang
musyrikin) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat.’ Rasul menjawab, “Bagaimana
pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga.”

Masa Kekhalifahan Beliau

Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu` anha, bahwa ketika Rasulullah
wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau yang berada di daerah Sunh.
Beliau turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak
seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar
menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya.
Abu Bakar pun menangis kemudian berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak
akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu,
berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara
dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah wahai Umar!” Namun Umar enggan
untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar
berkata : “Amma bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka
sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah
Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah telah berfirman :

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang
berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan
Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)

Ibnu Abbas radhiyallahu` anhuma berkata : “demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak mengetahui
bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang
menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan
melantunkannya.”

Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata : bahwa Umar ketika itu berkata : “Demi Allah, sepertinya
aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa
mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar
membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi memang sudah meninggal.”

Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata : “maka orang-orang menabahkan hati mereka
sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin
Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah” mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor) ada
pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!” maka Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin al-
Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar. Dalam hal ini
Umar berkata : “Demi Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang
menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya” Kemudian Abu Bakar
bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau berkata : “Kami adalah pemimpin,
sedangkan kalian adalah para menteri.” Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah
kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu
Bakar menjawab : “Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri. Mereka
(kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia dan paling baik nasabnya.
Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”Maka Umar menyela : “Bahkan kami akan
membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai
Rasulullah.” Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh
orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin
Ubadah).” Maka Umar berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)

Menurut `ulama ahli sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk
desa. Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata : “sekarang Abu
Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar
sehingga dia berkata : “tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian.
Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak
merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-
kambing mereka.

Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan
haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk
ibadah umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. beliau memasuki kota Makkah sekitar
waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa orang pemuda yang
sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) :
“ini putramu (telah datang)!”
Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk
bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna
sambil berkata : “wahai ayahku, janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah
dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan
kedatangan putranya tersebut.

Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah
bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar :
“Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu
Quhafah berkata : “wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik).
Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai
ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban
yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya
dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata : “Apakah ada orang yang akan mengadukan
sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk
melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.

Wafat Beliau

Menurut para `ulama ahli sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya antara
waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal dunia
adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau.
Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara
makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah
putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah.

Sumber :
Lihat : Tarikh al-Khulafa’, Jaulah Tarikhiyah fi ‘Asri al-Khulafa’ ar-Rasyidin karya DR. Muhammad
as-Sayyid al-Wakil, Al-Bidayah wan Nihayah, Masa Khulafa’ur Rasyidin Tartib wa Tahdzib Kitab
al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir. – Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi. Dan lainnya

Anda mungkin juga menyukai