Anda di halaman 1dari 28

BERKAH & KAYA ALA

ABDURRAHMAN BIN AUF

Oleh : Dede Sulaeman, S.Pt


(Owner Rajarakminimarket.com &
Rajaplastikindonesia.com)
 Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abu bin Al-
Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab
bin Lu’ay, Al-Qurasyi Az-Zuhri Al-Makki dan
Siapa kemudian Al-Madani.
 Ia dilahirkan di Mekah 10 tahun setelah tahun
Abdurrahman bin gajah. Ketika sinar kenabian mulai memancar ia
Auf? telah berusia 30 tahun. Ia lebih mudah 10 tahun
dari Rasulullah, dan lebih tua 3 tahun dari Umar
bin Khatthab.
 Ayahnya adalah Auf bin Abdu Auf bin Abdu bin Al-
Harits Az-Zuhri, yang merupakan salah seorang
tokoh terkemuka di Bani Zuhrah.
 Nama aslinya Abdu ‘Amr bin Auf. Setelah masuk
Islam, namanya pun diubah oleh Nabi saw. dengan
Abdurrahman bin Auf.
 Dari Abdurrahman bin Auf berkata, “Dulu pada
masa jahiliyah namaku adalah Abdu Amru,
kemudian Nabi saw menamakanku Abdurrahman.”
[Hr. Hakim disahihkan oleh ad-Dzahabi]
 Nama kunyah-nya, yaitu nama yang dinisbatkan
kepada putra lelakinya, Abu Muhammad.
 Ibunya adalah Asy-Syifa binti Auf Az-Zuhriyah, ia
masuk islam berbai’at kepada Nabi saw, menjadi
seorang sahabiyah yang baik, dan mendapatkan
kebahagiaan dengan keislamannya.
 Sahlah binti Ashim menggambarkan,
“Abdurrahman bin Auf orang yang putih, dengan
mata yang lebar dan indah, dan bulu matanya
panjang. Hidung mancung, dua gigi taring bagian
atasnya panjang sehingga seolah bisa melukai
bibirnya. Mempunyai rambut yang panjang di
Fisik bawah kedua telinganya. Lehernya panjang,
berbahu lebar, dan memiliki jari-jari yang kasar.”
Abdurrahman bin Ibnu Ishaq menuturkan, “Abdurrahman bin Auf
Auf memiliki dua gigi seri yang patah, dan sedikit cacat
yang membuatnya kesulitan. Pada perang Uhud ia
terkena pukulan yang mematahkan giginya, dan
mendapat sebanyak dua puluh luka atau lebih.
Sebagian luka tersebut mengenai kakinya hingga
ia pincang.”
 Dalam riwayat Ibnu Ishaq dan yang lain
disebutkan, bahwa Abdurrahman bin Auf masuk
Islam bersama Zubair bin Awwam, Utsman bin
Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan Sa’ad bin Abu
Waqqash melalui tangan Abu Bakar. Mereka
adalah as-Sabiquna al-Awwalun [Generasi awal
yang masuk Islam]. Umurnya ketika itu sekitar 30
tahun.
 Dia mengikuti dakwah sejak awal, sehingga
mengalami semua yang dialami dalam dakwah
Kemuliaannya bersama Nabi saw. dan para sahabat. Dia
mendapatkan kemuliaan hijrah dua kali, ke
dalam Islam Habasyah dan Madinah.
 Dalam riwayat Ibnu Ishaq, sebagian mereka
kembali ke Mekah: Abdurrahman bin Auf, Zubair
bin Awwam, Utsman bin Affan, Mush’ab bin Umair,
 Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari ayahnya,
“Bahwasanya Abdurrahman bin Auf juga dijuluki
hawariyyun (pembela) Rasulullah saw.”
 Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawi menyebutkan nama-
nama pembela Rasulullah  saw. tidak hanya satu.
Mereka adalah: Hamzah, Ja’far, Ali, Abu Bakar,
Umar, Abu Ubaidah al-Jarrah, Utsman bin Affan,
Utsman bin Mazh’un, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad
bin Abu Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan
Zubair bin Awwam.
 Hawariyyu an-Nabi adalah gelar yang diberikan
Nabi saw. kepada mereka, karena pembelaan
mereka kepada Nabi hingga tetes darah terakhir.
 Saat Perang Tabuk, Nabi bermakmum kepadanya.
 Abdurrahman bin Auf ra selalu mendampingi
Nabi saw setiap kali bepergian. Dia mendampingi
berziarah kepada para shahabat, mengunjungi
mereka yang sakit, mengajaknya untuk melihat
anak-anak dan keluarganya.
 Dia pun melayani baginda, belajar langsung dari
Momen Indah baginda, bertanya, menghafal hadits, dan
meriwayatkan berbagai moment yang dialaminya
Bersama Nabi bersama baginda saw. kepada umat.
saw  Nabi saw. pun mendoakannya, agar rizki yang
diberikan oleh Allah kepadanya berkah.
 Dia menyertai Nabi saw. dalam semua peperangan
besar. Mulai dari Perang Badar, Uhud, Khandaq,
Hudaibiyyah, Perang Khaibar, Penaklukan kota
Makkah, Perang Hunain, hingga Perang Tabuk.
 Dia termasuk 10 sahabat yang membaiat Nabi
dalam Baiat Ridhwan, di Hudaibiyyah. 10 sahabat
yang mendapat jaminan masuk surge.
 Dia yang diminta Nabi mengumumkan keharaman
keledai jinak, saat Perang Khaibar.
 Dia mengikuti Haji Wada’ bersama Nabi dan 100
ribu kaum Muslim tahun 10 H.
 Dalam riwayat as-Sya’bi, ketika Nabi wafat, dia
termasuk empat sahabat yang ada di liang kubur
Nabi saw.
 Wara’ adalah sikap menjaga diri tidak saja dari
perkara yang haram, tetapi juga makruh dan
syubhat. Sikap ini tampak dari pengakuan Utsman,
sebagai veteran Perang Badar, yang menerima
Wara’, Zuhud wasiat 400 Dinar dari Abdurrahman bin Auf. “Harta
Abdurrahman adalah harta yang bersih, dan
dan Lembut barakah.”
Hatinya  Zuhud adalah sikap batin, yang lebih meyakini apa
yang ada dalam genggaman Allah, ketimbang apa
yang ada di tangannya. Dengannya, dia menguasai
dunia, bukan dikuasai dunia. Dia bisa menolak
dunia, bukan karena tidak mampu. Abdurrahman
ditawari Sa’d bin Rabi’ setengah hartanya, dan
salah seorang isterinya, tetapi semuanya itu
ditolak. Dia hanya meminta ditunjukkan pasar
untuk berbisnis.
 Dia tidak disandera oleh harta, kekayaan dan
keluarganya. Harta dan kekayaannya berlimpah,
tidak membuatnya kikir. Justru, dia berdoa
dibebaskan oleh Allah dari kekikiran hatinya.
 Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf dari Aisyah
ra, “Bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Sesungguhnya urusan kalian merupakan salah
satu hal penting yang aku tinggalkan nanti. Tidak
akan ada yang bisa bersabar mengurus kalian,
kecuali orang-orang yang bersabar.” Aisyah
berkata, “Maka Allah memberi ayahmu
[Abdurrahman] minuman dari mata air salsabil di
surga.” karena dia memberi istri-istri Nabi saw.
harta sebanyak 40.000 dinar.” [Hr. Ahmad,
Tirmidzi, Ibn Hibban, dan Hakim]
 Zubair bin Bakar berkata, “Abdurrahman bin Auf
adalah orang kepercayaan Rasulullah saw dalam
mengurus / melayani istri-istri baginda.”
Abdurrahman yang mengurus kebutuhan
mereka, mendampingi mereka menunaikan haji,
memberikan nafkah kepada mereka, menginfakkan
harta yang banyak bagi mereka, dan berwasiat
setelah kematiannya untuk mereka dengan harta
yang cukup banyak.
 Anas bin Malik berkata, “Ketika Aisyah sedang
berada di rumahnya, dia mendengar suara
gemuruh di Madinah. Dia bertanya, “Suara apakah
itu?” Mereka berkata, “Kafilah Abdurrahman bin
Auf telah datang dari Syam membawa segala hal.
Anas berkata, “Saat itu jumlahnya tuju ratus unta.
Madinah pun terguncang oleh suaranya!”
Aisyah berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah
saw. bersabda, “Aku telah melihat Abdurrahman
bin Auf masuk surga dengan merangkak.” Ketika
berita ini sampai ke Abdurrahman bin Auf, ia
berkata, “Jika sanggup, aku akan memasukinya
dengan berdiri” Maka dia pun membelanjakan
seluruh kafilah tersebut dengan semua bawaannya
di jalan Allah Azza wa Jalla.” [Hr. Ahmad, at-
Thabrani, Abu Nu’aim]
 Utsman bin As-Syarid berkata, “Abdurrahman bin
Auf meninggalkan 1000 unta dan 3000 domba di
Baqi’, serta 1000 kuda yang digembalakan di Baqi’.
Di Al-Jurf dia menanam dengan menggunakan 20
penyiram tanaman, dan menjamin makanan pokok
keluarganya selama setahun.” [Hr. Hakim]
 Dari Syaqiq bin Salamah, “Abdurrahman
mendatangi Ummu Salamah dan berkata, “Wahai
Ummul mukminin, aku sungguh takut celaka. Aku
adalah orang yang paling kaya di Quraisy. Aku baru
saja menjual tanah seharga 40,000 Dinar! Ummu
Salamah berkata, “Infakkanlah wahai anakku,
sesungguhnya aku telah mendengar
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ada di
antara sahabatku yang tidak akan melihatku
setelah aku berpisah dengannya.” [Hr. Ahmad, al-
Bazzar dan Ibn Abdil Barr]
 Ibn Abbas berkata, “Aku tidak pernah menyaksikan
orang yang begitu merinding sebagaimana
Abdurrahman bin Auf ketika mendengar bacaan al-
Qur’an.” [Hr. Ibn Hibban]
 Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf berkata,
“Abdurrahman bin Auf selalu melakukan shalat
yang panjang sebelum shalat Zhuhur (di
rumahnya), dan jika ia mendengar adzan, akan
menarik jubahnya dan keluar [ke Masjid].”
 Abdullah bin Umar berkata, “Jika Abdurrahman bin
Auf memasuki rumahnya, dia akan membacakan
Ibadah, ayat kursi di setiap sudutnya.”
dan  Abdurrahman bin Auf juga menunaikan beberapa
Pengorbanannya kali ibadah haji, sejak zaman Nabi. Ketika Nabi saw.
di Jalan Allah wafat, dia sering ditugaskan oleh para Khalifah,
mulai dari Abu Bakar, Umar hingga Ustman, untuk
menyertai isteri-isteri Nabi berhaji.
 Dia harus meninggalkan Makkah untuk hijrah ke
Habasyah, demi menyelamatkan agamanya dari
fitnah kaum Kafir Quraisy.
 Setelah terjadinya Bai’at Aqabah II, dia bersama
kaum Muslim pun hijrah ke Madinah. Dia
tinggalkan semua harta kekayaannya di Makkah.
Datang ke Madinah tidak membawa apa-apa,
kecuali seekor kuda yang ditunggangi, dan sehelai
baju yang dia pakai.
 Abdurrahman bin Auf tidak hanya mengorbankan
hartanya, tetapi juga jiwa dan raganya. Ibn Sa’ad
menuturkan, “Telah sampai kepadaku bahwa
Abdurrahman bin Auf mendapat sebanyak 21 luka
pada Perang Uhud. Dia juga terluka di kakinya
hingga mengakibatkannya pincang.”
 Az-Zuhri menuturkan, “Abdurrahman bin Auf telah
membelanjakan setengah hartanya di zaman Nabi
saw. Setelah itu, membelanjakan 40,000 Dinar,*
500 kuda dan 500 kendaraan.”
 Ibnu Hajar menuturkan, “Ada yang mengatakan,
dia telah membebaskan 30 budak setiap hari.” [al-
Ishabah, Juz IV/291]. Ja’far bin Burqan berkata,
“Telah sampai kepadaku, Abdurrahman telah
Harta yang membebaskan 30,000 budak.” [Hr. Abu Nu’aim
dalam al-Hilyah]
Disedekahka
n…
* [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 40,000 x Rp. 1.000,000 = Rp. 170 milyar]
 Kepada putra Abdurrahman bin Auf, Aisyah
menuturkan, “Allah memberi ayahmu minuman
dari mata air salsabil di surga.” karena dia
memberi istri-istri Nabi saw. harta sebanyak 40,000
Dinar.” [Hr. Ahmad, Tirmidzi, Ibn Hibban, dan
Hakim]
 Ketika mendengar hadits dari Aisyah, bahwa dia
akan masuk surga dengan merangkak, setelah
membawa 700 kafilah dari Syam, maka dia
belanjakan seluruhnya di jalan Allah.
 Ketika mendengar hadits dari Ummu Salamah,
bahwa ada sahabat Nabi yang tidak akan pernah
bertemu lagi dengan baginda, maka dia infakkan
seluruh hasil penjualan tanahnya, 40,000 Dinar.
 Wasiatnya untuk 100 veteran Perang Badar,
masing-masing mendapatkan 400 Dinar.* Atau
Rp.1,7 Milyar/orang.
 Ibn Sa’ad, al-Hakim, dan lainnya meriwayatkan, dari
Utsman bin As-Syarid, “Abdurrahman bin Auf
meninggalkan 1000 unta dan 3000 domba di Baqi’,
serta 1000 kuda yang digembalakan di Baqi’. Di al-
Jurf, dia menanam dengan menggunakan 20
penyiram tanaman, yang menjamin makanan
pokok keluarganya selama setahun.”

* [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 400 x Rp. 1.000,000 = Rp. 1,700,000,000]


 Ibn Asakir meriwayatkan dari Urwah bin Zubair,
“Abdurrahman bin Auf mewasiatkan 50,000 Dinar
di jalan Allah. Setiap orang mendapat bagian
darinya sebanyak 1000 Dinar.”
 Saat wafat, dia meninggalkan 4 isteri, masing-
masing mendapatkan Rp. 425.000.000.000 (425
Milyar). Anas bin Malik menuturkan, “Aku telah
melihat setiap orang dari istrinya mendapat bagian
setelah kematiannya sebesar 100,000 Dinar.”*
 Dia pernah menikahi 16 wanita. Mempunyai 30
anak, 22 putra, dan 8 putri.

* [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 100,000 x Rp. 1.000.000 = Rp. 425 milyar]
 Abdurrahman bin Auf meyakini betul firman Allah
SWT:
ُ ََْ ُ َ َ َْ َ ّْ ُ ُ َْ ُ
﴾‫الرزق مِل ن يشاء ويق ِدر‬
ِ ‫﴿هللا يبسط‬
“Allah melapangkan rizki siapa saja yang Dia
kehendaki, dan menyempitkannya.” [Q.s. ar-Ra’d:
26]

Kiat  Ayat seperti ini diulang lebih dari sekali dalam al-
Bisnisnya, Qur’an, setidaknya ada 9 kali.
 Jadi, Allahlah yang menjadi sumber rizki, yang
dan Sukses melapangkan dan menyempitkan rizki hamba-Nya.
Karena Allah Bukan semata karena usaha dan kehebatan
manusia. Inilah keyakinan Abdurrahman bin Auf.
 Allah memberikan dan melapangkan rizki
seseorang karena beberapa faktor:
1- Keyakinan dan tawakkal kepada Allah SWT [Hr.
Bukhari];
2- Keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT
[QS. al-A’raf: 96]
3- Ikhlas, tawadhu’, tidak sombong, wara’ dan
zuhud [QS. as-Syura: 27].
4- Harta tidak akan berkurang karena diinfakkan.
Justru, akan bertambah. Allah berfirman [QS.
Saba’: 39]
5- Hanya mencari dan menggunakan rizki yang
halal dan thayyib [QS. al-Baqarah: 168]
6- Menyukuri nikmat dan anugerah yang Allah SWT
berikan, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit
akan menambah rizki [Q.s. Ibrahim: 7]
7- Tidak berputus asa terhadap rahmat Allah SWT
[Q.s. Yusuf: 87]
8- Bekerja keras dan berusaha terus-menerus tanpa
mengenal lelah, dan mempraktikkan hukum
sebab-akibat [Q.s. al-Qashash: 77 dan al-
An’akabut: 69].
9- Output keimanan dan ketakwaan dalam bisnis
adalah kejujuran, amanah, qana’ah, selalu
bersyukur, tidak hasad terhadap pesaing bisnis,
wara’, dan zuhud.
 Pemahaman Abdurrahman bin Auf:
1- Bukan harta berlimpa yang membawanya
masuk surga atau neraka, tetapi mencari dan
membelanjakannya sesuai dengan ridha Allah
SWT;
2- Modal bukan satu-satunya komponen untuk
memulai usaha;
3- Harus mempunyai manajemen waktu yang baik
[bisnis, masjid, jihad, mencari dan
mengamalkan ilmu dan mengurus keluarga].
4- Modal dan barang halal, menghindari syubhat;
5- Jual-beli adalah ketrampilan yang penting;
6- Membelanjakan harta semata untuk Allah, tidak
membuatnya berkurang, justru semakin
bertambah dan berkah;
7- Ikhlas, tawadhu’, ulet, kreatif, wara’, zuhud,
qana’ah, dan terus-menerus mendekatkan diri
kepada Allah akan kunci kesuksesannya.
 Abdurrahman menuturkan kiat binisnisnya, “Aku
tidak menolak keuntungan meski sedikit… Aku
tidak pernah melambatkan penjualan barang
terhadap orang yang memintanya.. Aku tidak
menjual dengan pembayaran mundur.”
 Secara umum, kiat-kiat bisnisnya, bisa dirumuskan
sebagai berikut:
1- Sedikit, tapi untung;
2- Selalu bersyukur dan qana’ah, meski untungnya
hanya sedikit;
3- Menetapi janji dengan pelanggan;
4- Jual-beli tunai [cash], tidak kredit;
5- Istiqamah dalam berusaha [terus-menerus],
tidak mengenal lelah dan putus asa;
6- Usaha, mendekatkan diri kepada Allah, berdoa
dan tetap bertawakkal kepada-Nya;
7- Memperbanyak shalat sunah, dzikir, membaca
al-Qur’an, dan infak untuk Allah SWT..
8- Selalu muhasabah diri..
 Beliau wafat tahun 32 H, di usia 75 tahun.
 Beliau wafat di Madinah, dan dimakamkan di
Makam Baqi’, yang disyafaati Rasulullah saw.
 Ibn Sa’ad, al-Fasawi, Ishaq bin Rahawaih, al-Hakim,
Ibnu Asakir, dan yang lain menuturkan dari Ibrahim
bin Abdurrahman bin Auf, berkata, “Abdurrahman
pingsan dalam sakitnya sehinga mereka menyang-
ka, kalau dia saat itu telah meninggal. Mereka lalu
Akhir Hayat meninggalkannya dan menutupinya dengan kain.
Lalu istrinya, Ummu Kultsum bin Uqbah pergi
dan Makam- menuju masjid untuk bersandar dan shalat.
nya Mereka berada dalam keadaan demikian sekitar
satu jam dan dia tetap dalam keadaan pingsannya.
Kemudian dia bangun. Kata pertama yang dia
ucapkan adalah takbir, dan keluarganya pun ikut
bertakbir.” Lalu dia berkata, “Kalian benar, dalam
pingsanku sesungguhnya aku di bawa oleh dua
orang laki-laki yang kasar dan keras. Mereka
berkata, “Marilah kami akan menghadapkanmu
kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpercaya
untuk dihakimi.” Mereka pun membawaku hingga
bertemu seorang laki-laki yang berkata,
“Kemanakah kalian membawa orang ini?” Mereka
menjawab, “Kami akan menghakiminya di
hadapan Yang Maha Perkasa dan Maha
Terpercaya.” Maka dia berkata, “Kembalikanlah
dia, sesungguhnya dia adalah di antara mereka
yang telah ditetapkan bagi mereka kebahagiaan
dan ampunan sejak mereka masih berada di perut
ibu mereka, dan sesungguhnya ia akan tetap
berada di tengah keluarganya hingga waktu yang
ditentukan Allah.” Setelah itu ia hidup selama
sebulan dan kemudian meninggal.”

Anda mungkin juga menyukai