* [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 100,000 x Rp. 1.000.000 = Rp. 425 milyar]
Abdurrahman bin Auf meyakini betul firman Allah
SWT:
ُ ََْ ُ َ َ َْ َ ّْ ُ ُ َْ ُ
﴾الرزق مِل ن يشاء ويق ِدر
ِ ﴿هللا يبسط
“Allah melapangkan rizki siapa saja yang Dia
kehendaki, dan menyempitkannya.” [Q.s. ar-Ra’d:
26]
Kiat Ayat seperti ini diulang lebih dari sekali dalam al-
Bisnisnya, Qur’an, setidaknya ada 9 kali.
Jadi, Allahlah yang menjadi sumber rizki, yang
dan Sukses melapangkan dan menyempitkan rizki hamba-Nya.
Karena Allah Bukan semata karena usaha dan kehebatan
manusia. Inilah keyakinan Abdurrahman bin Auf.
Allah memberikan dan melapangkan rizki
seseorang karena beberapa faktor:
1- Keyakinan dan tawakkal kepada Allah SWT [Hr.
Bukhari];
2- Keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT
[QS. al-A’raf: 96]
3- Ikhlas, tawadhu’, tidak sombong, wara’ dan
zuhud [QS. as-Syura: 27].
4- Harta tidak akan berkurang karena diinfakkan.
Justru, akan bertambah. Allah berfirman [QS.
Saba’: 39]
5- Hanya mencari dan menggunakan rizki yang
halal dan thayyib [QS. al-Baqarah: 168]
6- Menyukuri nikmat dan anugerah yang Allah SWT
berikan, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit
akan menambah rizki [Q.s. Ibrahim: 7]
7- Tidak berputus asa terhadap rahmat Allah SWT
[Q.s. Yusuf: 87]
8- Bekerja keras dan berusaha terus-menerus tanpa
mengenal lelah, dan mempraktikkan hukum
sebab-akibat [Q.s. al-Qashash: 77 dan al-
An’akabut: 69].
9- Output keimanan dan ketakwaan dalam bisnis
adalah kejujuran, amanah, qana’ah, selalu
bersyukur, tidak hasad terhadap pesaing bisnis,
wara’, dan zuhud.
Pemahaman Abdurrahman bin Auf:
1- Bukan harta berlimpa yang membawanya
masuk surga atau neraka, tetapi mencari dan
membelanjakannya sesuai dengan ridha Allah
SWT;
2- Modal bukan satu-satunya komponen untuk
memulai usaha;
3- Harus mempunyai manajemen waktu yang baik
[bisnis, masjid, jihad, mencari dan
mengamalkan ilmu dan mengurus keluarga].
4- Modal dan barang halal, menghindari syubhat;
5- Jual-beli adalah ketrampilan yang penting;
6- Membelanjakan harta semata untuk Allah, tidak
membuatnya berkurang, justru semakin
bertambah dan berkah;
7- Ikhlas, tawadhu’, ulet, kreatif, wara’, zuhud,
qana’ah, dan terus-menerus mendekatkan diri
kepada Allah akan kunci kesuksesannya.
Abdurrahman menuturkan kiat binisnisnya, “Aku
tidak menolak keuntungan meski sedikit… Aku
tidak pernah melambatkan penjualan barang
terhadap orang yang memintanya.. Aku tidak
menjual dengan pembayaran mundur.”
Secara umum, kiat-kiat bisnisnya, bisa dirumuskan
sebagai berikut:
1- Sedikit, tapi untung;
2- Selalu bersyukur dan qana’ah, meski untungnya
hanya sedikit;
3- Menetapi janji dengan pelanggan;
4- Jual-beli tunai [cash], tidak kredit;
5- Istiqamah dalam berusaha [terus-menerus],
tidak mengenal lelah dan putus asa;
6- Usaha, mendekatkan diri kepada Allah, berdoa
dan tetap bertawakkal kepada-Nya;
7- Memperbanyak shalat sunah, dzikir, membaca
al-Qur’an, dan infak untuk Allah SWT..
8- Selalu muhasabah diri..
Beliau wafat tahun 32 H, di usia 75 tahun.
Beliau wafat di Madinah, dan dimakamkan di
Makam Baqi’, yang disyafaati Rasulullah saw.
Ibn Sa’ad, al-Fasawi, Ishaq bin Rahawaih, al-Hakim,
Ibnu Asakir, dan yang lain menuturkan dari Ibrahim
bin Abdurrahman bin Auf, berkata, “Abdurrahman
pingsan dalam sakitnya sehinga mereka menyang-
ka, kalau dia saat itu telah meninggal. Mereka lalu
Akhir Hayat meninggalkannya dan menutupinya dengan kain.
Lalu istrinya, Ummu Kultsum bin Uqbah pergi
dan Makam- menuju masjid untuk bersandar dan shalat.
nya Mereka berada dalam keadaan demikian sekitar
satu jam dan dia tetap dalam keadaan pingsannya.
Kemudian dia bangun. Kata pertama yang dia
ucapkan adalah takbir, dan keluarganya pun ikut
bertakbir.” Lalu dia berkata, “Kalian benar, dalam
pingsanku sesungguhnya aku di bawa oleh dua
orang laki-laki yang kasar dan keras. Mereka
berkata, “Marilah kami akan menghadapkanmu
kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpercaya
untuk dihakimi.” Mereka pun membawaku hingga
bertemu seorang laki-laki yang berkata,
“Kemanakah kalian membawa orang ini?” Mereka
menjawab, “Kami akan menghakiminya di
hadapan Yang Maha Perkasa dan Maha
Terpercaya.” Maka dia berkata, “Kembalikanlah
dia, sesungguhnya dia adalah di antara mereka
yang telah ditetapkan bagi mereka kebahagiaan
dan ampunan sejak mereka masih berada di perut
ibu mereka, dan sesungguhnya ia akan tetap
berada di tengah keluarganya hingga waktu yang
ditentukan Allah.” Setelah itu ia hidup selama
sebulan dan kemudian meninggal.”