Anda di halaman 1dari 169

Risalah al-Amin

ABU HASAN AL-SYADZILI


1 Risalah al-Amin

Pendahuluan

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah dengan pujian menyamai nikmat-nikmat-Nya dan menjamin
tambahannya. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad saw. setiap kali para ahli zikir ingat dan walaupun sebagian orang lupa
dan lalai. Shalawat dan salam semoga juga tercurahkan kepada keluarga Nabi dan
para sahabatnya.

Imam Abu al-Hasan asy-Syadzili mengatakan bahwa jalan yang ditempuh untuk
menuju Allah swt. ada empat. Barang siapa yang mampu menempuh keempatnya,
dia termasuk shiddiqun yang sebenarnya. Barang siapa yang mampu menempuh tiga
dari empat jalan tersebut, dia termasuk di dalam jajaran wali-wali Allah yang dekat
dengan-Nya. Barang siapa yang mampu menempuh dua dari keempat jalan tersebut,
dia termasuk dalam jajaran para syuhada yang bertaqwa. Barang siapa yang hanya
mampu menempuh satu dari keempat jalan tersebut, dia termasuk dalam jajaran
hambahamba Allah yang saleh. Keempat jalan tersebut sebagai berikut.

1. Zikir yang kemudian berlanjut menjadi amal saleh dan buahnya adalah cahaya.

2. Merenung yang kemudian berkembang menjadi sabar dan buahnya adalah ilmu.

3. Fakir yang kemudian berkembang menjadi syukur dan buahnya adalah semakin
bersyukur.

4. Cinta yang kemudian berkembang menjadi tidak larut dalam dunia dan seisinya,
dan buahnya adalah sampai kepada yang dicintai.

BAB 1
Etika Uzlah
2 Risalah al-Amin

KETAHUILAH!—SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN pertolongan kepadamu—Jika


engkau menginginkan wushiil (sampai) kepada Allah, mintalah pertolongan kepada-
Nya. Tetaplah menegakkan kebenaran dengan cara musydhadah’ dan berzikir
kepada-Nya secara total. Selalu gantungkan hatimu dengan ibadah-ibadah madhah
pada jalan makrifat. Biasakanlah untuk selalu berzikir, muraqabah, tobat, dan istighfar.

Hal tersebut ‘aku jelaskan kepadamu agar tidak terjerumus dalam kekeliruan ketika
menempuh jalan untuk wushil, yaitu seperti zikir mengucap ‘Allah Allah" misalnya,
atau zikir lainnya yang menimbulkan perasaan taqwa di hatimu. Akan tetapi, hal
tersebut dilakukan dengan ikhlas tanpa dorongan apa pun dari dirimu dan tanpa
adanya peringatan apa pun dalam jiwamu.

Allah berfirman,

“Atau siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat membelamu selain
(Allah) Yang Maha Pengasih?” (QS. al-Mulk [67]: 20)

Ayat di atas adalah contoh dari dorongan. Sementara contoh ayat untuk peringatan,
adalah firman Allah swt. dalam surat al-Mulk ayat 21,

‘Atau siapakah dia yang dapat memberimu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya?”
(QS. al-Mulk [67]: 21) .

Zikir ialah ketika engkau melafalkan menggunakan lisanmu - dan hatimu


menyertainya. Jika sesuatu yang baik dari Allah swt. datang kepadamu, maka
terimalah. Jika sesuatu itu datang dari selain Allah, maka bencilah sambil berharap
kepada Allah untuk dapat dorongan dan peringatan. Sebagaimana yang telah aku
sebutkan, aku juga memperingatkanmu untuk tidak mengarahkan atau mendorong
sesuatu dari dirimu kecuali atas nama Allah. Ketika timbul dari hatimu suatu dosa, aib,
mengingatingat amal baik, atau merasa ada pada kondisi rohani yang baik,
bersegeralah untuk bertobat dan meminta ampunan kepada Allah swt. dari semua hal
tersebut. Adapun tobat dan meminta ampunan atas dosa atau aib hukumnya adalah
wajib. Sementara tobat atas amal saleh atau keadaan yang menyenangkan adalah
dengan menyembunyikannya.
3 Risalah al-Amin

Teladanilah sikap Rasulullah saw. yang beristighfar setelah mendapat kabar gembira
dan mendapatkan kepastian atas ampunan Allah terhadap dosanya yang telah lalu
dan yang akan datang, Sikap tersebut dilakukan oleh seorang nabi yang maksum
(terjaga dari dosa). Alangkah lebih pantas apabila hal tersebut dilakukan oleh orang
yang tidak lepas dari dosa dan aib di setiap waktunya. Sementara itu, senantiasa
dalam kebenaran bisa dilakukan dengan mempertahankan sifat-sifat, seperti
kefakiran, kelemahan, ketidakmampuan, dan kehinaan.

Pada proses ini, hendaknya engkau bertafakur dengan selalu merenungkan sifat-sifat
Allah seperti Mahakaya, Mahakuasa, Mahamulia, dan Mahakuat. Sifat-sifat yang
disebutkan sebelumnya merupakan sifat-sifat ‘ubudiyyah (penghambaan), sedangkan
yang ini merupakan sifat-sifat rububiyyah (ketuhanan). Sementara itu, maksud dari
ash-Shidq (kebenaran/kejujuran) ialah selalu mengamalkan sifat-sifat tersebut, jangan
sampai terjerumus ke dalam hal lain yang akan membuatmu gagal dalam
mendapatkan intisari hakikat. Saat bertafakur ucapkanlah,

“Wahai Dzat Yang Mahakaya, Mahakuat, Mahakuasa, dan Mahaperkasa. Tuhan bagi
orang fakir yang tidak kaya, bagi orang lemah yang tidak kuat, bagi orang yang tak
berdaya dan yang tiada kuasa, bagi orang hina yang tidak punya kemuliaan. Ya Allah,
semoga Engkau selalu menetapkan hamba dalam kebenaran, semoga Engkau selalu
memberikan hamba pakaian taqwa yang paling bagus. Itu semua adalah tandatanda
kekuasaan-Mu.

Semoga Engkau selalu menutupi cacat hamba dari segala sesuatu dengan
keagungan-Mu karena semua adalah milik- Mu. Penuhilah hatiku dengan rasa cinta.
kepada-Mu hingga. "cinta itu tidak tersisa untuk selain-Mu. Sungguh, -Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu.”

BAB 2
Asma Allah untuk Memohon Pertolongan
4 Risalah al-Amin

KETIKA ENGKAU BERUZLAH, teguhkanlah dirimu dan jangan terburu-buru terhadap


semua urusanmu. Katakanlah,

Ini semua adalah lafal-lafal yang menunjukkan keridhaan dan keluasan hati. Ketika
terlintas di dalam dirimu kesukaran pada - waktu uzlah, maka ucapkanlah,

“Aku ridha dengan Allah, aku berpasrah diri terhadap Allah. Tidak ada kekuatan,
kecuali atas pertolongan Allah.” Ucapkanlah dalam munajat dan permohonanmu,

“Wahai Dzat yang kursi-Nya meliputi langit dan bumi, tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Dialah Dzat yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Dengan perlindungan-
Mu hamba memohon keimanan kepada-Mu, iman yang dapat menenangkan hati
hamba dari kesempitan rezeki dan takut’ terhadap sesama makhluk. Dekatkanlah
hamba dengan kuasa-Mu, kedekatan yang menghapuskan semua tabir dari hamba,
seperti tabir yang telah Engkau hapuskan dari Ibrahim as., kekasih-Mu. Ia tidak
membutuhkan Jibril as. sebagai utusan-Mu dan tidak butuh terhadap pertanyaannya
yang datang dari-Mu.

Engkau juga telah melindungi nabi Ibrahim as. dari api musuh-Mu dengan terbukanya
tabir tersebut. Bagaimana tidak Engkau lindungi dari bahaya para musuh, orang yang
Engkau tutupi kalau bukan karena manfaat ‘orang yang Engkau cintai. Sungguh
hamba memohon kepada-Mu, mudah-mudahan Engkau menganugerahkan
perlindungan itu kepada hamba dengan dekat dengan-Mu, hingga aku tidak melihat
dan merasa sebab dekat dengan sesuatu yang lain dan tidak pula saat sesuatu itu
jauh dari hamba. Sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

BAB 3
Buah dari Uzlah

BUAH DARI UZLAH adalah mendapatkan anugerah-anugerah keutamaan. Anugerah


tersebut ada empat, yaitu tersingkapnya tabir, turunnya rahmat, terwujudnya
mahabbah, dan lisan yang jujur dalam berbicara. Allah swt. berfirman,
5 Risalah al-Amin

“Maka ketika dia (Ibrahim) sudah ‘menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang
mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Yakub. Dan
masing-masing Kami angkat menjadi nabi.” (QS. Maryam [19]: 49)

BAB 4
Kegagalan dalam Uzlah

PERLU DIPERHATIKAN BAHWA kegagalan saat beruzlah yang diaJami oleh orang
awam ketika menuju Allah swt. dengan makrifat dan istiqamah melalui jalan ilmu ada
empat: ketergantungan jiwa dengan mahkluk, kecenderungan hati pada orientasi
tertentu dalam berusaha, puasnya akal dengan apa yang diperoleh dari proses
mendekatkan diri, dan kekhawatiran-kekhawatiran terhadap musuh yang akibatnya
menjauhkan dari tujuan utama.

Sementara itu, kegagalan yang dialami oleh orang-orang khusus (khawwash) yang
perlu diperhatikan juga ada empat, yaitu: selalu merasa waswas, hati kembali sibuk
dengan urusan dunia, membatasi waktu (dalam uzlah), yang mana hal itu merupakan
sesuatu yang merugikan, dan seolah mendengar bisikan-bisikan ilahi yang dirasakan
lewat pancaindra. Setiap kegagalan pasti ada jalan keluar untuk mengatasinya supaya
kembali lagi ke jalur tauhid, makrifat, dan ke jalan yang lurus.

Ketika muncul sebuah pertanda adanya ketergantungan diri dengan hukum kausalitas
atau kecenderungan tertentu dalam usaha, kembalilah ke pangkal makrifat yang
dahulu telah berjanji untuk menempuhnya. Amalkanlah kembali. Karena itu,
ucapkanlah,

“Aku telah berjanji di hadapan Allah.”

Atau, katakanlah, “Engkau tidak mendapatkan rezeki ini, kecuali dengan sebab ini
atau dari cara ini.” Kendalikanlah ia dengan makrifat dan tenggelamkan ia ke dalam
lautan tauhid. Kemudian, ucapkanlah,
6 Risalah al-Amin

"Jika Allah berkehendak maka terjadi, dan ketika Allah belum . berkehendak maka
belum terjadi.”

Berkenaan dengan hal ini orang-orang yang menempuh jalan kesufian mengatakan,
“Tenggelamkanlah dunia di dalam lautan tauhid sebelum dunia menenggelamkanmu.”

Jika tampak padamu penghalang berupa puasnya akal atas perolehan ilmu, amal,
cahaya, petunjuk, dan pesan yang mengindikasikan kebenaran, janganlah engkau
melalaikan Dzat Yang Terdahulu dan Yang Terakhir. Jangan pula melupakan
ketentuan Dzat yang bebas berkehendak dan memilih apa yang dikehendakiNya, Dzat
yang tidak peduli kebaikan dan keburukan penerima kehendak-Nya.

Jika tampak padamu penghalang berupa kekhawatirankekhawatiran dari musuh yang


melintas dan menjauhkan diri dari tujuan, yakni tiga aspek rintangan; aspek dunia,
aspek akhirat, serta aspek yang berupa ketenangan hidup, kenyamanan tempat, dan
kedudukan, semuanya akan menjauhkanmu dari tujuan. Tujuan di sini adalah ibadah
mahdhah dan mengimani adanya Dzat Mahabenar yang tidak bermula dari
penciptaan. Allah menghendakimu agar engkau menjadi hamba-Nya, atau engkau
suka menjadikan-Nya sebagai Tuhanmu.

Jika engkau menjadi hamba yang sebenarnya, Dia akan men jadi Tuhan bagimu. Jika
ia menjadi Tuhan bagimu atas ridha Nya, engkau adalah hamba bagi Nya dan Ia tidak
akan meninyyalkanmu dari jalan hakikat, impian, dan harapanmu. Pahami betul bab
Ini, dan kuasai dengan baik, mintalah pertolongan kepada Allah, dan bersabarlah.
Allah berfirman,

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 153)

Jika engkau termasuk orang-orang yang menuju Allah, dan posisimu sudah berada
pada derajat khusus (khawwash), kemudian dalam uzlahmu muncul perasaan
waswas yang menyerupai ilmu melalui perantara ilham, atau ketersingkapan yang
berasal dari prasangka, maka janganlah engkau menerima hal itu, kembalilah kepada
kebenaran yang tertuang dalam al-Quran dan sunah.
7 Risalah al-Amin

Ketahuilah bahwa sesuatu yang menghalangimu, walaupun hal itu sejatinya benar,
dan engkau berpaling darinya serta memilih al-Quran dan sunah Nabi saw., tidaklah
mendatangkan masalah bagimu, sebab engkau mengucapkan, “Sungguh, Allah telah
menjamin perlindungan untukku jika memilih berada di samping al-Quran dan sunah.
Allah tidak menjamin kemaksuman untukku pada keadaan tersingkap, terilhami, dan
musyahadah.

Seandainya engkau menerima hal itu melalui ilham, maka jangan engkau
menerimanya kecuali melalui al-Quran dan sunah. Jika engkau menerimanya melalui
al-Quran dan sunah, pikiranmu tidak akan menghiraukan merasuknya rasa waswas
yang menipu. Jagalah tingkatan ini supaya engkau mendapat bukti yang nyata dari
Tuhanmu, bukti jelas yang akan disusul oleh orang yang menyaksikannya setelah itu.
Sampai di sini tidak ada masalah yang berarti. Segala puji bagi Allah swt.

Jika engkau mendapati rintangan untuk berbicara kepada orang lain, yang bertujuan
untuk membeberkan keadaanmu sekarang, maka engkau sama seperti mereka dan
tidak keluar sama sekali dari kerumunan mereka. Jangan tertipu dengan uzlahnya
badanmu, sementara hatimu fokus bersama orang lain. Larilah menuju Allah, sebab
orang yang bersegera menuju-Nya akan diberi perlindungan. Karena dengan "lari
menuju Allah" menunjukkan ketidaksukaan berada bersama makhluk dan lebih
menyukai berada di samping-Nya, dengan cara kembali kepada-Nya dan berpegang
teguh pada ikatan-Nya.

Allah swt. berfirman,

“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama): Allah,maka sesungguhnya ia


telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran [3]: 101) Co .

Jika engkau menemukan. rintangan berupa kembali (ke keadaan sebelum uzlah),
berusahalah untuk melawannya sebisa mungkin. Palingkanlah semangat dan cita-
citamu hanya kepada Allah dengan bertaqwa, supaya Allah memudahkan urusanmu
dan memberimu rezeki yang tak terhingga. Apabila terdengar bisikan| bisikan (yang
seolah) nyata memikatmu, maka kesalahannya adalah karena kau telah menjadikan
apa yang diserap pancaindra sebagai dalil bagi hakikat-hakikat yang tak kasat mata.
8 Risalah al-Amin

Abaikanlah itu semua. Jika engkau hiraukan, engkau termasuk orang yang bodoh.
Janganlah engkau cerna hal tersebut dengan akalmu. Jangan terpengaruh dengan
kemunculannya, niscaya Allah akan memberikan penjelasan dan keterangan tentang
pengalaman tersebut, dan kemudian Allah akan memberikan petunjuk kepadamu.

Allah swt. berfirman,

“Dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS. al-A’raf [7]: 196)

BAB 5
Memeransi Musuh

ORANG YANG TIDAK ingin ada setan di jalan yang ditempuhnya, ia harus
memperbaiki iman, berpasrah diri; dan beribadah kepada Allah swt. dalam kefakiran,
mencari perlindungan,-dan meminta pertolongan-Nya. Allah berfirman,

“Sesungguhnya kekuasaannya.(setan) hanyalah atas orang-orang yang


mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya
dengan’ Allah.” (QS. an-Nahl [16]: 100)

Allah berfirman,

"Sesungguhnya kamu (iblis) tidak kuasa atas hamba-hambaKu, kecuali orang-orang


yang mengikuti kamu, yaitu orangorang yang sesat.” (QS. al-Hijr [15]: 42)

Allah juga berfirman,

“Dan jika setan mengganggumu. dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Fushshilat [41]: 36)
9 Risalah al-Amin

Memperbaiki keimanan, dilakukan dengan selalu bersyukur atas semua nikmat-Nya,


selalu sabar dari cobaan, rela dengan takdir yang ditetapkan, berpasrah diri dengan
cara meninggalkan nafsu, melupakan makhluk, selalu bergantung kepada Tuhan
Yang Mahabenar dan selalu berzikir kepada-Nya.

Jika ada rintangan yang menghalangimu untuk sampai kepada Allah, maka
teguhkanlah hatimu dari rintangan tersebut. Allah swt. berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka
berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung.” (QS. al-Anfal [8]: 45)

Memperbaiki ibadah dapat dilakukan dengan selalu merasa fakir, tidak berdaya,
lemah, dan merasa hina di hadapan Allah swt. Kebalikan dari sifat-sifat tersebut
adalah sifat-sifat ketuhanan yang tidak engkau miliki. Maka dari itu, bergantunglah
dengan sifat-sifat Allah, katakanlah dengan sungguh-sungguh dalam perasaan fakir,

“Wahai Dzat Yang Mahakaya, siapa yang dapat membantu orang yang fakir selain
diri-Mu?”

Katakanlah dalam perasaanlemah,

“Wahai Dzat Yang Mahakuat, siapa yang dapat melindungi orang lemah selain diri-
Mu?”

Katakanlah ketika di atas alas ketidakberdayaan, .

“Wahai Dzat Yang Mahakuasa, siapa yang dapat melindungi orang yang tak berdaya
selain diri-Mu?”

Lalu katakan ini ketika kau dalam kchinaan,

"Wahai Dzat Yang Mahaperkasa, siapa yang dapat memuliakan orang hina selain diri-
Mu?”
10 Risalah al-Amin

Setelah itu, engkau akan mendapatkan jawaban seakan-akan datang begitu saja ke
hadapanmu. Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 153)

Orang yang senantiasa menuruti syahwat, mengikuti hawa . nafsu, dan tidak bisa
menolong jiwanya untuk melepaskan diri (dari kungkungan keduanya), sehingga
jiwanya terkalahkan, penghambaannya (kepada Allah) bisa dilakukan dengan dua
cara. Pertama, ia menyadari nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah swt. berupa
iman dan tauhid. la menyukai hal tersebut dengan hatinya, ia juga dihiasi oleh iman
dan tauhid, serta benci kepada sifat-sifat yang berseberangan seperti kekufuran,
kefasikan, dan kemaksiatan. Setelah itu, ucapkanlah,

“Ya Tuhanku, dengannya Engkau telah memberikan nikmat kepada hamba. Engkau
telah. memberikan petunjuk-Mu kepada hamba, bagaimana mungkin aku berputus
asa dari-Mu. Engkau telah membentangkan karunia-Mu untuk hamba walaupun
hamba sering melanggar aturan-Mu. Hamba berharap kepada-Mu untuk menerima
diri hamba, walaupun hamba adalah orang yang berpaling dari-Mu.”

Kedua, bersegera memohon pertolongan kepada Allah swt. dan selalu membutuhkan-
Nya. Ucapkanlah,

“Ya Tuhanku, terimalah! Terimalah! Tolonglah aku dan selamatkanlah aku”

Tidak ada jalan bagi orang yang merasa mempunyai kekuasaan dan membuatnya
terputus dari kehambaan yang murni karena Allah. Jika engkau tidak melaksanakan
keduanya, kecelakaan akan datang dan akan semakin menjauhkanmu dari Allah.
Semoga Allah memberikan perlindungan dari hal tersebut. | Abu al-Hasan asy-Syadzili
ra. berkata, “Kesedihan setan ada pada empat kondisi. Pertama, tatkala engkau
duduk berpikir tentang hal yang mendekatkanmu kepada Allah swt. kemudian engkau
mengerjakannya. Kedua, ketika engkau berpikir tentang semua hal yang dapat
menjauhkanmu dari Allah swt., kemudian engkau menjauhinya. Ketiga, ketika engkau
11 Risalah al-Amin

berpikir tentang dosadosamu yang telah lalu, kemudian engkau meminta ampun dan
bersyukur. Keempat, ketika engkau duduk berpikir tentang suatu hal yang telah kau
perbuat di masa lalu, kemudian engkau bersyukur dan meminta ampun kepada-Nya.

Jika kau ingin mengalahkan musuhmu, maka kau harus menggunakan iman,
berpasrah diri, beribadah yang benar, dan selalu minta pertolongan kepada Allah swt.
dari gangguan-gangguan yang dilancarkan musuh. Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya.setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang-orang yang beriman


dan bertawakal kepada Tuhannya.” (QS. an-Nahl [16]:99)

Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya kamu (iblis) tidak kuasa atas hamba-hambaKu.” (QS. al-Hijr [15]: 42)
Allah swt. berfirman,

“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Eushshilat [41]: 36)

Allah swt. menjadikan wali sebagai kekasih dan menjadikan setan sebagai musuh,
maka engkau telah menyelesaikan tugasmu.”

Apakah engkau ingin Allah mencukupimu dalam segala hal sehingga karenamu Dia
mencukupi orang yang mencintai, berwasilah, berdoa, atau meminta? Dijawab,
“Bagaimana caranya supaya aku mendapatkan hal tersebut?” Aku jawab, “Janganlah
menjadikannya (setan) sebagai kekasih, jadikanlah hanya Allah semata.”

Aku kembali ditanya, “Bagaimana cara memusuhi dan mencintai karena Allah?”
Kujawab, “Semuanya dilakukan dengan bergantung kepada Allah, tidak karena nafsu
dan keinginan. Jika engkau membenci dan marah karena ilmu, maka berikanlah hak
untuk ilmu tersebut. Janganlah engkau menjadikan setan sebagai teman. Orang yang
menjadikan setan sebagai teman, dia mendapatkan kerugian yang nyata. Jika engkau
mencintai seseorang dengan ilmu, temanilah dia selama dia selalu menjalankan
12 Risalah al-Amin

ketaatan, jika dia menyimpang, maka bencilah dengan ilmu selama dia masih berada
dalam penyimpangannya.”

Rahasia hatimu berdasarkan kepada luasnya keimanan sehingga engkau


mencintainya. Engkau menolaknya ketika dia berseberangan dengan kezahiran ilmu.
Maka dari itu, perhatikanlah pembahasan ini dengan baik karena permasalahan ini
merupakan tempat orang-orang bodoh jatuh terperosok kedalamnya. Mintalah
pertolongan kepada Allah.

BAB 6
Khawatir

SETIAP PENGETAHUAN DALAM dirimu selalu didahului oleh ilham, kemudian diikuti
dengan gambaran-gambaran. Jiwa dibuat condong kepadanya dan tabiat menyukai,
maka buanglah hal itu jauhjauh meskipun merupakan kebenaran. Ambillah ilmu Allah
yang diturunkan kepada rasul-Nya, ikutilah al-Khulafa’ ar-Rasyidin, para sahabat, para
tabiin, dan orang-orang setelah mereka, atau orang-orang yang telah mendapatkan
petunjuk, para imam yang telah terbebas dari hawa nafsu dan orang-orang
setelahnya.

Jika engkau melakukannya, engkau akan terbebas dari keraguan, prasangka, ilusi,
dan pengakuan bohong yang menyesatkan serta menjauhkan diri dari petunjuk dan
hakikat-Nya. Apa yang harus engkau lakukan untuk menjadi hamba Allah swt. dengan
keadaan tidak mempunyai ilmu dan amal? Cukuplah ketauhidan sebagai ilmu bagimu,
sementara amalmu cukup dengan mencintai Allah swt., Rasul-Nya, para sahabatnya,
serta mempunyai keyakinan yang kuat terhadap Ahlussunnah Wal Jama'ah. Di dalam
hadis disebutkan bahwa,

“Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, ‘Kapan terjadinya hari kiamat wahai
Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari
kiamat?’ Lakilaki itu menjawab, ‘Saya tidak mempunyai persiapan apa pun kecuali
cinta kepada Allah swt. dan Rasul-Nya.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Seseorang akan
bersama dengan orang yang dicintainya.”” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
13 Risalah al-Amin

Semua bisikan dan gerakan akan melewati hati, tetapi tidak menetap di dalamnya.
Hati merupakan persinggahan iman, tempat penyimpanan keutamaan dan anugerah
bagi hamba-Nya. Hal itu agar Allah swt. memberikan manfaat kepada hati dengan
ihsan (kebaikan) yang kokoh dan menetap. Seandainya engkau meninggalkannya,
maka akan membawamu kepada tempat kerugian dengan bukti rahasia yang
mengarah kepada dosa dan permusuhan. Apakah engkau tidak mendengarkan firman
Allah swt. yang berbunyi,

“Hai orang orang bertman, apahila kamu menyadakan pem bicaraan rahasia,
janganlah kamu membicarakan perhuatan dosa, permusuhan dan berhuat durhaka
kepada Rasul Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan taqwa.” (QS. al-
Mujadalah [58]: 9)

Suatu malam aku membaca surat al-Ikhlas dan al-Muawidzataini (surat al-Falaq dan
an-NAs). Ketika aku sampai pada bacaan,

“Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke


dalam dada manusia.” (QS. an-Nas [114]: 4—5)

Aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘“Sejelekjeleknya keraguan adalah


keraguan yang masuk di antara dirimu dan kekasihmu (Allah), yang mengingatkanmu
tentang perbuatan-perbuatan jelekmu dan membuatmu lupa terhadap
kebaikankebaikan kecil. la menggiringmu untuk berada pada golongan kiri, sementara
mereka sedikit sekali mengajakmu kepada golongan kanan.”

Hal tersebut tidak lain agar engkau berpaling dari berbaik sangka terhadap Allah dan
kemurahan-Nya, dan memilih untuk berburuk sangka terhadap Allah swt. dan rasul-
Nya. Dengan demikian, aku peringatkan kepadamu untuk memahami bahasan ini
dengan baik karena telah banyak diamalkan oleh ahli zuhud, ahli ibadah, ahli wara’,
dan ahli ijtihad,

Jika bisikan keraguan banyak merasuki hatimu, maka ucapkanlah,


14 Risalah al-Amin

“Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membiasakan kamu dan mendatangkan makhluk
yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu tidak sukar bagi Allah.”
(QS. Ibrahim [14]: 19—20)

Jika engkau ingin selamat dari keraguan, maka jangan pikirkan apa yang akan terjadi
hari esok dan seterusnya. Aku ditanya mengenai sarana-sarana yang digunakan
setan (laknat Allah untuknya), aku menjawab, “Setan akan berbicara kepadamu
melalui gambaran, ia akan mengajak berdialog denganmu dengan perumpamaan, ia
akan mengingatkanmu melalui bisikan, dan ia akan menggerakkanmu dengan was-
was atau keragu-raguan. Dengan hal itu, ia menguasai orang-orang kafir.”

BAB 7
Tobat

JADIKANLAH HIMMAH-MU? UNTUK tiga hal: tobat, taqwa, dan waspada. Kuatkan
himmah tersebut dengan tiga hal: zikir, istighfar, dan diam. Benteng dari enam hal di
atas ada empat: cinta, rela, zuhud, dan berpasrah diri.

Jika engkau kehilangan taqwa dalam istiqamahmu, maka jangan sampai hilang juga
dalam tobatmu. Penuhi jiwamu dengan kerelaan, lalu hilangkan semua keinginan dan
kehendak. Setelah itu, bertobatlah kepada Allah. Allah berfirman,

“Kemudian, Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya.” (QS.
at-Taubah [9]: 118)

Aku pernah berdoa,

"Ya Allah, sungguh hamba bertobat kepada-Mu, maka tolong lah hamba, ikatlah
hamba, kuatkanlah hamba, bantulah hamba, kokohkanlah hamba, lindungilah hamba,
tutupilah hamba di antara makhluk-Mu, dan jangan singkap keburukanku di sisi
utusan-Mu.”
15 Risalah al-Amin

Seseorang berkata kepadaku, “Sungguh kau telah musyrik.” Aku menjawabnya,


“Bagaimana bisa?” Dikatakan lagi, “Engkau takut aibmu terlihat di hadapan makhluk.
Takutlah jika Allah membuka aibmu di hadapan manusia. Jadikanlah hatimu selalu
bergantung kepada Allah swt., bukan kepada manusia. Ketahuilah bahwa di antara
mereka tidak ada yang memberikan manfaat kepadamu dan tidak ada yang bisa
membuatmu celaka. Selama dirimu masih bergantung kepada ilmu, kemampuan,
kekuatan, kesungguhan, dan usahamu, maka engkau bukanlah orang yang berharap
kepada Allah swt., kecuali engkau melepaskan diri dari ketergantungan itu dan
memilih berharap kepada Allah swt. dalam setiap napas. Dengan demikian, engkau
akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt., walaupun engkau tidak mendapatkan
yang engkau inginkan, cahaya itu memutuskanmu dari memandang kepada selain-
Nya, meskipun membuatmu merasa susah.”

Aku bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw., dan beliau bersabda, “Orang yang
mendapatkan petunjuk dengan sunahku adalah orang yang beriman kepada Allah
swt. dan hari kiamat, memalingkan diri dari dunia, serta fokus kepada akhirat, berjanji
untuk tidak maksiat kepada Allah. Jika berbuat maksiat kepadaNya, ia bersegera
memohon ampunan kepada-Nya, bertobat dengan sebenar-benarnya, dan kembali
kepada-Nya.” Aku bertanya, “Apa itu tobat dan kembali kepada-Nya?” Rasulullah
menjawab, “Tobat dari bermaksiat kepada Allah, dan kembali taat kepada Allah.”

BAB 8
Istighfar

BENTENG PALING KOKOH adalah apa yang aku kabarkan padamu tentang istighfar.
Esensinya adalah hendaknya kau tidak menjadikan selain Allah swt. sebagai tempat
menetap. Allah berfirman,

“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”
(QS. al-Anfal [8]: 33)

Aku pernah bermimpi seakan-akan aku bersama sekelompok orang-orang saleh. Aku
juga melihat wajah-wajah yang menyerupai babi, mereka adalah orang-orang yang
16 Risalah al-Amin

menghasut orang lain dengan kejam. Setiap orang yang dihasut oleh mereka,
kebanyakan dari mereka terhasut dan gagal.

Kami mendengarkan hal itu dengan saksama, tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata
kepada kami, “Bersyukurlah kalian semua kepada Allah swt., minta ampunlah kalian
semua kepada-Nya, dan bertobatlah kepada-Nya, sungguh Tuhanku Maha Pengasih
dan Penyayang. Kalau Allah swt. berkehendak, maka Dia akan menjadikan mereka
berkuasa atas kalian sebagaimana Dia lakukan kepada umat sebelum kalian.”

Kemudian, dia membacakan ayat,

“Apakah orang-orang kafir di lingkunganmu (kaum musyrikin) lebih baik dari mereka
itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab).” (QS. al-
Qamar [54]: 43)

Tidak ada jaminan bebas dari dosa, maka dari itu mohon ampunlah kalian semua
kepada Allah swt. dan bertobatlah kepada-Nya.

Cita-citaku yang paling besar adalah bertemu dengan Raja dari segala raja (Allah).
Akan tetapi, dosa menjadi penghalangku. Ketika aku memohon ampun kepada-Nya
dan kembali taat kepada-Nya, maka aku menjadi lemah. Maka diperintahkan padaku
untuk mengucapkan,

“Ya Allah, hamba mohon kepada-Mu keteguhan dalam agama, amal dengan
keyakinan, hamba mohon perlindungan-Mu dari bertemu dengan dosa-dosa hamba,
karena hal itu melemahkan hati hamba. Berikanlah hamba musyahadah kepada-Mu
dengan musyahadah karena itu menguatkan sir dan nurani hamba.

Ya Allah, tutupilah diri hamba dengan ampunan-Mu, kasihilah hamba dengan kasih
sayang-Mu, berikanlah aku kemampuan dengan kekuasaan-Mu, kuatkan diri hamba
dengan kehendak-Mu, ajarkan kepada hamba ilmu yang sesuai dengan ilmu-Mu,
berikan hamba ketetapan yang sesuai dengan ketetapan-Mu, jadikanlah lisan hamba,
lisan yang Jujur pada hamba hamba-Mu.
17 Risalah al-Amin

Hamba mohon jadikanlah pendengaran, penglthatan, mulut, hati, akal, kaki, tangan
hamba sebagai pengokoh diri hamba. Hamba mohon jaga hamba dari kesalahan,
kesesatan, kedurhakaan, kebohongan dalam kata, perbuatan, janji, tingkah,
prasangka, angan-angan palsu, pedoman, pandangan, keraguan, pikiran, kesamaran
obsesi dan keraguan, cita-cita besar, pemikiran, kehendak, gerakgerik, ketenangan,
dan dalam apa saja yang Engkau ketahui wahai Dzat Yang Maha Mengetahui semua
rahasia. Engkau adalah Tuhan hamba, cukup ilmu-Mu untuk hamba. Hamba tidak bisa
meminta dan hamba tidak bisa berbuat.”

“Sesungguhnya Tuhanku Mahakaya dan Mahamulia.” (QS. an-Naml [27]: 40)

Itu semua adalah bentuk penghambaan. Allah memberikan balasan sesuai kehendak-
Nya kepada para hamba-Nya, di dalam doa, permohonan, segala yang jelas terperinci
dan umum, dalam kata, perbuatan, janji, gerak-gerik, dan usaha-usaha lainnya. Allah
memberikan tanpa didahului usaha dan permintaan.

“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.” (QS. al-Anfal [8]: 75)

Aku melihat ada sckelompok orang, jumlah mereka sekitar enam atau tujuh orang.
Mereka sedang dalam keadaan ghaibah (fana). Diantara mercka ada seorang
pemimpin yang mereka jadikan panutan, ‘ada juga seseorang yang berdiri di
sampingku dan di antara mereka semua.

Dia berkata, “Jangan engkau membuka hal yang membahayakan dan janganlah
menyentuhnya. Sementara kebaikan tidak ja miliki untuk dirinya sendiri, terlebih
memberikannya kepada yang lain. Apabila telinga tidak bisa mendengarkan Allah
swt., sedangkan hatinya mampu mendengarkan musuh-musuh Allah, maka dia
termasuk ke dalam golongan yang menjadikan setan sebagai teman setia selain Allah
swt.” Allah berfirman,

“Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. an-Nisa’ [4]:119)

Kemudian dia berdoa,


18 Risalah al-Amin

"Ya Allah, mudah-mudahan Engkau memisahkan antara mereka dan apa yang
mereka jadikan panutan. Kosongkanlah antara mereka dan apa yang mereka
dambakan, Dan tariklah mereka dari jurang tempat mereka tenggelam di dalamnya.”

Kemudian dia berkata, “Tangguhkanlah mereka secara perlahan karena sebentar lagi
engkau akan melihat apa yang telah dijanjikan kepada mereka.” Kemudian, aku
terkejut karena apa yang mereka janjikan. Selanjutnya, beliau berkata, “Beradablah
seperti adab Rasulullah saw. melalui firman-Nya,

“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah
ampunan untuk dosamu dan bertasbih. lah seraya memuji Tuhanmu.” (QS. Ghafir
[40]: 55)

Dia disibukkan dengan apa yang ia anggap paling penting. Dia mengucapkan,

“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar; maka meskipun
Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka
ataupun Kami wafatkan kamu (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kami
sajalah mereka dikembalikan.” (QS. Ghafir [40]: 77)

Mercka dihadapkan dengan kematian karena kesibukan yang memalingkan mereka


dari melihat apa yang telah dijanjikan, Kemudian Allah berfirman,

“Sungguh, jika Kami mewafatkan kamu (sebelum kamu mencapai kemenangan) maka
sesungguhnya Kami akan menyiksa mereka (di akhirat). Atau Kami memperlihatkan
kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka. Maka sesungguhnya
Kami berkuasa atas mereka.” (QS. az-Zukhrif [43]: 41—42)

Kemudian, dikatakan kepadanya,

“Jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang


diancamkan kepada mereka. Ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku
berada di antara orangorang yang zalim. Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa
19 Risalah al-Amin

untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka.” (QS.
al-Mu’minin [23]: 93—95)

Sampai pada ayat,

“Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (QS. al-Mu’minun [23]: 96)

Kemudian dia mengucapkan firman Allah berikut ini,

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan
cara yang baik.” (QS. al-Muzammil . [73]:10)

Yakni hijrahnya segedrang ‘yang tidak melihat amal, kecuali dari Allah swt.

BAB 9
Zikir

ZIKIR ITU ADA empat macam, yaitu zikir yang engkau ingat, zikir yang membuat
engkau ingat, zikir yang mengingatkanmu, dan zikir yang membuatmu diingat. Zikir
yang pertama adalah zikir tingkatan orang awam, yaitu zikir untuk menghindarkan diri
dari lupa atau lalai, atau mengusir sesuatu yang engkau takuti dari kelalaian tersebut.
Kedua, zikir yang membuat engkau ingat halhal yang harus diingat seperti azab,
nikmat, jauh dari Allah, dekat dengan Allah, dan sebagainya.

Ketiga, zikir yang mengingatkanmu akan empat perkara, yaitu kebaikan dari Allah,
kejelekan dari ada dalam diri sendiri, kejelekan dari musuh, meskipun Allah juga yang
telah menciptakannya. Keempat, zikir yang membuatmu diingat, yaitu ketika Allah
mengingat hamba-Nya. Saat itu, hamba tidak memiliki keterikatan apa pun walaupun
zikir tersebut mengalir dari lisannya.

Ini adalah tempatnya anihilasi diri (fana) karena zikir dan Dzat yang diingat dalam zikir,
yaitu Dzat Yang Mahatinggi dan Mahaunggul. Jika kau masuk ke wilayah ini, orang
20 Risalah al-Amin

yang mengingat menjadi orang yang diingat. Sebaliknya, yang diingat menjadi yang
mengingat. Inilah hakikat puncak dari suluk.

Allah adalah Dzat Yang Mahabaik dan Mahakekal. Wahai saudaraku, wajib bagi kalian
berzikir kepada Allah dengan zikir yang bisa membuat kalian selamat dari siksa-Nya,
baik di dunia maupun di akhirat. Zikir juga dapat membuat kalian mendapatkan ridha
dari Allah swt., di dunia dan akhirat. Berpegang teguhlah terhadap zikir tersebut dan
lakukanlah secara terus-menerus, yakni dengan mengucapkan,

“Segala puji bagi Allah, aku memohon ampunan kepada Allah. Tidak ada daya upaya
dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah. Segala puji bagi Allah yang memiliki
anugerah dan kebaikan, semua dari Allah. Aku memohon ampun kepada Allah dalam
.berhadapan dengan-semua yang ada di balik diri dan yang ada di dalam musuh,
meskipun secara penciptaan dan kehendak, ia berasal dari Allah.”

Tidak ada daya upaya dan kekuatan, kecuali atas pertolongan Allah ketika
berhadapan dengan rintangan-rintangan yang diberikan oleh Allah kepadamu.
Engkau hanya bisa bersandar kepadaNya. Ingatlah bahwa rahasia adalah semua
yang bermanfaat dalam zikir, berpikir, diam, kesunyian, dan keheningan yang tinggi.
Salah satu dari keempat ini bisa saja baik dan bisa saja buruk. Maka dari itu
ucapkanlah,

“Segala puji bagi Allah, dan aku memohon ampunan kepada Allah.”

Jika setelah itu engkau mendapat rintangan dari Allah atau dari dirimu sendiri, dan
tidak tahu apakah itu baik atau buruk, dan engkau tidak sanggup untuk menolak atau
menerimanya. Maka ucapkanlah,

“Tidak ada daya upaya dan kekuatan, kecuali atas pertolongan Allah.” Gabungkan
ketiga zikir tersebut setiap saat dan lakukanlah " terus-menerus, maka engkau akan
mendapatkan berkahnya dengan izin Allah swt.

Ketuklah pintu zikir dengan meminta pertolongan kepada Allah dan selalu
membutuhkan-Nya dengan selalu diam dari makhluk-Nya, juga menjaga hati untuk
21 Risalah al-Amin

tidak mengajak bicara dengan nafsu di setiap embusan napas, kalau engkau
menginginkan kekayaan hati.

Hakikat zikir adalah tenangnya hati karena memahami makna zikir tersebut, serta hati
bisa merasakan tersingkapnya semua esensi cahaya-cahaya langit Allah.

Ada tiga hal yang sangat penting, yaitu kosongkan lisanmu kecuali hanya untuk
berzikir, kosongkan hatimu kecuali hanya untuk bersyukur, dan kosongkan ragamu
kecuali hanya untuk berusaha dengan keras. Kalau engkau melakukan hal itu, kau ter
masuk dari orang-orang yang saleh.

Esensi dari zikir adalah terputusnya orang yang ingat, menuju yang diingat (menyatu),
juga terlepas dari semua hal selain-Nya. Allah berfirman,

“Sebutlah” nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.”


(QS. al-Muzammil [73]: 8)

Jika mulutmu berat untuk berzikir, ucapanmu banyak yang tidak berguna, syahwatmu
menjalar ke seluruh tubuhmu, dan pikiranmu digunakan hanya untuk kebaikan dirimu
saja, maka ketahuilah bahwa itu semua berasal dari dosa-dosa besarmu, atau
tersimpannya kehendak kemunafikan di dalam hatimu. Tidak ada jalan lain selain
tobat, memperbaiki diri, memohon perlindungan kepada Allah, dan ikhlas dengan
agama Allah. Apakah engkau tidak mendengarkan firman Allah swt:.yang berbunyi,

“Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka
mereka itu bersama-sama orang yang beriman.” (QS. an-Nisa’ [4]: 146)

Dalam ayat tersebut Allah tidak menggunakan kalimat “termasuk orang orang yang
beriman", maka renungkanlah hal ini.

BAB 10
Munajat
22 Risalah al-Amin

TEMPAT MUNAJAT ITU ada empat. Pertama, engkau memanggilnya lewat sifat-
sifatmu sembari merenungkan sifat-sifat-Nya. Kedua, engkau berseru kepada-Nya
dengan sifat-sifat-Nya sambil engkau merenungkan sifat-sifatmu. Ketiga, sifat-sifatmu
menjadi lebur di dalam sifat-sifat-Nya. Keempat, sifat-sifat-Nya menjadi lebur di dalam
sifat-sifatmu. ,

Kebenaran membuatmu duduk di atas kebutuhan-kebutuhan, yang dengan mata


hatimu, engkau dapat menutupi aib dan kefakiran. Engkau mengingat anugerah
sehingga kelapangan di sini ialah zikir atau engkau mendudukkan dirimu di atas
kenikmatan. Sifat-sifat seorang hamba adalah fakir, miskin, lemah, tidak berdaya,
sangat membutuhkan, selalu dalam kenistaan, selalu bersusah payah, dan hina. Aku
berdoa,

“Ya Tuhanku, kemurahan-Mu lah yang mendekatkanky kepada-Mu, di hadapan-Mu


kemurahan-Mu menemuiku, dengan sifat-sifat terpuji-Mu ia terhampar di depanku,
bukanlah malaikat yang mampu menenangkanku, bukan pula manusia dan jin yang
menggangguku.”

Aku juga berdoa,

“Ya Tuhanku, Engkau telah menganugerahkan kepada hamba berupa tauhid, iman,
mahabah (rasa cinta), dan ketaatan. Engkau cabut dariku kelalaian, syahwat, dan
kemaksiatan. Engkau buang nafsuku ke dalam lautan kegelapan, karena nafsu itu
adalah kesesatan-kesesatan. Hamba-Mu gelisah, sedih, kedinginan, susah, dan
sengsara. Hawa nafsu telah menelannya, dan dia memanggil-Mu dengan panggilan
yang diserukan kekasihmu yang terjaga dari dosa, yakni nabi-Mu dan rasul-Mu, Yunus
as. Dia berdoa,

‘Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-
orang yang beriman.’ (QS. al-Anbiya [21]: 87—88)
23 Risalah al-Amin

Maka dari itu, kabulkanlah kepada kami seperti yang telah Engkau kabulkan kepada
Nabi Yunus as. Lemparlah kami melalui luasnya cinta dalam maqam bersatu hanya
bersamaMu. Tumbuhkanlah kepada kami pohon-pohon keberuntungan untuk
mendapatkan surga. Sungguh, Engkau adalah Allah Yang Maha Pengampun, Maha
Penyayang, Maha Pengasih, Maha Menguasai, dan Maha Pembert Nikmat. Tidak ada
Tuhan sclain Engkau, Engkaulah satu satunya, tidak ada yang menyekutukan Mu.
Engkau juga tidak pernah mengingkari janji-Mu terhadap orang yang beriman kepada
Mu.

Engkau berfirman, ‘Maka Kami telah memperkenankan doanya dan


menyelamatkannya daripada kedukaan.

Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. al-Anbiya [21]:
88)

Bagaimana mungkin seseorang percaya terhadap keadilan parsial sedangkan ia


mengetahui keadilan-Nya yang universal? Atau bagaimana bisa seseorang berputus
asa dengan hal buruk yang terjadi, sedangkan ia mengetahui kebaikan Dzat Yang
Mahabaik? Bagaimana mungkin engkau tidak mengetahui Dzat yang dengan
kekuasaan-Nya mampu membolak-balikkan siang dan malam. Membolak-balikkan
hati dan mata, kesulitan dan kesejahteraan, pencegahan dan pemberian?

Aku mohon bukakanlah (pintumu) sekali saja untukku. Kemudian Allah menjawab,
“Kondisi seperti apa yang engkau sukai ketika bertemu dengan-Ku.” Aku kembalikan
urusan itu kepadaNya, kemudian aku menjawab, “Hamba: memohon kepada-Mu dari
keesaan-Mu, keimanan dari iman-Mu, cinta dari cinta-Mu, kerinduan kepada-Mu
dengan rindu yang ada pada diri-Mu.”

Kemudian, Allah menjawab, “Inilah empat hal untukmu dengan menggunakan tiga
petunjuk, yaitu: hendaknya kamu minum dari tiga minuman, yakni dari kolam
Muhammad saw., satu kali minuman.” Aku menjawab, “Aku telah meminumnya.” Allah
melanjutkan, “Satu minuman lagi engkau minum ketika dalam keadaan sakit saat
menjemput ajalmu. Yang satu lagi ketika keluarnya roh dari jasadmu, yaitu nyawamu.
Ketika engkau sakit kemudian engkau sembuh dari sakitmu itulah tanda kematianmu.
24 Risalah al-Amin

Dengan tangan yang mana engkau hendak meminum? Apakah dengan tangannya
Utsman atau dengan tangannya Nabi Muhammad saw., atau dengan tangan Allah
Yang Mahasuci?”

Lalu aku berdoa,

“Ya Allah, Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Maha Menolong, Yang Mahakaya, Yang
Maha Terpuji. Hamba mohon perlindungan dari-Mu dari dunia yang menjadikan
hamba lelah di dalamnya untuk menuju kepada-Mu. Hamba mohon perlindungan dari-
Mu dari amal perbuatan yang akhirnya bukan dipersembahkan kepada-Mu. Hamba
mohon perlindungan dari Mu dari langkah yang menghalangi hamba untuk mengikuti
sunah Rasul-Mu.

Hamba mohon perlindungan dari-Mu dari kebutuhan yang tidak mendorong ke hakikat
makrifat kepada-Mu. Sibukkanlah hati hamba di hadapan-Mu, cukupkan hati harnba
di bawah perlindunganmu bukan perlindungan harnba. Sungguh, Engkau berkuasa
atas segala sesuatu.

Wahai Dzat Yang Mahaperkasa, Dzat Yang Mahalembut, sungguh Engkau telah
mengokohkan orang yang Engkau kehendaki, dengan apa yang Engkau kehendaki,
cara yang Engkau kehendaki, dan atas apa yang Engkau kehendaki. Maka dari itu,
kuatkanlah hamba dengan pertolongan-Mu untuk melayani para wali-Mu. Lapangkan
dada harnba untuk makrifat kepada-Mu ketika berternu dengan musuh-musuhMu.
Kirimilah hamba orang yang Engkau ridhai hingga hamba tunduk kepadanya seperti
yang pernah Engkau berikan kepada Nabi Muhammad utusan-Mu.

Palingkan diri hamba dari tipu daya orang yang Engkau murkai seperti Engkau
memalingkannya dari Ibrahim as., kekasih-Mu. Datangkan kepada kami dan
limpahkan kepada kami kesejahteraan di dunia, dan jauhkan dari kami sernua hal
yang menyebabkan kami masuk neraka dan dari kezaliman jin yang perkasa. Hamba
mohon selarmatkan hati kami dari semua hal yang dapat membuatnya berpaling.
Jadikan kami benci terhadap dunia dan jadikan kami cinta kepada akhirat. Jadikan
kami bagian dari orang-orang saleh, sungguh Engkau Mahakuasa atas segala
sesuatu.
25 Risalah al-Amin

Ya Allah, Dzat Yang Mahaagung, Dzat Yang Maha Mendengar, Dzat Yang Maha
Mengetahui, Dzat Yang Maha Melimpahkan Kebaikan, Dzat Yang Maha Penyayang,
hambaMu telah diliputi dosa-dosa yang diperbuatnya, dan Engkau adalah Dzat Yang
Mahaagung. Panggilan hamba terasa seakan akan tidak didengarkan, padahal
Engkau adalah Maha Pendengar. Hamba tidak berdaya dengan tipu daya nafsu dalam
diri, sementara Engkau adalah Maha Mengetahui. Bagaimana mungkin hamba
mengkhawatirkan diri ini, sementara Engkau adalah Maha Melimpahkan Kebaikan
dan Maha Penyayang.

Bagaimana dosa hamba menjadi besar bila disandingkan dengan keagungan-Mu?


Bagaimana Engkau menjawab permohonan seseorang yang tidak memohon kepada-
Mu dan bagaimana mungkin Engkau meninggalkan orang yang memohon kepada-
Mu? Bagaimana cara hamba menjaga diri dengan kebaikan sedangkan kelemahan
hamba tidak tersembunyi di sisi-Mu? Bagaimana mungkin hamba dapat menyayangi
diri, sedangkan limpahan kasih sayang berada dalam kekuasaan-Mu?

Ya Tuhanku, keagungan-Mu telah memenuhi hati para wali-Mu sehingga segala


sesuatu menjadi kecil di hadapan mereka. Penuhilah hati. hamba dengan keagungan-
Mu hingga ia tidak menganggap segala sesuatu besar atau kecil. Dengarkanlah doa
hamba dengan keistimewaan kelembutanMu, sungguh Engkau adalah Maha
Mendengar atas segala sesuatu.

Wahai Tuhanku, Engkau telah menutup tempat hamba dari-Mu hingga hamba
bermaksiat kepada-Mu sementara hamba berada dalam genggaman-Mu, Engkau
telah memenuhi apa yang hamba butuhkan, bagaimana mungkin hamba beralasan
kepada-Mu?

Wahai Tuhanku, maksiat-Mu memanggil hamba untuk taat kepada-Mu dan taat-Mu
memanggil hamba untuk bermaksiat kepada-Mu, maka yang mana dari keduanya
hamba harus takut kepada-Mu? Dan yang mana dari keduanya hamba harus
berharap kepada-Mu?
26 Risalah al-Amin

Jika hamba melakukan kemaksiatan, maka terimalah hamba dengan keadilan-Mu.


Kemudian, jangan Engkau tinggalkan harapan untuk hamba, perasaan hamba
hancur, bagaimana hamba melihat kebaikan hamba dibandingkan dengan kebaikan-
Mu? Bagaimana mungkin hamba tidak peduli terhadap keutamaan-Mu dengan
bermaksiat kepadaMu? Keduanya adalah rahasia dari rahasia-Mu, keduanya
menunjukkan kepada selain diri-Mu, maka dengan rahasia yang semuanya
menunjukkan kepada-Mu. Janganlah Engkau meninggalkan hamba untuk berpaling
dari selain diri-Mu.

Sungguh Engkau adalah Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, Dzat Yang Maha
Pemberi keputusan, Dzat Yang Maha Pengampun, Dzat Yang Maha Memberikan
kenikmatan, Dzat Yang Maha Pemberi petunjuk, Dzat Yang Maha Penolong, Dzat
Yang Mahaperkasa, anugerahkanlah kepada hamba cahaya nama-nama-Mu agar
hamba dapat mencapai hakikat-hakikat Dzat-Mu.

Bukakan (pintu-pintu rahmat) untuk hamba, ampunilah hamba, berikanlah hamba


kenikmatan, berikan hidayah kepada hamba, berikanlah pertolongan kepada hamba,
muliakanlah hamba wahai Dzat Yang Mahaperkasa, Dzat Yang Maha Menundukkan,
jangan Engkau hinakan hamba dengan memperoleh apa yang menjadi milik-Mu.
Jangan Engkau sibukkan hamba dengan apa yang menjadi milikMu hingga hamba
berpaling dari-Mu karena semuanya adalah milik-Mu, semua urusan adalah milik-Mu,
semua rahasia adalah milik-Mu.

Ketiadaan hamba dan keberadaan hamba, wujud hamba adalah ketiadaan hamba,
yang haqq adalah haqq-Mu, penciptaan adalah penciptaan-Mu, tiada Tuhan selain
Engkau, Engkau adalah Yang Mahabenar dan Yang Nyata.

Wahai Dzat Yang Maha Mengetahui rahasia dan hal yang samar, Dzat yang
mempunyai kemuliaan dan Dzat yang memenuhi janji, Kemahatahuan-Mu telah
meliputi hamba-Mu dan ia telah bersusah payah mencari-Mu, maka bagaimana
mungkin tidak susah, orang yang mencari selain-Mu? Engkau telah melembutkan
hamba hingga hamba tahu bahwa pencarian hamba kepada-Mu adalah kebodohan
dan pencarian hamba kepada selain-Mu adalah kekufuran.
27 Risalah al-Amin

Maka dari itu, jauhkan hamba dari kebodohan dan jaga hamba dari kekufuran. Wahai
Dzat Yang Mahadekat, Engkau yang dekat sementara hamba yang jauh, dekat
kepada-Mu rembuat hamba berputus asa dari selain-Mu, dan jauhnya hamba
membuat hamba kembali untuk mencari-Mu. Hamba mohon jadikan hamba seperti itu
dengan keagungan-Mu hingga Engkau menghapus pencarian hamba dengan
pencarian-Mu. Wahai Dzat Yang Mahakuat, Dzat Yang Mahaperkasa, sungguh
Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Aku kembali berdoa,

“Maksiat yang telah hamba lakukan telah memutuskan hamba dari semua hal, kecuali
dari Engkau (Allah), wahai Yang Mahaperkasa—segala puji bagi Allah—Tuhanku,
ketika sesuatu mengalahkan hamba, maka Engkau mengalahkannya dengan cahaya
Dzat-Mu, segala puji bagi Allah.”

Aku lanjut berdoa,

“Wahai Dzat Yang Mahaawal dan Dzat Yang Mahaakhir, wahai Dzat Yang Mahazahir
dan Dzat Yang Mahabatin, dengan rahasia yang tersimpan di dalam nama-nama
agungMu, berikanlah kepada hamba rahasia yang memenuhi batin hamba dengan
hakikat-hakikat ketuhanan-Mu. Ampuni hamba atas dua sifat (kebodohan dan
kekufuran), berikanlah kepada hamba ketaqwaan di dalam dua hal. Sungguh Engkau
adalah yang memiliki taqwa dan yang memiliki ampunan.”

BAB 11
Muraqabah

WAHAI PARA SALIK, wajib bagi kalian untuk menempuh jalan akhirat dengan berhasil
melakukan semua yang diperintahkan kepada kalian dalam hal zahir kalian. Apabila
kalian sudah bisa melakukan hal tersebut, maka duduklah dalam muraqabah.”
Murnikan batin kalian hingga di dalamnya tidak tersisa sesuatu yang dilarang. Bekerja
keraslah, dan sedikitkanlah melihat keadaan zahir kalian jika ingin membuka batin
kalian terhadap rahasia-rahasia kerajaan Tuhan.
28 Risalah al-Amin

Dalam menghadapi keinginan yang dapat menjauhkanmu dari tujuan, pertama-tama


ketahuilah ‘kedekatan Allah denganmu, dengan ilmu yang langsung menggerakkan
hati untuk selalu waspada terhadap apa yang bermanfaat dan apa yang apa yang
tidak untukmu. Perhatikanlah, apakah ada selain Allah yang mampu memberikan
rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Yang dari bumi adalah nafsumu, sedangkan
yang dari langit adalah hatimu. Jika ada sesuatu yang turun dari langit ke bumi, siapa
lagi Dzat yang mampu memalingkannya darimu, kecuali Allah, Allah berfirman,

“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya
dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di
mana saja kamu berada.” (QS. al-Hadid [57]: 4)

Maka penuhilah hak kebersamaan (dengan Allah) dengan beribadah demi mematuhi
hukum-hukum-Nya, dan jangan berselisih mengenai ketentuan-ketentuan-Nya
(perihal ketuhanan). Siapa saja yang berselisih dengan Allah, maka dia akan kalah.
Allah berfirman,

“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang
Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-An’Am [6]: 18)

Akan kukatakan padamu kebenaran terbaik tidaklah satu embusan napas pun kecuali
Allah yang mengaturnya, baik kau pasrah menerimanya atau menolaknya. Terkadang,
kau menerima sesuatu begitu saja untuk menghindari perselisihan. Dilain waktu, kau
siap menghadapi perselisihan atau malah memilih pasrah di kesempatan lainnya. Ini
semua merupakan bukti ketuhanan Allah (rububiyyah) dalam semua ketentuan-Nya,
apalagi untuk orang yang sibuk menjaga hati agar mampu menyibak hakikat-Nya.

Apabila hal di atas terjadi, gunakan etikamu untuk memenuhi hak-Nya. Dengan cara
tidak bersaksi kepada sesuatu yang memberikan permulaan selain Allah swt. Juga
tidak dengan sesuatu yang mengakhiri, selain akhiran dari-Nya. Jangan pula bersaksi
dengan yang zahir selain kezahiran-Nya. Jangan sekali-kali bersaksi juga pada yang
batin selain kebatinan-Nya. Apabila engkau sadar akan Dzat yang memulai, maka
29 Risalah al-Amin

engkau akan melihat alasan mengapa Dia mengawali dan hal apa saja yang Dia
awaili.

Apabila terbersit dalam dirimu sesuatu yang dicintai dalam jiwa, atau sesuatu yang
dibenci tetapi tidak diharamkan syariat, maka lihatlah ke dalam dirimu, apa dampak
dari bersitan tersebut terhadap hatimu. Jika engkau mendapatkan peringatan untuk
menuju kepada Allah, maka kau harus merealisasikannya. Hal tersebut merupakan
etika waktu (Gdab al-waqt)“ yang harus engkau jalani.

Apabila engkau tidak menemukan jalan untuk mewujudkannya, maka teguhkanlah


dirimu untuk tetap merealisasikannya. Hal tersebut karena menuju Allah adalah etika
waktu yang harus kau perhatikan. Apabila kau kembali kepada yang lain, maka jalan
yang kau tempuh adalah keliru. Apabila engkau tidak mampu memahami peringatan
yang diberikan kepadamu, maka bertawakal, ridha, dan berserah dirilah kepada Allah.
Begitu juga jika engkau belum mendapat jalan menuju kepada-Nya, kau harus terus
berdoa agar memperoleh petunjuk dan mampu menghadang rintangan serta bahaya,
dengan syarat harus menyerahkan diri dan pasrah kepada-Nya.

Aku ingatkan kepadamu untuk berhati-hati terhadap ikhtiar, karena ikhtiar bagi orang
yang sudah tersingkap hatinya merupakan sesuatu yang buruk. Maka dari itu, ada
empat etika yang perlu diketahui, yaitu etika dalam pencapaian hakikat, etika
peneguhan diri, etika tawakal, dan etika berdoa.

Allah akan menjaga orang yang mampu mencapai maqam hakikat. Siapa pun yang
berteguh diri di sisi Allah, cukuplah AHah baginya, tidak ada yang lain selain-Nya.
Orang yang bertawakal kepada-Nya, dicukupkanlah usahanya dengan usaha
Tuhannya. Serta orang yang berdoa kepada-Nya dengan khusyuk dan penuh cinta,
maka Allah akan menjawab doanya kalau permohonannya baik untuk dirinya, atau
Allah akan menolak permohonan tersebut kalau permohonannya tidak baik untuk
dirinya.

Setiap etika mempunyai penjelasan. Pertama, pencapaian hakikat, ketika datang


kepadamu firasat atau bisikan dari selain Allah dan menyingkap sifat-sifat-Nya,
30 Risalah al-Amin

tetaplah di sana dengan rahasiamu dan haram bagimu untuk menyaksikan selain diri-
Nya.

Kedua, hamparan keteguhan di hadapan-Nya. Jika firasat atau bisikan dari selain
Allah mendatangimu dan menggambarkan sifat-sifat-Nya, kokohkanlah hatimu di
hadapan-Nya. Haram bagimu untuk menyaksikan selain sifat-sifat-Nya, baik itu dari
sisi yang menyingkap maupun yang disingkap. Di sana akan ada kefanaan orang yang
menyaksikan (syahid), dan tetapnya Dzat yang disaksikan (masyhiad).

Ketiga, hamparan tawakal. Ketika datang kepadamu bisikan atau firasat dari selain
Allahyang berbeda dengan sebelumnya—lalu aib yang ada pada dirimu tersingkap,
maka berdiamlah di atas hamparan cinta-Nya, bertawakal kepada-Nya, rela dengan
apa yang tampak kepadamu berupa jejak-jejak dari perbuatan-Nya dan cahaya-
cahaya yang menyelimuti-Nya.

Keempat, rangkaian doa. Apabila ada bisikan atau firasat dari selain Allah yang
menjadikanmu merasa fakir di hadapan-Nya, hal tersebut malah menunjukkan
kekayaan yang kau miliki. Jadikan kefakiran sebagai rumahmu, berhati-hatilah jangan
sampai derajatmu ini turun ke kedudukan yang lain, sehingyga kau jatuh kepada
godaan tanpa kau sadari.

Hal paling kecil yang dapat kau lakukan ketika turun dari tingkatan tersebut adalah
kembali pada jiwamu, mengaturnya, dan membebaskannya. Dengan demikian
keadaan spiritualmu akan menjadi lebih baik. Keadaan tersebut menjadi sulit, baik
zahir maupun dalam batinmu, karena dilatarbelakangi keinginan besar untuk menolak
hal tersebut dari hatimu. Keadaan rohani paling buruk adalah jika kau memikul dan
mengalami maqam (derajat) tersebut, sedangkan Allah tidak berkehendak
memberikannya. Lantas, bagaimana bisa engkau memaksakan sesuatu yang tidak
diberikan kepadamu?

Tantangan pada bahasan ini adalah seruan yang mengarah pada kemusyrikan. Jika
kau berhasil melaluinya, lakukan apa yang kau kehendaki. Jika kau tidak berhasil
melaluinya, selamanya kau tidak akan bisa berbuat apa-apa.
31 Risalah al-Amin

Hal ini berarti usahamu menunjukkan ketidaktahuanmu yang besar tentang af ‘al
(perbuatan-perbuatan) Allah. Alangkah buruknya seorang hamba yang bodoh atau
orang pandai yang fasik. Aku tidak tahu di posisi yang mana aku dapat menentukan
sifatmu. Apakah di posisi bodoh, di posisi fasik, atau di posisi keduanya.

Kami memohon perlindungan kepada Allah dari kemalasan jiwa dalam melakukan
mujdhadah (bersungguh-sungguh dalam ibadah kepada Allah), juga kosongnya hati
dari tersingkapnya batin. Hal tersebut karena kemalasan jiwa disebabkan oleh
penafikan terhadap syariat, sementara kekosongan hati karena telah menafikan
tauhid. Sementara Dzat pemilik syariat telah mendatangkan keduanya bersama-
sama.

Oleh karena itu, gabungkanlah syariat dan tauhid sekaligus agar tidak menentang
Tuhanmu. Niscaya engkau akan menjadi seorang yang bertauhid (nuwahhid).
Kerjakan rukun-rukun syariat, engkau akan menjadi seorang yang mengamalkan
sunah.

Gabungkanlah keduanya dengan mata batin, maka kau akan mencapai hakikat. Allah
berfirman,

“Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
(QS. Fushshilat [41]: 53)

Apabila engkau mendapatkan isyarat atau bisikan tentang hal yang telah kau lalui
dalam murdqabah-mu, baik yang diperbolehkan maupun yang dilarang oleh syariat,
perhatikan baik-baik apa yang selalau kau ingat dan waspadalah. Apabila yang kau
ingat adalah Allah, maka adab yang harus kau lakukan adalah mengesakan-Nya
dalam keadaan tafrid. Apabila engkau tidak dapat merasakan kelembutan kasih
sayang dan anugerah mahabah-Nya, serta turun dari maqam yang sebelumnya,
berusahalah untuk mempertajam penglihatan (batin) untuk melihat fadilah-Nya.

Hal tersebut terjadi karena Dia telah menutupi perbuatan maksiatmu. la juga tidak
membuka aib tersebut kepada makhlukNya. Lalu jika kau diingatkan tentang
32 Risalah al-Amin

perbuatan maksiatmu dan belum mengamalkan sama sekali tiga etika di atas,
laksanakan etika doa dalam tobatmu, mohonlah ampunan atas perbuatanmu.

Ini semua berada di posisi yang dibenci syariat. Apabila terlintas di hatimu bisikan
mengenai taat kepada-Nya dan mengingat Dzat yang menolongmu, jangan sampai
mata hatimu merasa tenang terhadap ketaatan tersebut. Rasakanlah ketenangan
hanya pada Dzat yang menumbuhkan ketaatan. Apabila mata hatimu merasa tenang
kepada selain-Nya, maka engkau akan jatuh dari maqam hakikat. Jika kau belum
mampu menjalani posisi ini, menetaplah pada posisi selanjutnya. Yaitu dengan
melihat betapa besarnya kebajikan Allah swt. yang menjadikanmu sebagai pene rima
fadilah-Nya.

Ukuran maqam ini adalah Allah memberikanmu anugerah berupa kebaikan. Apabila
kau belum mampu memegang posigj tersebut dan kembali kepada posisi sebelumnya,
berusahalah untuk melihat seberapa besar ketaatanmu. Apakah itu memang benar-
benar ketaatan sehingga engkau pantas berada di dalamnya atau malah sebaliknya,
yaitu ketaatan yang semu sehingga engkau dihukum atasnya. Kami memohon
perlindungan dari kebaikankebaikan yang menipu. Allah berfirman,

“Bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS. az-Zumar
[39]: 47)

Jika derajatmu turun dari derajat sebelumnya, maka yang harus kau lakukan adalah
berdoa agar kau tetap tertolong dari derajat itu, dalam kebaikan maupun
keburukannya. Jadikanlah kebaikanmu lebih banyak dibandingkan keburukanmu jika
memang kau ingin benar-benar menjadi bagian dari orang-orang saleh.

Jika kau ingin mendapat tempat seperti yang telah Allah berikan kepada para wali-
Nya, maka kau harus memisahkan diri dari perkumpulan dengan orang lain. Akan
tetapi, mendekatlah pada orang yang memberimu petunjuk kepada Allah dengan
ajaran yang benar dan tidak berseberangan dengan al-Quran dan sunah Nabi.
Palingkan pandanganmu sepenuhnya dari dunia. Jangan jadikan “memunggungi
dunia” ini hanya bertujuan untuk mendapatkan bagian dari dunia tersebut. Dalam hal
ini, jadilah seorang hamba Allah yang sebenarnya. .
33 Risalah al-Amin

Dia memerintahkanmu untuk menolak musuhmu dengan dua cara. Dua cara tersebut
ialah sebagai berikut. Pertama, berpaling dari dunia; kedua, zuhud di mata manusia.
Untuk itu, mendekatlah kepada Allah dengan murdqabah, bertobatlah kepada-Nya
dengan penjagaan diri, selalu beristighfar dengan kembali kepada-Nya, serta tunduk
pada hukum-hukum secara istikamah.

Tafsir dari cara mendekatkan diri kepada Allah ini adalah hendaknya engkau
memosisikan dirimu sebagai hamba Allah dalam segala perbuatan, sehingga hatimu
selalu melihat Allah dalam kekuasaan-Nya, bukan melihat selain-Nya. Jika kau
mengabaikan hal tersebut, maka kau akan mendengar bisikan dari Allah yang
memanggilmu dengan cahaya-cahaya kemuliaan. Sungguh engkau telah buta dari
jalan yang lurus, dari mana engkau berdiri bersama Allah dengan murdqabah dan kau
mendengar salah satu firman Allah.

“Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (QS. al-Ahzab [33]: 52)

Rasa malu akan membuatmu bertobat dari sesuatu yang kau kira akan
mendekatkanmu kepada Allah. Mantapkan dirimu untuk selalu bertobat dan menjaga
hak-hak Allah di hatimu, untuk tidak menyaksikannya sebagai kondisi yang berasal
darimu sehingga kau kembali kepada sesuatu yang telah kau lalui sebelumnya.

Jika keadaan tersebut benar berasal darimu, maka bisikan-bisikan dari al-Haqq (Allah)
juga akan memanggilmu. Bukankah tobat hanya permulaan yang diikuti dengan
kembali kepada-Nya? Kesibukanmu dengan sesuatu yang mencitrakanmu adalah
penutup bagi tujuanmu, di sanalah kau akan melihat sifat-sifatmu.

Maka dari itu, kau harus memohon perlindungan kepada Allah atas sifat-sifat tersebut,
dan kau harus beristighfar dan kembalj kepada-Nya. Meminta ampunan ialah meminta
agar engkau tertutup dari sifat-sifatmu dengan kembali kepada sifat-sifat-Nya.

Apabila kau senantiasa mantap dengan sifat ini (istighfar dan tobat), Allah akan
menyerumu, “Tunduklah engkau kepada hukum dan ketentuan-Ku, janganlah engkau
34 Risalah al-Amin

berselisih dengan-Ku, tetaplah bersama kehendak-Ku dengan menolak kehendak


pribadimu.”

Inilah yang disebut dengan ketuhanan (rububiyyah) yang memerintah kehambaan


(ubudiyyah).

“Seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang lain, yang tidak berdaya berbuat
sesuatu.” (QS. an-Nahl [16]: 75)

Dengan begitu, ketika Aku (Allah) melihat ada kemampuan padamu, maka Aku akan
menitipkan kemampuan tersebut kepadamu. Aku adalah Dzat yang mengetahui atas
segala sesuatu. Jika engkau memantapkan diri untuk melaksanakan apa yang telah
disampaikan kepadamu, maka dari hal tersebut engkau akan melihat rahasia-rahasia
yang hampir tidak didengar oleh seorang pun di dunia ini.

BAB 12
Etika al-Qabdh dan al-Basth

KEDUA TINGKATAN TERSEBUT merupakan hal yang jarang terlepas dari seorang
hamba. Keduanya selalu ada, bergantian seperti perputaran malam dan siang. Allah
Sang Haqq menghendaki ibadahmu dalam dua tingkatan tersebut.

Orang yang telah masuk pada tingkatan qabdh, ia tidak lepas dari dua perkara, yakni
mengetahui sebabnya atau tidak mengetahui sebabnya. Sebab-sebab gabdh ada
tiga, yaitu: dosa yang telah diperbuat, (kehidupan) dunia yang menjauh atau
berkurang darimu, serta orang zalim yang menyakitimu, melukai kehormatanmu, atau
mengarahkanmu kepada selain agama Allah, dan lain sebagainya.

Jika maqam qabdh sudah kau dapatkan karena salah satu sebab dari ketiga sebab
tersebut, maka menghambalah sesuai dengan ilmu melalui perbuatan-perbuatan
yang diperintahkan Allah kepadamu. Adapun mengenai qabdh yang disebabkan oleh
dosa, maka jalan keluarnya dengan tobat, inabah (kembali kepada-Nya), - dan
meminta pengampunan atas dosa-dosa. Apabila disebabkan hilang atau
35 Risalah al-Amin

berkurangnya urusan duniawi, maka jalan keluarnya dengan mencrima sepenuhnya,


rela, dan mengharap pahala dariAllah. Apabila qabdh disebabkan adanya orang zalim
yang menyakitimu, selesaikan dengan bersabar dan menahan diri.

Hati-hatilah untuk tidak menzalimi dirimu sendiri yang mengakibatkan keburukan, di


mana hal itu timbul dari kezaliman orang lain, kemudian berkumpul dan menimpamu.
Jika kau melakukan apa yang semestinya, yaitu sabar dan bertahan, Allah akan
memberikanmu anugerah berupa lapang dada hingga engkau mampu menahan
amarah dan mudah memaafkan. Bahkan bisa jadi, Allah akan memberimu cahaya dan
keridhaan apabila engkau mengasihi orang yang berbuat zalim kepadamu, lalu
engkau berdoa untuknya dan doamu dikabulkan oleh Allah.

Betapa baiknya dirimu, jika karenamu Allah memberikan kasih sayang-Nya kepada
orang yang menzalimimu. Itulah yang disebut belas kasih para shiddiqin dan para
penyayang. Oleh karenanya, bertawakallah kepada Allah karena Allah mencintai
orangorang yang berpasrah diri. Jika qabdh sudah kau dapatkan dan kau tidak
mengetahui sebabnya, maka ingatlah bahwa waktu itu ada dua macam, yaitu waktu
malam dan waktu siang. Qabdh lebih menyerupai malam hari, sementara basth
menyerupai siang hari.

Jika qabdh datang kepadamu tanpa sebab yang kau ketahui, wajib bagimu untuk
diam. Diam ada tiga macam, yaitu diam dari kata-kata, diam dari gerak, dan diam dari
kehendak. Jika kau melakukan ketiga hal tersebut, dalam waktu singkat, malammu
akan segera berganti menjadi siangmu. Bintang akan tampak, agar dapat kau jadikan
petunjuk pada malam hari dan bulan dapat kau gunakan untuk menerangi jalanmu.

Bintang-bintang itu adalah bintang-bintang ilmu. Rembulan itu adalah rembulan


tauhid. Matahari yang dimaksud adalah matahari makrifat. Jika kau terus melangkah
dalam gelapnya malam, kecil kemungkinan engkau selamat dari bahaya.

Hal ini diungkapkan olch firman Allah swt. yang berbunyi,


36 Risalah al-Amin

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya
(pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. al-Qashas [28]:73)

Hal ini merupakan ketentuan ubtidiyah dalam dua qabdh sekaligus. Adapun orang
yang sedang berada dalam basth, maka kondisinya tidak akan lepas dari dua
keadaan, yakni ia mengetahui sebabnya atau tidak mengetahuinya. "Sebab" terdiri
dari tiga macam.

Pertama, bertambahnya ketaatan atau mendapatkan pemberian dari Dzat yang


ditaati, seperti memperoleh ilmu dan makrifat. Kedua, bertambahnya (kehidupan)
dunia karena usaha, karamah, pemberian, dan tali silaturahmi. Ketiga, dengan pujian
dan penghormatan dari sesama makhluk, mereka menghadap kepadamu, meminta
doa darimu, dan mencium tanganmu.

Ketika basth sampai kepadamu karena sebab-sebab tersebut, maka kehambaanmu


(ubudiyah) mengarahkanmu untuk melihat nikmat dan kebaikan dari Allah yang
diberikan kepadamu. Berhatihatilah ketika kau berpikir bahwa hal tersebut berasal dari
dirimu. Berusahalah untuk teguh dalam khauf (takut), yakni takut nikmat yang Allah
berikan kepadamu tercabut hingga membuatmu menjadi orang yang dimurkai.
Pembahasan tersebut berlaku untuk basth yang berasal dari ketaatan dan anugerah
dari Allah swt. Adapun basth yang berawal dari bertambahnya materi dunia, hal
tersebut juga merupakan suatu kenikmatan seperti basth yang pertama.

Takutlah kau dengan apa yang kau pikirkan mengenai petaka yang ditimbulkan dunia.
Adapun basth yang berasal dari pujian dan sanjungan manusia kepadamu, bentuk
ubddiyah-nya adalah mensyukuri nikmat dari Allah yang telah menutupi keburukanmu,
Takutlah jika Allah menampakkan keburukan yang tersembunyi dalam dirimu
sehingga orang terdekatmu menjadi murka. Inilah adab gabdh dan basth dalam
ubudiyah.

Adapun basth yang tidak diketahui sebabnya, maka hakikat ubtidiyah-nya adalah tidak
bertanya, merendahkan diri, serta tidak semena-mena terhadap perempuan dan laki-
laki. Kemudian ucapkanlah,
37 Risalah al-Amin

“Ya Tuhanku, selamatkan.,. selamatkan... hingga kematian (menjemputku).”.

Inilah jalan yang benar jika engkau memahaminya.

BAB 13
Etika al-Faqd (Kehilangan) dan al-Wajd (Mendapatkan)

KETAHUILAH BAHWA FAQD’ dan wajd adalah dua hal yang silih berganti layaknya
siang dan malam. Inti dalam permasalahan ini ada empat. Pertama, jadilah kau orang
yang mensyukuri nikmat Allah ketika kau mendapatkannya, dan rela terhadap Allah
jika kau kehilangan nikmat tersebut. Kedua, menjadi orang yang selalu melakukan
kebaikan jika diberi rezeki. Ketiga, jangan bersedih untuk bersyukur. Jika kau
bersedih, maka syukur itu bersedih karenamu. Bersedihlah pada amanah jika kau
menghendaki. Keempat, fokuskan pandanganmu kepada Allah pada semua hal yang
kau cita-citakan. Allah berfirman,

“Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad), maka katakanlah, ‘Aku


berserah diri kepada Allah.” (QS. Ali Imran [3]: 20)

Janganlah engkau menjadi seorang hamba yang menderita, seorang zuhud yang
membangkang, seorang pelaku maksiat yang durhaka, dan pembohong yang ingkar.
Jika engkau dapat melaksanakan semua empat perkara yang telah disebutkan, maka
engkau termasuk orang yang berhak mendapat pujian dari Allah swt. Allah berfirman,

“Dia mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya


kepada jalan yang lurus.” (QS. an-Nahl [16]:121)

BAB 14
Keteladanan
38 Risalah al-Amin

HAKIKAT DARI KETELADANAN adalah putus asanya seseorang dari orang yang
dicintai lebih besar daripada putus asa dari orang yang dibencinya. Aku pernah
bermimpi melihat Nabi Muhammad saw., kemudian aku bertanya, “Wahai Rasulullah
apa hakikat mengikuti (engkau)?” Rasulullah saw. menjawab, “Selalu melihat orang
yang diikuti dalam kondisi apa pun, bersama apa pun, dan dalam hal apa pun.”

Setiap Imam (mursyid) yang tidak memberikan manfaatnya kepadamu dari balik hijab,
mereka bukanlah Imam yang sebenarnya. Seorang Imam adalah orang yang
menunjukkan jalan kepada sesuatu yang mengistirahatkanmu, bukan yang
menunjukkan kepada sesuatu yang meletihkanmu.

Seseorang yang sempurna bukanlah seseorang yang rohaninya hidup dalam dirinya
sendiri. Akan tetapi, manusia sempurna adalah orang yang mampu membuat rohani
orang lain hidup berkat dirinya.

Manusia sempurna bukanlah seseorang yang rasa takut dalam dirinya hilang. Akan
tetapi, seseorang yang rasa takutnya terhadap orang lain hilang. Allah berfirman,

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yanus [10]: 62)

Orang yang mulia di antara makhluk lainnya adalah seseorang yang menguasai ilmu
kesadaran diri. Ia melakukan perbuatannya berdasarkan hukum kehendak Allah,
bukan hawa nafsu, syahwat, dan perangai (thabi'‘ah).

Jaga dan perhatikan baik-baik sepuluh hal ini. Pertama, jika kau melihat seseorang
yang mengaku kondisi rohaninya bersama Allah swt., tetapi dia keluar dari syariat,
maka jangan sekali-kalj engkau mendekatinya. Kedua, jika kau melihat seseorang
yang menggantungkan dirinya pada makhluk lain yang bukan dari jenisnya, jangan
sekali-kali mendekatinya.

Ketiga dan keempat, ketika kau melihat seseorang yang terobsesi menjadi pemimpin
dan gila hormat, jangan sekali-kalj engkau mendekatinya. Kelima, jangan menjalin
pertemanan dengannya karena berteman dengan orang tersebut akan mengeraskan
39 Risalah al-Amin

hatimu selama empat puluh subuh. Keenam, apabila kau melihat orang yang merasa
cukup dengan ilmunya, waspadalah akan kebodohannya. Ketujuh dan kedelapan, jika
kau melihat seseorang ridha terhadap dirinya sendiri, merasa tenang dan nyaman
pada keadaannya, maka curigalah terhadap agamanya. Berhati-hatilah terhadap
orang sepertinya.

Kesembilan, jika kau melihat seorang murid yang mendengar lagu-lagu dan suka
suatu hal yang lembut, jangan berharap sesuatu yang baik darinya. Kesepuluh, jika
kau melihat seorang yang fakir’ yang tidak hadir terhadap seruan-Nya, ketahuilah
bahwa kebaikan dan keberkahan haram baginya disebabkan batinnya yang rusak dan
pemahamannya yang salah.

Tanda seseorang yang hatinya selalu terhubung dengan Allah adalah datangnya
manfaat saat terjadi musibah yang berat. Dalilnya adalah firman Allah swt.,

"Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah). Maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga (tempat)
kenikmatan.” (QS. al-Waqi’ah [56]: 88—89)

Orang yang bijak adalah orang yang mengetahui mana yang awal dan yang akhir,
serta memutuskan sesuatu yang gaib berdasarkan hukum Allah. Barang siapa berdoa
kepada Allah dengan doa yang tidak dilakukan Nabi Muhammad, maka dia telah
melakukan bid’ah.

Ada hal yang tidak boleh ditinggalkan, yakni meneladani Nabi Nuh as. dan Nabi
Muhammad saw.” Allah swt. berfirman,

“Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa), ‘Aku mempunyai gudang-gudang
rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang gaib.’ Dan tidak (pula)
aku mengatakan, ‘Sesungguhnya aku adalah malaikat’, dan tidak juga aku
mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu, ‘Sekali-
kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka’. Allah lebih mengetahui
apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar
termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Had [11]: 31)
40 Risalah al-Amin

BAB 15
Etika Bermajelis

BERKUMPUL DENGAN PARA ulama besar (mursyid) memiliki empat etika. Pertama,
mengindari semua hal yang kontra dengan mereka, condong kepada Allah, penuh
cinta kasih, dan mendedikasikan diri kepada mereka. Kedua, bertemunya-seorang
muslim dengan para ulama mendorong mereka untuk meninggalkan keinginan dan
hasrat (duniawi) yang mereka miliki. Ketiga, lebih terinspirasi kata-kata dan perbuatan
mereka serta tidak mencari-cari kesalahan pada keyakinan mereka. Keempat,
menggantungkan cita-cita dengan apa yang mereka cita-citakan, dengan syarat
melakukan perbuatan yang sesuai dengan perilaku.mereka.

Jika kau berkumpul dengan para ulama, hendaknya kau berkumpul bersama mereka
dengan ilmu-ilmu yang jelas sanadnya dan sahih riwayatnya. Ada kalanya kau
memberikan manfaat bagi mereka, dan ada kalanya kau mengambil manfaat dari
mereka, hal itu merupakan puncak kesetiaan terhadap mereka. Ketika berkumpul
dengan orang-orang yang ahli ibadah dan zuhud, bawalah kezuhudan dan ibadah
kalian.

Ikuti terus kegiatan yang mereka lakukan. Bersabarlah atas apa yang mereka anggap
sulit, dan buatlah mereka merasakan makrifat yang belum pernah mereka rasakan.
Jika kau berkumpul dengan para shiddiqin (orang-orang jujur), sembunyikan apa yang
kau ketahui sebelumnya. Janganlah bergantung pada amalanamalanmu, capailah
dengan ilmu batin dan dengan bashirah (mata hati) yang tidak ternilai harganya.

BAB 16
Tentang Etika

ETIKA HADHRAH ITU ada tiga: senantiasa mengingat, mendengarkan dengan


saksama, dan memantapkan hati atas ketetapan yang akan kau terima.
41 Risalah al-Amin

Terdapat empat etika yang jika hilang dari seorang fakir, maka dia sama seperti debu.
Empat etika tersebut vadalah mencintai yang lebih muda, menghormati yang lebih tua;
bersikap adil dari dalam diri, dan tidak mencari keadilan untuk diri sendiri:.

Sebaliknya, terdapat empat etika yang jika seorang fakir tidak melakukannya, maka
jangan sekali-kali kau memperhatikannya, walaupun salah satu dari mereka adalah
orang yang sangat pintar.

Keempat etika tersebut adalah menjauhi kesesatan, senang dengan ahli akhirat,
menenangkan orang miskin, dan tekun shalat berjemaah lima waktu.

BAB 17
Etika Memohon

TINGKATAN ORANG YANG memohon itu ada tiga: orang yang memohon
pembenaran untuk terwujudnya kedekatan kepada Allah, orang yang memohon
penguatan mata hati untuk menyingkap hijab (penutup batin), dan orang yang
memohon kekekalan bersama Allah dengan kefanaan dirinya.

Jika kau memohon, maka memohonlah kepada Allah swt., jika Allah mengabulkan
permohonanmu, maka bersyukurlah kepadaNya. Jika Allah belum mengabulkan,
maka lapangkan dadamu. Berhati-hatilah kau terhadap jiwa yang berprasangka buruk
dan syahwat yang kuat, yang semuanya dapat menghalangimu mendapatkan
makrifat, cinta, ridha, dan ampunan-Nya. Selain itu, kau juga akan terhalang dari Allah,
terlempar dari tempat tinggi, dan jatuh ke tempat yang paling rendah. Saat itu kau
tidak lagi mengetahui sampai mana kau jatuh dari batas orang-orang yang hina.

Seorang berjalan menuju penguasa zhalim untuk melindungi orang-orang saleh (yang
ada di sana), dia berdoa,

“Ya Allah, jadikanlah langkah hamba kepada mereka karena tunduk kepada diri-Mu,
karena mencari karunia dan ridhaMu, karena mencari kemenangan untuk-Mu dan
42 Risalah al-Amin

Rasul-Mu. Hiasilah hamba dengan hiasan orang-orang fakir yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia
dari Allah dan keridhaanNya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka
itulah orang-orang yang benar. Anugerahkan kepada hamba cinta agar lebih
mementingkan urusan-Mu, dan bisa menolak keinginan dalam diri, di malam dan
siang hari. Jauhkan hamba dari jiwa yang sangat pelit. Jadikan hamba termasuk
dalam golongan orang-orang yang beruntung. Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang.”

Jika kau menemui orang yang sewenang-wenang, orang yang berbuat aniaya, dan
orang yang sombong, maka ucapkanlah,

“Sungguh, aku berlindung kepada.’ Tuhanku (Allah) dan Tuhanmu (Allah) dari semua
orang sombong yang tidak beriman kepada Hari Pembalasan.”

Hal paling utama yang menjadi permintaan hamba kepada Allah adalah kebaikan-
kebaikan dalam agama. Pada kebaikan agama tersebut terdapat kebaikan-kebaikan
akhirat, dan di dalam kebaikan akhirat terdapat kebaikan-kebaikan dunia. Serta di
dalam kebaikan-kebaikan dunia terdapat keistimewaan para wali.

Keistimewaan para wali itu mempunyai empat sifat: penghambaan, sifat-sifat


ketuhanan (rubibiyyah), selalu mawas atas apa yang telah lalu dan akan terjadi, setiap
hari menghadap kepada Allah swt. sebanyak tujuh puluh kali, dan berpamitan
sejumlah itu juga. Setiap kali ia menghadap kepada-Nya, ia akan diberikan pakaian
dari cahaya dan kedekatan dari-Nya.

Jika ada di antara jin dan manusia yang membuatmu takut, maka katakanlah,

“Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia merupakan sebaikbaik wakil.”


43 Risalah al-Amin

Jika kau ingin memohon yang berkaitan dengan keperluan yang bersifat manusiawi,
maka mohonlah keperluan tersebut kepada Allah sebelum kau menyampaikannya
kepada orang lain. Jika hajatmu tersebut terlaksana, maka bersyukurlah kepada Allah
dan berterima kasihlah kepada orang yang bersangkutan. Jika hajatmu itu belum
terlaksana dari mereka, maka berlapangdadalah karena Allah, dan jangan kaitkan hal
itu kepada mereka.

Jangan sekali-kali mencela seseorang, kecuali Allah juga mencelanya. Janganlah


sekali-kali kau memuji seseorang, kecuali Allah juga memujinya. Kalau-tidak bisa,
maka tahanlah dirimu karena itu lebih mendatangkan keselamatan kepadamu dan
memberikanmu keridhaan Allah. Beribadahlah kepada Allah dengan penuh
keyakinan, maka derajatmu akan diangkat lebih tinggi walaupun amalmu sedikit.

Manusia yang paling baik kedudukannya di sisi Allah adalah orang yang menjadikan
agamanya sebagai penyebab kebutuhankebutuhannya terpenuhi.

Jika kau memiliki keperluan dan menginginkan hajatmu terpenuhi, maka tetapkanlah
dengan keyakinan bahwa kekuasaan, kekuatan, ilmu, keinginan, dan kehendak
semua milik Allah swt. Jadikan kefakiranmu selalu ditujukan kepada-Nya dan hajatmu
diserahkan ke sisi-Nya. Waspadalah terhadap mata hatimu yang melihat kepada
selain Allah karena akan membuatmu tertutup oleh hijab batin, kau akan bahagia,
sedih, takut, berharap, dan terhing Orang yang beriman tidak menghinakan dirinya.
Ucapkanlah,

“Dengan menyebut nama Allah, Dzat yang dengan nama-Nya tidak akan mudarat
sesuatu yang ada di bumi ataupun yang ada di langit, dan Dialah Dzat yang Maha.
Mendengar lagi. Maha Mengetahui.”

BAB 18
Istiikharah

HANYA ORANG YANG bisa beristikharah yang bisa dipercaya (amanah). Banyak
sekali hamba yang dapat dipercaya dalam persoalan harta, tetapi tidak bisa dipercaya
44 Risalah al-Amin

dalam hal kemaluan. Banyak orang yang dapat dipercaya dalam persoalan kemaluan,
tetapi tidak bisa dipercaya dalam hal harta. Banyak hamba yang dapat dipercaya
perihal harta dan kemaluan, tetapi tidak dapat dipercaya dalam hal agama.

Orang yang dapat dipercaya dalam hal agama adalah dia yang mengambil sesuatu
dari Allah menggunakan mata batin. Ia juga selalu mawas diri terhadap setiap kondisi
batinnya, serta memadukan segala sesuatu di dunia dan di akhirat.

Beberapa teman dan orang-orang yang mulia memintaku agar beristikharah kepada
Allah untuk mereka, dengan harapan Allah mengabulkan kebaikan yang mereka
inginkan. Aku lantas melakukan istikharah pada malam hari pertama setelah mereka
memintaku. Aku melihat pertanda baik dari Allah swt. tanpa ada penjelasan terhadap
apa yang aku pinta.

Pada istikharah di malam kedua, aku melihat hal yang sama. Kemudian, pada malam
ketiga dari istikharahku, aku kembali meminta kepada-Nya perihal yang aku inginkan.
Dalam mimpiku, aku bertemu dengan guruku (semoga Allah mencurahkan kasih
sayang kepadanya).

Guruku berkata, “Hamba yang berbaur dengan ahli akhirat dan bersandar kepada
mereka; dia juga berbaur dengan ahli dunia, tetapi tabiatnya menjauhi mereka, saat
dia dalam keadaan menderita, dia akan memohon pertolongan kepada Allah swt.
Apabila dia diberi kenikmatan, maka ia bersyukur kepada-Nya. Apa pendapatmu
mengenai posisi orang tersebut di sisi Allah? Tidakkah kalian berfikir? Ajaklah ia untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang mulia, maka apa yang ia habiskan dan ia
simpan akan diberi keberkahan, dan apa yang tersisa itu akan disimpan untuknya.
Allah memberi ganjaran bagi orang-orang yang bersyukur.”

BAB 19
Niat
45 Risalah al-Amin

HAKIKAT NIAT ADALAH meniadakan semua hal selain yang diniatkan, terutama saat
fokus pada apa yang dituju. Sedangkan kesempurnaannya terwujud jika niat tersebut
tetap terjaga hingga apa yang diniatkan telah terlaksana. - Rasulullah saw. bersabda,

“Sungguh amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.” (HR. al-Bukhari)

Niat itu mempunyai tempat, waktu, tata cara, dan mempunyai arti. Kami memohon
kepada-Mu kebersihan tempat, taufik pada saat berniat, pengawasan tata caranya,
dan perwujudan maknamakna yang terkandung di dalamnya. Kami minta kepada-Mu
kesahihan ikatan (‘aqd), kebaikan tujuan dan keinginan, sematamata hanya untuk
mengharap ridha-Mu dan untuk mengagungkan sifat ketuhanan, serta selalu
menyematkan sifat penghambaan pada diri.

Tempatnya niat ada di dalam hati. Waktunya niat adalah ketika memulai amal
perbuatan. Tata cara niat ialah menghubungkan hati dengan anggota badan yang lain.
Sementara makna niat ada empat hal: menyengaja (maqstid), kemantapan,
keinginan, dan kehendak. Semuanya memiliki satu makna yang sama. Niat
mempunyai dua bentuk: mengarahkan amal perbuatan dengan kesadaran yang baik
dan tulus dalam beramal karena Allah swt., mengharapkan pahala dari-Nya, dan
menginginkan keridhaan-Nya.

Nabi Muhammad saw. bersabda,

“Barang siapa yang baik niatnya, maka baik pula amal perbuatannya.” (al-Hadis) .

Oleh karenanya, perbaikilah niat antara dirimu dan Allah dengan memfokuskan hati
untuk mengagungkan-Nya, taat (dan tunduk) pada perintah-Nya, atau memuliakan
perintah yang diberikan oleh-Nya. Perbaikilah niat antara kau dan hamba yang lain,
dengan memberikan wejangan kepada mereka dan dengan memberikan hak-haknya.
Membuang jauh-jauh perselisihan dengan cara bersabar karena Allah, dan berserah
diri kepada-Nya.
46 Risalah al-Amin

BAB 20
Amal Perbuatan

POROS AMAL PERBUATAN ada empat: cinta, ikhlas, malu, dan iman. Cinta
diwujudkan dengan takut, ikhlas dengan ilmu, malu dengan memberikan
pengagungan, dan iman dengan pembenaran.

Di antara amal perbuatan yang paling baik adalah tekad yang kuat dan selalu
menepati janji. ‘Azaim ialah orang-orang yang didominasi oleh kesaksian kehendak
(syuhiid al-iradah). Hal tersebut menyebabkan tekadnya terbelah-belah karena
keinginan yang begitu cepat, banyak, dan beragam. Tempat berhenti seperti apa yang
mengurai, mengikat dan meneguhkan hati serta meniatkan sesuatu bersamaan
dengan hilangnya keinginan dan sifat-sifatnya? Di manakah posisimu dibandingkan
dengan orang yang cahayanya mampu melihat dengan luas menggunakan cahaya
Tuhannya. Apa yang membuatnya bisa melihat, tetapi tidak membuatnya disibukkan
oleh apa yang ia lihat?

Nabi saw. bersabda,

“Tidak ada dari sesuatu pun, baik sudah terjadi atau belum, kecuali aku sudah pernah
melihatnya.”? (HR. al-Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Syarat-syarat amal perbuatan ialah berhenti sejenak, melihat, bergegas, ikhlas,


bertindak, konsisten, mendapat persaksian, masuk surga, dan pembagian harta
rampasan perang.

Guruku berkata, “Sebaik-baik amal perbuatan ada empat hal, setelah empat hal, yaitu
cinta karena Allah, rela dengan takdir-Nya, zuhud di dunia, tawakal kepada Allah,
melaksanakan kewajibankewajiban karena Allah; menjauhi semua hal yang
diharamkan Allah, diam dari perkataan yang tidak bermakna, dan wara’ dari segala
sesuatu.”
47 Risalah al-Amin

“Ya Allah, hamba memohon kepada-Mu agar memberi hamba hati yang baik, zikir dan
berpikir yang terus-menerus, selalu menuju perlindungan-Mu, selalu membutuhkan-
Mu, berdoa kepada-Mu, dan berharap terkabulnya doaku pada-Mu. Hamba meminta
kepercayaan dari-Mu, berserah diri kepadaMu, berzuhud dengan nyata terhadap
kematian yang mencekam, juga terhadap cinta, dan ridha.”

Ini semua adalah amalan-amalan orang-orang yang jujur (shiddiqun) dalam memulai
urusan mereka. Dulu aku fokus beribadah di perbukitan, kemudian terlintas di dalam
hatiku (sirr), “Orang yang masih merasa takut akan kefakiran di dalam hatinya,
amalannya yang terangkat ke sisi Allah hanya sedikit.” Suara tersebut membuat hatiku
menjadi gelisah ketakutan. Hal tersebut terus terjadi selama satu tahun.

Aku bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw., beliau berkata kepadaku, “Hai orang
yang diberkahi, hai orang yang diberkati, engkau telah menghancurkan nafsumu.
Pisahkan antara tenang dan khawatir. Orang yang beriman selalu khawatir, hatinya
tidak pernah tenang.” Lantas hatiku menjadi tenang.

Jika engkau menganggap baik keadaan zahir atau batinmu, katakanlah,

“Semua atas kehendak Allah, tidak ada kekuatan kecuali atas pertolongan Allah.”

BAB 21
Wirid

WIRIDNYA PARA SHIDDIQUN (orang-orang jujur) berjumlah dua puluh. Antara lain:
puasa, shalat, zikir, membaca al-Quran, menjaga anggota badan, melatih jiwa agar
dapat mengendalikan syahwat, menyeru perbuatan baik, dan melarang perbuatan
mungkar yang berdasar pada empat hal.

Empat hal tersebit yaitu zuhud di dunia, tawakal kepada Allah, ridha dengan ketetapan
Allah, dan cinta yang murni yang berlandaskan empat hal. Empat landasan tersebut
adalah iman, tauhid, niat yang benar, dan cita-cita yang tinggi. Orang yang tidak
48 Risalah al-Amin

mempunyai empat hal: ilmu, wara’, takut kepada Allah, dan rendah hati terhadap
hamba-hamba Allah, jangan harap bisa berhasil.

Bagi guruku ibadahnya para shiddiqin ada pada dua puluh perintah; makanlah,
minumlah, bekerjalah, berkendaralah, menikahlah, istirahatlah, letakkanlah segala
sesuatu sesuai dengan perintah Allah, janganlah berlebihan, beribadahlah kepada
Allah dan bersyukurlah kepada-Nya, wajib bagimu untuk mencegah bahaya,
menanggung bahaya, serta memberikan keindahan. Itu semua merupakan satu
bagian dari akal.

Bagian yang kedua adalah melaksanakan semua kewajiban, menjauhi semua yang
diharamkan, ridha dengan ketetapan Allah, berpikir bahwa semua hal yang berkaitan
dengan Allah adalah ibadah, dan memahami agama Allah. Fondasi ibadah adalah
zuhud di dunia. Pusat ibadah adalah tawakal kepada Allah. Ini semua adalah ibadah
yang dilakukan agar dapat beriman dengan benar. Jika engkau sakit (batin), mintalah
bantuan kesembuhan dan datanglah kepada ulama. Pilihlah di antara mereka, ulama
yang bertaqwa, yang bisa memberikan petunjuk dan bertawakallah kepada Allah swt.

Aku bertanya kepada guruku ra. tentang wirid yang dilakukan ahli hakikat. Menurutnya
"Engkau harus membuang jauh hawa nafsu dan mencintai Allah Yang Mahaagung.
Cinta tidak akan menyatukan seseorang kepada orang lain yang tidak dicintainya.
Wirid dilakukan untuk membentengi diri dengan hal yang benar dan menolak yang
batil di setiap waktu.”

Ada seseorang yang bertanya kepada guruku, “Wahai guru, aku mohon tugaskan
kepadaku kewajiban pokok dan wirid-wirid.” Guruku marah padanya, beliau berkata,
“Apakah aku seorang rasul yang berhak mewajibkan amalan-amalan? Ibadah yang
fardhu telah ditetapkan dan diketahui, perbuatan-perbuatan maksiat sudah masyhur
dan diketahui bersama. Maka dari itu, wajib bagimu untuk menjaga ibadah fardhu dan
meninggalkan semua perbuatan maksiat. Jaga hatimu dari keinginan duniawi, wanita,
kedudukan, dan nafsu syahwat. Merasa cukuplah dengan semua yang diberikan Allah
kepadamu.
49 Risalah al-Amin

Jika Allah memberimu jalan menuju ridha, bersyukurlah kepada-Nya. Jika Allah
memberikan petunjuk padamu jalan kemurkaan, bersabarlah engkau atas pemberian
tersebut. Cinta kepada Allah swt. adalah poros yang dikelilingi oleh hal yang baik.
Cinta kepada Allah swt. juga menjadi dasar bagi segala macam karamah. Bentengnya
ada empat, yaitu wara’ yang benar, niat yang baik, ikhlas dalam amal perbuatan, dan
berteman dengan ilmu. Engkau tidak akan dapat menyempurnakan empat cabang
tersebut, kecuali engkau berteman dengan orang yang saleh dan guru yang memberi
wejangan (seorang mursyid).”

Aku mendengar gurunku berkata kepada seorang laki-laki yang meminta izin
kepadanya untuk melakukan mujahadah. Sang guru menjawabnya dengan firman
Allah swt.,

“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak akan meminta izin
kepadamu.” (QS. at-Taubah [9]: 44) ;

BAB 22
Ahli Ibadah dan Ahli Zuhud

PARA AHLI IBADAH melandasi perbuatan mereka dengan berpatokan pada sepuluh
dasar: puasa, shalat, zikir, membaca al-Quran, doa, istighfar, rendah hati, menangis,
menyendiri, dan mendapatkan rezeki dengan cara yang halal. Alas pijakan mereka
adalah zikir. Orang zuhud memiliki nilai tambah dengan empat sifat; zuhud di dunia
secara umum, zuhud di antara manusia secara khusus, menyingkap kegaiban
kerajaan Allah, serta memilih pengalaman rohani dan derajat spiritual (maqam) para
tokoh. Kebiasaan mereka adalah berpikir.

Adapun para wali Allah mempunyai beberapa derajat. Bagi mereka dibentangkan
ilmu, makrifat, cahaya, cinta, tauhid, yakin, tersingkapnya kegaiban, keteguhan akan
hal-hal gaib, dan menyelidiki yang fana dengan menetapkan cahaya-cahaya
kekekalan. Dasarnya adalah cinta yang bercabang (al-mahabbah al-far’iyyah).
50 Risalah al-Amin

Sementara para shiddiqin memulai perjalanan spiritual dengan lima dasar, yaitu
melipat wujid dari hati (sirr) mereka, tersingkapnya suatu peristiwa yang ada di dua
alam (dunia dan akhirat) bagi arwah-arwah mereka, murdqabah (selalu mengawasi)
hati, menjaga akal, dan menundukkan nafsu. Adapun lima hal yang dilakukan pada
akhir perjalanan mereka adalah pemerolehan mahabbah, yakin, beribadah,
persahabatan yang kokoh, dan sifat keabadian, Dasar mereka adalah cinta yang
murni (al-mahabbah al-ashliyyah),

Manfaat dari penjelasan detail ini adalah memberikan pelajaran kepada setiap
pengikut mereka (ahli ibadah dan zuhud) sesuai dengan kondisi (hdl) dan tingkatan
(maqam) spirituaj masing-masing. Pelajaran tersebut sebagaimana yang telah Allah
tetapkan untuk mereka.

BAB 23
Ketaatan

JANGAN ENGKAU MENUNDA-NUNDA ketaatan karena engkau akan dikenai


hukuman apabila kehilangan rasa taat. Hal itu sebagai balasan atas kekufuran
terhadap waktu tersebut. Setiap waktu pada dasarnya mempunyai bagian untuk
ibadah, sebagai hak yang diminta darimu berdasarkan hukum ketuhanan
(rububiyyah).

Seorang teman mengakhirkan shalat Witir di penghujung malam. Tiba-tiba ada suara
yang ditujukan kepadaku saat aku tidur, "Hal itu merupakan adat yang berlaku dan
sunah yang telah ditetapkan. Allah telah mewajibkan kita untuk menjaganya. Engkau
bisa menjalankan hal tersebut secara terus-menerus, atau engkau memilih syahwat,
melakukan berbagai pelanggaran, dan terlena dari musydhadah. Akan tetapi, jangan
sampai engkau melakukannya, jangan sampai!”

Kemudian aku menggumam, “Ini permenungan atau penolakan?" Suara itu kembali
terdengar, "Permenungan atas kelalaian yang telah kau perbuat memerlukan etika
dan peringatan. Ini merupakan wasiat Allah kepadamu dan wejangan-Nya darimu
51 Risalah al-Amin

untuk hamba-hamba-Nya yang saleh. Perhatikan hal itu dengan saksama dan jangan
engkau menjadi bagian dari orang-orang yang lalai.”

Guruku pernah berkata, “Ketaatan yang paling indah adalah yang membawamu ke
sisi-Nya dan Dia membukakan hijab penutupmu.”

Suatu ketika pernah dikatakan kepadaku, “Apa yang bisa aku dapatkan dari
ketaatanku dan kemaksiatanku?” Kemudian, aku menjawab, “Dari ketaatanmu kau
akan mendapat manfaat berupa ilmu yang selalu bertambah, cahaya yang terang, dan
cinta. Sementara dari maksiatmu kau akan mendapatkan kesedihan, kemurungan,
ketakutan, dan kemurungan.”

Disebutkan di beberapa riwayat Allah berfirman, “Orang yang taat kepada-Ku di dalam
semua hal dengan cara meninggalkan segala sesuatu, maka Aku akan menaatinya
dengan cara menampakkan diri (tajalli) dalam segala hal, sehingga dia bisa melihat-
Ku seakan-akan Aku adalah segala sesuatu itu.”

Ketaatan dan musyahadah semacam ini terjadi pada orangorang awam yang saleh.
Adapun untuk orang-orang khusus (khawwash) dari golongan shiddiqin, ketaatan
mereka terletak pada peneriman mereka untuk memandang segala sesuatu sebagai
kebaikan dari Tuhan. Seakan-akan Allah berfirman, “Orang yang taat kepada-Ku,
melihat segala hal terjadi berdasarkan kehendakKu, maka Aku akan memenuhinya
dengan cara menampakkan diri kepadanya sehingga dia dapat melihat-Ku lebih
dekat.”

Shalat adalah tali penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Tanda dari
hubungan tersebut adalah penuhnya kasih sayang Allah swt. sebab bukti-bukti cinta
(syawahid al-mahabbah). Bukti cinta adalah terbukanya hijab penghalang (hati) dan
merasa nyaman saat bercengkerama dengan-Nya.”

Kenikmatan adalah kecenderungan hati kepada sesuatu yang lezat, baik secara
maknawi, imani, maupun imaji dalam hati. Hendaknya kau mengucapkan lima kalimat
suci dalam semua perkataan, mengaplikasikan dalam segala perbuatan, merasa
52 Risalah al-Amin

lemah di hadapan Allah dalam setiap situasi, penuhilah pikiranmu dengan makna-
makna yang ada dalam hati, pasrahkan semua kepada Allah.

Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan
melihat-Nya di depanmu. Beribadahlah kepada Allah dengan lima kalimat suci
tersebut, maka kau akan menjadi bagian dari orang-orang yang bersyukur.”

Lima kalimat suci tersebut adalah,

“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar,
tiada daya dan upaya, kecuali atas pertolongan Allah yang Mahatinggi dan
Mahaagung.”

Lima hal yang menyucikan amal perbuatan adalah shalat lima waktu, disertai dengan
perasaan tidak memiliki daya dan upaya (di hadapan Allah). Lalu ucapkan,

“Tiada daya dan upaya, kecuali atas pertolongan Allah swt.”

BAB 24
Kemuliaan

ALLAH SWT. BERFIRMAN,

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang
mukmin.” (QS. al-MunAafigqan [63]: 8)

Kemuliaan orang yang beriman adalah ketika Allah mencegah dirinya untuk
menyembah nafsu, berahi, setan, dunia, dan sesuatu yang diciptakan baik yang tak
terlihat dan yang terlihat, yang ada di dunia dan akhirat. Orang munafik tidak akan
mengetahui kemuliaan, kecuali dengan sebab akibat dan beribadah kepada Allah.
Allah berfirman,
53 Risalah al-Amin

“Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang
mereka persekutukan (dengan-Nya).” (QS. an-Naml [27]: 63)

Allah swt Berfirman

“Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat


menciptakan suatu apa pun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan manusia.
Berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-
penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat
memberi pertolongan. Dan jika kamu (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala)
untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat
memperkenankan seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka
ataupun kamu berdiam diri.” (QS. al-A’raf [7]: 191—193)

Ada yang mengatakan, “Siapa yang ingin mulia di dunia dan akhirat, masuklah ke
dalam mazhab kami selama dua hari.” Kemudian, ada yang bertanya, “Bagaimana
caranya aku bisa melakukan hal itu?”

Dia menjawab, “Jauhkan berhala-berhala dari dalam hatimu sejauh mungkin,


istirahatkan badanmu dari urusan dunia.

Kemudian, lakukan apa yang kau kehendaki, karena Allah tidak akan
meninggalkanmu. Jika dunia datang kepadamu, maka menjauhlah darinya, jangan
engkau memandangnya dengan mata yang penuh hasrat. Jangan pula engkau
mendckatinya dengan rasa takut. Jangan engkau berhubungan dengan dunia, kecualj
untuk menunaikan kewajiban dan dengan dilandasi ilmu. Jika suatu hari kau meminta
kepada Allah, maka saksikanlah permintaan Allah untukmu karena engkau mencari-
Nya, sebab kau diciptakan untuk menghamba.

Jika harapanmu keluar dari koridor yang diridhai, maka masuklah dan jangan
gantungkan hatimu untuk mencapai harapan itu. Kau tidak tahu apakah kau dapat
mencapainya atau tidak. Jika pun kau telah mencapainya, kau tidak tahu apakah hal
ity memang untukmu ataukah justru untuk orang lain. Jika hal itu untukmu, maka
apakah kau tahu di dalamnya terdapat kebaikan atau keburukan? Apabila hal itu untuk
54 Risalah al-Amin

orang selain dirimu, maka kau tidak tahu apakah itu untuk kekasih atau untuk
musuhmu.”

Secara umum, bagaimana hati bisa cenderung tenang atas kegelisahan-kegelisahan


dan segala bayangan yang muncul bersamanya. Untuk itu, carilah dia (seseorang
yang memberi wejangan tadi) dan bergantunglah hanya kepada Allah semata.
Arahkan pandanganmu selalu pada-Nya, bersyukurlah apabila kau mendapatkan
keberhasilan. Ketika belum berhasil, engkau harus bersabar dan ridha.

Segala puji bagi Allah dengan sanjungan yang paling indah bagi-Nya. Dia tidak pernah
melarangmu dengan maksud untuk membatasi. Akan tetapi, Dia melarangmu untuk
kebaikan dirimu sendiri. Jika Allah melarangmu, maka sungguh sebenarnya Dia telah
memberimu kebaikan. Akan tetapi, tidak ada yang mengetahui pemberian dengan
balutan pelarangan, kecuali hanya para shiddiqin. Jika perjalanan pencarianmu
berseberangan dengan ilmu, segeralah untuk memohon pertolongan Allah dan
mendekatlah pada-Nya, sehingga Dia akan menyelamatkanmu. Allah berbuat sesuai
kehendak-Nya, dan balasan yang baik disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.

BAB 25
Tawadhu

KEBAHAGIAAN BISA DINILAI pada seorang hamba yang mengetahui kebenaran,


kemudian dia rendah hati. Berbeda dengan hamba yang dia tahu apa yang
diketahuinya dan dia sombong kepada ahlinya, walaupun dia mengerjakan apa yang
seharusnya dia kerjakan.

Pada suatu hari aku pergi ke sebuah kebun dengan sahabatsahabatku di kota Tunis.
Setelah dari kebun, aku kembali ke kota. Pada waktu itu kami naik keledai kecil. Ketika
kami sampai di dekat kota, mereka turun di tanah yang berlumpur. Mereka berkata,
"Tuanku, turunlah di sini." Aku bertanya, "Mengapa?" Mereka menjawab, "Kami malu
jika masuk ke kota itu dengan menunggang keledai kecil ini.”
55 Risalah al-Amin

Aku sependapat dengan mereka. Kemudian, aku menekuk kakiku dan bersiap untuk
turun. Tiba-tiba aku mendengar suara bisikan, "Allah tidak akan menghukum rehat
seseorang yang yang membuatnya rendah hati. Akan tetapi, Allah menghukum rasa
lelah seseorang yang membuatnya sombong.”

BAB 26
Taqwa

TAQWA ADALAH PAKAIAN yang terbuat dari cahaya-Nya, melihat dunia dengan
sifat-sifat-Nya, dan menjalankan ketaqwaan dengan Dzat-Nya. Itu merupakan suatu
kebaikan dan tanda-tanda kekuasaan Allah swt.

Jadikanlah taqwa sebagai tempat tinggal, ia tidak akan membahayakanmu selama


kau tidak menodainya dengan dosa, selagi kau ridha dengan aib, atau kau tak takut
dengan aib (yang kau punya).

Hakikat kejujuran dan taqwa adalah ketika engkau mendapatkan apa yang engkau
kehendaki dari Allah swt. Allah berfirman,

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka


itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki
pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik.” (QS.
az-Zumar[39]: 33-34)

BAB 27
Wara

JALAN INI DITEMPUH bukan seperti jalan kependetaan, bukan dengan hanya makan
gandum, dedak (kulit padi), dan bukan hanya dengan suara rebusan air mendidih.
Akan tetapi, wara' dicapai melalui kesabaran dan keyakinan untuk memperoleh
hidayah. Allah swt. berfirman,
56 Risalah al-Amin

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada
hari kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya.” (QS. as-Sajdah
[32]: 24—25)

Ini merupakan sebuah tempat singgah. Tempat singgah bagi seseorang yang mulia
melalui lima hal, yaitu sabar, taqwa, wara’, yakin, dan makrifat. Sabar ketika disakiti,
taqwa untuk tidak me. nyakiti, wara’ dari apa yang keluar dan yang masuk dari tempat
ini (mulut) dan yang ada di dalam hati agar tidak dimasuki apa pun selain yang dicintai
Allah dan Rasul-Nya. Kemudian, yakin dj dalam rezeki, dan makrifat dengan Allah
Yang Mahabenar yang tidak bisa tergantikan oleh siapa pun. Allah berfirman,

“Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang


yang bertaqwa.” (QS. Hud [11]: 49)

Allah berfirman, '

“Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu
bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS.
an-Nahl [16]: 127—128)

Wara’ adalah sebaik-baiknya jalan bagi orang yang warisannya dipercepat dan
pahalanya ditangguhkan. Orang-orang yang wara’ merasa cukup atas pemberian
Allah. Prinsip orang orang yang wara' ialah melakukan segala sesuatu dengan nama
Allah, melaku kan apa pun hanya untuk Allah, serta mereka memiliki niat yang jelas
dan mata hati yang kuat. Selain itu, mereka tidak pernah melakukan suatu hal, kecuali
karena Allah dan untuk Allah.

Dengan pengetahuannya, mereka dapat mengetahui kemudaratan yang menerpa


mereka. Mereka berkumpul untuk dapat menasihati satu sama lain. Di antara mereka,
tidak ada yang lebih Juhur dan tidak ada yang lebih rendah. Allah telah memberikan
57 Risalah al-Amin

benteng bagi orang-orang wara' sehingga mereka terhindar dari kemudaratan. Hal
tersebut sebagai ganjaran dari Allah atas sikap wara’ mereka.

Orang yang tidak mampu menyeimbangkan pengetahuan dan perbuatannya, akan


terbelenggu dan condong pada dunia. Ukuran (mizan) dari orang yang tidak mampu
menyeimbangkan kedua hal tersebut adalah menjauh dari makhluk, sombong
terhadap sesama, besar kepala dengan pengetahuan yang dimilikinya, dan dengan
ilmunya bersikap lancang kepada Allah swt. Orang yang seperti itu merupakan orang
yang merugi. Semoga Allah memberikan perlindungan kepada kita dari hal tersebut.

Orang-orang yang cerdas akan bersikap wara' dari perbuatanperbuatan demikian.


Mereka akan meminta perlindungan dari Allah agar tidak melakukan hal itu. Orang
yang ilmu dan amalnya tidak membuatnya lebih dekat dengan Tuhannya dan tidak
menjadikannya semakin tawadhu’, maka dia adalah orang yang binasa.

Mahasuci Allah, Dia dapat memutus kebaikan dari orang yang ahli berbuat baik. Sama
halnya dengan Allah memutus kejahatan dari orang yang suka berbuat jahat sehingga
orang tersebut dapat menemukan jalan yang benar. Allah berfirman,

“Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha


Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Eushshilat [41]: 36)

Muliakanlah orang-orang yang beriman, walaupun mereka adalah orang-orang yang


berbuat maksiat serta fasik. Tegakkan hukum untuk mereka, tinggalkanlah mereka
karena dasar kasih sayang, bukan karena rasa benci. Jangan engkau meneladanj
orang yang mengaku wara' terhadap apa yang disentuh tangan orang beriman,
sementara dia tidak wara' pada apa yang disentuh oleh tangan orang-orang kafir.
Sungguh telah diketahui bahwa jika sebuah batu (Hajar Aswad) disentuh oleh orang-
orang berdosa, warnanya akan berubah menjadi hitam (dulunya putih).

BAB 28
Ikhlas
58 Risalah al-Amin

IKHLAS ADALAH CAHAYA dari Allah yang ditempatkan di hati hamba-Nya yang
beriman. Allah-lah yang meletakkan rasa ikhlas di hati hamba-hamba yang telah Dia
tentukan. Sumber rasa ikhlas itulah yang membuat setan tidak bisa merusaknya dan
tidak pula bisa ditundukkan oleh hawa nafsu.

Keinginan untuk ikhlas ada empat: ikhlas dalam beramal demi untuk mengagungkan-
Nya, ikhlas dalam menjalankan perintahNya, ikhlas terhadap ketetapan akhirat dan
pahala dari-Nya, serta ikhlas dalam membersihkan amalan dari berbagai cela. Amal
perbuatan hanya dapat dijaga dengan keikhlasan. Keempat keinginan inilah yang kita
gunakan sebagai landasan dalam beribadah. Orang yang mampu memegang dan
menjalankan salah satu dari keempat keinginan tersebut, maka dia disebut sebagai
orang yang ikhlas. Selain itu dia mempunyai derajat di sisi Allah swt. Allah berfirman,

“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa
yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran[3]: 163)

Isyarat yang terdapat dalam firman Allah swt. tersebut senada dengan yang
diceritakan oleh malaikat Jibril as. kepada Nabi Muhammad saw., bahwa,

“Ikhlas itu salah satu dari rahasia-rahasia-Ku yang Aku letakkan di dalam hati orang
yang Kucintai dari hamba-hambaku.”(HR. Qazwaini dan ad-Dailami)

Aku bermimpi seakan-akan aku sedang mengelilingi Ka’bah (tawaf), dengan


memohon agar diriku diberikan keikhlasan. Aku mencari (keikhlasan itu) di hatiku.
Tiba-tiba terdengar suara dj telingaku, “Seberapa sering kau bersenandung (berbicara
dengan suara lirih dengan ungkapan yang tidak dapat dipahami) bersama dengan
orang lain, dan Aku adalah Yang Maha Mendengar, Mahadekat, Maha Mengetahui,
dan Maha Melihat. Untuk mengetahui-Ku, kau tidak membutuhkan ilmu dari orang-
orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang (terakhir). Akan tetapi, kau hanya
perlu ilmu dari Rasulullah dan para Nabi.”

Ada hal yang perlu diketahui tentang ikhlas. Keikhlasan orang yang ikhlas (mukhlis)
terhadap perbuatan yang diikhlaskan (mukhlas bihi) sebab Dzat yang memberi
keikhlasan (mukhlas lahu). Ikhlasnya orang seperti ini ada dua macam: ikhlasnya para
59 Risalah al-Amin

shddiqtin dan ikhlasnya para shiddiqin. Ikhlasnya shddiqtin hanya menginginkan


ganjaran dunia, sedangkan ikhlasnya orang yang shiddiqin yaitu wujud Allah al-Haqq,
bukan lain-Nya. Tujuannya murni hanya Allah. Orang yang meletakkan rasa ikhlas di
dalam hatinya, dia akan terhindar dari celaan mulut musuhnya. Allah berfirman,

“Dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau
yang ikhlas di antara mereka.” (QS. al-Hijr [15]: 39—40)

Jika kau ingin selamat dari musuh, ikhlaslah dalam beramal hanya karena Allah
dengan syarat berilmu dan tidak rela terhadap apa yang nafsumu perbuat.

BAB 29
Yaqin

YANG TERGOLONG SEBAGAI ilm al-yaqin?’ pada Allah dan pada (harta) milikimu
yang berasal dari-Nya, yaitu ketika kau berbuat sesuatu kepada sesama manusia dan
perbuatan tersebut tidak membuatmu merasa kecil di hadapan Allah Yang
Mahabenar, meskipun kau merasa kecil dalam pandangan makhluk-Nya. Hal tersebut
dilakukan tanpa melanggar syariat dan menentang tabiat. Sementara itu, yang disebut
‘ain al-yaqin adalah ketika seseorang lupa dirinya tengah ditimpa berbagai kesulitan,
dan hatinya dipenuhi pancaran bukti (syahid) yang nyata.

Sementara itu, haqq al-yaqin ialah saat engkau tenggelam pada sesuatu, dan seakan-
akan kau menyatu dengannya. Seperti halnya orang yang ingin menyaksikan lautan,
dan dia kemudian menaiki sebuah kapal. Tetapi, tiba-tiba kapal tersebut terbelah dan
ia tergulung oleh gemuruh ombak.

Sebagian dari mereka ada yang mencapai kefanaan (meninggal dunia), kemudian
pergi bersama orang-orang yang telah mendahului, dan mencapai tingkatan ‘lliyan
(derajat tinggi). Sebagian dari mereka masih hidup dan tetap bersama orang orang
lainnya.
60 Risalah al-Amin

Ia tidak mendapatkan apa-apa, bahkan dia tertutup dari mata batin seluruh makhluk.
Sebagian mereka ada yang tetap menjadi pembatas antara makhluk dan Allah Yang
Mahabenar. Tampak jelas bahwa ia terpilih, telah sempurna dua sifatnya, dan menjadi
panutan bagi dua makhluk (manusia dan jin). Di antara mereka ada seorang imam
agung yang istimewa, yang menjadi pasak bumi (wali quthub), menjadi penolong (wali
ghauts), yang menghimpun asma-asma, sifat, cahaya, akhlak, dan apa yang tidak
mampu dijangkau oleh manusia awam (biasa).

Sebagian yang lain ada yang tidak mencapai derajat apa pun, mereka bukan para
wali, bukan orang-orang bertaqwa, bukan ahli ibadah, bukan ahli zuhud, serta bukan
ahli mengambil dalil dan argumentasi (burhan). Mereka belum mendapatkan
pengalaman mukdsyafah (ketersingkapan batin) dan penglihatan batin. Sementara
derajat yang lebih bawah dari derajat mereka adalah orang-orang yang masih
menjadikan amal dan ahwail-nya (kondisi batin) sebagai perantara, juga mereka yang
suka mencampuradukkan perkataan dan perbuatan. Allah swt. berfirman,

“Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang
memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. al-Hajj
[22]: 18)

Jika kau termasuk orang yang beriman, maka jadikanlah semua makhluk sebagai
musuh. Seperti yang pernah diucapkan oleh Nabi Ibrahim as.,

“Sesungguhnya mereka (apa yang kamu sernbah) itu musuhku, lain halnya Tuhan
seluruh alam.” (QS. asy-Syu’ara’ [26]: 77)

Jika kau seorang yang memiliki mata hati seperti Nabi Muhammad, maka bacaayat
ini,

“Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya.


Dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu.” (QS. at-Taubah [9]: 94)

Kata kerja (fi'il) yang digunakan dalam ‘ayat tersebut ( ) menggunakan huruf sin ( )
yang menunjukkan masa yang akan’ datang. Hal ini menunjukkan perwujudan dan
61 Risalah al-Amin

realisasi bagi Rasulullah saw. Adapun fi’il untuk Allah Yang Maha Menciptakan dan
Mahaagung, maka tidak diberikan keterangan waktu baik yang sudah lalu ataupun
yang akan datang karena Allah tidak dibatasi oleh apa pun.

Orang yang jujur dan memiliki keyakinan, seandainya dibohongi oleh sesama
manusia, hal itu justru akan menambah keyakinan mereka. Seandainya para
pembohong itu membenarkan perkataan mereka, hal itu akan memperkuat
keteguhannya.

Guruku pernah berkata, “Ada empat hal yang dibutuhkan makhluk agar ia tidak
membutuhkan selain Allah. Empat hal tersebut adalah cinta kepada Allah, selalu
membutuhkan Allah, keikhlasan, dan keyakinan. Ikhlas dalam beribadah dan yakin
dengan hukum-hukum-Nya. Allah berfirman,

“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?” (QS. al-Maidah [5]: 50) .

BAB 30
Karamah

DASAR KARAMAH ADA empat: cinta yang menyibukkanmu sehingga kau melupakan
cinta selain-Nya, ridha yang membuat cintamu sampai pada cinta-Nya, zuhud yang
menjadikanmu seperti zuhud rasul-Nya, serta tawakal yang mampu menyingkap
hakikat kekuasaan-Nya. Karamah dari Allah terdapat dalam keridhaan yang
membuatmu lupa akan penderitaan-penderitaan hingga hari bertemu dengan-Nya.

Karamah-karamah para shddiqtin ada lima. Pertama, selalu zikir dan taat setiap saat
dengan syarat istiqamah. Kedua, zuhud di dunia dengan memilih kefakiran. Ketiga,
mampu meyakinkan orang-orang yang berseberangan. Keempat, keras terhadap
orang | yang mendahulukan kepentingan pribadi dan lembut terhadap orang yang
mendapatkan musibah. Kelima, mempunyai kemampuan di luar kebiasaan, seperti
melipat bumi (atau memangkas jarak), berjalan di atas air, dan lain sebagainya.
62 Risalah al-Amin

Karamah berkaitan dengan waktu, individu, dan tempat. Orang yang mencarinya
dalam waktu yang tidak sesuai, maka hampir tidak mungkin mendapatkannya.
Kesimpulannya, hal ini tidak diberikan kepada orang yang mencarinya, tidak diberikan
kepada orang yang masih berbicara dengan nafsunya, dan tidak pada orang yang
menggunakan nafsu untuk mencarinya. Akan tetapi, hal tersebut diberikan kepada
hamba yang audah tidak melihat dirinya sendiri dan amalnya

Dia selalu sibuk dengan cinta kepada Allah, melihat keagung an Allah, serta pasrah
dengan diri dan amalnya Terkadang, ada juga orang yang terlihat istikamah di
zahirnya, walaupun tampak kejelekan kejelekan jiwa di dalam batinnya. Seseorang
yang ahls beribadah dengan cara ini akan berada di dalam kumpulan orang yang
berada di sebuah pulau kecil yang dikelilingi lautan selama lima ratus tahun.
Kemudian, dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam surga karena kasih sayang-
Ku.” Dia menjawab, “Aku masuk surga karena amalku.”

Ada dua karamah yang lengkap dan luas cakupannya di dunia. Pertama, karamah
keimanan dengan bertambahnya keyakinan dan penyaksian rohani (syuhiid) secara
nyata. Kedua, karamah pada amal perbuatan yang tercapai dengan mengikuti al-
Quran, sunah Nabi Muhammad, dan orang-orang yang mengikutinya, serta menjauhi
seruan-seruan buruk dan tipu daya.

Orang yang diberi karamah, tetapi malah merindukan karamah lainnya, dia adalah
hamba yang serakah, penuh dengan kebohongan, ada kekeliruan di dalam ilmunya
dan beramal dengan mengharapkan balasan. Ibarat seseorang yang diberi
kesempatan untuk berjumpa dengan raja dan melayaninya dengan penuh suka rela.
Akan tetapi, dia malah menginginkan hewan peliharaan sang raja dan tidak
menghargai ketulusannya. Setiap karamah yang tidak diikuti dengan ridha Allah dan
bukan karena Allah, tidak pula diikuti cinta karena Allah dan dari Allah, maka pemilik
karamah tersebut ada dalam kondisi istidraj yang teperdaya, tercela, atau celaka.

Wali quthb mempunyai lima belas karamah. Orang yang mam pu menguasai sebagian
dari karamah tersebut, akan tampak ben tangan kasih sayang, perlindungan,
kekuasaan, perwakilan, dan bantuan para pemangku Arasy yang agung. Dia akan
63 Risalah al-Amin

dibukakan hakikat Dzat dan penguasaan sifat-sifat (ketuhanan). Dia akan dimuliakan
dengan karamah yang dapat memisahkan dua wujud.

Dia akan diberi kemampuan yang dapat memisahkan yang paling utama dari yang
pertama, memisahkan wujud dari permulaan hingga yang terakhir. Dia akan diberikan
kemampuan melihat apa yang sebelumnya terjadi, juga apa yang setelahnya, juga
apa saja yang tidak ada "sebelum" dan "setelah". Ia juga akan diberikan ilmu
permulaan (al-bad’). Ilmu permulaan adalah ilmu yang menguasai semua bentuk ilmu,
juga seluruh pengetahuan yang tampak dari rahasia pertama sampai rahasia yang
terakhir, kemudian kembali kepada-Nya.

Faedah dari karamah adalah bisa mengetahui keyakinan kepada Allah dengan ilmu,
kemampuan, kehendak, dan sifat-sifat azali (kekal) dengan mengumpulkan sesuatu
yang tidak berbilang. Sesuatu tersebut sangat banyak karena sifat-sifat itu adalah satu
sifat yang bersemayam dalam Dzat Yang Maha Esa. Apakah sama orang yang
mengetahui Allah dengan cahaya-Nya dan orang yang mengetahui Allah dengan
akalnya?

Dikatakan padaku, “Kalau kau menghendaki karamah-Ku, maka kau harus taat
kepada-Ku dan menjauhi semua bentuk maksiat kepada-Ku. Kalau kau terpengaruh
karena kalah dengan syahwat dan besarnya keinginanmu, maka ketahuilah
kedekatan, pandangan, perlindungan, kekuasaan, pertolongan, dan keagungan
kekuasaanKu.” Berdoalah,

“Wahai Dzat Yang Mahawujud sebelum semuanya ada, semuanya sekarang ada atas
kehendak-Nya. Wahai Yang Mahaawal, wahai Yang Mahaakhir, wahai Yang
Mahazahir, wahai Yang Mahabatin, bumi menjadi sempit bagiku, padahal bumi itu
luas. Jiwaku juga terasa menjadi sempit. Tidak ada tempat lari bagiku, kecuali kepada-
Mu, maka berikanlah hamba tobat supaya hamba bisa bertobat. Sungguh Engkau
adalah Yang Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.”

BAB 31
Ilmu
64 Risalah al-Amin

ILMU HAKIKAT ADALAH ilmu yang tidak dapat ditandingi oleh fakta-fakta yang
berlawanan dan bukti-bukti yang menafikan fakta yang sepadan, seperti halnya ilmu
para nabi, orang yang jujur (shiddiqun) dan para wali. Orang yang sudah masuk ke
dalam wilayah ini, maka dia seperti orang yang tenggelam di lautan. Seakan ia
digulung ombak besar tanpa henti. Dengan apa dia bisa melawan, mendengar atau
melihat hamparan lautan. Orang yang belum masuk pada wilayah ini dihalangi oleh
rintangan-rintangan, karenanya ia membutuhkan seperti yang difirmankan oleh Allah
swt.,

‘Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar
dan Melihat.” (QS. asy-Syura [42]: 11)

Jadikan ilmu sebagai kekuatan, lakukanlah sesuatu berdasarkan niat dan keinginan
sehingga engkau dapat bersungguhsungguh dalam melakukannya. Akan tetapi,
jangan melakukan amalan berdasarkan hawa nafsu. Jika engkau melakukan sesuatu
berdasatkan hawa nafsumu, bagaimana nasibmu nanti ketika ber hadapan dengan
Tuhanmu?

Aku bermimpi seakan sedang berdiri di hadapan Allah swt. Dia berkata kepadaku,
“Jangan engkau merasa aman dari tipu daya-Ku dalam menjalankan sesuatu. Jika
Aku membuatmu aman, maka ilmuKu tidaklah bisa diliputi oleh apa pun, begitulah
adanya. Janganlah engkau berpaling kepada ilmu, amal, dan pujian. Selamanya,
tetaplah bersama-Ku dan jadikan Aku sebagai tujuanmu dalam melakukan segala
hal.”

Jangan engkau sebarkan ilmumu dengan tujuan agar manusia menyetujuimu.


Sebarkanlah ilmu karena Allah, supaya Allah membenarkanmu. Jika lam al-illah harus
ada, maka jadikanlah alasan itu antara engkau dengan Allah saja. Ketika Dia
memberimu perintah, maka perintah tersebut lebih baik dijadikan alasan dalam
melakukan sesuatu, daripada engkau menjadikan manusia sebagai alasanmu dalam
melakukan amalan. Ketika Allah memberimu larangan, jadikanlah larangan tersebut
alasan untuk membuatmu datang menghadap kepada Allah dan jangan jadikan
larangan tersebut sebagai alasan untuk memutuskan hubunganmu dengan Allah.
65 Risalah al-Amin

Maka dari itu, Allah menetapkan adanya pahala dan hukuman. Sehingga, janganlah
engkau berharap dan merasa takut kecuali kepada Allah. Cukuplah Allah yang
menemani, membenarkan, mengetahui, mengajari, memberi petunjuk, menolong, dan
menjadi pelindung. Artinya, Ia adalah Dzat yang memberimu

hidayah dan petunjuk kepadamu. "Ia menolongmu" bermakna Dialah "Dzat yang
menolongmu". Dia menolongmu sehingga engkau tidak merasa kalah. Ia juga menjadi
pelindungmu, sehingga kau tidak binasa.

Imu-ilmu ini adalah embusan-embusan lembut (ketenangan) dan penjelas bagi posisi
jiwa-jiwa, bisikan-bisikan jiwa, tipu daya jiwa, kehendak jiwa, dan terputusnya hati dari
pengamatan, ketenangan dan kerukunan yang didasarkan pada tauhid dan syariat,
dengan cahaya cinta, serta keikhlasan beragama dan bersunah. Orang-orang yang
memiliki hati seperti itu, ia akan mendapat cahaya yang selalu bertambah pada
maqam-maqam keyakinan, berupa zuhud, jujur, syukur, harapan, takut, tawakal,
ridha, dan maqam keyakinan lainnya.

Jalan ini adalah jalan bagi orang yang memiliki niat untuk berinteraksi dengan Allah.
Adapun orang yang hanya bergantung kepada Allah dan orang-orang pilihan-Nya
ialah suatu kaum yang keburukannya dicabut hingga ke akar-akarnya. Kemudian,
mereka digerakkan untuk selalu melakukan kebaikan. Allah membuat mereka cinta
khalwat (mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara menyepi). .

Allah memperkenalkan diri sehingga mereka mengetahuiNya. Allah membuat mereka


cinta kepada-Nya sehingga mereka pun mencintai-Nya. Allah menunjukkan jalan
kepada mereka sehingga mereka mau menempuh jalan menuju-Nya. Mereka

hanya tertuju dan fokus kepada Allah, tidak ada yang berpaling dari-Nya. Tidak ada
halangan apa pun di antara mereka dan Allah. Bahkan, Allah-lah yang menjadi
penghalang antara mereka dan selain-Nya. Mereka tidak makrifat, kecuali makrifat
kepada Allah, dan mereka tidak punya cinta, kecuali hanya cinta kepada-Nya. Allah
berfirman,
66 Risalah al-Amin

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-
orang yang mempunyai akal.” (QS. az-Zumar [39]: 18)

Dalam mimpi kulihat Nabi Muhammad saw., Nabi Nuh as., serta ada malaikat di antara
keduanya. Malaikat tersebut berkata, “Seandainya Nabi Nuh as. mengetahui kaumnya
sebagaimana Nabi Muhammad mengetahui kaumnya, maka Nuh tidak akan pernah
berdoa untuk keburukan kaumnya.” Allah swt. berfirman,

“Dan Nuh berkata, ‘ Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara
orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (QS. Nuh [71]: 26)

Firman di atas merupakan letak daripada ilmu hakikat yang tidak bisa tergantikan.
Kalau saja Nabi Muhammad saw. tidak mengetahui kaumnya sebagaimana Nabi Nuh,
maka ia tidak akan membiarkan mereka hidup. Akan tetapi, Nabi Muhammad tahu
bahwa keturunan mereka ada yang beriman dan bahagia bertemu dengan Allah.
Kemudian Nabi Muhammad berdoa,

“Ya Allah ampunilah kaumku, sungguh mereka tidak tahu.” (HR. al-Bukhari)

Dengan demikian, baik Rasulullah saw. maupun Nuh as. berdoa berdasarkan ilmu
dan bukti dari Allah sehingga keduanya diwajibkan membaca doa khusus. Ia
melanjutkan, “Orang yang menang dalam memerangi nafsu, berahi, setan, syahwat,
dan dunianya, dia adalah orang yang mendapatkan pahala dan pertolongan. Orang
yang berusaha melawan itu semua, tetapi ka lah, maka dia adalah orang yang
dilalaikan, dimaafkan, dan diberi nikmat selama tidak melakukan dosa, ridha, dan
memiliki rasa takut terhadap Allah swt.

Sedangkan orang yang berada pada satu di antara tiga hal tersebut, dia tahu bahwa
dia memiliki Tuhan Yang Maha Mengampuni dosa, sekaligus berkuasa untuk
menghukum orang tersebut dengan dosa yang dilakukannya. Ia beriman sepenuhnya
kepada ketetapan Allah, takut akan Allah dan hukuman-Nya, serta mengharap kasih
sayang-Nya, karena rahmat Allah lebih cepat sampai kepadanya daripada cepatnya
tetesan air hujan sampai ke bumi. Sebagaimana Allah swt. berfirman,
67 Risalah al-Amin

“Rahmat-Ku yang paling besar kepada hamba-Ku adalah ketika dia berpaling dari-Ku,
dan hal yang paling besar pada hamba-Ku adalah ketika dia menghadap kepada-Ku.”

Orang yang binasa adalah orang yang merasa bahagia ketika berbuat maksiat, dan
bersedih hati ketika ia tidak melakukannya. Orang yang binasa adalah orang yang
bangga dengan kemaksi. atannya dan tidak mencoba menutupi dirinya dari
kemaksiatan itu. Kami mohon perlindungan kepada Allah dari hal tersebut dan
semuanya atas kehendak Allah swt.

Hakikat mengetahui kebaikan adalah dengan berada di dalam kebaikan tersebut.


Sedangkan hakikat mengetahui keburukan adalah dengan berpaling dari keburukan
tersebut. Ilmu-ilmu yang ada di dalam hati sejatinya seperti dirham dan dinar yang ada
di tangan seseorang. Seandainya orang ingin menjadikannya bermanfaat, maka
dirham dan dinar itu bermanfaat. Seandainya orang ingin menjadikannya berbahaya,
maka dirham dan dinar tersebut menjadi berbahaya.

Pada suatu malam aku membaca di dalam wiridku firman Allah swt.,

“Dan janganlah kamu ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui. Sungguh,
mereka tidak akan dapat menghindarkan engkau sedikit pun dari (azab) Allah.” (QS.
al-Jasiyah [45]: 18—19)

Setelah zikir, aku pun tidur, dalam tidurku aku bermimpi melihat baginda Nabi
Muhammad saw. berkata kepadaku, “Aku adalah orang yang diberi pengetahuan, dan
aku tidak kuasa menolongmu dari siksa-Nya sedikit pun.”

Jauhkan hatimu dari tujuh hal, yaitu hati yang tidak berilmu, tidak mempunyai amal
perbuatan, tidak mempunyai keistimewaan, tidak mempunyai simpanan, tidak
mempunyai tempat, tidak mempunyai rahasia-rahasia, dan tidak mempunyai hakikat-
hakikat yang menyelamatkanmu dari takdir Allah.

BAB 32
Kehendak
68 Risalah al-Amin

PRINSIP DASAR KEHENDAK menurut mazhab sufi sejatinya terdirj atas empat hal:
benar di dalam menghamba kepada Allah (ubudiyah), meninggalkan ikhtiar disertai
dengan rububiyyah, mengamalkan ilmu dalam segala hal, dan lebih mengutamakan
cinta kepada Allah daripada cinta terhadap selain-Nya.

Kejujuran (ash-shidq) berdasarkan empat prinsip dasar, yaitu kagum, cinta, malu, dan
takut. Meninggalkan ikhtiar berasaskan pada empat prinsip dasar, yaitu penyaksian
dalam geganggaman Allah, mencapai hakikat di sisi-Nya, membenarkan dan yakin
dengan jaminan dan janji Allah. Adapun mencari ilmu terdiri atas empat prinsip dasar,
yaitu dengan jalan isyarat, jalan tatap muka, jalan pemahaman, dan jalan
pendengaran.

Mementingkan cinta pada Allah juga berdasarkan kepada empat prinsip dasar, yaitu
lebih memilih yang wujud (Allah) daripada makhluk, lebih memilih sifat-sifat-Nya
dengan bersikap baik terhadap semua yang makhluk, lebih memilih ketentuan-Nya
dan merelakan apa saja yang hilang atas kehendak-Nya, serta lebih memilih untuk
dicintai oleh-Nya daripada mencintai dirimu sendiri.

Prinsip-prinsip di atas berlaku bagi orang yang mampu melaksanakannya. Sementara


itu, bagi orang yang belum mampu melaksanakannya maka carilah mursyid yang
mampu membim bingmu menuju prinsip tersebut.

Beberapa ulama menyatakan, “Orang yang keinginannya belum benar, maka


landasilah segala urusannya dengan ilmu sehingga terhindar dari kebodohan. Apabila
tidak berdasarkan ilmu, maka dari hari ke hari keadaannya semakin menjauh dari
Allah swt.”

Orang yang ingin kehendaknya benar, landasilah urusannya berdasar ilmu dengan
cara menjauhi kebodohan. Serta dengan cara berpaling dari dunia dan tetap
mengarah pada akhirat. Teruslah berkhalwat dan senantiasa berzikir, dari sana akan
muncul tandatanda keistimewaan, yakni munculnya cahaya dan kemuliaan yang
tampak di wajah. Semua manusia akan menghormati dan memuliakannya, baik itu
laki-laki maupun perempuan, baik orang kota maupun orang desa.
69 Risalah al-Amin

Mereka bersegera menuju kemuliaannya, memperoleh keselamatan, serta mendapat


keagungan. Apabila mereka menerima kehormatan dan kemuliaan tersebut sebelum
adanya kemungkinan dan keyakinan, maka posisinya telah jatuh di mata Allah.
Kemudian, dia melakukan perbuatan yang tidak menentu, kadang memuji, mencela,
melakukan tipu daya, memalingkan diri, atau marah.

Kalau sudah seperti ini, muncul cela dalam dirinya karena dia telah berpaling dari
Tuhannya dan menolak kasih-Nya dengan mencintai dirinya sendiri. Berhati-hatilah
kalian semua dengan penyakit yang sangat berbahaya ini. Sungguh banyak manusia
telah binasa karena penyakit ini. Allah swt. berfirman,

“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia
telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran [3]: 101)

Aku bermaksud memanggil orang yang berbuat zalim untuk bertobat, tetapi aku tidak
jadi melakukannya. Kemudian, aku bermimpi bertemu guruku ra., beliau berkata
kepadaku, “Sungguh Allah belum berkehendak untuk membuatnya celaka. Memohon
agar musuh celaka atau meminta kemenangan untuk para wali, adalah termasuk
syahwat yang sulit disadari. Orang yang menganiaya orang lain karena melawan
kehendak Allah, kemudian dia mengikuti syahwat jiwa dan hawa nafsunya, sungguh
Allah memerintahkan dan melarang sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah,
.

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka.” (QS. al-Ahgfaf [46]: 35)

Selain itu juga terdapat firman Allah swt. yang lain,

“Maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang


yang bertaqwa.” (QS. Had [11]: 49)
70 Risalah al-Amin

Iman itu mengpanti sifat-sifat diri dengan sifat sifat Allah, menghapus asma pada diri
dengan asma Allah, dan memisahkan dzat-dzat (diri) untuk mencapai sifat yang
dimiliki Yang Mahaawal dan Mahaakhir, dan Yang Mahazahir dan Mahabatin. Segala
hal yang pada awalnya bersama-Nya, pada akhirnya dia akan tetap bersama-Nya.

Segala hal yang bersama-Nya secara zahir, akan tetap bersama-Nya secara batin.
Segala hal yang ada pada makhluk, itu karena Allah yang membuatnya ada. Begitu
juga dengan apa yang dihapus, itu berdasarkan kehendak dan keinginan-Nya.”

Dalilnya terdapat pada firman Allah,

"Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul kitab dauhulmahfuz).” (QS. ar-Ra’d
[13]: 39)

Al-Quran sebagai ummul kitab adalah ilmu yang pertama. Ilmu tersebut menjadi
sumber bagi semua ilmu dan kitab-kitab lainnya.

BAB 33
Islam

ISLAM DIREALISASIKAN DENGAN bersyukur kepada Allah, sehingga Allah akan


membalas syukurmu. Tidak ada Islam jika disertaj dengan kemunafikan, sehingga
orang-orang berterima kasih kepadamu. Tidak ada kebaikan dalam diri mereka
apabila berteman dengan orang-orang yang tercela saat ini. Memelihara kemunafikan
hukumnya tercela di dunia dan diazab di akhirat. Akan tetapi, ada kemungkinan orang
yang munafik mendapatkan pengampunan dari Allah.”

Allah swt. berfirman,

“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang . benar itu karena
kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima
tobat mereka.” (QS. al-Ahzab [33]: 24)
71 Risalah al-Amin

Amal perbuatan yang berdasarkan ajaran Islam, tetapi terdapat kemunafikan dalam
amal perbuatan tersebut, hal tersebut justru lebih buruk dibandingkan ketidakrelaan
dan keraguan terhadap ketentuan Allah.

Orang yang tidak rela dan ragu terhadap ketentuan Allah bisa mendatangkan maksiat,
tetapi masih bisa diharapkan untuk bertobat. Sementara orang yang munafik dalam
berislam dan mengaku beragama Islam, dia akan sulit untuk bertobat dari perbuatan
tersebut. Allah sudah mengetahuinya.

BAB 34
Tauhid

TAUHID ADALAH CAHAYA yang meniadakanmu dari orang lain, dan meniadakan
orang lain darimu.

Tauhid merupakan rahasia Allah, kejujuran adalah pedangnya, dan yang


membentangkan pedang tersebut adalah Allah, seperti yang terdapat dalam kutipan
berikut ini,

“Dengan menyebut nama Allah dan dengan kasih sayang-Nya apa yang dikehendaki
Allah maka terjadi, kalau Allah belum berkehendak maka tidak akan jadi. Tidak ada
daya dan upaya, kecuali dengan pertolongan Allah.”

Aku mempunyai seorang sahabat, beliau sering sekali datang kepadaku dengan
ketauhidannya. Aku melihatnya di dalam mimpiku lantas aku berkata kepadanya,
“Wahai Abu Abdullah, jika kau menghendaki sesuatu yang sempurna, maka
hendaknya perpisahan ada pada lidahmu dan penyatuan ada pada hatimu (sirr).”

Cahaya-cahaya Yang Mahabenar itu ada empat: tauhid, cinta, iman, dan ridha. Orang
yang bergantung pada nama nama Allah, tetapi melalui makhluk-Nya, batinnya telah
berbuat syirik. Lalu bagaimana orang yang bergantung dengan hal-hal yang ada
72 Risalah al-Amin

dalam dirinya? Di manakah kau dalam bertauhid yang benar, yang terlepas dari
ketergantungan kepada Allah dan makhluk-Nya?

Segala hal yang mendatangkan nikmat atau yang mencegah kesengsaraan, maka ia
adalah penghalang bagi penyatuan terhadap Dzat (tauhid). Orang yang diliputi oleh
salah satu sifat-sifatNya, maka ia tidak akan bergantung pada asma dan sifat yang
lain. Janganlah engkau membiarkan sesuatu menjadi milikmu, padahal itu bukan
milikmu. Janganlah engkau sekali-kali mengharapkan anugerah Allah yang diberikan
kepada orang lain. Jadikanlah ibadahmu sebagai bentuk kepasrahan diri dan sikap
menerima terhadap apa yang diberikan kepadamu, juga dengan selalu berprasangka
baik terhadap Allah atas apa yang engkau terima, serta selalu menyibukkan diri
dengan sesuatu yang lebih baik.Allah swt. berfirman,

“Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yasuf
[12]: 40)

Semua ini ditujukan kepada ahli makrifat yang telah melalui beberapa tingkatan
(maratib), maqam, dan derajat, serta kondisi spiritual (ahwal). Adapun mereka yang
termasuk dalam golongan yang masih berusaha, masih mencari keutamaan, mencari
beribadah dengan gerakan, ucapan, dan perbuatan, maka mereka masih jauh dari hal
yang telah disebutkan. Mereka akan kembali kepada batas mereka, dan pahala
mereka dari Allah tidak akan dikurangi.

Jika mereka tidak berbicara berlebihan dan selalu terikat dengan shalat dan puasa,
juga selamat dari hasrat dengan menundukkan kepala, lalu memilih menyibukkan diri
dengan berzikir, maka ketaatan mereka lebih banyak dibandingkan kesalahan mereka
saat melakukan maksiat. Cukuplah apa yang tampak dari mereka. Mereka diwajibkan
untuk taat dan melaksanakan perintah agar dapat melakukan kebaikan sesegera
mungkin.

Orang yang menjaga diri dari syirik dalam tauhid dan menjaga mahabbah dalam
hatinya, maka Allah akan menguatkannya dengan anugerah (madad) yang agung di
kehidupannya. Dia juga tidak akan terhalang dari Allah dan niatnya akan selalu bersih.
Orang yang lebih condong kepada jiwa-jiwa yang penuh syahwat, maka anugerah dari
73 Risalah al-Amin

Allah juga akan terlambat mendatanginya sesuai dengan fitrahnya. Ini adalah
keterangan dari Allah bagi orang yang selalu waspada dari kelalaian-kelalaian. Allah
swt. berfirman,

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada


jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (QS. asy-Syams [91]: 7—8)

Maka takutlah kalian kepada Allah dari mencampurkan kemusyrikan ke dalam tauhid.
Bertauhidlah kepada-Nya, dan jangan berpisah dengan-Nya. Jauhilah syirik dari
tauhid dan mahabbah,, apa pun syahwat yang memengaruhinya. Orang yang
menyembah Allah dengan rasa takut, karena keagungan-Nya, dan takut karena
berhati-hati akan nikmat-nikmat-Nya, maka dia aman dari cobaan-Nya yang besar.
Rasulullah saw. bersabda,

“Barang siapa mengingat Allah di waktu lapang (senang), maka Allah bersamanya di
waktu susah.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Tirmidzi)

Kezaliman yang terlihat adalah cinta kepada selain Allah. Sementara kezaliman yang
tidak terlihat adalah menyekutukan Allah. Rahasianya terlempar dan menjauh dari
Allah. Inilah kehidupan bagi hamba yang berbuat syirik dalam mengesakan Allah.
Kehidupan ini nantinya akan menjalar kepada sifat-sifat, langkahlangkah, dan amal
perbuatan. Aku berdoa,

“Ya Allah hamba berlindung kepadamu dari perbuatan syirik yang tauhid tidak akan
pernah bersamanya, iman sama sekali tidak menemaninya, dan tidak ada kebaikan
sama sekali yang mengikutinya. Ampunilah hamba dari dosa-dosa selain syirik.
Sungguh Engkau adalah Maha Penjamin sesuai dengan kehendak jaminanmu.”

Berdaganglah kalian semua, supaya kalian mendapatke keuntungan. Berhati-hatilah


ketika kalian berdagang, kalau tid: berhati-hati maka kalian semua bisa merugi dan
tercela. Pedagang adalah orang yang beribadah kepada Allah dengan hakikat-hakikat
tauhid dan iman. Orang yang beruntung adalah orang menguntungkan dirinya sendiri
dengan cara membersihkan diri dari kesyirikan dan kekufuran. Allah swt. berfirman,
74 Risalah al-Amin

“Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS. az-Zumar [39]:
11)

Sampai pada firman Allah swt. Surah az-Zumar ayat 15,

“Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain
Dia. Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang
merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.’ Ingatlah yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. az-Zumar [39]: 15)

Keluargamu adalah Nabi Adam as., Hawa, Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as., Nabi Isa
as., Nabi Muhammad saw., dan istri-istri beliau. Mudah-mudahan Allah memberikan
kasih sayang-Nya kepada mereka semua. Allah swt. berfirman,

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri
dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (QS. al-Ahzab [33]: 6)

Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang
mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada
Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. Ali
Imran [3]: 68)

Orang yang rugi adalah orang yang menyekutukan Allah dan keesaan-Nya. Allah
berfirman,

"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar [39]: 65)

Begitu juga orang yang telah menyekutukan peribadatan kepada Allah dengan
sesuatu yang lain. Sembahlah Allah swt. dan jangan menyekutukan-Nya dengan
sesuatu. Allah berfirman,
75 Risalah al-Amin

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia


mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Tuhannya.” (QS. al-Kahfi [18]: 110)

BAB 35
Penghambaan

PENGHAMBAAN ADALAH INTI sari yang Allah gunakan untuk menampakkan


ketuhanan.

Penghambaan adalah menjalankan semua perintah, menjauhi semua larangan, dan


menanggalkan syahwat serta kehendak pada saat pembuktian dan penyaksian batin.

Ketika Allah ingin memuliakan, baik gerak maupun diam hamba-Nya, maka Allah
menganugerahkan kepadanya peribadatan karena Allah, serta menutup keinginan
dan nafsunya. Oleh karena itu, ia senantiasa berada pada kehambaannya. Hasrat dan
nafsunya tertutup bersama takdir yang ditetapkan kepadanya. Ia tidak lagi
memandang keinginan dirinya, seakan ia disibukkan oleh hal lain.

Jika Allah ingin merendahkan hamba-Nya dalam setiap gerak dan diamnya, maka
Allah menumbuhkan keinginan-keinginan nafsunya, tetapi menutup penghambaan
darinya. Dia senantiasa berada dalam syahwatnya, sedangkan penghambaan kepada
Allah hilang dari dirinya, meskipun secara lahir, ada aspek penghambaan yang ia
lakukan.

Hal tersebut merupakan bentuk penghinaan Allah kepada hamba-Nya dan


penguasaan Allah atasnya. Adapun dalam kebenaran dan kekuasaan Allah yang
agung, segala bentuk keinginan dan hak pribadi memiliki derajat yang sama, menurut
orang yang memiliki mata batin. Karena semuanya sesuai kehendak Allah, baik Allah
mau mengambil atau meninggalkannya.
76 Risalah al-Amin

BAB 36
Derajat Para Wali

DERAJAT WALI ITU ada empat, yaitu derajat kedekatan, derajat kepemilikan, derajat
hak, dan derajat khusus.

Wali itu dilindungi dari empat hal: pikiran dan perasaan waswas ketika shalat, ketika
berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah, ketika mendapatkan ujian yang
berat, dan ketika ujian berat tersebut hilang. Keempat hal ini tidak terlintas dalam
benak dan hati mereka, juga mereka tidak bergantung kepada sesuatu selain Allah
swt. Kemudian, hati mereka terjaga kecuali dari empat macam, yaitu dari akhirat dan
kebalikannya, dari mengingat para wali dan yang berseberangan dengan mereka, dari
mengingat ketaatan dan kebalikannya, serta mengingat keimanan dan halhal
sebaliknya.

Hati terjaga dari semua pikiran yang terlintas, kecuali dari empat hal tersebut.
Keempat hal tersebut dapat digunakan untuk melakukan penghambaan tanpa
munculnya hal-hal yang berlawanan darinya. Bagaimana bisa hal tersebut tidak ada
padamu, sedangkan risalah Tuhan yang disampaikan melalui lisan nabi kita dipenuhi
oleh hal-hal yang disebutkan tadi?

Janganlah engkau berselisih paham dalam mempertahankan sesuatu pada bab ini.
Berikanlah hak etika seperti yang terlintas di dalam hatimu. Mohonlah perlindungan
kepada Allah dan tawakal kepada-Nya karena Allah menyukai orang-orang yang
berpasrah diri.

Kau harus bertaqwa pada tiga hal, yaitu taqwa dalam tekad yang bulat, taqwa dalam
menetapkan, serta taqwa dalam mengubah posisi dan tempat. Tawakal adalah modal
bagi amal perbuatan di mana zuhud menjadi dasarnya. Arti dari taqwa di dalam tekad
yang kuat adalah kau bertekad untuk melakukan sesuatu yang baik dan tidak
melakukan sesuatu yang buruk. Kemudian, dengan ketaqwaanmu, kau memutuskan
akan melakukan perbuatan sesuaj niatmu atau meninggalkannya.
77 Risalah al-Amin

Secara zahir dan batin, engkau akan mendapati keadaankeadaan seperti perasaan
mulia, hina, kaya, miskin, sehat, sakit, sengsara, nikmat, dan sebagainya, yang
termasuk keadaan lahiriah. Adapun keadaan-keadaan batiniah ialah seperti al-qabdh
dan al-basth, khauf dan raja’, sombong dan rendah hati, takut fakir dan kaya, dan
semua hal yang bertentangan.

Maka dari itu, berikanlah hak taqwa dalam berbagai keadaan batiniah dan sifat-sifat
dengan cara mengubah satu usaha dengan usaha lain, juga dari satu tempat ke
tempat lain. Perhatikan firman Allah swt.,

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezeki . dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. at-
Thalaq [65]: 2—3)

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya.” (QS. atThalaq [65]: 4)

Allah swt. berfirman,

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (QS. at-Thalaq
[65]: 5)

Oleh karena itu, terapkanlah wejangan tersebut dengan penuh pemahaman.


Letakkanlah ketaqwaan pada tempatnya, maka kau akan melihat keajaiban-keajaiban
dan rahasia-rahasia Allah. Allah berfirman,

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)-nya. (QS. at-Thalaq [65]: 3)

Allah akan mencintai orang yang zuhud di dunia. Orang yang dicintai Allah swt., Dia
akan mencukupkannya dan menjadi jaminan untuknya. Allah akan selalu menjaga,
melindungi, menanggung, dan membentenginya. Allah swt. berfirman,
78 Risalah al-Amin

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya.” (QS. atThalaq [65]: 4)

Allah swt. berfirman,

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (QS. at-Thalaq
[65]: 5)

Oleh karena itu, terapkanlah wejangan tersebut dengan penuh pemahaman.


Letakkanlah ketaqwaan pada tempatnya, maka kau akan melihat keajaiban-keajaiban
dan rahasia-rahasia Allah. Allah berfirman,

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)-nya. (QS. at-Thalaq [65]: 3)

Allah akan mencintai orang yang zuhud di dunia. Orang yang dicintai Allah swt., Dia
akan mencukupkannya dan menjadi jaminan untuknya. Allah akan selalu menjaga,
melindungi, menanggung, dan membentenginya. Allah swt. berfirman,

“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al-
Quran).” (QS. az-Zukhraf [43]: 36)

Baik berpalingnya itu satu jiwa atau dua jiwa, satu masa atay dua masa, serta satu
jam atau dua jam. Kemudian Allah berfirman,

“Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh,
mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar,
sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. az-Zukhrif [43]:
36—37)

Timbanglah dirimu dan hiasi dengan shalat, kecintaan manusia kepadamu, dan
berpalingnya mereka darimu. Timbanglah dengan al-faqd dan al-wajd di dalam
keadaan lahir dan batinmu. Jika sesuatu terlintas di dalam benakmu, kemudian kau
79 Risalah al-Amin

merasa tenang, bahagia, duka, tertarik padanya, dan hal yang serupa dengan itu,
maka itu adalah aib yang akan menjatuhkanmu dari derajat kewalian yang paling
agung dan tingkat kebenaran yang paling luhur.

Mudah-mudahan kau beruntung berada pada derajat kewalian yang paling dasar,
dalam tingkatan keimanan, bertambahnya amal perbuatan, dan terhindar dari waswas
serta kekhawatiran. Engkau dianggap berada di langit dunia serta dekat dengan para
setan dan hawa nafsu. Mereka mencuri, memengaruhi, dan mengajakmu.

Apabila kau menguatkan dirimu dengan bintang-bintang ilmu, planet-planet


keyakinan, dan selalu memelihara diri, maka tercapailah kewalianmu dengan
sempurna. Kalau kau tidak memperkuat dirimu dengan hal tersebut, kau adalah orang
yang gagal mencapai kewalian pada satu sisi, dan pada sisi lain kau mendapat pahala
sebagai orang bersungguh-sungguh di jalan Allah.

Orang yang memuliakan pemberian-pemberian Allah, rela atas ketetapan Allah, sabar
ketika ditimpa cobaan, tawakal kepada Allah ketika berada dalam kesulitan, dan
kembali kepada-Nya ketika menghadapi malapetaka, lalu keempat perkara tadi keluar
dari perbendaharaan amal di dalam mujahadah, mengikuti sunah, dan mencontoh
para imam (ulama), maka kesetiaannya kepada Allah, rasul-Nya, dan orang-orang
yang beriman telah benar. Allah swt. berfirman,

“Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orangorang yang beriman
sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.”
(QS. alMAaidah [5]: 56)

Namun, jika keempat hal tersebut keluar dari perbendaharaan anugerah dalam cinta,
maka sempurnalah perlindungan Allah untuknya, sebagaimana firman Allah swt.,

“Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS. al-A’raf [7]: 196)

Bedakanlah antara dua wildyah, yaitu hamba yang setia (berusaha meraih wildyah)
pada Allah, dan hamba yang diberi pertolongan (wildyah) oleh Allah. Perbedaan
kedua wilayah tersebut adalah antara al-wilayah as-sughra dan al-wilayah al-kubra.
80 Risalah al-Amin

Wilayah (yang berupa kesetiaan) kau berikan kepada Allah dengan cara mujdhadah
(bersungguh-sungguh ibadah kepada-Nya), wildyahmu terhadap utusan Allah
bermula dengan cara mengikuti sunahnya, dan wildyah-mu kepada orang-orang
beriman dengan cara mengikuti teladan mereka. Pahamilah hal tersebut dari firman
Allah swt.,

“Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan orangorang yang beriman
menjadi penolongnya...” (QS. al-Maidah [5]: 56)

Seorang wali mendapatkan berita bahwa, “Kami telah memberimu teman berupa
keselamatan dan kami telah menggugurkan dunia dari dirimu, maka berbuatlah
semaumu.”

BAB 37
Cinta

TERUSLAH BERADA DALAM keadaan suci dari syirik. Setiap kali berhadas,
hendaknya kau langsung bersuci. Jangan sekali-kali menyekutukan Allah dengan
sesuatu. Teruslah menjaga kesucian dari kotoran berupa cinta kepada dunia. Setiap
kali engkau cenderung mengikuti syahwat, maka perbaikilah dengan cara bertobat
atas apa yang engkau rusak atau hampir merusaknya dengan hawa nafsu.

Senantiasalah berada dalam cinta kepada Allah yang dibalut dengan pengagungan
dan kesucian. Habiskanlah minumanmu, baik dalam keadaan mabuk maupun sadar.
Jika engkau sadar kembali, minumlah hingga mabuk dan sadarmu ada bersama-Nya,
hingga kau mengalami ghaibah (melebur) dengan keelokan-Nya, lepas dari cinta,
anggur, minuman, dan gelas-Nya karena disilaukan oleh cahaya keindahan-Nya dan
kesucian keagungan-Nya yang sempurna. Mudah-mudahan saja aku sedang
berbicara kepada orang yang tidak mengetahui apa itu cinta, minuman (anggur),
bejana, sadar, dan mabuk.

Kemudian, seseorang menimpalinya, “Benar, banyak sekali orang tenggelam dalam


sesuatu, tetapi ia tenggelam bukan karena sesuatu itu. Maka dari itu, aku mohon
81 Risalah al-Amin

kepadamu untuk memberitahuku sesuatu yang tidak diketahui, atau menyadarkanku


akan anugerah yang diberikan kepadaku yang telah aku lalaikan.”

Sebaik-baik cinta yang diberikan Allah adalah hati yang cinta terhadap sesuatu yang
diperlihatkan kepadanya; cahaya keindahan, sucinya kesempurnaan, dan
keagungan-Nya.

Minuman cinta adalah menyatukan satu sifat dengan sifat lain, akhlak dengan akhlak,
cahaya dengan cahaya, asma dengan asma, sifat dengan sifat, dan perbuatan
dengan perbuatan. Bagi orang yang dikehendaki Allah, penglihatannya dapat menjadi
luas. Meminum (anggur cinta kepada-Nya) dapat menyegarkan hati, sendi-sendi, dan
nadi-nadi. Ia meminumnya hingga mabuk. . Kesempurnaan dalam meminum anggur
cinta dilakukan dengan peleburan diri setelah sebelumnya melakukan pelatihan dan
penyucian jiwa.

Dengan demikian, masing-masing orang meminum sesuai kadarnya. Sebagian dari


mereka ada yang meminum tanpa perantara sehingga Allah sendiri yang
memberikannya (minuman cinta tersebut). Sebagian ada yang meminum dengan
menggunakan mediator seperti malaikat, ulama, dan dari orang-orang yang dekat
dengan-Nya. Sebagian yang lain mabuk dengan hanya melihat cawan. Padahal, dia
belum mencicipi anggur tersebut. Lantas, bagaimana jika ia telah mencicipi,
meminum, dan merasakan kesegarannya, lalu mabuk kepayang karenanya? Jika
keadaan setelah mabuk adalah demikian, maka begitu juga dengan keadaan sadar.

Gelas atau cawan digunakan untuk mengetahui Yang Mahabenar. Kau dapat
mengetahui makrifat karena minuman yang suci, murni, dan bersih. Tentunya bagi
hamba-hamba-Nya yang istimewa dan yang dikehendaki-Nya. Ada kalanya orang
yang meminum menggunakan cawan itu untuk menyaksikan-Nya dalam rupa bentuk,
ada yang dalam rupa makna, juga ada yang berupa pengetahuan.

Bentuk (sarah) adalah bapian yang dilihat dan dirasakan raga dan jiwa. Rupa makna
adalah yang dirasakan hati dan akal. Sementara pengetahuan adalah yang dirasakan
oleh roh dan asrar (relung hati terdalam).
82 Risalah al-Amin

Sungguh luar biasa minuman tersebut, sungguh nikmat rasanya. Maka sangat
beruntung orang yang sudah meminum, selalu meminum, dan tidak pernah terputus
darinya. Mari kita memohon kepada Allah swt. atas karunia-Nya. Allah berfirman,

“Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah
Mahaluas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maidah [5]: 54)

Terkadang, sekelompok pencinta Allah (muhibbtin) meminum dari satu cawan,


sedangkan kelompok lainnya meminum dari beberapa cawan. Satu orang bahkan ada
yang meminum dari satu dan beberapa cawan. Minumannya pun berbeda-beda
tergantung jumlah dan bilangan cawan tersebut. Satu minuman kadang berbeda dari
cawan lainnya meskipun yang meminumnya adalah sekelompok pencinta Allah
dengan jumlah yang banyak.

Ada yang bertanya padaku tentang mahabbah, aku jawab, “Mahabbah adalah
anugerah Allah bagi hati hamba-Nya agar berpaling dari semua hal selain diri-Nya.
Dengan mahabbah, jiwa selalu condong akan ketaatan kepada Allah, akal akan
terjaga dengan makrifat kepada-Nya, roh selalu berada di hadapan-Nya, dan sir selalu
tenggelam dalam penyaksian (musyahadah) terhadap-Nya.

Setelah itu, jika hamba meminta tambahan minuman tersebut, maka dia akan
diberikan minuman yang lebih lezat dan lebih nikmat dibandingkan kenikmatan
munajatnya. Lantas dia mengenakan pakaian kedekatan (qurbah) dengan Allah. Dia
juga akan menyentuh hakikat-hakikat yang diibaratkan perawan dan ilmu-ilmu yang
diibaratkan sebagai janda.

Oleh karena itu, mereka mengatakan, “Para wali Allah diibaratkan para pengantin
yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang jahat.” Ada orang yang bertanya kepadanya,
“Aku telah mengeta~ hui cinta, lantas apakah minuman cinta itu? Apakah cawan cinta
tersebut? Bagaimana rasanya? Apa yang dimaksud dengan sang pemberi minum,
anggur, kesegaran, mabuk, dan sadar?”

Ia menjawab, “Seagung-agungnya minuman adalah cahaya yang memancar dari


keindahan (Dzat) yang dicintai. Cawan adalah rahasia (ilahi) yang disampaikan oleh
83 Risalah al-Amin

mulut menuju ke hati. Sang pemberi minum adalah (Dzat) yang mengatur dan
bersama orang-orang pilihan dan hamba-Nya yang saleh.

Allah mengetahui kadar makhluk-Nya dan kebaikan. kekasihkekasih-Nya. Maka orang


yang dibukakan kepadanya keindahan Dzat-Nya, dan ia mendapatkan sesuatu
darinya meski satu napas atau dua napas, lalu terangkatlah daripadanya hijab
(penutup), maka dia telah mencicipi rasa minuman dan menjadi pencinta Allah. Siapa
yang terus-menerus berada pada keadaan itu walau satu jam atau dua jam, maka dia
telah menjadi sebenar-benarnya peminum anggur kenikmatan ilahi.

Siapa yang melanjutkan hal tersebut dan senantiasa meminumnya sehingga keringat
dan sendi-sendinya dipenuhi oleh cahaya Allah, hal itu disebut kesegaran. Jika itu
terjadi, dia mungkin mengalami ghaibah dari apa yang dirasakan pancaindra atau
dialami oleh akal, sehingga dia tidak lagi mengetahui apa yangtelah dan akan
dikatakan. Keadaan tersebut dinamakan mabuk.

Mereka terkadang dikelilingi oleh cawan-cawan, serta kondisi batin mereka pun
berbeda-beda dalam melakukan zikir (kepada Allah) dan ketaatan. Mereka juga tidak
terhalang dari sifat dan kemampuan manusia. Kondisi tersebut terjadi pada saat
mereka sadar, di mana pandangan dan pengetahuan mereka meluas dan bertambah.
Mereka menjadikan bintang bintang pengetahuan dan rembulan tauhid sebagai
petunjuk di saat malam. Mereka menjadikan matahari-matahari makrifat sebagai
cahaya di siang hari.” Allah swt. berfirman,

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah (golongan Allah) itu adalah golongan


yang beruntung.” (QS. al-Mujadalah [58]: 22)

Siapa saja yang mencintai Allah dan mencintai karena Allah, maka sempurnalah
wilayah-nya. Orang yang mencintai atas dasar hakikat adalah orang yang hatinya
tidak diperuntukkan kepada selain kekasihnya. Orang itu juga tidak memiliki kehendak
selain kehendak-Nya. Maka orang yang telah dikaruniai wildyah dari Allah, dia tidak
akan bosan bertemu dengan-Nya. Ia mengetahui hal tersebut dari firman Allah berikut
ini,
84 Risalah al-Amin

"Jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan
manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-
orang yang benar.” (QS. al-Jumu’ah [62]: 6)

Dengan demikian, scorany wali yang hakiki tidak membenci jika kematian
ditampakkan kepadanya. Allah telah mencintaj orang yang tidak memiliki kekasih
selain-Nya. Dia mencintai orang yang tidak mencintai hawa nafsunya sama sekali.
Orang yang telah merasakan nikmatnya dekat dengan Tuannya (Allah) akan
kecanduan bertemu dengan-Nya.

Cinta kepada-Nya diwujudkan dalam kecintaan terhadap sepuluh kelompok orang,


yaitu (1) Rasulullah saw., (2) Abu Bakar ash-Shiddigq, (3) Umar al-Farugq, (4) para
sahabat, (5) para tabiin, (6) para wali, (7) para ulama yang memberi petunjuk ke jalan
Allah, (8) para syuhada, (9) orang-orang saleh, (10) dan orangorang mukmin. Ada
sepuluh hal yang terpecah setelah iman, yaitu sunah, bid’ah, hidayah, kesesatan, taat,
maksiat, keadilan, kezaliman, takut, dan kebatilan.

Setelah itu, engkau akan dapat membedakan sesuatu, adakalanya kau mencintai,
kadang pula kau membenci, kau mencintai karenanya, dan kau membenci karenanya,
pada saat.itu kau sudah tidak peduli di mana kau berdada. Kadang dua sifat tersebut
terkumpul dalam dirimu yang tertuju pada satu orang dan engkau harus menjalankan
keduanya secara keseluruhan. Jika cinta kepada Allah telah jelas dinyatakan terhadap
sepuluh kelompok yang disebutkan, maka engkau harus melihat apakah dalam cinta
tersebut masih terdapat pengaruh dari hawa nafsu?

Lihatlah kecintaanmu terhadap orang-orang yang masih hidup, seperti saudara-


saudaramu yang shadiq (jujur), para Imam yang saleh, ulama yang diberi petunjuk,
dan seluruh orang yang hadir, yang tidak ada di hadapanmu atau yang telah wafat.
Jika engkau mendapatkan hatimu tidak lagi bergantung kepada mereka yang hidup
sebagaimana tidak bergantung kepada mereka yang telah mati, maka cinta yang
engkau miliki telah terbebas dari hawa nafsu dan kecintaanmu karena Allah telah
benar. Namun, jika kau mendapati hatimu masih bergantung kepada seseorang yang
kau cintai atau sesuatu yang kau cintai, maka kembalilah kepada ilmu,
85 Risalah al-Amin

sempurnakanlah perhatianmu kepada lima dasar, yaitu wajib, sunah, makruh, yang
terlarang, dan mubah.

Sifat-sifat perindu antaranya adalah selalu memikirkan, sering mengingat, sedikit


berkata dan selalu diam, tidak takut, tidak berharap, tidak mendengar ketika dipanggil,
serta tidak melihat ketika dilihat. Sedangkan cinta adalah rahasia yang ada dalam hati
yang datang dari kekasih (Allah). Jika ia tetap dalam hati, ia akan memutusmu dari
selain-Nya.

Hakikat cinta adalah melihat kekasih secara jelas, dan kesempurnaannya adalah
ketika engkau merasa tersesat dan menghilang di setiap waktu. Cinta ada pada
memahami, maka siapa yang mencintai Allah, maka dia akan memahami-Nya dalam
segala sesuatu.

Seorang pencinta yang hakiki adalah orang yang tidak memiliki kuasa terhadap
hatinya, kecuali untuk kekasihnya. Ia juga tidak memiliki kehendak, kecuali bersama
kehendak-Nya. Janganlah engkau berhubungan dengan kekasih sementara engkau
masih ada yang menemani di dunia. Jika Dia menghalangimu dari apa yang engkau
cintai dan mengembalikanmu kepada apa yang Dia cintai, maka itu adalah pertanda
kecintaan-Nya kepadamu.

BAB 38
Makrifat

MAKRIFAT ADALAH SESUATU yang membuatmu terputus darj segala sesuatu


selain Allah dan mengembalikanmu kepada-Nya. Ada dua hal yang dapat
memudahkan jalan menuju Allah, yaitu - makrifat dan cinta. Sementara itu, cintamu
kepada sesuatu selain Allah sejatinya membuatmu tuli dan bisu.

Ketahuilah Allah, mintalah rezeki kepada-Nya sesukamu tanpa terpaku melakukan hal
yang haram dan mengharap kepada hal yang halal. Rajinlah beribadah kepada-Nya
dan jangan sekali-kali mengkhianati amanah-Nya. Sembahlah Allah dengan
keyakinan, maka engkau akan menjadi salah satu imam agama.
86 Risalah al-Amin

Tingkatkanlah pengetahuanmu dari ilmu orang awam menuju ilmu tertentu, niscaya
engkau termasuk golongan orang-orang yang mewarisi pengetahuan. Engkau
memiliki panutan dalam diri para rasul yang berbentuk nyata dalam diri para nabi.
Siapa Saja yang menisbatkan, menyandarkan, mencintai, membenci, menampakkan
cintanya, mendekat, takut, berharap, tenang, atau merasa aman dari sesuatu yang
selain Allah, atau melanggar satu batas dari batasan-batasan-Nya, maka dia adalah
orang yang zalim. Seorang yang zalim tidak akan menjadi imam.” Allah berfirman,

“Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh


manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(Dan aku mohon juga) dari keturunanku’, Allah berfirman,
Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.” (QS. al-Baqarah [2]: 124)

Orang yang membenarkan Allah dalam dirinya adalah imam, baik riwayatnya (tentang
hadis) sedikit maupun banyak. Siapa yang telah menjadi imam, maka tidaklah penting
jika dia hanya memiliki satu umat meskipun pengikutnya berjumlah sedikit. Bagaimana
engkau makrifat, sementara Dzat Allah yang denganNya segala bentuk kemakrifatan
dapat diketahui? Bagaimana engkau mengetahui sesuatu, sementara keberadaan
Dzat-Nya mendahului keberadaan segala sesuatu?

Ada yang berkata bahwa hakikat makrifat adalah mencukupkan diri dengan Allah dari
seluruh manusia di dunia. Jika ada yang menanyakan kepadamu, “Lantas bagaimana
dengan Allah yang menjadikan nabi-Nya membutuhkan musuh-Nya?” Maka
jawabannya, “Karena itu, lihatlah kembali bagaimana engkau mencukupkan diri dari
segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, tetapi tetap membutuhkannya. |

Orang yang membutuhkan satu bagian dari langit dan dunia, . maka Dzat yang
mengangkat langit akan menghalanginya untuk jatuh di atasmu dan mencegah bumi
menelanmu. Dia-lah yang menolak bahaya dari potongan tersebut sehingga tidak
mengenaimu tetapi mendatangkan apa yang bermanfaat bagimu. Allah lebih engkau
butuhkan dalam segala hal. Sembahlah Allah, hingga Dia benar-benar membuatmu
cukup dari apa pun selain-Nya. Ini merupakan makna dari firman Allah berikut ini,

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai keyakinan mendatangimu.” (QS. al-Hijr [15]: 99)
87 Risalah al-Amin

Yakin dalam ayat tersebut adalah menyaksikan Allah secara jelas dan nyata (al-‘iyan),
sehingga engkau tidak lagi membutuhkan bukti lain (burhan). Dengan begitu, kelalaian
dan lupa akan menghilang darimu. Allah swt. berfirman,

“Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang
telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka dikembalikan kepada Allah, pelindung
mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan.”
(QS. Yanus [10]: 30)

Aku lantas bertanya, “Lalu bagaimana aku menyembah-Mu dalam segala sesuatu?”
Dijawab, “Dengan cara bersungguh-sungguh melakukan ketundukan tanpa berat hati,
memuji tanpa celaan, dan meminta petunjuk tanpa kebohongan. Ini adalah makna dari
firman Allah berikut ini,

“Kemudian mercka tidak merasa dalam hatt mereka seauatu keberatan terhadap
putusan yang kamu bertkan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-
Nisa’ [4]: 65)

Tunduk itu ada pada jasad, pujian ada pada lidah, dan meminta petunjuk ada pada
hati.” Allah swt. berfirman,

“Dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia,


dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Had [11]: 123)

Hakikat makrifat adalah ketika seorang arif (ahli makrifat) menyematkan sifat Allah
yang:dia ketahui dengan segala sesuatu selain-Nya. Ini adalah kondisi di mana
seorang hamba hanya mencukupkan diri dengan Allah. Dia hanya membutuhkan
Allah, Tuannya.

Makrifat, cinta, kerinduan hati (mawajid), dan hakikat membuatmu berpaling dari
tujuan-tujuan selain Allah, sifat-sifat yang melekat dan berbagai penyakit. Yakni, aib
pada tujuan, kekurangan pada sifat, dan cacat pada penyakit.
88 Risalah al-Amin

Aku pernah sakit di Qairawan (Tunisia), lalu aku bermimpi bertemu Nabi saw. Ia
berkata kepadaku, “Bersihkanlah bajumu dari kotoran, niscaya engkau akan
mendapatkan pertolongan dari Allah di setiap napasmu.” .

Aku pun bertanya, “Lalu apakah pakaianku itu wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,
“Sesungguhnya Allah memberimu pakaian makrifat, kemudian pakaian cinta, pakaian
tauhid, pakaian iman, dan pakaian Islam. Orang yang makrifat kepada Allah, makg
akan tampak hina segala sesuatu di hadapannya. Orang yang men cintai Allah, maka
tampak akan kecil segala sesuatu di hadapannya, Orang yang mengesakan Allah,
maka ia tidak akan menyekutukanNya dengan apa pun.

Orang yang beriman kepada Allah, maka ia akan terjaga darj segala sesuatu. Siapa
yang tunduk kepada Allah, maka ia akan sedikit bermaksiat kepada-Nya. Jika ia
bermaksiat, maka dia akan meminta ampunan, dan jika ia meminta ampunan, maka
Allah akan mengampuninya.” Kukatakan lagi, “Aku memahami hal tersebut dari firman
Allah,

‘Dan pakaianmu bersihkanlah.’ (QS. al-Muddatstsir [74]: 4).”

Suatu ketika aku berada di salah satu gua, aku bertanya, “Tuhanku, kapan aku bisa
menjadi hamba-Mu yang bersyukur?” Lalu terdengar suara yang menyahut dari dalam
gua, “Jika engkau tidak melihat ada orang yang diberi nikmat selainmu di alam
semesta, maka engkau telah menjadi seorang yang bersyukur.”

Aku kembali bertanya, “Lalu bagaimana dengan Nabi, ulama dan raja, yang diberi
nikmat lebih besar dibandingkan aku?” Suara itu menjawab, “Sesungguhnya nabi dan
ulama adalah nikmat Allah yang ia utus kepadamu. Seorang nabi menyampaikan
syariat Allah kepadamu, sedangkan seorang raja dapat memperbaiki dunia dan
membuat ibadahmu istiqamah. Semuanya adalah nikmat Allah untukmu.”

BAB 39
Sakinah
89 Risalah al-Amin

SAKINAH ADALAH HADIRNYA Allah Yang Mahabenar (al-Haq) tanpa ada sebab,
dan kembali kepada yang Haqq tanpa ada keraguan, kecuali untuk terpenuhinya
penghambaan. Maka saat itu bagian jiwa adalah khidmah (pelayanan kepada Tuhan),
bagian hati adalah makrifat, bagian akal adalah tersingkapnya tabir ilahi
(mukasyafah), dan bagian roh adalah cinta.

BAB 40
Mata Batin

DIDIKAN DAN PEMBELAJARAN. diberikan Allah untuk orang yang memiliki bashirah
(mata hati) dalam agama Allah. Dalam hal inj terdapat dua hal, satu aku jadikan.
bagian untukmu, yang lainnya aku palingkan darimu. Maka orang yang disibukkan
dengan keduanya atau salah satunya, maka pemahamannya sedikit, kebodoh. annya
besar, akalnya tumpul, dan kelalaiannya semakin parah. Dia akan sedikit melirik orang
yang dapat menyadarkannya.

Jika engkau didatangi kekasih baik dengan syariat atau tabiat, ataupun keduanya
sekaligus, atau engkau sendiri datang kepada kekasihmu, maka hal tersebut termasuk
ke dalam bagian yang pertama (tadib). Allah swt. menyatakan, "Jadilah wali-Ku
terhadap apa yang aku tentukan untukmu, maka Aku akan memberikan rahmat-Ku
kepadamu dari sesuatu yang Aku palingkan darimu berupa apa saja yang tidak
engkau sukai. Dengan demikian, Aku membuatmu sibuk dengan apa yang utama
untukmu dibandingkan apa yang dipalingkan darimu.

Aku akan membuatmu mencicipi manisnya keridhaan atas ketetapan-Ku sehingga


apa yang engkau benci berubah menjadi sesuatu yang paling engkau cintai. Jika
engkau tidak bersama-Ku dan tidak menyandarkan segalanya untuk-Ku atas apa yang
telah Kuberikan padamu, maka Aku sendiri akan mewakilkannya kepadamu dalam
apa yang telah dipalingkan darimu dan sesuatu yang tidak engkau sukai.”

Sesungguhnya, Allah akan kagum terhadap hamba yang bersungguh-sungguh dalam


melupakan apa yang dipalingkan dayinya dan menolak apa yang semestinya ditolak.
90 Risalah al-Amin

Maka beramallah karena Allah dengan penuh keyakinan dan teguhkanlah dirimu
sebagaimana yang Dia perintahkan kepadamu. Hindarkan dirimu dari apa yang Allah
larang. Allah berfirman,

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. al-A’raf [7]: 205)

Aku bermimpi sedang bersama dua orang sahabatku, sedangkan matahari terasa
panas di atas kami seperti tengah terjadi gerhana. Tiba-tiba ada seseorang datang ke
hadapanku dan berkata, “Jika terjadi gerhana matahari, maka sucikanlah anggota
tubuhmu, lepaslah bajumu dan bersimbahlah di hadapan Tuhanmu dengan penuh
ketakziman, tasbih (penyucian terhadap-Nya), tahmid. (pujian), rukuk, sujud, dan
munajat yang baik kepada Raja yang patut disembah (Allah). Teruslah seperti itu
sampai Dia mengampunimu hingga gerhana matahari selesai. Dengan demikian,
engkau akan dapat melihat hal yang gaib dengan penglihatan mata yang sangat
jelas.”

Kemudian beliau berkata, “Ajarkanlah adab dan ilmu kepada dua temanmu
sebagaimana engkau telah mendapatkan adab dan ilmu.” Beliau juga berkata,
“Sesungguhnya kita melihat menggunakan mata batin keimanan dan keyakinan, dan
hal tersebut mencukupkan kita dari dalil dan bukti mana pun. Dengan mata batin
sebagai dasar, kita dapat melihat makhluk-makhluk dengan baik. Apakah di dalam
eksistensi ini terdapat hal selain Allah Yang Maha Memiliki dan Mahabenar (al-Maltk
al-Haq)?”

Engkau pun tidak menemukannya, jika pun engkau harus mendapatkannya, maka
engkau melihatnya seperti debu di udarg yang jika dilihat dengan saksama, engkau
tidak menemukan apa pun. Hal-hal kecil apabila dibandingkan dengan sifat-sifat
cahaya, ibarat bintang dengan rembulan. Dia ada, tetapi keberadaannya tidak
dianggap penting. Meskipun demikian, bintang tetap dijadikan petunjuk di kegelapan
malam. Allah berfirman,

“Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl [16] :
16)
91 Risalah al-Amin

Orang-orang yang mulia dibandingkan dengan selain mereka ibarat matahari dengan
rembulan. Sementara itu, orang-orang seperti mereka itu sedikit jumlahnya. Allah
berfirman,

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’ [34]:13)

Meski mereka yang bersyujur hanya sedikit, tetapi keberadaannya snagat bermakna.
Seperti halnya matahari yang hanya satu, tapi cahayanya sangat berarti. Tidak seperti
bintang yang banyak jumlahnya, tetapi cahayanya tidak terlalu berguna. Beginilah
yang kita pahami dari contoh-contoh isyarat para nabi, rasul, orang-orang jujur, dan
para wali Allah. Hal-hal yang serupa adalah hal-hal yang memiliki padanan dan
kesamaan. Keserupaan tersebut sulit terjadi pada sesuatu yang tidak memiliki
padanan dan kesamaan,

Namun, Allah tetap memberikan pemahaman kepada para salik, sehingga hati
mereka merasa tenang terhadap apa yang mereka dengarkan. Bila kau ingin selalu
melihat Allah dengan memakai mata hati iman dan keyakinan, maka bersyukurlah
terhadap nikmat-nikmat-Nya dan ridha terhadap ketetapan-Nya. Allah berfirman,

“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu
ditimpa kesengsaraan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.”
(QS. an-Nahl [16]:53)

Jika engkau hendak mewakilkan atau menggantikan (niyabah) darimu, sembahlah


Allah atas dasar cinta, bukan atas dasar seperti transaksi dagang, juga bukan atas
dasar pengetahuan atas pengagungan dan penjagaan-Nya.

Jika hati telah dipenuhi oleh cahaya Allah dan hati diliputi oleh cahaya paling mulia,
mata hatinya akan buta dari segala kekurangan dan cela yang ada pada hamba-
hamba Allah yang beriman. Hal tersebut karena mereka mendapatkan pujian paling
luhur yang tidak ada batasnya selama-lamanya. Jika seorang hamba tertutup dari
cahaya paling luhur, dan terikat oleh cahaya paling rendah, maka cahaya tersebut
akan berubah menjadi kotor seiring jalannya yang berliku dan penuh kegelapan. Maka
cukuplah baginya jika ia melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
92 Risalah al-Amin

Aku bermimpi melihat nabi Adam as. sedang menoleh ke kanan dan kiri. Aku dibuat
tertawa dan menangis sekaligus. Aku melihat ada surga di sebelah kanannya dan
neraka di sebelah kirj. nya. Serta aku melihat manusia tengah merasakan kenikmatan
dj surga tersebut dan disiksa di dalam neraka.

Ada yang mengatakan padaku, “Engkau mengetahui hakikat kanan dan kiri dari
ayahmu, Adam. Kini engkau tinggal melihat hal yang lebih kanan dari kanan yang tadi,
kiri yang lebih kiri, lebih atas di atas tadi, dan bawah di bawahnya bawah. Begitu juga
alam barzakh yang tertinggi dan terendah, serta seluruh barzakh yang berasal
darinya, yang menjadi pemisah antara Yang Haqq (Allah) dan makhluk.”

Telah hilang kebutaan dan datanglah penglihatan. Artinya, lihatlah kepada Allah yang
memberimu petunjuk. Jika engkau melihat, maka engkau melihat karena-Nya. Jika
engkau mendengar, maka engkau mendengar dari-Nya. Jika engkau berbicara, maka
engkau berbicara berkat-Nya. Jika ada, maka karena-Nya, dan jika tidak ada, maka
tidak ada apa pun yang wujud selain-Nya. Allah swt. berfirman,

“Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanya-lah Kami akan
mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu
yang lain.” (QS. Thaha [20]: 55)

Hal ini terjadi bersama dengan gerakan dan alam, yang tidak ada sesuatu pun keluar
darinya. Lantas apalagi dengan Dzat yang tidak tersentuh oleh alam, sangkaan, dan
khayalan?

Mata hati ibarat mata yang jika terkena sesuatu akan meny ganggu penglihatan,
meskipun tidak sampai mengakibatkan kebutaan. Adanya bersitan dalam hati untuk
condong terhadap keburukan, hal itu dapat menghitamkan pandangan dan
mengeruhkan pikiran. Keinginan untuk berbuat kejahatan bisa menghilangkan
kebaikan sekaligus. Sementara mengerjakan kejahatan akan membuat pelakunya
keluar dari Islam.
93 Risalah al-Amin

Dia akan melakukan hal yang bertentangan dengan bagian Islamnya. Jika dia tetap
berada pada keburukan, maka secara perlahan keislamannya akan terpisah darinya.
Jika pada akhirnya ia berakhir dalam penghinaan terhadap para imam dan
pertemanan dengan para durjana, terjerumus pada godaan jabatan dan kedudukan,
condong kepada dunia dibandingkan akhirat, maka Islam akan terpisah darinya
secara keseluruhan. Oleh karena itu, janganlah terkejut atas tanda yang tampak
padanya karena sesungguhnya dia tidak lagi memiliki roh. Karena roh Islam adalah
mencintai Allah dan Rasul-Nya, mencintai akhirat dan orangorang saleh dari hamba-
Nya. .

Tatapan Allah tidak mengarah kepada makhluk-Nya, tidak berhenti, juga tidak ada
balasan dari makhluk yang ditatapnya. Mahasuci tatapan Tuhan kita dari kekurangan,
kelebihan, dan kelewatan batas. Ingatlah agar penyebutan sifat tidak bertentangan
sebelum eksistensinya. Lihatlah apakah mata memiliki arah? Alam memiliki wujud?
Sesuatu memiliki urusannya? Demikian halnya setelah sifat-sifat itu menuju
eksistensinya.”

Mata hati akan menjadi buta disebabkan tiga hal: menyuruh anggota badan
melakukan maksiat kepada Allah, menyia-nyiakan diri dengan tidak taat kepada Allah,
dan tamak terhadap makhluk Allah. Siapa yang mengaku mendapatkan mata hati,
tetapi terdapat salah satu tiga perkara tersebut dalam dirinya, maka hatinya telah
menjadi sasaran prasangka nafsu dan bisikan setan.

BAB 41
Rahasia Ilahi

ASRAR ADA EMPAT: Sirr pertama berada bersama Dzat Allah, terhubung dengan
jiwa utusan-Nya, dan meliputi kenabian seluruh nabi-nabi-Nya. Sirr ini diterjemahkan
melalui kesaksiannya, dan dengannya pula perintah kepada para malaikat-Nya
diturunkan. Dari langit, sir tersebut turun kepada orang-ordng yang memiliki ilmu.
Melalui hal itu, Dia memerintahkan seluruh makhluk-Nya dalam rahasia pertama (as-
sirr al-awwal). Sirr yang kedua dan ketiga adalah sirr yang bisa membuat seorang
hamba melihat hal-hal yang gaib. Sirr keempat adalah rahasia hati (sirr al-qalb), yakni
94 Risalah al-Amin

makrifat. . Sedangkan di antara rahasia paling rahasia (sirr al-asrar) adalah ilmu yang
luas, makrifat, kedekatan jiwa dengan Allah, cinta, menjadi hamba pilihan Allah,
diistimewakan oleh Allah, dan mendapatkan perlindungan (wilayah) dari Allah.

BAB 42
Tasawuf

TASAWUF ADALAH MELATIH jiwa untuk menghamba kepada Allah dan


mengembalikan jiwa untuk patuh kepada hukum-hukum ketuhanan. Sufi itu
mempunyai empat sifat, yaitu berakhlak dengan akhlak Allah Yang Mahasuci, selalu
menaati perintah-perintah Allah, dan tidak mengikuti hawa nafsu karena malu kepada
Allah, dan selalu bermunajat dengan benar-benar lebur bersama Allah. Dibandingkan
makhluk Allah lainnya, hati (sirr) seorang sufi ibarat debu di udara, tidak berwujud,
tetapi tidak bisa dikatakan tidak ada secara lahiriah. Mereka ada dalam ilmu Allah.
Sifat-sifat baru yang terbesit dalam hatinya hanya untuk memberikan peringatan atau
menguatkan keyakinannya sehingga ia mengetahui hakikat tauhid.

BAB 43
Hakikat

HAKIKAT ADALAH MAKNA-MAKNA yang ada pada hati. Jika hal-hal gaib tampak
jelas dan tersingkap, maka itu merupakan pemberian Allah dan karamah dari-Nya.
Dengan hal itu, hamba bisa mencapai kebaikan dan ketaatan. Dalilnya adalah
percakapan Nabi saw. dengan sahabat Haritsah.

“Bagaimana kabarmu di pagi hari ini?” Haritsah menjawab, “Di pagi hari ini aku adalah
seorang mukmin yang sungguh-sungguh.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Abd bin Hamid)

Hakikat terbagi dalam dua macam: hakikat eksistensi manusia dan hakikat eksistensi
Allah Yang Maha Memiliki. Hakikat eksistensi manusia kembali kepada empat hal:
hakikat alam gaib dan alam nyata; ilmu mengenai apa yang sudah terjadi dan yang
95 Risalah al-Amin

akan terjadi; hakikat eksistensi urutan risalah, kenabian, dan kewalian; serta
mengetahui dengan yakin, kesaksian, kebaikan, serta seluruh cahaya-cahaya ibadah.
Hakikat eksistensi manusia juga terdiri atas badan, jiwa, hawa nafsu, syahwat, sabar,
hati, akal, surga, ilmu, bodoh dan sumbernya, cinta dan sumbernya, keyakinan dan
roh serta sumber keduanya, sir serta sumbernya, cahaya dan sumbernya, lalu mata
hati dan kebimbangan.

Materi pembentuk jiwa berasal dari perkara yang bersifat rabani. Eksistensinya
bersifat luhur (illiyyun). Dia memiliki kekuatan besar dari roh paling besar (ar-ruh al-
akbar), memiliki sirr paling luhur (as-sirr al-a’la), akal paling utama (al-‘aql al-ashli),
ilmu dari makrifat pertama, cahaya dari cahaya tertinggi, cinta dari rahmat, syahwat
dari murka, murka dan kebodohan dari hawa nafsu, mata hati dari al-Haq, dan
kebingungan berasal dari malaikat. Jika sisi malaikat diberikan dengan sisi tabiat,
sedangkan tabiat bersumber dari setan. Sementara hakikat eksistensi Allah Yang
Maha Memiliki dan Memberi Anugerah ialah dari dzat, sifat, asma, na‘at (sifat), akhlak,
cahaya, dan sirr.

Orang yang mengamati wujud, dia akan fana (teranihilasi) dari segala yang ada. Siapa
yang berada pada wujud-Nya, maka dia akan tetap pada bentuk yang sama.
Mantapkan dalam hatimu bahwa tidak ada yang bisa memberikan bahaya, manfaat,
memberi berbagai hal, dan menolak manfaat secara nyata, kecuali Allah. Janganlah
engkau bimbang, tenang, dan janganlah menautkan apa pun kepada makhluk. Jika
engkau sudah dalam keadaan batin yang hancur, aku akan menetapkanmu sebagai
seorang yang jujur juga mulia.

Aku bertanya, “Bagaimana aku bisa menetapkannya? Apakah ada hukuman?”


Dikatakan kepadaku, “Tetapkanlah apa yang sudah tetap, seperti pahala, siksa, dan
perbuatan-perbuatan hamba Allah lainnya. Menetapkan hal yang sudah tetap
keberadaannya tidak membahayakanmu, yang membahayakanmu adalah
mengaitkan sesuatu kepada hamba dan meyakini itu berasal dari mereka.

Aku menetapkan sesuatu yang menjadi hakku, aku juga me. netapkan untukmu
sesuatu yang menjadi hak bagiku. Aku meng. ambil darimu sesuatu yang menjadi hak
96 Risalah al-Amin

bagimu dan menetapkan untukmu dengan sesuatu yang menjadi hak bagiku.
Katakanlah,

“Wahai Dzat yang ada sebelum semuanya ada. Ia sekarang di atas yang diadakan.
Wahai Yang Maha mendengar, wahai Yang Mahadekat, wahai Yang Maha
Mengabulkan Doa, wahai Yang Mahatinggi, wahai Yang Mahaagung, wahai Yang
Maha Penyantun, wahai Yang Mahatahu, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang
Maha Melihat, wahai Yang Maha Berkehendak, wahai Yang Mahakuasa, ya Allah
Yang Mahahidup, wahai Yang Maha Berdiri Sendiri, wahai Yang Maha Pengasih,
wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Mahaawal, wahai Yang Mahaakhir, wahai
Yang Mahazahir, wahai Yang Mahabatin, wahai Yang Maha Meriliki Kebesaran, wahai
Yang Maha Pengampun, wahai Yang Maha Menerima Tobat, wahai Yang Maha
Penyayang, wahai Yang Mahatinggi, wahai Yang Mahamulia, wahai Yang Mahaluas,
wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Mempunyai Keutamaan Yang Agung.”

Kemudian mengutip perkataan Allah, “Jika engkau menginginkan ridha-Ku, maka ia


berasal dari nama-Ku dan anugerah-Ku yang ditujukan kepada-Ku, bukan dari nama-
Ku atau namamu yang ditujukan kepadamu.” Aku bertanya, “Bagaimana hal itu bisa
terjadi?” Jawabnya, “Nama-nama-Ku mendahului pemberian-Ku. Namanama-Ku
berasal dari sifat-sifat-Ku, dan sifat-sifat-Ku berdiri (ada) pada Dzat-Ku. Dzat-Ku tidak
terwujud tanpa Dzat-Ku. Sementara seorang hamba memiliki nama yang rendah dan
yang luhur.” Namanama luhurnya telah disebutkan oleh Allah dalam firmannya,

“Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat dan yang beribadah.” (QS. at-Taubah
[9]: 112)

Dan dengan firman-Nya,

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim.” (QS. al-Ahzab [33]: 35)

Sementara itu, nama-nama hamba yang rendah sudah diketahui, seperti pelaku
maksiat, pendosa, fasik, zalim, dan sebagainya, Jika nama-nama rendah tersebut
dapat dihapus dengan namamama yang luhur, maka begitu juga dengan nama dan
sifatmu yang bisa dihapus dengan nama dan sifat-Nya. Hal itu dikarenakan sesuatu
97 Risalah al-Amin

yang baru (hadits) jika berhadapan dengan yang terdahulu (qadim), maka seakan-
akan yang baru tersebut tidak ada wujudnya.

Jika engkau berseru kepada Allah dengan nama-nama-Nya seperti “Wahai Maha
Pengampun”, “Maha Penerima Tobat”, “Maha Pengasih”, engkau seperti sedang
meminta sesuatu untuk dirimu. Engkau sudah menurunkan derajatmu di depan nama
Allah untuk menjadi dirimu yang rendah. Begitu juga apabila engkau memperhatikan
nama-namamu yang rendah, seperti maksiat, kezaliman, dan kefasikan, lalu engkau
meminta agar itu semua ditutup dan diampuni, maka engkau masih berada bersama
dirimu sendiri. Jika engkau berseru kepada Allah dengan nama-Nya yang luhur, dan
engkau memperhatikan sifat-sifat yang luhur menetap bersama Dzat-Nya, maka
engkau telah menghapus seluruh nama dan wujudmu menjadi tidak ada. Saat itu
eksistensimu terhapus, keberadaanmu menjadi tidak ada sama sekali. Pada saat
itulah terjadi fana (anihilasi diri) dan baga (kembali ada) setelah fana. Allah swt.
berfirman,

“Kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Mahaluas karunia-Nya lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Ali Imran [3]: 73)

Suatu malam, aku memikirkan sesuatu dengan pikiran gaib yang jauh dari sifat-sifat
ilmu (tidak gaib). Lantas Allah memberiku mimpi yang agung di mana di dalamnya aku
berjalan dengan sangat baik menuju kegaiban. Aku katakan kepada diriku, “Bukankah
kondisi ini lebih baik dibandingkan kehidupan di mana kebutuhan-kebutuhan makhluk
berkaitan dengan alam? Alam akan lebih sempurna jika hanya bersama dengan Allah
dibandingkan dengan alam yang dipenuhi oleh kebutuhan-kebutuhan manusia,
meskipun hal tersebut diizinkan oleh syariat.”

Ketika itu, aku tertidur dan bermimpi melihat banjir mengepungku dari segala arah
dengan membawa sampah di kiri dan kananku. Aku langsung berenang untuk keluar
dari banjir tersebut. Aku tidak kunjung melihat daratan yang bisa aku tuju. Di saat itu
aku pasrah dan terdiam di tengah banjir layaknya sebuah tiang atau pohon kurma
yang bergeming. Aku katakan kepada diriku, “Bisa berdiri tegak di tengah banjir
merupakan anugerah dari Allah. Sampah-sampah dan buihnya tidak mengenaiku
sama sekali.”
98 Risalah al-Amin

Lalu seseorang yang berparas indah menghampiriku dan berkata kepadaku,


“Sesungguhnya tasawuf paling agung adalah tasawuf yang bersinggurigan dengan
kebutuhan-kebutuhan makhluk dan menjadikannya sebagai qada (ketentuan) dari
Allah Yang Mahabenar. Apa saja yang telah ditetapkan oleh Allah, maka engkau
mensyukurinya. Apa yang tidak ditetapkan-Nya, maka engkau merelakannya.

Rasa syukurmu atas anugerah yang diberikan oleh Allah tidak lebih sempurna
dibandingkan keridhaanmu atas apa yang tidak Allah anugerahkan untukmu. Allah
telah memberiku ilmu yang ada di dalam zatku dan tidak berpisah darinya. Ia bahkan
selalu ada bersamanya seperti putih pada warna putih, dan hitam pada warna hitam.
Ilmu tersebut adalah ilmu la ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah) Yang Esa dan
Perkasa, Tuhan yang memiliki langit, bumi, dan alam di antara keduanya, Tuhan Yang
Mahaagung dan Maha Pengampun.

“Lihatlah bagaimana sifat ilahi pada Allah, sifat tunggal, Esa, perkasa, ketuhanan,
keagungan, dan sifat Maha Pengampun Nya terkumpul menjadi satu dalam satu
kalimat, yaitu kalimat tauhid. Ampunan Allah akan turun kepada orang yang
bermakrifat kepada-Nya, layaknya banjir yang membawa buih. Allah akan mene.
guhkan (tidak membuat tenggelam) orang yang dikehendaki-Nya dalam banjir
tersebut. Allah juga akan membuatnya tidak terkena (terluka) buih banjir tersebut’.
Kemudian, aku tersadar dari tidurku dan memahami rahasia yang sangat agung.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

Kemudian menuturkan, “Beberapa orang dihapus sifat-sifatnya dengan sifat-sifat


Allah, atau akidah mereka diganti dengan cahaya-cahaya-Nya. Dia menggagalkan
kehendak mereka dengan kehendak-Nya dan mencukupkan mereka dengan rahmat
dzati (sendiri) dengan kasih sayang-Nya. Dia memilih mereka untuk bermunajat
kepada diri-Nya. Dia juga menebarkan rahasia-rahasia-Nya (sir) kepada mereka
sehingga kebanyakan para wali tidak mampu mendengar-Nya.”

Ia berkata, “Orang-orang ahli hakikat (al-muhaqqiqun) enggan untuk menyaksikan apa


pun selain Allah karena Dia mewujudkan kesaksian al-qayumiyah (berdiri sendiri) dan
luasnya rububiyah untuk mereka.” Beliau menyampaikan, “Hak dari tawakal adalah
99 Risalah al-Amin

memalingkan hati dari segala sesuatu selain Allah, hakikat tawakal adalah melupakan
sesuatu selain-Nya, sedangkan sir (rahasia) tawakal adalah mewujudnya Sang al-
Haqq (Allah) tanpa ada segala sesuatu yang menemani-Nya. Sementara puncak
rahasia tawakal adalah melakukan apa yang Dia cintai dan sukai.

Hakikat zuhud adalah kosongnya hati dari segala hal, selain Rabb (Tuhan). Hakikat
khusyuk adalah dekatnya hati dengan Rabb. Hakikat sujud adalah menundukkan hati
di bawah hukumhukum Rabb. Hakikat hilangnya hawa nafsu dari hati adalah suka
berjumpa dengan Allah di setiap embusan napas dari setiap kon disi di mana sir ada
di dalamnya.

Hakikat hijrah ialah melupakan sesuatu yang ditinggalkannya, Hakikat himmah adalah
bergantungnya hati terhadap sesuatu yang diinginkannya. Sementara
kesempurnaannya adalah tersambungnya hati dengan Allah dan terpisah secara total
dari segala sesuatu selain-Nya. Hakikat dekat dengan Allah adalah ghaibah dalam
kedekatan tersebut, tetapi juga terpisah dari kedekatan itu karena besar dan
agungnya kondisi dekat dengan Allah.

Saat kau mendekatkan sirr kepadamu, hal itu seperti membuat sirr tersebut menjauh
darimu. Ada dua sifat, fana dan baka. Jika engkau ada pada kondisi fana, maka tidak
ada kondisi dekat atau jauh, begitu juga terhubung atau terpisah. Jika engkau berada
pada kondisi baqa, maka engkau telah memahami firman Allah, “Dengan-Ku dia
mendengar, dan karena Aku juga dia melihat.”

Hakikat seorang murid yang mencari hakikat adalah hilangnya bekal karena begitu
besar dan agungnya. Suatu hari, terlintas di benakku, aku telah berhasil mendapatkan
sesuatu tanpa melalui kondisi (sufistik) dan maqam tertentu. Lalu, aku menyelam di
dalam rumah misik sampai aku tenggelam di dalamnya. Namun, aku tidak mencium
bau misiknya sama sekali. Lantas, ada yang mengatakan kepadaku, “Tanda adanya
tambahan keluhuran adalah hilangnya tambahan tersebut karena keagungannya
yang dahsyat.” Hakikat istikamah adalah hadirnya iqgamah (beribadah) di dalam
musyahadah (penyaksian).”
100 Risalah al-Amin

Selanjutnya beliau berkata, “Pada suatu malam aku membaca firman Allah dalam
wiridku,

"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Tetapt wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan akan tetap kekal.” (QS. ar-Rahman [55]: 26—27)

Kemudian, aku mengalami kondisi rohani. Pada saat itu aku melihat Abu Bakar ash-
Shidigq ra., beliau berkata kepadaku, ‘Jalinlah hubungan dengan orang yang
dikekalkan dan hijrahlah dari orang yang difanakan. Engkau akan dihormati dari fana
dan akan dimuliakan dengan kekal.” Selanjutnya beliau berkata, “Aku bermimpi
seakan-akan aku bersama para nabi dan para shiddiqin. Kemudian, aku ingin
menyatu bersama mereka. Aku pun mengucapkan,

‘Ya Allah jalankanlah hamba di jalan mereka dengan kekuatan, seperti yang telah
Engkau berikan cobaan kepada mereka. Sungguh mereka lebih kuat, dan hamba lebih
lemah dibanding mereka.”

Kemudian, beliau mengatakan kepadaku untuk mengucapkan,

“Dan hamba tidak kuasa atas segala hal, maka dari itu kuatkan hamba sama seperti
Engkau telah menguatkan mereka.”

BAB 44
Pendengaran

AKU BERMIMPI BERDEBAT dengan tiga orang tentang pendengaran (sama’).


Kemudian, aku melihat guruku, ia berkata, sama’ adalah jika ia duduk dengan orang
lain, maka dia berzikir dan mengingatkan. Jika ia sendiri, dia bermunajat dan
merenung. Hakikat dan syariat dapat diketahui, sedangkan batinnya dengan tauhid
tampak tertutup. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah berikut ini

“Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah. menurut


kemampuannya.” (QS. at-Thalaq [65]: 7)
101 Risalah al-Amin

Dibenarkan dengan firman Allah swt. di bawah ini,

“Dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya.” (QS. at-Thalaq [65]: 7)

Kemudian Allah berfirman,

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung
jawabannya.” (QS. alIsra’ [17]: 36)

Aku bertanya kepada guruku tentang sama’. Kemudian, beliay memberikan jawaban
kepadaku dengan firman Allah swt. berikut ini, .

“Sesungguhnya mereka mendapati nenek moyang mereka dalam keadaan sesat.


Lalu mereka tergesa-gesa mengikuti jejak (nenek moyang) mereka.” (QS. ash-Shaffat
[37]: 69—70)

Aku bermimpi dalam tidurku, seakan-akan di kedua tanganku terdapat dua kitab, yaitu
kitabnya al-Fagih ibnu Abdu as-Salam dan lembaran-lembaran yang sebagian berisi
puisi. Tiba-tiba guruku berdiri di hadapanku, kemudian mengambil kitab karangan Ibnu
Abdu as-Salam dengan tangan kanannya dan lembaran-lembaran dengan tangan
kirinya.

Kemudian, beliau berkata seperti orang yang sedang marah, "Apakah engkau
menyamakan ilmu-ilmu yang cemerlang (dengan menunjukkan buku karangan Ibnu
Abdu as-Salam di tangan kanannya) dengan puisi-puisi penuh khayalan dan
merusak? (Dengan menunjukkan lembaran-lembaran puisi yang ada di tangan
kirinya). Kemudian, beliau membuangnya ke tanah.”

Guruku berkata kepadaku, “Siapa yang lebih rendah dari itu, maka dia adalah seorang
hamba yang terikat dengan hawa nafsunya dan menjadi tawanan syahwatnya. Hati
orang-orang lalai dan pelupa bahkan merasa benci dengannya. Mereka tidak memiliki
102 Risalah al-Amin

keinginan untuk melakukan kebaikan dan mendapatkan makrifat. Dalam


mempraktikkan sama’, mereka melakukannya seperti umat Yahudi. Tidak ada satu
orang pun dari mereka yang mendapatkan seperti apa yang didapatkan oleh ahli
musydhadah. Jika seorang yang zalim tidak berhenti (dari perbuatannya), maka Allah
akan menjadikan bumi-Nya menjadi langit, dan langit-Nya menjadi bumi.”

Aku mengalami kondisi batin yang tauhid dan aku menangis. Aku mengatakan,
“Ingatlah, sesungguhnya nafsu berasal dari bumi dan roh berasal dari langit.” Guruku
berkata, “Benar. Jika roh selalu berjalan dengan ilmu yang seperti hujan dan nafsu
menjadi kokoh dengan amalan-amalan saleh, maka telah menjadi kuat seluruh
kebaikan. Namun, jika nafsu menguasai dan roh kalah, maka terjadilah kegersangan,
paceklik, segala urusan menjadi terbalik, dan seluruh keburukan datang.”

Guruku melanjutkan, “Maka peganglah Kitab Allah (al-Quran) yang bisa memberikan
petunjuk dan berpeganglah pada sabda Rasulullah yang menyembuhkan. Kebaikan
akan selalu ada jika keduanya disempurnakan, dan orang yang berpaling dari
keduanya akan terkena keburukan. Apabila ahli hakikat mendengar perkataan yang
sia-sia, mereka akan berpaling darinya. Jika mereka men| dengarkan perkataan yang
benar, mereka akan mendatanginya.”

Allah berfirman,

“Barang siapa mengerjakan kebaikan, akan kami tambahkan kebaikan baginya.” (QS.
asy-Syara [42]: 23)

BAB 45
Etikka Berteman

JANGANLAH ENGKAU BERTEMAN dengan orang yang lebih mementingkan dirinya


dibandingkan dirimu, karena sesungguhnya dia adalah orang yang patut dihina.
Jangan pula berteman dengan orang yang lebih mementingkanmu dibandingkan
dirinya karena dia tidak akan hidup selamanya. Bertemanlah dengan orang yang
103 Risalah al-Amin

(lebih mementingkan Allah), jika dia sedang mengingat, yang diingat adalah Dia
semata.

Allah akan menjadi penggantinya jika dia meninggal dunia dan mencukupkanmu
dengan temanmu itu jika dia ada. Zikirnya adalah cahaya bagi hati, dan
penyaksiannya (musyahadah) adalah kunci bagi hal-hal gaib. Jadikanlah tujuanmu
semata karena Allah dan mencintai kematian. Jangan perpanjang angan-anganmu
dan jangan berteman dengan orang yang sering berangan-angan. Jika engkau
berteman dengannya, janganlah bergantung kepadanya. Tolaklah ia, bergaullah
bersamanya dengan baik (ma'riif) selama dia berteman denganmu.

Seseorang tidak akan pernah merasakan nikmatnya bersama Allah. Hal tersebut
terjadi apabila ia merasa susah apabila orang yang memberikan manfaat untuknya
menjauh. Dia merasa susah apabila orang yang memberinya mudarat mendekat.
Berteman dengan Allah dapat dilakukan dengan cara menolak syahwat dan
keinginan-keinginan. Seorang hamba tidak akan sampai kepada Allah jika dia masih
menyimpan syahwat dan keinginan dalam dirinya.

BAB 46
Orang yang Berakal

ORANG YANG BERAKAL adalah orang yang berpikir tentang Allah swt., apa yang
dikehendaki-Nya, dan apa yang berasal dari-Nya di dalam syariat. Hal yang
dikehendaki Allah swt. terhadap hamba-Nya ada empat, yaitu berupa nikmat, cobaan,
ketaatan, dan kemaksiatan. Jika engkau diberi nikmat, Allah menuntutmu untuk
bersyukur. Jika Allah menghendaki cobaan kepadamu, Dia menuntutmu untuk
bersabar.

Jika Allah menginginkan taat darimu, Dia menuntutmu untuk menyaksikan anugerah
dan mencari pertolongan darinya. Jika Allah menghendakimu berbuat maksiat, maka
Dia menuntutmu untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Siapa yang memahami
empat hal tersebut dan melaksanakannya sesuai syariat, maka dia ‘adalah seorang
hamba secara hakiki. Hal itu berdasarkan sabda Nabi berikut ini,
104 Risalah al-Amin

“Barang siapa diberi kenikmatan kemudian bersyukur, diberi cobaan kemudian


bersabar, berbuat aniaya kemudian memohon maaf, dianiaya kemudian memaafkan.”
Kemudian Nabi diam. Para sahabat bertanya, “Apa yang didapat orang tersebut wahai
Rasulullah?” Nabi menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang mendapat jaminan
keamanan dan termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (HR. at-Tirmidzi)

Orang yang berakal adalah orang yang memahami ayat-ayat Allah dan disibukkan
dengan mengingat dan memikirkan ayatNya. Allah membukakan baginya jalan agar
ia dapat kembali kepada-Nya, membutuhkan-Nya, berdoa, meminta, dan bergantung
kepada-Nya dengan teguh. Dia meminta agar Allah mengabulkan permintaannya.
Tidak ada seseorang pun yang mengetahui apa yang ingin Allah berikan kepadanya.
Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya dalam ‘penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang.” (QS. al-Baqarah [2]: 164)

Orang yang berakal paham bahwa Allah adalah Dzat yang mengetahui keburukan
dirinya dalam kebaikan yang Allah berikan kepadanya. Allah berfirman,

“Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-
A’raf [7]: 69)

BAB 47
Tadbir

ORANG YANG MEMUTUSKAN aturan dirinya dan menyerahkan sepenuhnya pada


aturan Allah, mengalihkan pilihan diri menjadi pilihan-Nya, pandangan pribadi menjadi
pandangan-Nya, pengetahuan tentang kebaikannya menjadi pengetahuan-Nya,
dengan selalu menerima, ridha, pasrah, dan tawakal kepada-Nya, maka Dia telah
memberinya hati yang baik. Selain itu, dia akan selalu berzikir, berpikir, dan
melakukan keistimewaan-keistimewaan lainnya.
105 Risalah al-Amin

Aku berkata pada muridku yang sedang bersusah payah dan memaksakan diri dalam
mengekang hawa nafsu, “Aku berikan wejangan untukmu, ‘Wahai Luka’ bin Luka’.
Maksudku, diriku dalam posisi sebagai ayah dan dirimu dalam hal ini menjadi anak:
Sesungguhnya Allah telah menggugurkan aturanmu, bahkan sampai pada sesuap
nasi yang kau makan, minuman yang kau teguk, dan kata-kata yang engkau ucapkan
atau tinggalkan. Di manakah posisimu dari Dzat Yang Maha Mengatur, Yang Maha
Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahabijaksana dan Mengetahui
Segala Sesuatu, Mahasuci nama-Nya. Engkau menyekutukan-Nya saat engkau
menginginkan sesuatu yang akan engkau kerjakan atau tinggalkan, maka kembalilah
kepada Allah layaknya kau lari dari neraka. Janganlah menetapkan diri dalam apa pun
selain-Nya. Keluarlah menuju Allah dan biasakanlah dirimu untuk melakukannya.
Sesungguhnya Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih sesuai
kehendak-Nya. Dia tidak akan menetapkan sesuatu, kecuali jika ada seorang yang
shiddig dan wali.

Seorang shiddiq adalah orang yang memiliki putusan (hukm), sedangkan wali tidak
memilikinya. Seorang shiddiq menghukumj dengan hukum Allah, sedangkan wali fana
dari segala sesuatu dan menyatu dengan Allah. Sementara itu, para ulama dapat
mengatur, memilih, jihad, berpikir dalam, dan mengukur (masalah), Mereka selalu
seperti itu dengan akal dan sifat mereka. Sedangkan para syuhada (orang-orang yang
mati syahid) mengalami kesusahan, berjihad, berperang, terbunuh, membunuh,
hidup, dan mati, Mereka semua mendapat ganjaran secara batin (sirr), meskipun tidak
ditampakkan secara lahir.

Tidak perlu menjelaskan kondisi rohani mereka, kecuali kepada orang shiddiq dalam
permulaan perjalanannya, atau kepada wali di akhir perjalanannya. Cukuplah bagimu
(penjelasan tersebut) dari kebaikan yang tampak darinya dan kondisi rohaninya yang
tidak tampak. Jika engkau ingin melakukan atau meninggalkan sesuatu, maka larilah
kembali kepada Allah sebagaimana yang telah aku katakan. Keluarlah kepada-Nya
dan biasakanlah dirimu melakukan hal tersebut. Ucapkanlah,

“Wahai Yang Mahaawal, Yang Mahaakhir, Yang Mahazahir, Yang Mahabatin, aku
memohon kepada-Mu dengan asmaku, dengan asma-Mu, sifat-sifatku dengan sifat-
sifat-Mu, tadbirku dengan tadbir-Mu, ikhtiarku dengan ikhtiar-Mu, hamba mohon
106 Risalah al-Amin

jadikanlah aku seperti yang Engkau berikan kepada wali-wali-Mu. Masukkanlah


hamba dalam perkara-perkara tempat masuknya orang benar, keluarkan hamba
seperti tempat keluarnya orang benar. Jadikanlah hamba dari sisi-Mu kekuasaan yang
menolong.”

Jauhilah berprasangka buruk kepada Allah, tawakallah kepada-Nya. Sungguh Allah


mencintai orang-orang yang bertawakal. Aku bermimpi tengah duduk bersama salah
satu sahabatku. Kami duduk di depan guru kami. Dia berkata kepada kami, “Jagalah
empat perkara dariku; di mana tiga untukmu, dan satu untuk temanmu yang miskin
ini. Janganlah kau memilih sesuatu berdasar keputusanmu. Putuskanlah untuk tidak
memilih dan larilah dari pilihan tersebut, dari larimu itu sendiri, dan dari segala sesuatu
selain Allah.” Allah berfirman,

“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka
(manusia) tidak ada pilihan.” (QS. al-Qashash [28]: 68)

Semua pilihan-pilihan syariat dan urutannya merupakan pilihan Allah. Engkau tidak
ada hak di dalamnya sama sekali, dengarlah dan taatilah. Hal ini merupakan derajat
fikih rabban; dan ilmu ilahi. Di sana, ilmu hakikat yang diambil dari Allah akan turun
kepada orang yang lurus dan istiqamah. Pahamilah. Aky baca firman Allah berikut ini,

“Sungguh, engkau (Muhammad) berada di jalan yang lurus. -Dan jika mereka
membantah engkau, ‘maka katakanlah, ‘Allah lebih tahu tentang apa yang kamu
kerjakan.”. (QS. al-Hajj [22]: 67—68)

Zuhudlah di dunia dan tawakallah kepada Allah. Sesungguhnya zuhud adalah fondasi
amal perbuatan. Sementara tawakal adalah modal bagi ahwal (kondisi-kondisi
spiritual). Berpegang teguhlah kepada aturan Allah, mintalah petunjuk dari-Nya dalam
perkataan, perbuatan, akhlak, dan ahwal. Allah berfirman;

“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia
telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran [3]: 101)
107 Risalah al-Amin

Janganlah berbuat syirik, tamak, dan menentang Allah dalam suatu perkara.
Sembahlah Allah dengan qurbah (kedekatan) teragung, maka engkau akan
mendapatkan cinta yang terpilih, tauliyah (diberi perlindungan), dan keistimewaan dari
Allah. Allah berfirman,

“Dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al-Jasiyah [45]: 19)

Terdapat dua hal yang memutuskan jiwa sahabatmu yang miskin secara rohani ini
dari terhubung kepada Allah (washlah) dengan taat kepada-Nya, juga menutup
hatinya dari pencapaian hakikat dan menyibukkan akalnya dari penyaksian tauhid.
Kedua hal tersebut adalah (1) terjerumusnya dia ke dalam amalan dunia dengan
aturannya sendiri, serta (2) amalan akhiratnya ia lakukan berdasarkan keraguan
terhadap anugerah Kekasihnya (Allah).

Allah lantas menghukumnya dengan hijab sehingga terhalang dari-Nya, dengan


keraguan yang terus-menerus, melupakan kebaikan-kebaikan, dan tenggelam. dalam
lautan tadbir (pengaturan) dan takdir (penetapan). Lalu, ia merasa kebingungan di
dalamnya karena airnya yang keruh. Allah berfirman, .

“Mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Maidah [5]: 74)

Kembalilah kalian kepada Allah dalam tadbir dan takdir pertama kalian, maka kalian
akan mendapatkan bantuan kemudahan. Allah akan menghalangi kalian dari
kesusahan. Setiap wara’ yang tidak memberimu ilmu dan cahaya, maka ia tidak
menghasilkan pahala. Setiap dosa yang diikuti dengan takut dan kembali kepada
Allah, maka ia tidak dianggap dosa.

Ambillah rezekimu sesuai dengan yang Allah turunkan kepa. damu dengan
menggunakan ilmu dan mengikuti sunah Rasulullah saw. Janganlah menjadi lemah
sebelum Ia bertemu denganmy, Jika kau lemah, kakimu menjadi hina dibuatnya.

Suatu kali aku bertekad untuk memilih jalan untuk menyedikitkan materi di dunia
dibandingkan memperbanyaknya. Lalu, aku mengurungkan tekad tersebut dan takut
108 Risalah al-Amin

telah melakukan adab yang buruk. Kemudian, aku kembali menghadap kepada
Tuhanku dan melihat dalam mimpi seakan Sulaiman as. sedang duduk diiatas kasur
dengan dikelilingi pasukan pribadinya. Periuk dan piringnya ditunjukkan kepadaku dan
aku melihat sesuatu yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya, .

“Dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas
tungku).” (QS. Saba’ [34]: 13)

Lalu ada suara yang memanggilku, “Janganlah engkau menyekutukan Allah. Jika
engkau memilih, pilihlah penghambaan kepada-Nya karena mengikuti Rasulullah
saw. Hamba dan rasul, apabila engkau harus memilih, maka pilihlah untuk tidak
memilih. Larilah dari pilihanmu menuju pilihan Allah.” Aku lantas terbangun dari tidurku
dan setelah itu aku melihat ada seseorang berkata kepadaku, “Sesungguhnya pilihan
terbaikmu adalah dengan mengucapkan,

"Ya Allah luaskanlah rezekiku di dunia, danjangan Engkau menutupinya di akhirat.


Jadikanlah tempatku di sisi-Mu selalu, selalu menuju kepada-Mu. Perlihatkanlah
kepadaku wajahMu, dan palingkanlah hamba dari segala sesuatu selain-Mu. Bukalah
kejelasan di antara hamba dan-di antara Engkau. Wahai Dzat Yang Mahaawal dan
Akhir, Yang Mahazahir dan . Yang Mahabatin. Ia kuasa atas segala sesuatu.”

Manusia paling celaka adalah orang yang menentang Tuannya (Allah), lebih
cenderung kepada urusan dunia, dan lupa permulaan, akhir, dan amalan untuk
akhiratnya.

BAB 48
Memerangi Hawa Nafsu

PUSAT-PUSAT NAEFSU ADA empat: pusat syahwat, pusat untuk (berbuat) taat,
pusat kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang dimubahkan, dan pusat
kelemahan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban agama. Allah berfirman,
109 Risalah al-Amin

“Maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan
kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian.” (QS. at-Taubah [9]: 5)

Jika engkau ingin memerangi nafsu, maka kekanglah ia dengan ilmu dalam setiap
geraknya. Pukullah ilmu dengan rasa takut kepada Allah di setiap bersitannya.

Letakkanlah ia dalam genggaman Allah di mana saja engkau berada. Mengadulah


kepada Allah tentang kelemahan kalian setiap kali kau lalai. Sesungguhnya, apa yang
kalian tidak mampu atasnya, Allah telah menguasainya. Jika engkau diberi kuasa
dalam menggenggam sesuatu, maka sudah sepatutnya kalian untuk mengingat
nikmat Tuhan kalian dan mengucapkan firman Allah,

‘Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya.” (QS. az-Zukhriaf [43]: 13)

Puncak nafsu adalah keinginannya, kedua tangannya adalah ilmu dan keadilannya,
dan kakinya adalah tadbir (pengaturannya) dan pilihannya. Matinya nafsu terjadi
dengan ilmu, makrifat, serta mengikuti al-Quran dan sunah Rasulullah saw.

Sesungguhnya pendekatan yang paling agung di sisi Allah adalah meninggalkan


nafsu dengan cara memutus keinginan dan melepaskan diri darinya dengan cara
meninggalkan apa yang disukainya. Orang paling celaka adalah yang suka
diperlakukan oleh manusia sesuai keinginannya dan dia tidak menemukan setengah
dari apa yang diinginkannya pada nafsunya. Tuntutlah nafsumu dengan menghormati
mereka, jangan menuntut mereka untuk ‘menghormatimu. Perhatikan firman Allah
berikut ini.

“Tidaklah dibebani melainkan atas dirimu sendiri.” (QS. an-Nisa’ [4]: 84)

Tidak ada yang lebih berat dan. sulit dalam melakukan taat. zikir, dan tilawah,
dibandingkan dengan mengendalikan nafsu menghadirkan hati, memahami makna-
makna (batin), dan mem. berikan hak kepada sctiap huruf dengan mengharap ridha
Allah. Ini adalah keikhlasan dan kepigihan beramal sesuai yang diharapkan. Ia juga
110 Risalah al-Amin

merupakan tempat shidq (kejujuran) berada dan bangkitnya sir untuk menjauh dari
dunia dan apa pun selain Allah. Inilah yang disebut tempatnya niat.”

Guruku pernah berkata, “Jiwa (nafsu) terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu jiwa yang
belum pernah dijual karena masih memiliki kebebasan, jiwa yang telah dijual karena
kemuliaannya, dan jiwa yang tidak bisa dijual karena keburukannya. Jiwa yang tidak
pernah dijual karena kebebasannya adalah jiwanya para nabi. Jiwa yang dijual karena
kemuliaannya adalah jiwa umat mukmin, Sementara jiwa yang tidak bisa dijual karena
keburukannya adalah jiwanya orang-orang kafir.” Aku berkata kepada guruku, “Abu
Bakar dan Umar ra. pernah menjadi orang musyrik.” Dia mengatakan, “Dulu mereka
seperti tawanan, kini mereka bebas.’”

"Aku bermimpi salah satu sahabatku memintaku untuk menuliskan sebuah buku untuk
dikirim. ke Kairo. ‘tentang hal-hal yang membebaskan jiwa. Lalu, aku melihat sebuah
gambar indah yang datang kepada kami. Aku yakin bahwa gambar indah itu berasal
dari Allah yang Mahabenar.”

Siapa yang disucikan dengan rahmat ar-rahmdadniyah (Allah) dalam bingkai azali,
maka dia tidak berubah dengan. ahwal, tidak terbatas pada perkataan, juga tidak
bertambah dengan perbuatan. Jiwa dan roh diibaratkan seperti sesuatu dan
bayangannya. Bayangan selalu condong kepada wujud aslinya, berbeda dengan
wujud aslinya yang tidak membutuhkan bayangan.

Roh adalah sirr, sedangkan sirr adalah kilatan cahaya, ia adalah pancaran hakikat
kecil. Sirr adalah cahaya dari cahaya rahasia paling luhur (as-sirr al-a’la). Semuanya
diciptakan dengan kekuasaan Allah. Janganlah engkau menginginkan hal lain selain
ini, karena jika demikian, engkau akan celaka karena jauhnya jarakmu dengan

Allah ibarat neraka Jahanam. Akal utama adalah tempatnya tajalli (menampakkan
diri). Jika engkau menginginkannya, maka engkau harus takhalli (menyendiri). Ikutilah
orang yang menjadikan shalatnya sebagai penghubung antara hamba dan Tuhannya.
Lihatlah orang yang shalatnya tidak menjadikannya terhubung dengan Allah, maka
dia pantas mendapatkan keterpisahan dari-Nya.
111 Risalah al-Amin

Kadang aku tidak tahu manfaat nafsu bagi diriku. Aku pun lebih tidak tahu lagi manfaat
orang lain untuk diriku. Aku mengharap Allah untuk orang lain, mengapa aku tidak
mengharapkanNya untuk diriku? Wahai hamba Allah, berhentilah dari mengikuti
nafsu, keinginan setan, menuruti hasrat, dan gerakan waktu, niscaya engkau akan
menjadi saleh. Bertaqwalah kepada Allah dalam bersitan hati, tekad, pikiran, dan
dalam gerak sir, maka engkau akan menjadi seorang shiddiq. Jika hal tersebut terjadi
berulang kali kepadamu, maka tinggalkanlah makhluk, kampung halaman, dan
tempat-tempat terjadinya kekacauan, maka engkau menjadi seorang muhdjir (yang
hijrah).

Jika engkau terjerumus ke dalamnya; maka bertobatlah kepada Allah. Mintalah


ampunan kepada-Nya. Kembalilah kepada Allah dan mohonlah pertolongan dari-Nya,
niscaya engkau menjadi orang yang beriman. Jadikanlah bersuci, puasa, shalat,
sabar, zikir, tilawah al-Quran, dan kebebasanmu sebagai senjata, maka engkau akan
selamat. Jika engkau dikalahkan, maka jadikanlah iman sebagai benteng. Jika ia
masuk kepadamu, maka serahkanlah apa pun kepada Allah. Gapailah tauhid, iman,
makrifat, dan cinta karena Allah. Tenggelamkan dunia dalam lautan tauhid sebelum
ia menenggelamkanmu.

Aku bermimpi seakan sedang berada di depan Arasy. Aku berseru, “Ya Rabbi, ya
Rabbi.” Dia menjawab, “Ya, Aku mendengarmu, hamba-Ku.” Aku katakan, “Oh,
Tuhanku.” Lalu Arasy tiba-tiba bergetar. Aku katakan, “Oh, Tuhanku.” Lalu
lauhulmahfuz dan qalam bergetar. Aku katakan, “Aku meminta perlindungan dari-Mu.
Aky berlindung dengan-Mu dari ajakan-ajakan hawa nafsu, syahwat, setan, dan dunia.
Sesungguhnya itu semua menjatuhkan manusia dari tempat tertinggi (ala ‘illiyyin) ke
tempat terendah (asfq] s@filin) lebih cepat dari kedipan mata. Engkau Maha
Mengetahuj akan hal itu, Tuhan. Tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan
pertolongan-Mu.”

Aku bermimpi berada di alam malakut tertinggi (al-malakut al-a’la) di bawah Arasy,
tempat yang di dalamnya terdapat banyak makhluk hidup. Seekor anjing dilepaskan
untuk berburu dan berhasil mendapatkan buruannya. Lalu ada seseorang mengambil
buruan tersebut dari anjing itu dan berkata, “Ulama umat telah sepakat tentang hukum
bolehnya memakan hasil buruan ini, ia halal dan disunahkan disimpan oleh tuannya.”
112 Risalah al-Amin

Aku tidur dan bermimpi kami sedang berkumpul di tempat lain dan diberi keistimewaan
untuk masuk menghadap kepada Allah Yang Mahabenar, seakan aku berada di
depan-Nya. Aku katakan, “Wahai Tuhanku, orang ini tidak memberikan sesuatu
kepadaku, kecuali yang rumit.” Lalu, di suatu pintu ada seorang hamba yang meminta
penjelasan tentang Allah dengan kecerdasan dan mengenal-Nya dengan kepintaran.
Dia tidak tahu bahwa hal tersebut adalah bagian dari riyasah (kepemimpinan). Hal
terakhir yang keluar dari kepala orang-orang shidiq adalah mencintai jiwa
kepemimpinan (menjadi pemimpin). Sementara itu, kepemimpinan orang-orang
shiddiq dapat dilihat dari empat sisi, yaitu ilmu, amal, kemiskinan, serta terlepas dari
daya dan upaya.

Mereka mengetahui bahwa ilmu merupakan derajat tertinggi dan kebodohan adalah
sifat paling buruk. Mereka mengetahui dan mengamalkan apa yang mereka pelajari.
Bahkan, mereka mengetahui bahwa hal tersebut tidak sempurna, kecuali rasa fakir
(membutuhkan) kepada Allah di segala urusan, mereka mengetahui dan
mengamalkannya. Jika mereka paham, maka mereka akan mengamalkan apa yang
Allah ketahui dari mereka. Anjing lebih paham dibandingkan mereka karena anjing
bangkit (bergerak) sebab keinginan tuannya, bukan keinginan dirinya.

Umat telah sepakat bahwa hasil buruan anjing halal. Mereka telah salah mengambil
jalan menuju Allah, tetapi benar dalam menapaki jalan amal saleh. Aku tertidur dan
berkata, “Apakah ini jalan menuju Allah?” Lalu Dia memanggilku, “Lihatlah
eksistensimu. Apakah engkau yang menjadikannya ada? Tidak. Bahkan, Allah
menjadikanmu ada karena anugerah-Nya. Lihatlah keberadaanmu di dalam perut
ibumu. Apakah engkau ada karena hal lain? Tidak. Allah membuat keberadaanmu
dengan anugerah-Nya. Engkau mengetahui betapa banyak anugerah yang telah Allah
berikan kepadamu. Engkau tahu bahwa gerakan-gerakan itu adalah anugerah Allah
kepada-Mu. Jika ada amalan dan usahamu yang menentangmu, tenggelamkanlah ia
dalam anugerah Allah sebelum ia menenggelamkanmu.”

Aku bertanya kepada guruku tentang sabda Nabi Muhammad saw.,

“Orang yang beriman tidak menghinakan dirinya.”” (al-Hadis)


113 Risalah al-Amin

Kemudian, beliau berkata kepadaku, “Maksudnya adalah tidak tunduk kepada hawa
nafsunya.” Beliau berkata padaku, “Orang yang memiliki sifat-sifat ini adalah orang
bakhil dan tercela, yakni takut fakir (kepada Allah), berprasangka buruk, merendahkan
orang mukmin, dan memilih hawa nafsu.” Ia berkata, “Orang yang paling menyayangi
sesama manusia adalah orang yang menyayangi orang-orang yang tidak
mengindahkan nafsunya.”

Apakah engkau mengetahui obat untuk orang yang terputus dari muamalah dan tidak
bisa mendapatkan hakikat musyahadah? Obatnya ada empat, yaitu meninggalkan
nafsu (ketika mengha dap Allah) tanpa daya dan upaya, pasrah terhadap perintah
AJlah tanpa diikuti oleh pilihan bersama-Nya, kedua obat ini bersifat batin. Sementara
obat lahir adalah mencela anggota badan jika melakukan pelanggaran (agama), dan
melakukan kewajiban kewa jiban. Setelah itu, duduk, berzikir, dan fokus kepada Allah
dengan memutus segala sesuatu selain-Nya.” Allah berfirman,

“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” (QS.
al-Muzammil [73]: 8)

Orang yang ingin mendapatkan pujian dari manusia, maka dia hanya akan’
memuliakan dirinya dari manusia, sama sekali bukan

BAB 49
Dosa

BAGI YANG TIDAK ingin menanggung bahaya dosa, maka berdoalah,

“Hamba berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu di hari Engkau menyebar hamba-


hamba-Mu. dan hamba berlindung kepadaMu dari cepatnya siksaan dan dari jeleknya
perhitungan. Sungguh Engkau adalah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Tuhanku, sungguh hamba menganiaya diriku sendiri dengan kezaliman yang sangat
banyak, ampunilah hamba dan terimalah tobatku. Tidak ada Tuhan selain Engkau.
114 Risalah al-Amin

Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”


(QS. al-Anbiya’ [21]: 87)

Aku merenungi dosa-dosaku, kemudian sebuah suara berkata kepadaku, “Engkau


telah melupakan janji-Ku, lalai terhadap kasih sayang-Ku, dan mengingat
pengorbananmu untuk mendekatkan diri kepada-Ku, tetapi melupakan apa yang
membuat-Ku menyayangimu. Di manakah kedudukanmu dari penyebutan, ilmu, dan
kehendak-Ky sebelum melakukan sesuatu. Lalu, Aku memunculkanmu atas kuasaKu
dan keistimewaan kehendak-Ku atas ilmu-Ku?”

Jika engkau ingin agar hatimu tidak berkarat, tidak bersentuhan dengan kesusahan,
kesukaran, dan dosa, maka perbanyaklah membaca doa berikut,

“Mahasuci Allah dengan pujian kepada-Nya, Mahasuci Allah Yang Mahaagung. Tiada
tuhan selain Allah. Ya.Allah tetapkan ilmunya di dalam hatiku. Dan ampunilah dosaku,
ampunilah dosa-dosa orang-orang yang beriman baik lakilaki maupun perempuan.
Katakanlah, ’Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas hamba-hamba-Nya yang
dipilih-Nya.” (QS. an-Naml [27]: 59)

BAB 50
Dunia

ABAIKANLAH KESIBUKAN-KESIBUKAN DUNIA ketika engkau bertemu dengannya.


Abaikanlah kerugian-kerugian dunia ketika engkau berpaling darinya. Orang yang
berakal tidak akan berharap kepada sesuatu yang jika bertemu dengannya ia akan
disibukkan, dan ketika dia berpaling, maka dia merugi. Seseorang berkata kepadaku,
“Mereka telah mencari dan mengambil dunia.’ Aku menjawab, “Orang yang
mengambil sesuatu yang halal dari dunia dengan menggunakan etika, maka hatinya
selamat dari kotoran dan selamat dari api penghalang.”

Etika itu ada dua macam, etika sunah dan etika makrifat. Etika sunah ialah
mendapatkan ilmu dengan tujuan dan niat baik. Etika makrifat ialah etika yang diiringi
dengan izin, perintah, kata-kata, dan isyarat tetap dari Allah. Yang dimaksud isyarat
115 Risalah al-Amin

adalah pemahaman yang diberikan Allah kepada hamba-Nya tentang cahaya


keindahan dan keagungan-Nya.

Tuhanku, sesungguhnya dunia ini hina, sehina apa yang ada di dalamnya, dan akhirat
mulia, semulia apa yang ada di dalamnya. Engkau adalah Dzat yang membuat dunia
menjadi hina dan akhirat menjadi mulia. Bagaimana bisa disebut mulia orang yang
mencari selain-Mu? Bagaimana bisa disebut seorang yang zuhud, jika ia memilih
dunia dibanding bersama-Mu? Berikanlah kepadaku hakikat zuhud, tidak mencari
selain-Mu, juga makrifat-Mu sehingga aku tidak butuh meminta kepada-Mu. Tuhanku,
bagaima. na bisa orang yang lari dari-Mu luput dari mengingat-Mu? Carilah aku
dengan rahmat-Mu, bukan dengan siksa-Mu, wahai Yang Maha Pengasih, Yang Maha
Membalas Dendam. Sesungguhnya, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

Tidak ada dosa yang lebih besar bagi kami dibandingkan dua hal, yaitu cinta dunia
dengan selalu lebih mendahulukan kepentingan dunia, serta berada pada kebodohan
dan tidak berusaha keluar dari kebodohan tersebut. Hal itu karena cinta dunia adalah
pangkal dari segala dosa dan berada pada kebodohan adalah sumber dari setiap
kemaksiatan.

| Apabila Allah mencukupkanmu dari dunia (tidak lagi mem-butuhkannya), hal itu lebih
baik dibandingkan Dia membuatmu membutuhkan dunia. Demi Allah, seorang pun
sama sekali tidak lagi membutuhkan dunia. ‘Bagaimana mungkin seorang hamba
masih membutuhkan: dunia setelah adanya firman. Allah berikut ini,

“Katakanlah: Kesenangan di dunia ini hanya ‘sedikit.” (Qs. an-Nisa’ [4]: 77) .

Ada seseorang datang kepadaku. saat aku berada di suatu gua di Maghrib (kini
Maroko). Dia berkata kepadaku, “Ada yang mengatakan kepadaku bahwa engkau ahli
kimia, tolong ajari aku.”

Aku katakan kepadanya, “Aku akan mengajarkannya kepadamu dan tidak akan aku
lewatkan satu huruf pun darinya jika engkau siap. Namun, aku tidak melihatmu
demikian.”
116 Risalah al-Amin

Dia berkata kepadaku, “Sungguh, demi Allah aku siap.” Aku katakan kepadanya,
“Kalau begitu lepaskanlah semua makhluk (apa pun yang ada) dari hatimu,
putuskanlah ketamakan kepada Tuhanmu.” Dia berkata kepadaku, “Aku tidak
sanggup melakukannya.” Aku katakan kepadanya, “Bukankah sudah aku katakan
kepadamu bahwa engkau memang tidak siap?” Lelaki itu lantas pergi. Bukti ampunan,
kasih sayang, tobat, dan kekalnya kemuliaan di dunia dan akhirat itu ada tiga, yaitu
hilangnya dunia dari dalam hatimu tanpa niat untuk kembali. Hal tersebut dilakukan
tanpa adanya paksaan dari diri sendiri. Kemudian, terhubungnya hati dan setiap
napas dengan Tuhanmu. Bukti adanya keterikatan dengan Allah ada pada kebebasan
diri dari makhluk dan keluar dari segala daya dan upaya.

Ada empat hal yang harus engkau pegang. Janganlah jadikan orang-orang kafir
sebagai pelindung (wali). Jangan jadikan orangorang mukmin sebagai musuh.
Palingkan hatimu dari dunia, persiapkan dirimu untuk menjemput kematian, dan
bersaksilah atas keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad, cukuplah itu sebagai
amalanmu. Katakanlah,

“Aku beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, seluruh ketentuan, dan kalimat yang
terpendar dari kalimat-Nya dalam ayat berikut ini,

“Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-
rasul-Nya.” (QS. al-Baqarah [2]: 285)

Kemudian, kami berkata sebagaimana yang mereka katakan,

“Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa) Ampunilah kami ya Tuhan kami dan
kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. al-Baqarah [2]: 285)

Orang yang mampu melakukan empat hal tersebut, maka Allah akan menjamin empat
hal di dunia dan empat hal di akhirat, Empat hal tersebut ialah jujur dalam ucapan,
tulus dalam perbuatan, rezekinya seperti hujan, dan mendapat penjagaan dari
keburukan. Keempat hal ini merupakan jaminan di dunia. Kemudian, jaminan di
akhirat, yaitu ampunan yang agung, sangat dekat dengan Allah, masuk ke dalam
surga Ma’wa, dan mendapatkan derajat (kedudukan) yang tinggi.
117 Risalah al-Amin

Sementara empat hal dalam agama, yaitu bertemu Allah, bertatap muka dengan-Nya,
mendapat salam dari Allah, dan ridha dari Allah Yang Mahabesar. Jika kau
menginginkan jujur dalam ucapan, mohonlah pertolongan untuk jiwamu dengan
membaca,

“Sesungguhnya Kami telah rhenurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan.” (QS.


al-Qadr [97]: 1)

Jika kau menginginkan keikhlasan, maka mohonlah pertolongan untuk jiwamu dengan
membaca,

“Katakanlah: Dialah Allah, Dzat Yang Maha Esa.” (QS. al-Ikhlas [112]: 1)

Jika kau ingin selamat dari keburukan, mohonlah pertolongan untuk jiwamu dengan
membaca,

“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)


manusia.”” (QS. an-Nas [114]: 1)

Dalam mimpi aku melihat sekelompok rusa yang sedang diburu oleh manusia. Aku
tidak pernah melihat manusia yang lebih buruk dibandingkan mereka. Anak-anak kecil
mendapatkan rusa tersebut dan bermain-main dengannya. Aku tersadar dan terheran-
heran akan mimpi tersebut. Aku kembali tidur dan melihat seseorang yang memiliki
rupa yang rupawan: Dia berkata kepadaku, “Berlaku untuk hewan dan tidak untuk
rusa.”

Aku melihat rusa diburu dan’ menjadi teman bermain anakanak kecil. Begitu juga
halnya ada beberapa orang yang mendahului ahli ilmu dan makrifat. Aku melihat dunia
mengambil akal-akal manusia sehingga setan menjadikan mereka mainan.
Berhatihatilah terhadap manusia dan dunia. Senantiasalah untuk jujur dan bertaqwa.
Tinggalkanlah sumber-sumber keburukan, maka engkau akan mendapatkan derajat
yang tinggi.
118 Risalah al-Amin

Aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. lalu beliau berkata kepadaku, “Ada empat hal
yang tidak ada kepemahaman sama sekali di dalamnya, cinta dunia, melupakan
akhirat, takut kefakiran, dan putus asa.” Nabi juga bersabda, “Orang yang derajatnya
paling hina adalah orang yang dengan dunia dia bakhil kepada orang yang tidak
mendapatkan dunia. Apalagi dengan orang yang dengan dunia dia bakhil kepada
orang yang mendapatkannya.”

Aku bermimpi seakan melihat tempat tertinggi. Aku berkata, “Wahai Tuhanku, ahwail
(kondisi spiritual) apa yang paling Engkau sukai? Perkataan apa yang paling jujur di
sisi-Mu? Amalan apa yang paling mendekatkan kepada cinta-Mu? Berilah hamba
taufik. Berilah aku petunjuk.” Lalu dikatakan kepadaku, “Ahwal yang paling dicintai
Allah adalah ridha dengan musyahadah. Perkataan yang paling jujur di sisi-Nya
adalah ucapan 14 ildha illallah dengan bersih. Amalan yang paling mendekatkan
kepada cinta-Nya adalah benci kepada dunia dan putus asa terhadap penghuninya
disertaj dengan persetujuan-Nya (muwdfaqah).”

Tinggalkanlah cinta kepada dunia dan maksiat. Teruslah bersama rahmat laduni (dari
Allah). Cukupkan dirimu dengannya dari fi’liyah (sebab lain). Jangan gantungkan
hatimu dengan apa pun selain Allah, kau termasuk dari golongan orang-orang yang
menyerap ilmu, yang mana rahasia Allah dan ilmu-Nya tidak lagi samar bagi mereka.
Jika terlintas di benakmu pikiran-pikiran untuk berbuat maksiat dan mengejar dunia,
maka buanglah pikiran itu dan zuhudlah. Penuhilah hatimu dengan ilmu dan
kecerdasan. Janganlah engkau menunda-nunda hal itu sehingga kegelapan akan
menutupimu dan anggota badanmu tidak bersemangat melakukannya. Rangkullah ia
dengan tekad, pikiran, keinginan, dan gerak. Saat itu, hati (al-lubb) akan merasa
bimbang, kemudian seorang hamba akan mengalami seperti dalam ayat berikut,

"Seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan.
Kawan-kawannya mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), ‘Ikutilah
kami,’ katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya),
dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” (QS. al-An’am
[6]: 71)
119 Risalah al-Amin

Tidak akan mendapat petunjuk, kecuali orang yang bertaqwa dan tidak akan
mendapatkan taqwa, kecuali yang berpaling dari dunia. Tidak akan bisa berpaling dari
dunia, kecuali orang yang mampu mengalahkan hawa nafsunya. Tidak akan bisa
mengalahkan nafsu, kecuali bagi orang yang mengetahuinya. Tidak ada yang
mengetahui nafsu, kecuali orang yang makrifat kepada Allah. Tidak akan bisa makrifat
kepada Allah, kecuali orang yang dicintai-Nya. Seseorang tidak dicintai-Nya, kecuali
Allah memilihnya serta menghalanginya dari hawa nafsu. Berdoalah,

“Ya Allah, wahai Yang Maha Mengatur semua perkara, wahai Yang Maha
Menghendaki, wahai Yang Mahaperkasa, wahai Yang Mahabijaksana, wahai Yang
Maha Terpuji. Ya Allah, ya Tuhanku, wahai Yang Maha Merajai, wahai Yang
Mahaada, wahai Yang Maha Memberi Petunjuk, wahai Yang Maha Memberi Nikmat,
anugerahkanlah kepada hamba dari sisiMu kasih sayang, sungguh Engkau adalah
Maha Pemberi. Berikanlah kenikmatan kepada hamba-Mu dengan nikmat agama, dan
dengan hidayah menuju jalan yang lurus. ‘(Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya
segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada
Allahlah kembali semua urusan.” (QS. asy-Syara [42]: 53).

Dengan kesucian nama ini yang agung. Mudah-mudahan Engkau mengabulkan. Jika
engkau melakukan “sesuatu suntuk dunia dan akhirat, maka ucapkanlah,

"Wahai Yang Mahakuat, wahai Yang Mahaperkasa, wahai Yang Maha Mengetahui,
wahai Yang Maha Mengatur, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha
Melihat.”

Apabila kau mendapatkan tambahan dari dunia dan akhirat, maka ucapkanlah,

“Cukuplah Allah bagi kami, Allah dan Rasul-Nya akan memberikan sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.”
(QS. at-Taubah [9]: 59)

Ketika aku berada di Maroko, salah satu dari pembesar negara datang kepadaku dan
berkata, “Aku tidak melihatmu melakukan banyak pekerjaan, kenapa orang-orang
mengagungkanmu?” Aku menjawabnya, “Aku memiliki satu kebaikan yang Allah
120 Risalah al-Amin

wajibkan kepada Nabi-Nya dan aku pegang kebaikan itu baik-baik.” Dia bertanya,
“Apakah itu?” Aku berkata, “Berpaling dari kalian dan dunia kalian.” Allah berfirman,

“Maka tinggalkanlah (hai Muhammad) orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan
dia hanya mengingini kehidupan dunia.” (QS. an-Najm [53]: 29)

Hai orang yang menginginkan jalan keselamatan-Nya, dan hai orang yang rindu ke
hadirat kehidupannya, janganlah memperbanyak hal yang diperbolehkan Allah
untukmu. Tinggalkanlah apa yang tidak masuk dalam ilmumu dan dihalalkan Allah
untukmu. Kemudian, bersegeralah melakukan kewajiban-kewajibanmu.
Tinggalkanlah apa yang membuat manusia sangat sibuk dengan menjaga sirmu.
Sebab, di dalam memperbanyak menghindari perkara mubah terdapat zuhud. Di
dalam menghindari hal yang tidak ada dalam ilmumu terdapat wara’'. Rasulullah saw.
bersabda,

“Kebaikan adalah apa yang dapat menenangkan hati, dan dosa adalah apa yang
terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun
orang-orang memberi fatwa kepadamu. dengan selain hal tersebut.” (HR. ad-Darami)

Biarkanlah mereka, saat ‘menyibukkan diri dengan memelihara sir bisa membuka
jalan menuju hakikat iman. Jika engkau pedagang yang cerdas, tinggalkanlah apa
yang engkau inginkan, berorientasilah pada keinginan-Nya dengan syarat ridha
terhadap seluruh hukum-hukum-Nya,

“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
meyakini?” (QS. al-Maidah [5]: 50)

Dunia itu keharamannya adalah hukuman dan kehalalannya diperhitungkan (hisab).


Rasulullah bersabda,

"Anak keturunannya Adam itu dihisab (dihitung amal perbuatannya).” (HR. al-Baihagi)

Dunia yang tidak diperhitungkan di kehidupan dunia dan tidak memiliki hijab
(penghalang) di kehidupan akhirat adalah dunia yang tidak memiliki kehendak
121 Risalah al-Amin

sebelum eksistensinya. Kehendak jtu juga tidak ada untuk dunia bersama
eksistensinya, tidak ada yang disesalkan ketika dunia tidak ada. Orang yang bebas
dan mulia adalah orang yang mengambil (bagian) dunia hanya sebatas berhadapan
saja dengannya. Dia juga meninggalkannya sebatas berhadapan, tidak ada pengaruh
apa pun di hatinya.

Allah pernah membukakanku salah satu pintu dunia. Aku senang dapat meminjam
dan meminjamkan dunia. Lalu aku memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya, syukur
merupakan makrifat yang ada pada hati. Sementara pujian adalah kalimat yang ada
pada lidah. Aku menggabungkan keduanya dan selalu mengamalkannya di malam
hari.

Aku tidur dan bermimpi melihat guruku berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari
keburukan dunia ketika aku menghadapnya, juga dari keburukan dunia ketika aku
berpaling darinya, ketika aku membelanjakan harta (berinfak), dan ketika aku
menahannya.” Lalu aku mengatakan, “Aku berlindung kepada Allah dari keburukan
dunia ketika aku menghadap kepadanya, dan berlindung kepada-Nya dari keburukan
dunia ketika berpaling darinya.” Guruku lantas meneruskan kata-kataku, “Aku juga
berlindung dari musibah, bencana, penyakit badan, penyakit hati, serta penyakit jiwa
seluruhnya dan sepenuhnya. Jika aku mampu atas sesuatu, maka berilah aku pakaian
ridha, cinta, pasrah, dan pahala ampunan, tobat, dan kembali kepada yang diridhai-
Nya.”

Aku bermimpi melihat Abu Bakar ash-Shiddiq ra., ia bertanya kepadaku, "Apakah
engkau tahu apa tanda hilangnya cinta dunia dari dalam hati?” Aku menjawab, “Tidak.”
Beliau berkata, “Tandanya yaitu meninggalkan dunia ketika menemukannya, serta
mendapatkan ketenangan ketika kehilangannya.”

BAB 51
Utang

JIKA ENGKAU BERUTANG, maka berutanglah kepada Allah. Dengan demikian, Allah
akan menanggungnya dan memikul bebannya. Jika engkau berutang dengan
122 Risalah al-Amin

mengandalkan kemampuanmu, atau sesuatu yang engkau ketahui, maka akan terasa
berat bagimu untuk menanggungnya. Bahkan bisa ‘saja engkau menunda-nunda,
menyia-nyiakan, membuatnya lama terbayar, mendahulukannya, mengakhirkannya,
berbuat zalim atau berbohong, sehingga engkau merugi dan tidak mendapatkan
untung.

Kemudian aku ditanya, “Lantas bagaimana caraku berutang kepada Allah?” Kujawab,
“Dengan memutus diri dari seluruh arah, mencabut hati dari kebiasaan, serta
menggantungkannya dengan Dzat yang memiliki bumi dan langit. Ucapkanlah,

“Ya Allah, kepada-Mu aku berutang, dengan nama-Mu yang Engkau telah membawa
(menanggung) apa yang aku bawa, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu
perkaraku aku kembalikan, kemudian aku letakkan. Aku berlindung kepada-Mu dari
masuk ke dalam kawah kebodohan dan nafsu, aku berlindung kepada-Mu dari
kebiasaan-kebiasaan, permusuhan, kotoran, dan perbuatan keji.”

Jika muncul sebuah penghalang yang kau ketahui, maka larilah kepada Allah, seperti
engkau lari dari api neraka yang akan mengenaimu. Ucapkanlah,

“Aku berlindung kepada-Mu dari neraka, dari amalnya ahli neraka, maka tolonglah aku
dan. ampunilah aku wahai Yang Mahaperkasa, wahai Yang Maha Pengampun.”

Ini semua adalah keajaiban-keajaiban yang ada dalam ilmu makrifat dan muamalah.
Maka dari itu, jauhkan dari nafsumu dan -serahkanlah pahalamu kepada Allah.

BAB 52
Musibah

ORANG-ORANG YANG TERTIPU di dunia dan akhirat adalah orang yang


mendapatkan musibah kebinasaan karena kemurkaan Allah. Ridha terhadap Allah
akan diberi pahala berupa keridhaan dari-Nya. Jika Engkau ridha dengan-Nya, maka
Dia akan ridha denganmu. Jika engkau benci terhadap ketetapan-Nya, maka Dia akan
murka kepadamu. Allah berfirman,
123 Risalah al-Amin

“Yang demikian itu karena niereka membenci_apa (al-Quran) yang diturunkan Allah,
maka Allah menghapus segala amal mereka.” (QS. Muhammad [47]: 9)

Batas dari murka adalah sesuatu yang belum Allah datangkan hukumnya. Orang yang
percaya dengan pembagian dari Allah, maka dia dilarang untuk menentang
hikmahnya. Setiap musibah yang diharapkan pahalanya dan tidak ditakuti
hukumannya bukanlah disebut musibah. Yang dinamakan musibah adalah sesuatu
yang tidak diharapkan pahalanya dan ditakuti hukumannya. Jika terjadi musibah,
berdoalah,

“Sungguh kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berikanlah aku
pahala dalam musibahku, dan berikanlah aku kebaikan setelahnya.”

Kemudian, disampaikan kepadaku agar aku menambahkan,

“Ampunilah aku dari kejelékannya, dari sésuatu yang mengikutinya, dari sesuatu yang
terhubung dengannya, dari isi yang ada di dalamnya, dari semua hal yang terjadi
sebelumnya, dan dari semua hal yang akan terjadi setelahnya.”

Aku mengucapkannya dan musibah terasa ringan bagiku. Jika aku mendapatkan
musibah, ia akan tetap terasa ringan bagiku. Apa yang aku dapatkan dari dinginnya
ridha dan pasrah lebih aku sukai dibandingkan apa saja.

Dalam mimpi, aku melihat ada yang berteriak dari atas langit, “Engkau digiring kepada
rezeki, atau kepada dirimu, atau kepada ketetapan Allah kepadamu, denganmu atau
bagimu dengan lima hal, tidak lebih; yaitu bertaqwalah kepada Allah di mana pun
engkau berada. Janganlah menyamakan taqwa dengan apa pun karena kebaikan
diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah sendiri menyukai orang-orang
yang bertaqwa. Dia menyukai mereka dan mereka menyukai-Nya.”

Allah berfirman,
124 Risalah al-Amin

“Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Mahaluas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maidah [5]: 54)

Kemudian berdoalah,

“Aku berlindung kepada Allah dari buruknya qadha, dari resahnya jiwa ketika terkena
-cobaan, dari kebahagiaan, kesusahan, keraguan, dan kedukaan dalam penderitaan
dan kesejahteraan.”

Aku mendengar seseorang berkata, “Orang yang gelisah tidak akan bersabar, orang
yang memaksakan diri tidak akan selamat, orang yang meminta tidak akan ridha,
orang yang berpaling tidak akan memasrahkan diri kepada Allah, orang yang
memohon tidak bertawakal.”

Itulah lima perkara yang sangat engkau butuhkan dan hendaknya mengamalkannya
sepanjang hidup. berdoalah,

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan)


yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. al-Qashash [28]: 24)

Maka tambahkanlah anugerah dan kebaikan-Mu kepada hamba. Jadikanlah hamba


termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat-Mu.

Tanda-tanda penyerahan diri kepada Allah adalah tidak goyah hatinya ketika tertimpa
musibah. Aku terjaga semalam memikirkan umat Muslim. Apakah aku mendoakan
mereka atau tidak? Lantas aku mendengar guruku berkata, “Mereka adalah umat
mulia, maka bersabarlah atau diam, relakan, pasrahkan, serahkan, bertawakal,
bertaqwa, dan berbuatlah kebaikan.” Allah berfirman,

“Janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih . hati, sebab kamu
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 139):

Adakah perencana selain Allah yang kalian inginkan atau hukum selain hukum-Nya
yang kalian cari? Allah berfirman,
125 Risalah al-Amin

“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?” (QS. al-Maidah [5]: 50)

Sungguh para sahabat Nabi Muhammad saw. dan tabiin telah disakiti dan dianiaya,
mereka tidak pernah tergesa-gesa membalas dan mendoakan orang-orang yang
zalim dengan makrifat mereka kepada Allah, Tuhan semesta alam. Kalaupun mereka
berdoa, mereka berdoa karena izin dari Allah bukan karena kebencian dan tidak rela
atas ketetapan Allah.

Setiap syahwat yang mengajakmu untuk menyukai syahwat lain adalah senjata setan.
Setiap syahwat yang mengajakmu untuk menaati Allah dan menyukai berada pada
jalan kebaikan adalah syahwat yang terpuji. Setiap kebaikan yang tidak
mendatangkan cahaya dan ilmu, maka janganlah engkau mencari pahala di
dalamnya. Namun, setiap kesalahan yang mengakibatkan rasa takut dan kembali
kepada Allah janganlah engkau anggap sebagai dosa. Suatu ketika beliau didatangi
orang-orang yang mengadu tentang kezaliman mereka. Ia berkata, “Berdoalah,

"Ya Allah, sungguh kami terbebas dari orang-orang yang sewenang-wenang dan
orang-orang yang zalim, dan sungguh kami adalah orang yang cinta kepada keadilan-
Mu, maka kami mohon jangan tarik kami dengan kemurkaan-Mu. Sungguh Engkau
adalah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Guruku pernah berkata, “Ada dua dosa yang jarang sekali keduanya berbuah
kebaikan, yaitu benci terhadap ketetapan Allah dan berbuat zalim terhadap hamba-
hamba Allah. Sementara ada dua kebaikan yang jarang sckali terancam (dihapus
pahalanya) oleh banyaknya dosa, yaitu ridha dengan ketetapan Allah dan memaafkan
kesalahan hamba hamba Allah.”

Wahai Dzat yang di tangannya terdapat kekuasaan segala sesuatu. Dia-lah yang
melindungi dan tidak butuh perlindungan., Lindungilah hamba dari segala sesuatu
yang membuat hamba tidak berdaya.
126 Risalah al-Amin

Janganlah engkau lari menuju Allah dalam keadaan kesal dan benci, karena Allah
akan murka kepadamu. Dikatakan padaku, “Tetapi urusan ini menyusahkanku.” Aku
jawab, “Kami berikan kepadamu kekuatan untuk mendidik, mengajar, dan
memperlihatkan kepadamu sesuatu.”

Percayalah bahwa manfaat dan mudarat itu berasal dari Allah, meskipun hal itu terlihat
pada mereka. Larilah dari mereka menuju Allah dengan percaya terhadap takdir yang
diberikan. Janganlah merasa takut kepada mereka hingga membuatmu lalai dan
melupakan Allah, serta bergantung kepada mereka. Setiap ketakutan yang
membuatmu kéembali kepada Allah adalah keridhaan sehingga orang yang memiliki
ketakutan adalah orang yang terpuji. Akan tetapi, setiap ketakutan yang membuatmu
kembali kepada selain Allah merupakan hal yang hina dan tercela. Jika ada sesuatu
yang sampai kepadamu dengan kuasa AHah melalui perantara mereka, maka
bersabarlah, ridhalah, bersyukurlah, cintailah, dan kembalilah kepada Allah.

Pada suatu malam, aku berada dikota Manshurah. Pada malam ke-8 bulan Dzulhijah,
aku terjaga karena memikirkan umat Muslim dan nasib benteng mereka, khususnya
benteng Iskandariyah. Aku berdoa dan bersimpuh-di hadapan Allah untuk kebaikan
Sultan dan segenap umat Islam. Di penghujung malam, aku melihat sebuah tenda
begitu luas di ketinggian langit. Tenda ini memancarkan cahaya dan dikerumuni oleh
para penduduk langit, sedangkan para penduduk bumi tidak mengetahuinya.

Dengan senang hati aku bergepas menuju ke sana. Aku bertanya, “Untuk siapa tenda
ini?” Mereka menjawab, “Untuk Rasulullah saw.” Di depan pintu tenda aku bertemu
beberapa ulama dan orang saleh sekitar tujuh puluh orang. Di antara yang aku kenali
adalah Izzuddin bin Abdu as-Salam, ahli fikih az-Zain, guru kota Qush, ahli fikih Kamal
bin al-Qadhi Shadruddin, ahli fikih dan hadis Muhyiddin bin Suragah, dan ahli fikih
yang bijak Majduddin Ali bin Wahab al-Qasyairi.

Terdapat dua orang bersama mereka. Kedua orang itu tidak pernah aku lihat dan
wajahnya lebih tampan dibandingkan siapa pun yang pernah kulihat. Aku tidak
mengenal mereka tetapi aku mendapatkan isyarat bahwa mereka adalah ahli fikih
Zakiyuddin bin Abdul Azhim al-Mundziri, seorang ahli hadis, dan Imam Majduddin al-
127 Risalah al-Amin

Ikhmimi. Lalu aku cepat-cepat menghadap Rasulullah saw. dan menjaga adab serta
tawadu’ dengan Imam Izzuddin.

Aku berkata kepada diriku, “Kau tidak patut berkumpul bersama ulama umat saat ini.”
Lalu, majulah Imam Izzuddin dan semua ulama lainnya. Rasulullah saw. memberi
isyarat kepada mereka ke kiri dan ke kanan agar mereka.duduk. Aku maju ke depan
dan menangis karena gelisah sekaligus gembira: Gelisah karena memikirkan umat
muslim dan benteng kota mereka. Gembira karena aku bisa dekat dengan Rasulullah
saw.

Rasulullah saw. mengulurkan tangannya dan menggenggam tanganku. Lalu


bersabda, “Janganlah engkau gelisah terhadap nasib benteng tersebut. Engkau harus
memberi wejangan kepada pemangku urusan umat Islam (Sultan). Jika kalian
dipimpin oleh seorang yang zalim, maka apa yang bisa ia perbuat?”

Lalu ia menggenggam kelima jarinya di tangan kiri seakan sedang memberi isyarat
jumlah yang sedikit, "Jika kalian dipimpin oleh seorang yang bertaqwa, maka Allah
menjadi penolong orang-orang yang bertaqwa,” lanjutnya. Rasulullah kemudian
membentangkan tangan kanan dan kirinya dan bersabda, “Adapun nasib umat
Muslim, maka cukuplah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin yang menjaga
mereka.” Allah berfirman,

‘Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman
sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.’
(QS. al-Maidah [5]: 56) ;

Adapun mengenai urusan Sultan, tangan Allah dan kasih sayang-Nya selalu
terbentang untuknya, selama ia setia menolong rakyatnya dan umat mukmin dari
hamba Allah. Katakanlah kepada orang yang zalim—musuh Allah itu satu perkataan
yang kuat. Tuliskan ayat berikut untuknya,

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sungguh, janji Allah itu benar dan sekali-
kalijangan sampai orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu
menggelisahkan engkau.” (QS. ar-Rum [30]: 60)
128 Risalah al-Amin

Kemudian, aku mengatakan, “Demi yang mempunyai Ka’bah,” lantas aku terbangun
dari tidurku.

BAB 53
Keburukan

PANGKAL KEBURUKAN ADA enam. Pertama, mengubah kehendak baik menjadi


kehendak buruk. Kedua, mengubah ketergantungan kepada Allah menjadi kepada
makhluk. Ketiga, mengubah prasangka baik terhadap Allah dan kedermawanan-Nya
menjadi prasangka buruk terhadap-Nya dan rasul-Nya. Keempat, keinginan
tersembunyi. Kelima, mencintai dunia, dan keenam, mengikuti hawa nafsu.

Allah swt. berfirman, “Aku dan Kemuliaan-Ku ada untukmu selama engkau tidak
mengganti kehendak baik dengan kehendak buruk, prasangka baik terhadap
kedermawanan-Ku menjadi prasangka buruk, dan ketergantungan kepada-Ku
menjadi ketergantungan kepada makhluk. Jika engkau melakukannya, maka Aku
akan lepas darimu, menyerahkanmu kepada dirimu sendiri, memberimu kemampuan
yang kau kuasai, dan memasukkanmu ke dalam neraka Jahanam. Sungguh, ia
seburuk-buruk tempat kembali. Siapa yang bertobat, maka Aku akan menerima
tobatnya. Siapa yang meminta ampunan, maka Aku akan mengampuninya.
Sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun dan Maha Pengasih.”

Kemudian melanjutkan firman-Nya, “Demi kemuliaan-Ku, kalau bukan sesuatu yang


ada padamu, niscaya umat akan binasa karena dosa-dosamu.” Aku bertanya,
“Apakah itu?” Dia menjawab,

"Rahmat-Ku lebih engkau sukai dibandingkan hukuman-Ku, dan permintaan


ampunmu lebih besar dibandingkan bermaksiat kepada Ku. Dengan hal itu, engkau
mendahului orang orang terdahulu. Aky tidak mengantarmu untuk bersama orang-
orang yang menuju Allah, juga tidak menempatkanmu dengan orang-orang zalim.
Katakanlah, ‘Aku berlindung pada Allah dari seruan-seruan yang tersembunyi, dari
keinginan terhadap dunia dan mengikuti hawa nafsu.”
129 Risalah al-Amin

Hafalkanlah enam hal tersebut karena sesungguhnya ia adalah pangkal keburukan.


Mintalah perlindungan kepada Allah, Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi
Mengetahui. Benteng hati dari keburukan ada empat, yaitu terhubungnya hati dengan
Allah, membenci dunia, tidak menggunakan mata untuk melakukan hal yang
diharamkan Allah, dan engkau tidak memindah telapak kakimu, kecuali untuk
mengharap pahala dari Allah.

Jika engkau ingin mengalahkan semua kejelekan, bertemu dengan semua kebaikan,
dan tidak didahului oleh orang lain, maka ketika melakukan sesuatu, ucapkanlah,

“Wahai Dzat yang mempunyai semua kebaikan, hamba mohon kepada-Mu kebaikan
semuanya. Hamba berlindung kepada-Mu dari semua keburukan. Sungguh engkau
adalah Allah Yang Mahakaya, Yang Maha Pengampun, Yang Maha Penyayang.
Hamba mohon kepada-Mu dengan sang pemandu, Nabi Muhammad saw. kepada
(jalan Allah yang kepunyaanNya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Ingatlah, bahwa hanya kepada Allah semua urusan kembali)."

Ampunan yang menerangkan hati hamba, menempatkan beban di dalamnya,


mengangkat zikir hamba dengannya, memudahkan urusan hamba dengannya,
bersamanya menenangkan pikiran hamba, dengannya menyucikan hati hamba,
dengannya menghilangkan kesengsaraan hamba, dengannya terangkat takdir
hamba. Sungguh engkau adalah Dzat Yang Menguasai segala sesuatu.”

Kebaikan adalah sesuatu yang paling mudah bagi orang yang dimudahkan Allah. Kau
tidak tahu kehendak buruk di dalam jiwamu, kau termasuk orang-orang yang saleh.
Aku pernah bermimpi tentang sekelompok sahabat-sahabat Rasulullah saw. dan
sekelompok pasukan yang hidup pada masa sekarang. Aku melihat ke arah para
sahabat Rasulullah dan kadang ke arah pasukan.

Kemudian, salah satu sahabat Rasulullah saw. berjalan menuju ke arahku dan
berkata, “Bukankah mengingat sahabat-sahabat Rasulullah saw. dan amalan-amalan
mereka menjadikanmu tidak butuh untuk ingat kelompok ini (pasukan) beserta
130 Risalah al-Amin

perilakunya? Akan tetapi, kegelisahan karena urusan rezeki, takut kepada manusia,
menolong dan mengikuti hawa nafsu dapat memutus seluruh kebaikan.”

BAB 54
Maksiat

ORANG YANG MENINGGALKAN maksiat secara zahir, meninggalkan cinta kepada


dunia secara batin, dan selalu menjaga anggota tubuhnya dari dosa, maka dia akan
diberi tambahan-tambahan kebaikan dari Tuhannya. Allah akan menyediakan
malaikat penjaga untuknya. Allah akan mengumpulkannya ke dalam para saksi dan
dalam sirr-Nya. Allah akan memegang tangannya untuk menjaga dan memuliakan
seluruh urusannya. Maksud dari tambahan adalah bertambahnya ilmu, yakin, dan
makrifat.

Aku bertemu dengan seorang laki-laki, ia minta wejangan kepadaku. Aku berkata
padanya, “Jangan’ engkau menjadikan maksiat sebagai tempat tinggal, jangan
menjadikan dunia dan cinta kepadanya sebagai berhala, tinggalkanlah hawa nafsu,
dan mohonlah pertolongan kepada Allah karena Dialah sebaik-baik pelindung dan
penolong. Engkau harus mendapatkan hakikat dalam iman dan penyaksian dalam
kebaikan.

Ikatlah semua itu dengan ilmu, maka Engkau akan mendapatkan karunia yang lebih.
Pintalah tambahan anugerah dari Allah, jangan mengharapkan apa pun, kecuali
Allah.” Allah berfirman,

“Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang
mereka persekutukan (dengan-Nya).” (QS. an-Naml [27]: 63)

Laki-laki tadi bertanya, “Apakah engkau menemukan satu nama dari nama-nama
Allah yang mewakili semua permohonan tersebut?” Aku katakan, “Ya, yaitu,
131 Risalah al-Amin

‘Ya Allah, wahai Yang Mahaawal, wahai Yang Mahaakhir, wahai Yang Mahazahir,
wahai Yang Mahabatin, sebagaimana Engkau telah membuatku baik pada awalnya,
maka hamba mohon jadikanlah baik pada akhirnya.”

Allah berfirman,

“Tidak ada balasan untuk kebaikan, kecuali kebaikan (pula).” (QS. ar-Rahman [55]:
60)

Dia kembali bertanya, “Kebaikan apa yang harus kulakukan pertama kali untukmu?”
Aku menjawab, “Ada empat hal, yaitu dengan tauhid, iman, akal, dan bukti.
Sebagaimana Dia berbuat padaku dengan tauhid pada permulaan, maka aku
memohon pada-Nya untuk berbuat baik kepadaku dengan penyaksian di akhirnya.
Sebagaimana Dia berbuat baik dengan memberi iman, aku berharap Dia berbuat baik
dengan ihsan. Sebagaimana Dia berbuat baik dengan akal fari’ (cabang), aku
berharap Dia juga berbuat baik dengan (memberi) akal ashli (utama). Sebagaimana
Dia berbuat baik dengan membecri bukti, aku berharap Dia juga berbuat baik dengan
memberi penglihatan langsung.” Dia berkata, “Engkau telah berbuat baik. Engkau
telah berbuat baik.”

Orang yang mendapatkan petunjuk dengan sunah adalah orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, lalu berpaling dari dunia dan menghadap akhirat, serta bertekad
untuk tidak bermaksiat kepada Allah. Jika dia melakukan maksiat kepadaNya, dia
meminta ampunan, bertobat, dan kembali kepada-Nya. Aku ditanya, “Apa yang
engkau lakukan?” Kujawab, “Tobat dari maksiat kepada Allah, dan kembali dari taat
kepada Allah menuju Allah.”

Jika engkau menginginkan kebaikan dunia dan akhirat, kemuliaan ampunan, rahmat,
dan selamat dari api neraka serta masuk ke dalam surga, maka tinggalkanlah maksiat
kepada Allah. Perbaikilah dalam melaksanakan .perintah Allah, berpegang teguhlah
kepada Allah, mintalah pertolongan Allah, mintalah ampunan-Nya dan tawakallah
kepada-Nya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal.
132 Risalah al-Amin

Ada seseorang mengatakan, “Jelaskan kepadaku bagaimana aku bertawakal,


berpegang teguh, dan meminta pertolongan kepada Allah?” Aku menjawab, “Orang
yang bergantung kepada sesuatu atau bersandar kepadanya selain kepada Allah,
maka dia bukan orang yang bertawakal kepada Allah. Tawakal adalah bersandarnya
hati, jiwa, akal, roh, sir, dan anggota tubuh secara lahir dan batin hanya kepada Allah,
bukan kepada yang selain-Nya. Berpegang teguh kepada Allah adalah
mengandalkan, memohon pertolongan, dan meminta bantuan dari-Nya.

Larangan dalam berpegang teguh kepada-Nya adalah ketika engkau memandang


ada kuasa, kehendak, hukum, atau dampak pada sesuatu terhadap sesuatu yang lain,
atau dalam, dari sesuatu, atau untuk sesuatu. Sementara itu, meminta bantuan
kepada Allah adalah dengan cara menjadikan ilmu sebagai penyebab, juga tidak
menjadikan akibat sebagai sebab, tidak pada awal atau akhir, Tenggelamkanlah
semuanya dalam ilmu, kuasa dan kehendak sebagaimana mereka menenggelamkan
dunia ke dalam akhirat. Akhirat pada masa terdahulu. Serta yang terdahulu pada
hukum, sedangkan hukum pada ilmu yang azali. Meninggalkan maksiat adalah
dengan cara engkau meninggalkannya sampai melupakannya. Hakikat meninggalkan
maksiat adalah melupakan apa yang ditinggalkan tersebut. Hal ini berada pada
tingkatan yang sempurna. Jika tidak, maka tinggalkanlah dengan usaha dan
perjuangan. Sesungguhnya, Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang
berbuat baik. Adapun, melaksanakan perintah-Nya dengan baik dilakukan dengan
zikir, berpikir, penjagaan, bersegera, dan yakin dengan perintah-Nya. Jika engkau
diganggu oleh dosa, cacat, lupa, atau lalai, maka mintalah ampunan kepada-Nya dari
kezalimanmu terhadap dirimu dan buruknya perbuatanmu karena kebodohanmu.”
Allah berfirman,

“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian
ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa’ [4]:110)

Aku bermimpi seakan berada di batas tertinggi (illiyyin) bersama malaikat yang dekat
dengan Allah (muqqarrabin). Aku berada pada kenikmatan yang tidak ingin
tergantikan. Mereka mengatakan, “Berjalaniah mencari tambahan (kenikmatan).” Aku
pun berjalan bersama mercecka dan memasuki suatu tempat yang luar biasa indah,
133 Risalah al-Amin

tidak bisa aku gambarkan. Aku sanyat menginginkan penyaksian Tuhan


(musy@dhadah), tiba tiba aku berada pada kondisi musya@hadah yang tidak bisa
aku jelaskan.

Dikatakan kepadaku, “Orang yang Aku tahan anggota badannya dari maksiat kepada-
Ku, Aku menghiasinya dengan menjaga amanahKu. Aku buka hatinya untuk
mencapai musyahadah (menyaksikanKu). Aku lepaskan lidah sirnya untuk
bermunajat kepada-Ku. Aku angkat hijab antara dia dan sifat-sifatnya, Aku perlihatkan
kepadanya makna-makna dari roh kalimat-Ku, maka Aku telah menjauhkannya dari
api neraka, memasukkannya ke dalam surga-Ku, dekat denganKu, dan bersahabat
dengan malaikat-malaikat-Ku.” Allah berfirman dalam al-Quran,

“Barang siapa dijauhkan .dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia
memperoleh kemenangan.” (QS. Ali Imran [3]:185) .

Ini merupakan surga yang .disegerakan. kepada ahli iman yang mencapai keyakinan.
Mereka akan memasukinya pada hari pembalasan dengan jasad mereka yang
mencakup rasa, indra, dan penglihatan nyata. Lalu aku memanggil mereka dengan
isyarat kelembutan dan hakikat. Allah berfirman,

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia
telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga.” (QS. al-A’ raf ['7]: 27)

BAB 55
Zalim

AKU BERDOA,

“Ya Allah, kasihilah hamba dari bermaksiat kepada-Mu baik itu ucapan, perbuatan,
zikir; dan pikir. Sungguh pencinta yang tinggi memuliakan “orang yang lebih ‘rendah
derajat cintanya: Hamba mohon perlihatkanlah kekuasaan-Mu dalam hal tersebut.”
134 Risalah al-Amin

Aku tertidur dan bermimpi seakan sedang berada di hadapanNya. Allah berfirman,
“Jika engkau menginginkannya, maka serahkanlah roh dan jiwamu kepada-Ku.” Aku
katakan, “Oh Tuhan, apa yang dimaksud menyerahkan roh?“ Dia menjawab,
“Mengerahkan kemampuan roh pada apa yang engkau sukai dan mengerahkan jiwa
pada apa yang engkau benci.”

Belenggu adalah ikatan pada hati untuk berbuat khianat, berbuat muslihat, tipu daya,
dan dendam. Menguatkan apa yang engkau ikat adalah dengan tidak melupakan dan
melalaikannya. Bertaqwalah kepada Allah dalam perbuatan keji, baik secara umum
maupun terperinci. Bertaqwalah dalam kecenderungan kepada dunia, baik secara
bentuk maupun penggambarannya.

BAB 56
Hukuman

HUKUMAN ITU ADA empat macam, yaitu hukuman dengan siksa, hukuman dengan
menutup, hukuman dengan menahan, dan hukuman dengan membinasakan;
binasanya hati pada al-mathlib (pencarian). Hukuman siksa karena melakukan
keharaman. Hukuman hijab (terhalang) bagi. orang-orang taat, hukuman ini buah dari
adab yang buruk. Hukuman menahan berasal dari kecenderungan hati pada selain-
Nya. Hukuman membinasakan berasal dari sikap terburu-buru meminta ganjaran dan
khawatir. Allah bisa saja mengubah hukuman-hukuman tersebut sehingga sirr-Nya
binasa.

"Janganlah anugerah membuatmu tertutup dari Pemberi Anugerah.” Kukatakan,


“Wahai Tuhanku, bagaimanakah caranya?” Dia menjawab, “Ketahuilah bahwa
eksistensimu mendahului pengetahuanmu, begitu juga syukur. Eksistensimu juga
mendahului anuge' rah yang diberikan kepadamu. Jika engkau fokus pada anugerah,
maka dengan anugerah itu engkau tertutup dari yang memberikannya. Jika engkau
berada di sisi-Nya dan dengan-Nya, maka tidak ada yang mendahului ataupun yang
didahului. Jika engkau menyaksikan dari eksistensimu menuju eksistensi-Nya, maka
engkau berada pada penghalang ilmu.”
135 Risalah al-Amin

Janganlah berdoa agar kebahagiaan dan kebutuhanmu terpenuhi tanpa disertai


kebahagiaan bermunajat dengan kekasihmu, Allah. Hal tersebut akan menjadikanmu
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang terhalang. Orang yang cahayanya
mendahului akalnya, maka dia diberkahi. Sedangkan orang yang akalnya mendahului
cahayanya, maka dia adalah orang miskin yang patut dikasihani.

Aku mendengar seseorang sedang berbicara perihal kondisi spiritual orang lain dan
mencelanya. Lalu guruku berkata padaku, “Orang ini akan mati dengan empat
kematian, yaitu mati dengan kehinaan; mati dengan kefakiran; mati dengan
membutuhkan manusia, tetapi tidak mendapatkan seseorang: yang mengasihinya;
dan mati dengan ajal, kemudian mati dalam kondisi Islam.”

Hijab (penghalang) ada tujuh, yaitu penghalang berupa kehormatan, penghalang ilmu,
penghalang kekuasaan, penghalang rasa takabur, penghalang cahaya, penghalang
kegelapan, serta penghalang fana dan baqa.

BAB 57
Syafaat

AKU BERPESAN KEPADA seorang laki-laki yang sedang dirundung kesedihan dan
kesusahan, hingga dia tidak mau makan, minum, dan tidur, “Wahai anak Fulan,
jalanilah takdir Allah, gantungkan hatimu kepada-Nya. Janganlah berputus asa dari
nikmat-Nya, dan tunggulah kelapangan dari-Nya. Jauhilah perbuatan syirik kepada-
Nya, munafik kepada Rasulullah saw., dan berprasangka buruk kepada-Nya.
Semuanya mengajak kepada lingkaran kebu| rukan yang dimurkai oleh Allah, dilaknat
oleh-Nya, dan disiapkan neraka-Nya.” Allah berfirman,

“Serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam) itulah
seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. al-Fath [48]: 6)

Setelah itu aku melihat seorang tawanan yang terikat di depan Rasulullah saw. Dia
membacakan firman Allah swt.
136 Risalah al-Amin

“Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: Jika Allah
mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu
yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampunimu.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Anfal [8]: 70)

Kemudian aku bertanya, “Apa yang dinamakan munafik, Rasulullah?” Beliau


menjawab, “Yaitu berpura-pura melakukan sunah, tetapi Allah mengetahui engkau
tidak melakukan sunah.” Kemudian, aku bertanya kembali, “Apa itu syirik?” Beliau
menjawab, “Yaitu menjadikan penolong dan pemberi syafaat selain Allah.”. Allah
berfirman,

“Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong’ pun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafaat.” (QS. asSajadah [32]: 4)

Allah swt. berfirman,

"Bahkan mercka mengambil pemberi syafaat selain Allah. Katakanlah, ‘Dan apakah
(kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu pun dan tidak
berakal?” (QS. az-Zumar [39]: 43)

Rasulullah saw. bersabda,

“Berikanlah syafaat (bantuan), maka kalian akan mendapat pahala.” (HR. Bukhari)

Di dalam perkara yang haqq, dengan perkara yang haqq, Allah dan Rasul-Nya
memerintahkanmu untuk melakukan hal yang benar. Sungguh sudah dijelaskan
kepadamu tentang kebenaran penjelasan di dalam sabdanya, "tuajjird." Orang yang
merasa senang karena tolong menolong dalam kemaksiatan, mencari jabatan dan
takhta, atau mencari dunia, mereka sama sekali tidak akan mendapat pahala.
Sebaliknya, mereka akan mendapatkan siksa karena hal itu. Serta Allah akan
menerima tobat sesuai kehendak-Nya.

Kemudian, aku bertanya, “Apa itu berprasangka buruk terhadap Allah?” Beliau
menjawab, “Yaitu orang yang berharap kepada selain Allah dan meminta pertolongan
137 Risalah al-Amin

kepada selain-Nya karena putus asa kepada-Nya atas pertolongan-Nya. Kemudian,


dia berprasangka buruk kepada-Nya.” Allah berfirman,

“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali kali tiada menolongnya
(Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit,
kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu
dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.” (QS. al-Hajj [22]: 15)

Syafaat adalah cahaya Allah yang tampak pada esensi Rasulullah saw. Maka setiap
hamba Allah akan menemukan roh dan tenang dengannya. Ia tetap diketahui oleh
orang yang kufur, orang yang beriman, atau makhluk Allah yang lain. Adapun orang
mukmin, dia akan terus melakukan hal tersebut dan tidak akan mendapatkan celaan
karena firman Allah berikut ini,

“Pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang
bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan
mereka.” (QS. at-Tahrim [66]: 8)

Adapun orang kafir, maka syafaat itu akan lewat seperti kilat supaya dia menyadari
apa yang telah ditinggalkannya, kemudian dia mendapatkan siksa yang pedih. Allah
berfirman,

“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api
neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.” (QS.
al-A’raf [7]: 41)

Syafaat adalah tertuangnya cahaya kepada inti sari kenabian, Kemudian, dari inti sari
kenabian tersebut menyebar ke semua nabi. Kemudian, cahaya-cahaya dari orang-
orang jujur dan para nabi memantul ke semua makhluk Allah lainnya.

BAB 58
Wejangan
138 Risalah al-Amin

GURUKU MEMBERIKAN WEJANGAN kepadaku, “Takutlah kepada Allah sehingga


engkau merasa aman dari segala sesuatu. Waspadalah terhadap hatimu ketika dia
merasa aman karena Allah dalam satu hal tertentu saja. Takut kepada Allah tidak
berarti seperti takut terhadap sesuatu yang lain, dan merasa aman dengan Allah
hanya dalam satu hal. Perbaruilah mata hati iman, maka engkau akan menemukan
Allah dalam segala hal. Dekat merupakan deskripsi tentang-Nya dan keluasan
cakupan-Nya merupakan sifat-Nya. Ia jauh dari tempat dan batas, dari ruang dan
arah, dari teman dan kedekatan dengan jarak, serta dari kedekatan dengan makhluk.
Hapuslah segala sesuatu dengan sifat-Nya yang pertama dan terakhir, yang zahir dan
batin. Allah telah ada sejak azali dan tidak ada sesuatu pun bersamanya. Sekarang
Dia tetap seperti Dia yang dahulu.

Kekasihku memberiku wejangan, jangan engkau pindahkan kedua telapak kakimu,


kecuali untuk mengharapkan pahala dariNya. Jangan engkau duduk, kecuali engkau
aman dari bermaksiat kepada-Nya. Jangan engkau berteman, kecuali dengan orang
yang mampu menolongmu dalam ketaatan kepada-Nya. Jangan engkau’ memilih
teman untuk dirimu, kecuali orang tersebut menambah keyakinanmu pada-Nya.

Guruku pernah berkata, “Allah adalah Allah, dan manusia adalah manusia. Buatlah
lidahmu terus menyebut-Nya dan hatimu condong kepada-Nya. Engkau harus
menjaga anggota badanmu dan melaksanakan kewajiban-kewajiban (agama). Jika
begitu, maka wilayah (pertolongan) Allah kepadamu telah sempurna. Jangan
mengingatnya, kecuali kewajiban yang Allah berikan kepadamu.”

Dengan begitu, wara'-mu juga telah sempurna. Berdoalah,

“Ya Allah istirahatkanlah hamba dari mengingat mereka, dari perselisihan-perselisihan


‘dari diri mereka. Selamatkanlah hamba dari kejelekan mereka, cukupkan hamba
dengan kebaikan-Mu daripada kebaikan mereka. Kuasakanlah kepada hamba
dengan keistimewaan diantara mereka. Sungguh engkau adalah Mahakuasa atas
segala sesuatu.”

Guruku memberiku wejangan, “Larilah dari kebaikan manusia lebih banyak daripada
pelarianmu dari keburukan mereka. Keburukan mereka hanya menimpa tubuhmu
139 Risalah al-Amin

saja, sementara kebaikan mereka membekas dalam hatimu. Maka dari itu, menimpa
tubuhmu lebih baik untukmu dibandingkan membekas di hatimu.”

Musuh yang membuatmu kembali kepada tuanmu lebih baik daripada kekasih yang
membuatmu sibuk dan lupa akan tuanmu.

Orang yang lalai dengan hatinya, sebenarnya ia telah mengejek agamanya.


Kemudian, orang yang terlalu sibuk dengan ciptaanNya, sebenarnya dia menjadikan
agamanya sebagai mainan.

Seorang hamba yang beramal dengan tujuan agar diterima oleh manusia, jarang
sekali selamat dari kemunafikan. Aku bertemu dengan seseorang dalam
perantauanku. Ia menasihatiku, “Tidak ada ucapan yang lebih meringankan beban,
kecuali la haula wa la quwwata illa billah. Tidak ada perbuatan yang dapat
memberikan pertolongan, kecuali berlari menuju Allah dan berpegang teguh kepada-
Nya.” Allah berfirman,

“Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah.” (QS. adzDzariyat [51]: 50)

Maka dari - itu berpegang. teguhlah kepada Allah. Allah berfirman,

“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia
telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran [3]: 101)

Dengan menyebut nama Allah, aku kembali kepada-Nya, dan ‘aku berpegang teguh
kepada-Nya. Tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan pertolongan-Nya. Tidak ada
yang mengampuni dosa-dosa, kecuali Allah. Bismillah adalah ucapan di lisan dan
berasal dari hati. Kembalilah kepada Allah (fafiru ilallah) adalah sifat roh dan sir. Aku
berpegang teguh kepada Allah (wa‘tashamtu biliah) adalah sifat akal dan jiwa. Tiada
daya dan upaya, kecuali pertolongan Allah (la haula wa la quwwata illa billah) adalah
sifat bagi raja dan pemerintah. Tiada yang mampu mengampuni dosa, kecuali Allah
(wa ma yaghfiru adz-dzuntba illa Allah).
140 Risalah al-Amin

Aku berlindung dari pekerjaan setan, dia adalah musuh yang menyesatkan dan nyata.
Kemudian, katakanlah kepada setan, “Ini adalah ilmu Allah yang ada padamu,
kepada-Nya aku beriman, dan kepada-Nya aku menyerahkan diri. Aku berlindung
kepada-Nya darimu. Kalau Dia tidak memerintahkanku, maka aku tidak akan mohon
perlindungan darimu. Memang siapa engkau hingga aku memohon perlindungan
kepada-Nya darimu?”

Aku meminta wejangan kepada guruku, “Berilah aku wejangan.” Beliau menjawab,
“Janganlah engkau berprasangka buruk terhadap Allah dalam hal apa pun.
Berprasangka baiklah kepadaNya dalam berbagai hal. Janganlah engkau lebih
mengutamakan dirimu dibandingkan Allah dalam segala sesuatu.”

Menetaplah pada satu pintu, maka pintu-pintu lain akan dibukakan untukmu.
Tunduklah pada satu tuan, maka leher-leher (budak) akan tunduk kepadamu. Allah
berfirman,

“Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya.” (QS. al-Hijr
[15]: 21)

Aku menasihati beberapa kawan saat mereka dalam perjalanan, “Aku berharap dalam
perjalananmu, Allah menganugerahkan kemudahan di dalam rezekimu, sehat
badanmu, kemuliaan dalam perkataanmu, ampunan untuk semua dosa-dosamu, dan
diturunkan kepadamu empat hal. Empat hal tersebut adalah dukungan dari makhluk,
rela terhadap Allah, tidak banyak kebutuhan, dan berbahagia dengan yang sedikit.

Janganlah kalian menyukai apa yang ada pada kalian karena kalian akan dihukum
dengan meminta kepada selain kalian. Hukuman ini merupakan hukuman paling
rendah untuk orangorang yang menyukai dunia. Sementara hukuman terbesar adalah
terhalang untuk dapat melihat Tuhan seluruh alam. Kerjakanlah empat perkara, yaitu
keramahan, persahabatan yang baik, melaksanakan kewajiban, dan tawakal kepada
Allah di segala perbuatan.”
141 Risalah al-Amin

Ikatan, ikatan, kemudian ikatan terdapat dalam tiga hal, yaitu janganlah menuduh
Allah dalam hal apapun, berbaik sangkalah kepada-Nya di setiap gerak, janganlah
mendahulukan dirimu dibandingkan Allah dalam segala sesuatu.

Yang dimaksud dengan mendahulukan adalah jika engkau dihadapkan pada.hak


Tuhanmu dan bagianmu, maka janganlah memilih bagianmu dibandingkan hak Allah.
Apabila engkau memilih mendahulukan hak-Nya, engkau akan mendapatkan cinta-
Nya. Jika engkau dihadapkan kepada hal yang disunahkan dan dimakruhkan, maka
janganlah memilih yang makruh dibanding yang sunah. Dalam hal-hal sunah terdapat
cinta Rasulullah saw., hal tersebut akan mudah dilakukan bagi hamba yang hanya
mencintai Allah atau mencintai perintah agama-Nya. |

BAB 59
Wasilah

SEMUA WASILAH ATAU sarana terdapat dalam empat hal, yaitu pada badan, harta,
akal, dan hati. Allah berfirman,

“Mereka menjawab, ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan


shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan adalah kami
membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya.
Dan kami adalah yang mendustakan hari pembalasan.” (QS. al-Muddatstsir [74]: 43—
46) .

Shalat mengisyaratkan raga (sebagai wasilah), memberi makan menunujukkan pada


harta, berbicara memberi isyarat pada akal, dan mendustakan memberi isyarat pada
hati. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kenikmatan di dalam hati para wali
dengan cahaya-cahaya kehadiran Nya, menjaganya dari bi sikan-bisikan yang datang
dengan bintang bintang makrifat Nya. Para Malaikat berdiri di tempat tertinggi
menghadap Tuhannya (al-Mala al-A’la). Mereka melihat Tuhan dan tersungkur
bersujud penuh khidmat serta mencari keistimewaan di setiap harinya. Allah
menjadikan mereka sumber hukum agung karena mereka mengambil hukum tersebut
langsung dari penciptanya.
142 Risalah al-Amin

Para wali itu bisa dilihat sebagai penting atau tidak penting. Mereka penting jika dilihat
dari sisi wujud dan al-Haq. Tidak penting jika dilihat dari sisi wujud dan makhluk.
Mereka sempurna jika mengemban amanah. Mereka kini membawa sifat-sifat alHaqq
dan sifat-sifat makhluk sekaligus.

Jika engkau melihat mereka dari sisi makhluk, maka engkau akan melihat sifat-sifat
manusia. Akan tetapi, jika engkau melihat mereka dari sisi al-Haq, engkau akan
melihat sifat-sifat Allah. Secara lahir mereka fakir, tetapi secara batin mereka
berkecukupan karena meniru akhlak nabi-mereka saw.

Allah berfirman,

“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kecukupan.” (QS. adh-Dhuha [93]: 8)

Apakah engkau pernah melihat-Nya mencukupi Rasulullah dengan harta? Sama


sekali tidak pernah. Rasulullah saw. pernah menyelipkan batu dan mengencangkan
batu itu di perutnya karena merasa sangat lapar. Beliau memberi makan pasukannya
hanya dengan satu shé gandum. Beliau keluar dari Mekkah berjalan kaki, dan
dinaikkan ke langit yang tinggi, kemudian kembali ke rumahnya dalam waktu satu
malam.

Lihatlah dua hal pada dirinya, kau akan menjumpai kesempurnaan sifat nabi. Jika
engkau mengatakan, “Nabi adalah manusia.” Aku jawab, “Ya, memang, beliau adalah
manusia tetapi bukan seperti manusia biasa. Sebagaimana engkau menyebut batu
yakut sebagai batu, tetapi ia bukan seperti batu-batu lainnya. Hal itu dikarenakan nabi
adalah Mata Allah yang agung yang hidup di antara makhluk-Nya. Begitu juga dengan
para wali yang diberikan kesucian di antara makhluk yang lain. Hal itu karena mereka
sedang bersama dengan Allah dan karena mereka tidak memiliki sekat dengan Allah.
Mereka memahami sabda Rasulullah saw. berikut ini.

“Allah itu sudah ada dan tidak ada apapun bersamanya.” (HR. Nasa’i dan al-Bukhari)“
143 Risalah al-Amin

Allah tetap dalam kondisi-Nya yang dulu. Allah telah ada sejak zaman azali tanpa ada
sesuatu pun yang menyertainya, hal ini merupakan keistimewaan. Para ulama tidak
mengetahui esensi ilmu kefakiran dan kehinaan pada diri mereka. Mereka hanya
mengetahuinya melalui kebalikan dari apa yang mereka ketahui. Sementara, hanya
wali quthb, seorang khalifah, atau pemimpin yang amanat saja yang tidak tergantung
pada kemuliaan dunia. Baik mereka mengatakan itu ataupun tidak. Seorang yang
dapat dipercaya tidak akan berkhianat.

Oleh karena itu, tahanlah tanganmu terhadap hal tersebut, , gigitlah ia dengan gigi
gerahammu. Janganlah engkau pedulikan orang-orang yang dengki terhadapmu.
Orang yang menginginkan jumlah pendeknya sedikit berarti dia juga menginginkan
nikmat yang diberikan oleh Allah sedikit. Allah berfirman kepada nabi-Nya,

“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.”” (QS. al-Falag
[113]: 1)

Hingga sampai pada firman berikut ini,

“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS. al-Falaq [113]: 5)

Seakan-akan Allah berkata,; “Mintalah kepada-Ku supaya Aku menghentikan


keburukan orang yang dengki kepadamu, tetapi jangan engkau minta kepada-Ku
untuk memutus mereka sepenuhnya. Jumlah orang yang dengki kepadamu
sebanding dengan kenikmatan yang akan engkau peroleh. Semoga kebenaran
datang dari perkataan baikmu.”

BAB 60
Wali Allah

KETAHUILAH BAHWA ILMU yang membuat seseorang mendapatkan pujian karena


keagungan ilmu tersebut tetap menjadi “kegelapan” dalam pandangan ahli hakikat.
Mereka adalah orangorang yang tenggelam dalam lautan Dzat dan sifat yang samar.
144 Risalah al-Amin

Mereka berada di sana tanpa menjadi diri mereka. Mereka adalah orang-orang pilihan
yang agung, yang bergabung bersama para nabi dan rasul dalam kedudukan mereka.

Jika kedudukan para nabi dan rasul lebih tinggi, orang-orang pilihan tersebut tetap
memiliki bagian dari kedudukan itu. Tidak ada satu nabi atau rasul dalam umat ini,
kecuali memiliki pewarisnya. Di dalam hati setiap pewaris terdapat kadar warisannya
yang ia dapatkan dari pemberi warisan. Nabi saw. bersabda,

“Para ulama adalah pewaris para rasul.” (HR. Abu Dawud)

Seorang pewaris pasti mengetahui hal-hal tertentu yang berasal dari orang yang
memberinya warisan. Pewaris tersebut menggantikan kedudukannya dalam ilmu dan
hikmah. Warisan tersebut bukan berupa maqam dan ahwal. Hal tersebut karena
maqam para nabi memiliki hakikat yang terlalu tinggi. Setiap pewaris memiliki
kedudukan sesuai dengan orang yang memberikannya warisan. Hal tersebut sesuai
dengan firman Allah berikut ini.

“Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang
lain).” (QS. al-Isra’ [17]: 55)

Allah mengutamakan sebagian nabi atas sebagian lainnya. Allah juga mengutamakan
sebagian wali atas wali lainnya. Karena para nabi adalah inti atau mata kebenaran
Allah. Setiap inti mengambil sesuai kadarnya. Setiap wali memiliki materi khusus
sehingga para wali terbagi ke dalam dua macam, yaitu mereka yang menjadi abdal
(pengganti) para nabi, dan para rasul.

Para wali yang menjadi pengganti nabi adalah orang-orang saleh, sedangkan
pengganti rasul adalah orang-orang shiddiq. Di antara keduanya terdapat keutamaan
yang berbeda, sebagaimana yang terdapat antara nabi dan rasul. Hanya saja,-ada.
beberapa kelompok dari mereka yang berkat materi‘dari Rasulullah dapat melihat dan
menyaksikan ain yaqin (inti keyakinan, atau Allah). Akan tetapi, jumlah mereka sedikit.
Dalam mencapai hakikat, jumlah mereka terbilang banyak.
145 Risalah al-Amin

Setiap nabi dan wali mendapatkan materinya dari Rasulullah saw. Dengan begitu, ada
sebagian wali yang menyaksikan Dzat Allah, ada juga yang melihatnya secara samar
baik dzat maupun materinya sehingga dia mengalami fana dan tidak disibukkan
dengan mencari materi tersebut. Dia bahkan tenggelam dalam kondisi spiritualnya
sendiri dan tidak melihat sesuatu, kecualj waktu yang ia ciptakan sendiri.

Di antara mereka ada yang mendapatkan cahaya ilahi sehingga dengan cahaya
tersebut mereka bisa melihat dan mengetahui urusan mereka secara hakiki. Hal itu
merupakan karamah untuk mereka yang tidak memungkirinya, kecuali orang-orang
yang menentang keberadaan karamah para wali. Kami meminta perlindungan kepada
Allah dari penentangan setelah makrifat.

Para wali adalah orang-orang yang mengambil jalan yang tidak diambil oleh selain
mereka. Jalan terbagi menjadi dua, jalan khusus dan jalan umum. Yang dimaksud
dengan khusus adalah orang-orang yang menjadi kekasih, yakni para pengganti rasul.
Sementara itu, umum adalah para kekasih yang menjadi pengganti nabi. Semoga
keselamatan tercurahkan kepada mereka semua.

Jalan khusus adalah jalan luhur yang membuat akal tidak mampu untuk
menjelaskannya. Sementara jalan umum adalah jalan bertingkat dari satu pos menuju
pos lain, sampai berhenti pada yang terakhir, yaitu sisi Penguasa yang Mahakuasa,
Allah swt.

Tempat pertama yang ditempuh oleh seorang pencinta untuk meningkat ke


persinggahan yang lebih tinggi adalah jiwa. Dia disibukkan mengatur dan melatih
jiwanya sampai berhenti ketika ia mengenalinya. Jika ia mengetahui jiwanya dan
mendapatkan hakikat, ia akan terkena pancaran cahaya persinggahan kedua, yakni
hati. Dia lalu disibukkan dengan mengatur hati sampai ia mengetahui hatinya. Jika
yang dilaluinya benar dan tidak tersisa selainnya, maka dia akan meningkat ke
persinggahan ketiga, yaitu roh.

Dia pun disibukkan dengan mengatur dan mengetahui roh. Jika pengetahuan tentang
rohnya telah sempurna, maka dia akan disinari oleh cahaya keyakinan perlahan-lahan
sampai mata hatinya merasa nyaman dengan datangnya cahaya tersebut. Keyakinan
146 Risalah al-Amin

tampak kepadanya sampai ia tidak bisa memikirkan persinggahan-persinggahan yang


dilaluinya. Di sana, dia akan berenang di lautan yang Allah kehendaki. Kemudian,
Allah memberinya cahaya akal pertama (ashli) dalam cahaya keyakinannya.

Dia akhirnya melihat eksistensi yang tidak memiliki batas dan ujung jika dibandingkan
dengan eksistensinya. Seluruh eksistensi yang lain luntur di dalamnya. Terkadang,
dia menyaksikan seluruh benda yang ada di dalam-Nya sebagaimana ia menyaksikan
bangunan yang dibuat di udara dengan perantara cahaya matahari. Ketika cahaya
matahari hilang, maka dia tidak menyaksikan bekas dari bangunan tersebut.

Matahari yang ia lihat adalah akal dharuri setelah materi tertangkap cahaya
keyakinan. Ketika cahaya ini pudar, seluruh eksistensi yang ada hilang dan yang
tersisa hanyalah eksistensi Allah. Terkadang, dia mengalami fana, di waktu yang lain
dia mengalami baka (kembali dari fana). Ketika ia mendapatkan kesempurnaan, ia
mendapatkan seruan yang samar, yang tidak ada suaranya. Allah membuatnya
paham terhadap seruan tersebut. Dengan begitu, jika yang disaksikannya adalah
selain Allah, maka dia tidak mendapatkan apa pun dari Allah. Ada sebagian yang
tersadar dari keadaan mabuk rohani dan berkata,

“Ya Tuhanku, tolonglah hamba, sungguh hamba binasa, dan engkau mengetahui
keyakinan. Sungguh, tidak ada yang menyelamatkanku dari lautan ini, kecuali Allah.”

Kemudian, dikatakan kepadanya bahwa "wujud" ini adalah akal yang telah disabdakan
oleh Rasulullah saw.,

“Pertama kali yang diciptakan Allah adalah akal”. (HR. ad-Dailami)

Di dalam hadis yang lain diteruskan dengan, “Menghadaplah! Kemudian, dia


menghadap.” (al-Hadis)

Sufi tersebut tunduk kepada cahaya maujud karena dia tidak mampu untuk
memikirkannya dan mencapai ujungnya, sehingga dia tidak mampu mengetahuinya.
Dikatakan kepadanya, “Mustahil bagimu untuk mengetahui hakikatnya, kecuali
147 Risalah al-Amin

dengan bantuan Allah.” Allah lantas memberi hamba itu cahaya nama-nama-Nya lalu
memutuskannya sesuai kehendak-Nya,

“Kami tinggikan derajat siapa yang kami kehendaki.” (QS. al-An’am [6]: 83)

Lalu, Allah memberinya cahaya roh rabbdni sehingga dia mengetahui esensi maujud
dan dia berjalan menuju wilayah roh rabbani. Seluruh apa yang menghiasinya sirna,
dan dia menyepi bersama Allah Sang Maha Segala. Semua yang Allah hidupkan
dengan cahaya sifat-Nya tetap berwujud, sehingga dengan kehidupan tersebut,
seorang hamba akan mencapai pemberhentian terakhir dan mendapatkan
pengetahuan tentang maujiid rabbani.

Ketika dia menyadari prinsip-prinsip sifat-Nya, dia hampir mengatakan, “Dia adalah
Allah.” Di sana dia mendapatkan perhatian azali dan menyerunya kembali. Hanya
saja, tidak ada yang bisa mendeskripsikan maujud ini. Ia juga tidak boleh
mengungkapkan sifat sifatnya ke pihak lain. Akan tetapi, denyan cahaya selain Nya,
ia dapat mengetahuinya.

Lantas, Allah memberinya cahaya rahasia roh. Setelah itu, secara tiba-tiba, dia duduk
di depan pintu rahasia (sirr). la melihat dan mengetahui sifat-sifat roh rabbani (Allah)
dengan cahaya sirr. Dia menguatkan tekadnya untuk mengetahui maujud tersebut,
yang tidak lain adalah sirr. Dia tidak kuasa untuk melihat dan mengetahuinya. Seluruh
sifat-sifatnya menghilang seakan dia bukan apa-apa lagi.

Kemudian, Allah memberinya cahaya Dzat-Nya dan kehidupan yang kekal serta tidak
berujung. Akhirnya, ia melihat seluruh hal yang diketahui dengan cahaya kehidupan
tersebut. Ia lantas menjadi pokok bagi seluruh eksistensi, dan semua cahaya yang
memancar, tidak lain kecuali Allah. .

Lantas, ada yang berbicara pada sufi tadi dari dekat, “Janganlah terperdaya karena
Allah. Sesungguhnya orang yang terhalang adalah dia yang dihalangi dari Allah oleh
Allah, karena mustahil ada yang membuatnya terhalang, kecuali Allah sendiri.” Ia
lantas hidup dengan kehidupan yang Allah pinjamkan.
148 Risalah al-Amin

Dia, sufi tadi menjawab, “Wahai Tuhan, dengan-Mu, dariMu, dan kepada-Mu, kurangi.
penghalang dariku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari-Mu sehingga aku
tidak melihat selain-Mu.”

Jalan ini merupakan jalan untuk menghadap Yang Maha Luhur dan Tertinggi (al-‘Ali
al-A’la). Itu adalah jalan para kekasih, para pengganti para nabi. Siapa yang di antara
mereka mendapatkannya, seorang pun tidak akan mampu menggambarkannya sama
sekali. Segala puji bagi Allah atas segala nikmatnya. Shalawat semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad sang penutup para nabi. Sementara itu, jalan yang
dikhususkan bagi para kekasih adalah jalan dari-Nya, kepada-Nya, dan dengan-Nya.
Jika bukan karena Allah, jalan itu mustahil dapat dicapai. Langkah pertama bagi
mercka adalah tanpa langkah, di mana mereka mendapatkan cahaya dari Dzat-Nya
dan membuat mercka menjadi gaib di antara hamba-hamba-Nya. Mereka dibuat
menyukai khalwat. Bagi mereka, amalan-amalan saleh menjadi kecil nilainya,
sedangkan yang agung bagi mereka adalah Tuhan Yang Memelihara bumi dan langit.
Saat mereka seperti itu, mereka diberi pakaian ketiadaan (adam). Sehingga makhluk
lain melihat mereka, para wali Allah, bukan siapa-siapa.

‘Naungan kondisi gaib mereka menghalangi penglihatan orang awam. Bahkan,


mereka kini menjadi tidak ada, tidak ada lagi alasan yang bisa diterima. Jika seluruh
alasan dihapuskan dan seluruh makhluk sirna, maka yang ada hanyalah ketiadaan.
Sesuatu yang tidak memiliki alasan, maka tidak ada pengetahuan yang berkaitan
dengannya. Seluruh pengetahtian mereka sirna dan tanda-tanda hilang tanpa ada
alasan di dalamnya. Yang tertinggal hanyalah sesuatu yang dijadikan isyarat, tidak
memiliki sifat, tidak memiliki deskripsi, dan tidak memiliki dzat. Pudarlah semuanya.

Di sana, tampaklah apa yang selalu tampak, tidak ada alasan apapun padanya.
Karena itu, ia justru tampak dengan Rahasia-Nya untuk dzat-Nya dan di dalam dzat-
Nya, dengan penampakan yang tidak ada awal di dalamnya. Lalu, dia melihat dzat-
Nya, karena dzat-Nya dan dengan dzat-Nya ada di’ dalam dzat-Nya.

Dengan penampakan tersebut, seorang hamba sufi ini hidup dengan kehidupan yang
tanpa cela di dalamnya. Dia lalu tampak dengan seluruh sifat-sifat yang indah yang
tidak ada cacat di dalamnya. Dia lantas tampak pertama kali, tanpa ada penampakan
149 Risalah al-Amin

sebelumnya. Segala sesuatu dilihat dengan seluruh sifat-sifat yang indah dan nampak
dengan cahaya~Nya dalam cahaya-Nya. Adapun yang pertama tampak dengan sirr-
nya dan tampak pada qalamNya, kemudian tampak untuk sirr-Nya, dengan sirr-Nya,
dan di dalam sirr-Nya.

Dengan perintah-Nya, tampak tempat titian di dalam cahaya ilmu dengan cahaya
qalam. Kemudian, akalnya tampak dengan perintah-Nya dan juga di dalam perintah-
Nya. Dengan-Nya, tampak Arasy-Nya di dalam cahaya Lauh-Nya dengan Lauh-Nya.
Kemudian, Lauh-Nya tampak dengan akal-Nya di dalam akal-Nya. Dengan roh-Nya,
tampak Kursi-Nya di dalam cahaya Arasy-Nya dengan cahaya Arasy-Nya. Hatinya
tampak dengan roh-Nya di dalam roh-Nya.

Dengan hati-Nya tampak penghalang-penghalang-Nya di dalam cahaya Kursi-Nya


dengan cahaya Kursi-Nya. Jiwa-Nya tampak dengan hati-Nya di dalam hati-Nya. Ia
tampak dengan jiwa-Nya. Kebaikan dan keburukan di dalam cahaya penghalang-Nya
dengan cahaya penghalang-Nya. Kemudian, jasad-Nya tampak dengan jiwa-Nya di
dalam jiwa-Nya.

Dengan jisim-Nya, tampak seluruh jisim dunia yang fisik seperti bumi dan langit.
Secara umum, setiap jisim dalam cahaya falak dengan cahaya falak. Maka, langkah
kaki pértama kekasih yang satu ini adalah membuang jiwa dalam ketiadaan. Dalam
proses membuang ini tidak ada alasan di dalamnya.

Ia adalah ketiadaan yang berdiri sendiri dengan gugurnya sifat pertama, terakhir,
zahir, dan batin. Maka, terjadilah sifat ketiadaan untuk yang tidak ada: Maksudnya
adalah ketika seorang hamba berhenti dari petunjuk rasional, yakni ketika
menyaksikan al-Haq. Setiap penyaksian yang tersambung, tidak terpisah, adalah
penyaksian yang tidak ada kelalaian di dalamnya. Dalam dalilnya tersebut tidak ada
alasan yang menempat padanya atau ada karenanya. Hal tersebut merupakan
penyaksian yang tidak murni.

Maksud dari keberadaan dalil yang tidak ada alasan di dalamnya adalah kepastian
tidak adanya ciptaan-ciptaan dan yang disaksikan. Dalil tidak ada yang murni itu
adalah kondisi mabuk yang disertai oleh lupa selama-lamanya sehingga ia hidup
150 Risalah al-Amin

dengan kehidupan yang penjelasannya telah disebutkan. Jalan hamba tersebut


adalah jalan yang luhur.

Pertama, ia dilemparkan ke dalam lautan dzat, lalu mengalamj ketiadaan (fana). Lalu
hidup dengan kehidupan yang baik. Tanpa proses berpindah, dia berpindah ke lautan
sifat-sifat, ke lautan perintah rabbani, lautan rahasia, lautan akal pertama, lautan roh,
lautan hati, lautan jiwa, dan lautan indra.

Dengan lautan sir, ia terlempar ke dalam lautan qalam, lautan Lauh, lautan Arasy,
lautan Kursi, lautan tabir (penghalang), dan lautan edaran (falak). Lalu dia berada
pada lautan rahasia yang meliputi dan melemparnya ke dalam lautan malaikat, lautan
iblis, lautan jin, dan lautan manusia. Di sana, dia masuk ke dalam lautan rahasia, lalu
terlempar ke dalam lautan surga dan lautan neraka. Setelah itu, ia terlempar ke dalam
lautan ilmu yang melingkupinya, yang tidak lain adalah lautan rahasia.

Di sana, ia tenggelam di dalamnya sehingga tidak bisa keluar lagi selamanya. Jika
Allah menghendaki, Dia akan membangkitkannya kembali sebagai pengganti nabi,
yang dengannya Dia menghidupkan hamba-hamba-Nya. Jika Dia berkehendak, Dia
akan menutupnya dan membiarkannya berbuat semaunya di kerajaan milik-Nya.

Masing-masing lautanyang telah disebutkan memuat bermacam-macam isi. Jika


orang yang saleh, ‘yakni pengganti nabi, masuk lautan yang paling pertama dari
lautan-lautan tersebut, maka dia akan tenggelam dan tidak bisa diselamatkan dari hal
itu. Demikian penjelasan mengenai pembagian jalan khusus dan. umum bagi para
wali Allah. Segala puji bagi Allah di awal, di akhir, secara lahir, dan batin.

Telah selesai risalah milik al-Imam, al-Alim, al-‘Allamah, Imam al-Millah Qutb al-Arifin,
asy-Syadzilli. Mudah-mudahan Allah memberikan manfaat kepadanya dan ilmu-
ilmunya. Amin. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw., keluarga, dan sahabatnya.

Wejangan Imam Abu Hasan asy-Syadzili


151 Risalah al-Amin

WASIAT INI DISUSUN sesuai dengan urutan abjad hijaiah. Bersumber dari naskah
yang tersimpan di Perpustakaan al-Azhar. Ditahkik oleh Imam Ahmad Farid al-Mazidi.

ALIF

1. Berhati-hatilah dengan kelemahan, karena ia adalah cacat agama dan sejelek-


jeleknya teman.
2. Berhati-hatilah dengan kelemahan, awalnya kegilaan dan akhirnya adalah
kekecewaan.
3. Berhati-hatilah dengan kerakusan, barang siapa selalu melakukannya maka
banyaklah penyakit-penyakitnya dan rusaklah impian-impiannya.
4. Berhati-hatilah dengan mentaati hawa nafsu, karena ia menuntumu kepada semua
kesengsaraan. ,
5. Berhati-hatilah dengan mengungkit-ungkit amal baik, karena mengungkit-ungkit
amal baik merusak kebaikan.
6. Sesungguhnya (termasuk) menggunakan akal adalah takut dari (berbuat dosa),
memperhatikan akibat-akibat (perbuatan), dan mengambil keteguhan.
7. Sesungguhnya manusia bisa menjadi seorang yang mengetahui, yang belajar, dan
yang mendengarkan. Dan selain mereka adalah orang yang dungu.
8. Sesungguhnya orang yang alim adalah orang yang membawa ilmunya kepada
wara’, zuhud di alam fana’, dan suka di alam baqa’.
9. Sesungguhnya yang mengetahui keutamaannya orang yang mempunyai
keutamaan adalah orang yang mempunyai keutamaan.

BA'

1. Dengan baiknya kesepahaman, maka kekallah persahabatan.


2. Dengan kebaikan manusia menjauh.
3. Dengan rendah hati keagungan akan diketahui.
4. Dengan bimbingan akan menjadikan kebahagiaan.
5. Dengan kejujuran akan menjadikan keselamatan.
6. Dengan kelenturan (tidak tergesa) tujuan-tujuan akan dicapai.
7. Dengan keikhlasan semua amal akan dinaikkan (diterima).
8. Dengan bersantai-santai maka terjadilah penyesalan (karena amal terlewat).
152 Risalah al-Amin

9. Semakin besar atau kecilnya kenikmatan, maka begitu halnya kesusahan.

Ta'

1. Hampir suara-suara hati membuka rahasia-rahasia keghaiban.


2. Menelan kepedihan kesewenang-wenangan akan memadamkan kemarahan
3. Memperbanyak apa yang ada padamu, dan kau tidak ada (tetap) untuknya, maka
itu adalah perbuatan yang sangat bodoh.
4. Selalu mengikuti kekurangan-kekurangan adalah bagian dari kesalahan besar..
5. Melupakan kesalahan-manusia adalah meniadakan kasih sayang mereka.

TSA'

1. Buah ilmu adalah makrifat kepada Allah swt.


2. Buah iman adalah keberuntungan (mendapatkan dekat) dengan . Allah swt.
3. Buah nasihat adalah kewaspadaan:
4. Buah akal adalah istigamah.
5. Buah keteguhan adalah selamat.
6. Buah tekanan adalah kerusakan.
7. Buah kelemahan adalah hanya meminta.
8. Buah zuhud adalah istirahat..
9. Buah hidup adalah sakit dan tua.
10 Buah mujahadah adalah menundukkan nafsu.

JIM

1. Baiknya amal perbuatan mengakibatkan baiknya balasan.


2. Kedermawanan manusia membuatnya memperoleh kebaikan.
3. Dan keindahannya memberikan kedermawanan: .
4 Semua kejelekan dapat dihapus oleh kebaikan-kebaikan.

HA'
153 Risalah al-Amin

1. Hal yang paling bijaksana adalah berpaling dari dunia dan terpesona dengan
akhirat.
2. Batasan akal adalah melihat akibat-akibat dan menerima takdir yang berlaku.
3. Haram bagi semua orang yang berakal tapi masih dipermainkan oleh syahwatnya
untuk mengambil manfaat dengan hikmah.
4. Mustahil bagi setiap hati yang senang kepada dunia untuk mendapatkan
ketaqwaan.

KHA'

1. Sebaik-baiknya ilmu adalah yang menjadikanmu lebih baik.


2. Sebaik-baiknya perbuatan adalah yang diiringi dengan keikhlasan. .
3. Sebaik-baiknya temanmu adalah orang yang membantumu, dan sebaik-baiknya
orang yang membantumu adalah yang mencukupimu.
4. Sebaik-baiknya orang yang kau jadikan teman adalah yang mempunyai ilmu dan
kebijaksanaan.
5. Sebaik-baiknya orang yang bermusyawarah denganmu adalah orang yang
mempunyai kecerdasan dan akal, serta mempunyai pengalaman dan tekad.
6. Sebaik-baiknya ijtihad adalah yang dibarengi dengan pertolongan Allah.
7. Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang mengeluarkan kegemaran dari hatinya
dan melawan nafsunya untuk taat kepada tuhannya.

DAL

1. Bujuklah musuhmu dan murnikan kasihmu kepadanya, maka kamu akan beruntung
di akhirat dan dapat menguasai kewibawaan.
2. Tinggalkanlah balas dendam, karena balas dendam adalah termasuk perbuatan
buruk yang kuasa. Sungguh telah diambil dengan semua keutamaannya, orang yang
menghalangi dirinya dari buruknya hukuman.
3.Sembuhkanlah amarahmu adalah dengan diam.
4. Sembuhkanlah (penyakit) kemasyhuran adalah akal.

DZAL
154 Risalah al-Amin

1. Hinalah dalam dirimu dan mulialah di dalam agamamu.


2. Hinanya orang-orang besar ada pada ketamakan.

RA’

1. Dasar iman adalah kejujuran.


2. Dasar islam adalah amanah.
3. Dasar munafik adalah berkhianat.

ZA’

1. Hiasan pertemanan adalah kemungkinan-kemungkinan. .


2. Zuhudmu pada dunia akan menyelamatkanmu, dan cintamu pada dunia akan
membinasakanmu,
3. Keindahan-keindahan dunia merusak akal yang lemah.
4. Perhiasan batin lebih indah daripada perhiasan zhahir.
5. Perhiasan iman adalah sucinya nurani, dan kebaikan amal perbuatan ada di dalam
batin bukan pada zhahir.
6. Bertambahnya syahwat akan mencemari kehormatan.
7. Zuhudnya seseorang terletak pada apa yang fana, yang sama kadarnya dengan
kesukaannya pada apa yang ada (tidak fana).

SIN

1. Sebab rusaknya akal adalah hawa nafsu..


2. Sebab celaka adalah cinta dunia.
3. Sebab fitnah adalah iri.
4. Sebab perpisahan adalah perselisihan
5. Sebab keselamatan adalah diam.

SYIN

1. Sejelek-jeleknya temanmu adalah yang mendatangimu ketika dalam kemakmuran


dan pergiketika dalam cobaan.
155 Risalah al-Amin

2. Sejelek-jeleknya makhluk adalah orang-orang yang sombong. "


3. Sejelek-jeleknya pemberian adalah yang didahului oleh pembiaran dan diikuti oleh
mengungkit-ungkit.
4. Sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan
tidak aman dari keburukannya.
5. Sejelek-jeleknya temanmu adalah orang yang membujukmu dengan dunia dari
pada akhirat.
6. Sejelek-jeleknya teman adalah yang cepat berbalik (keadaanya).
7. Sejelek-jeleknya perkara adalah kecewa dengan yang telah ditakdirkan.

SHAD

1. Sirr yang baik merupakan tanda sehatnya penglihatan batin, dan kebaikan amal
perbuatan ada dalam bathin, bukan di zhahir.
2. Jagalah harga dirimu, maka kau akan terhindar dari yang membahayakanmu.
3. Sambunglah orang yang datang (menyambung tali persaudaraan) kepadamu,
janganlah kau putuskan orang yang memutuskan (hubungan denganmu).

DHAD

1. Sesatnya tanda adalah hancurnya orang diberi tanda.


2. Sesatlah orang yang mencari petunjuk selain petunjuknya Allah.
3. Sirna sudah orang yang tujuannya selain Allah.
4. Lawanlah kecemasan dengan sabar, lawanlah kesombongan dengan rendah hati,
dan lawanlah hawa nafsu dengan akal.

THA'

1. Berbahagialah bagi orang yang hatinya selalu waspada dan orang yang
berhentidaridosanya.
2. Berbahagialah orang yang mampu mengalahkan hawa nafsunya dan tidak kalah
dengannya.
3. Berbahagialah orang yang mampu mengontrol hawa nafsunya. dan, tidak
dikontrololehnyas
156 Risalah al-Amin

4. Berbahagialah orang yang mampu memikul hawa nafsunya dan membohongi


keinginannya (hawa nafsu).

ZHA'

1. Prasangka seseorang adalah takaran bagi akalnya, perilakunya adalah saksi yang
paling dapat dipercaya (cermin) bagi pelakunya.
2. Prasangka orang yang berakal lebih baik dari pada keyakinan ‘orang bodoh.
3. Orang yang menganiaya kebenaran adalah orang yang telah membantu kebathilan.
4. Keberhasilan orang yang mulia menyelamatkan, keberhasilan orang hina
membinasakan.
5. Kezaliman seseorang di dunia menjadi tanda kesengsaraan di akhirat.
6. Menzhalimi kebaikan adalah orang yang menyerahkannya bukan pada ahlinya.
7. Menzhalimi kebijaksanaan adalah orang yang menyerahkannya bukan pada
ahlinya:.
8. Naungan orang mulia menjagaku, dan naungan orang hina menghancurkanku.
9. Prasangka orang yang mempunyai kecerdasan dan kepandaian lebih dekat kepada
kebenaran.

AIN

1. Fokuslah kepada akhirat, niscaya dunia akan menghampirimu seluruhnya dengan


keadaan tunduk.
2. Carilah kebijaksanaan, sungguh ia adalah kekasih yang membanggakan.
3. Amalkanlah ketenangan, sungguh ia adalah sebaik-baiknya hiasan dan hiasan
yang paling utama.
4. Peliharalah hubungan dan kesepakatan, serta tinggalkanlah perceraian dan
perpisahan.
5. Muruah (kehormatan) seseorang berdasarkan kemuliaan jiwanya. ,
6. Keyakinan seseorang berdasarkan agamanya.
7. Ketika datang kesenangan dan syahwat, orang-orang yang . bertaqwa melakukan
wara.
8. Aku heran dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri, bagaimana dia bisa
bersikap adil dengan orang lain?
157 Risalah al-Amin

9. Aku heran dengan orang yang tidak mengetahui dirinya sendiri, bagaimana bisa dia
mengetahui Tuhannya?

GHAIN

1. Puncak makrifat adalah seseorang mengetahui dirinya sendiri.


2. Puncak berbuat adil adalah manusia bisa berbuat adil pada dirinya sendiri,
3. Puncak iman adalah kesetiaan dan permusuhan karena Allah.
4. Kayanya orang berakal adalah dengan hatinya.
5. Kayanya orang bodoh adalah dengan hartanya. “
6. Menjaga pandangan adalah bagian dari keluhuran budi.
7. Rubahlah kebiasaan, maka akan mudah bagi mereka untuk taat.
8. Yang tidak mempan dengan nasihat adalah hati yang bergantung . dengan
syahwat.
9. Terpengaruh dengan olok-olokan akan membatalkan tekad yang kuat.

Fa'

1. Di dalam perubahan dunia ada pelajaran.


2. Tenang dalam kelalaian adalah tertipu.
3. Pada setiap pandangan terdapat tauladan.
4. Di dalam pertemanan yang baik ada kesukaan terhadap keramahan.
5. Melawan hawa nafsu adalah tanda kecerdasan jiwa, mentaati hawa nafsu adalah
tanda kesesatannya. “
6. Pelaku kebaikan lebih baik dari pada kebaikan, pelaku kejelekan lebih jelek darinya.
7. Beruntunglah orang yang menguasai hawa nafsunya dan orang yang menguasai
ajakan-ajakan hawa nafsunya.
8. Beruntunglah orang yang mampu melawan hawa nafsunya dan mendustakan
kebaikan hawa nafsunya.
9. Bersegeralah kepada Allah dan jangan lari dari-Nya, karena Dia akan menemukan
kalian dan kalian tidak akan pernah melemahkan-Nya.
10. Hilangnya suatu kebutuhan lebih hina dibandingkan mencarinya dari orang yang
bukan ahlinya.
158 Risalah al-Amin

11. Beruntunglah orang yang dapat melihat dengan cahaya petunjuk dan memerangi
ajakan-ajakan hawa nafsu.

QAF

1. Budi pekerti yang sedikit itu lebih baik daripada nasab , yang banyak.
2. Perkataan “Aku tidak mengetahui” adalah sebagian dari ilmu.
3. Jarang sekali orang yang bersabar kecuali mendapatkan keberhasilan.
4. Sedikit makan mencegah penyakit badan.
5. Sedikit berbaur akan menjaga agama dan berhenti berteman dengan orang-orang
jahat.
6. Hati orang itu sebenarnya liar, barang siapa mampu menjinakkannya, maka hati itu
akan menghadap (tunduk) kepadanya.
7. Penguasaanmu terhadap jiwamu adalah kekuasaan yang besar, pengendalianmu
terhadapnya adalah sebaikbaiknya kepemimpinan.
8. Dekatilah manusia sebab akhlak mereka, maka kamu akan aman dari kerusakan
mereka.
9. Dahulukan sebagian yang mendatangkan manfaat bagimu, janganlah bersumpah
kepada semuanya yang bisa mendatangkan mudarat kepadamu.
10. Menerima alasan orang yang berbuat salah adalah sifat kedermawanan dan watak
yang baik.

KHAF

1. Setiap orang yang makrifat adalah orang yang takut.


2. Setiap orang yang rela (kanaah) adalah orang yang kaya.
3. Setiap orang yang berakal pernah lupa.
4. Setiap orang yang tamak adalah tawanan.
5. Setiap orang yang pelit sejatinya fakir.
6. Setiap yang lenyap adalah kecil (nilainya).
7. Setiap orang yang rela adalah orang yang tenang.
9. Setiap yang murni niatnya adalah benar.
10. Setiap yang berkumpul menuju perpisahan.
11. Setiap penyakit ada obatnya kecuali akhlak yang buruk.
159 Risalah al-Amin

12. Segala sesuatu dapat dimiringkan kecuali bingkai bingkai kebijaksanaan.


13. Segala sesuatu bisa diusahakan kecuali perubahan watak.
14. Betapa banyak orang kaya yang masih butuh, dan betapa banyak orang fakir yang
tidak membutuhkan.
15. Betapa banyak sekali makan menghalangi banyak makanan.
16. Betapa banyak orang yang mencari merasa kekurangan, dan betapa banyak
orang yang diberi rizki tidak lagi mencari.
17. Betapa banyak orang yang tertipu tertutup dengan tipuannya.
18. Betapa banyak orang di-lulu dengan kebaikan untuknya.
19. Banyak sekali orang yang diuji dengan kenikmatan-kenikmatan dan terhindar dari
musibah-musibah.
20. Banyak sekali orang kaya yang masih membutuhkan.
21. Banyak sekali orang fakir yang kaya.
22. Cukup dengan lalai sebagai tanda kesesatan.
23. Cukup dengan uban sebagai. tanda peringatan.
24. Cukup dengan kesombongan sebagai tanda kehilangan.
25. Cukup dengan tertipu sebagai tanda kebodohan.
26. Cukup dengan seseorang sebagai tanda tersandung dengan melihat cela
manusia, padahal tersenbunyi cela-cela di dalam dirinya.
27. Cukup dengan seseorang sebagai tanda kebodohan, ketika ia menyangkal
terhadap manusia dengan pemberian yang sama.
28. Cukup dengan mencela kebohongan yang memberitahumu bahwa kamu adalah
pembohong.
29. Banyak marah menghinakan orang yang melakukannya dan memperlihatkan
tujuan-tujuannya.
30. Banyak makan adalah bagian dari rakus.
31. Banyaknya dunia sejatinya sedikit, dan mengagungkannya adalah kehinaan.
32. Jadikanlah persatuan sebagai teman, maka akan lari darimu teman-teman
keburukan.
33. Jadikanlah kewaspadaan dari orang besar ketika merendahkanmu, dari orang
hina ketika memuliakanmu, dan dari orang santun yang membingungkanmu.
34. Semua yang diangkat tingkatan orang hina maka manusia rusak di sisinya,
tingkatan orang mulia sebaliknya.
35. Ketika kebijaksanaan kuat, maka syahwat melemah.
160 Risalah al-Amin

LAM

1. Bagi orang tolol adalah di dalam setiap sumpah.


2. Manusia mempunyai dua keutamaan, yaitu mulut dan akal. Dengan akal
memperoleh manfaat dan dengan mulut memberimanfaat.
3. Hentikanlah dari membuka aib manusia, kamu tidak mengetahui aib-aib yang ada
pada dirimu.
4. Tidak akan binasa seorang hamba hingga syahwatnya mengalahkan agamanya.
5. Merayu bukanlah dari akhlaknya orang-orang yang bertaqwa.
6. Orang yang sombong tidak mempunyai teman.
7. Perselisihan tidaklah menghasilkan keakraban.
8. Syahwat tidaklah bersama dengan kesucian.
9. Seandainya penduduk dunia berpikir maka runtuhlah dunia.
10. Seandainya kami mendatangkan seperti apa yang mereka datangkan, maka
agama tidak mempunyai tiang dan bagi iman tidak sehijau kayu gaharu. .
11. Mulutnya penipu itu manis, dan di dalam hatinya terdapat penyakit yang
menyusup.
12. Lisan perbuatan lebih benar daripada lisan kata-kata.

MIM

1. Orang yang bodoh akan sedikit permintaan maafnya.


2. Orang yang memperingatkanmu seperti orang yang memberimu ' kabar gembira.
3. Tidaklah merendahkan hati kEcuali orang yang mulia. Tidaklah menyombongkan
diri kecuali orang yang hina.
4. Betapa baiknya memaafkan orang lain ketika mampu, dan betapa jeleknya
hukuman ketika ada permintaan maaf.
5. Barang siapa memuliakan perkataannya, maka baik pandangannya.
6. Barang siapa jelek unsurnya maka jelek penampakannya.
7. Barang siapa butuh kepada dunia maka dia berteman dengan orang-orang hina.
8. Barang siapa butuh dengan akhirat, maka dia berteman dengan orang-orang yang
bertaqwa.
9. Barang siapa mengakui kesalahan, maka diringankan hukumannya.
161 Risalah al-Amin

10. Barang siapa tidak dididik kemuliaan maka dididik oleh tanda.
11. Barang siapa tidak mau diam mendengarkan perkataanmu, maka hilangkanlah
nikmatnya mendengarkanmu.

NUN

1. Nikmat-nikmat Allah terlalu banyak untuk bisa disyukuri kecuali orang yang diberi
pertolongan oleh-Nya. Dosa-dosa anak adam itu terlalu banyak untuk diampuni
kecuali dosa yang dimaafkan oleh Allah.
2. Sebaik-baiknya hiasan adalah baiknya budi pekerti.
3. Sebaik-baiknya pakaian adalah kesehatan prima.
4. Sebaik-baiknya hamba adalah yang melawan hawa nafsunya, dan menghadap
kepada ketaatan tuannya.

HA'

1. Petunjuk Allah adalah cahaya di dalam hati, dengannya orang yang berakal dapat
membedakan antara yang benar dan salah.
2. Alirkanlah air matamu karena takut kepada Allah, maka kamu akan selamat dari
siksa neraka.

WAWU

1. Merugilah orang yang lupa akhiratnya karena dunianya.


2. Merugilah orang yang menentang tuannya dan mengikuti hawanafsunya.
3. Merugilah setiap orang zalim yang dengki dan orang durhaka yang sesat.
4. Perlihatkanlah auratmu dengan kebaikan.

LAM ALIF

1. Jangan sekali-kali kau merasa aman terhadap orang yang menceritakanmu karena
ia akan mengumbar fitnah tentangmu.
2. Jangan sekali-kali kau merasa aman dari tipu daya, dan janganlah kau lupa dengan
karunia.
162 Risalah al-Amin

YA'

1. Mengambil bukti dari orang yang berakal adalah dengan baiknya perkataan dia.
Mengambil bukti kesucian dasarnya adalah dengan baiknya amal perbuatannya.
2. Sedikit riya’ adalah syirik.
3. Sedikit berprasangkaadalah tanda keraguan.
4. Hawa nafsu terus berjalan untuk merusak akal.
5. Kebenaran terus berjalan menghancurkan banyaknya kebathilan.
6. Kekuasaan Allah selalu yang tertinggi
7. Hari keadilan bagi orang zalim lebih pedih daripada hari penganiayaan terhadap
orang yang dianiaya.

Segala puji dipanjatkan kepada Allah atas kebaikan pertolongan-Nya sehingga tulisan
ini telah terkumpul secara sempurna. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada baginda kita Nabi Muhammad saw. yang menjadi nabi dan hamba-Nya. Ditulis
oleh makhluk yang paling membutuhkan Allah, yaitu Muhammad bin Muhammad ash-
Shayyagh al-Andalusi, mudahmudahan Allah mengampuninya, kedua orang tuanya,
orang yang mendoakannya, dan mengampuni semua orang Islam. Selesai ditulis
pada tahun 1093 H (1858 M).

Hizb Bahr Imam Asy-Syadzili (Catatan Editor)

HIZB BAHR MERUPAKAN salah satu hizb yang amat terkenal di kalangan umat
Islam. Bersama dengan Hizb Nashar, hizb ini disematkan kepada Imam Abu al-Hasan
asy-Syadzili sebagai pencetusnya. Banyak umat Islam, khususnya para pengikut
tarekat Syadziliyyah, mengamalkannya dalam keseharian mereka. Bahkan,
diamalkan oleh ulama lain yang bukan pengikut tarekat beliau.

Banyak manfaat yang dapat diambil dari hizb ini. Di antaranya, sebagai perantara
terkabulnya keinginan-keinginan, menolak gangguan, mendatangkan kebaikan,
memudahkan rezeki dan seterusnya. Selain itu, hizb ini mengandung ishmatullah al-
163 Risalah al-Amin

a’zham, atau perlindungan Allah Yang Agung, juga mengandung rahasiarahasia


besar Allah (asrar).

Dalam riwayat lain, jika hizb ini dibaca terus-menerus, pembacanya tidak bisa mati
tenggelam atau terbakar. Jika ditempel pada dinding rumah, penghuni akan terjaga
dari gangguan keburukan dari luar rumah. Konon, jika ada orang jahat yang ingin
masuk, orang itu akan melihat lautan. Dia akan bergerak seperti orang yang sedang
berenang. Padahal, dia berada di darat.

Imam asy Syadizili sendiri dikenal sebagai seorang ulama yang banyak memiliki
rangkaian doa dan hizb yang indah. Beliau menerima Hizb Bahr ini langsung dari
Rasulullah saw. saat hendak melaksanakan ibadah haji. Kisahnya bermula saat
seorang Nasrani enggan melayarkan perahunya untuk menyeberang dari Mesir
menuju ke Mekkah. Saat itu, jalur menuju Mekkah melalui Mesir harus melintasi Laut
Merah.

Angin tidak berembus. Kondisi laut juga sangat tenang. Halitu menyebabkan perahu
yang akan membawa jemaah batal berlayar. Keadaan itu terjadi selama berhari-hari
hingga perjalanan mereka tertunda cukup lama. Singkat cerita, Imam Syadzili
bersikeras membujuk Nasrani itu untuk tetap berlayar. Mengingat permintaan Imam
yang begitu kuat, akhirnya mereka pun berlayar.

Desakan Imam itu lantaran dirinya telah mendapat restu dari Rasulullah melalui
mimpi. Di dalam mimpi itu Rasulullah mengajarkan Hizb Bahr untuk dibaca saat dalam
perjalanan. Rasulullah . mengajarkannya secara imla’ (mendiktekan). Perjumpaan
Imam dengan Rasulullah dalam mimpi sangat mungkin terjadi. Karena dalam sebuah
riwayat, setan tidak mampu menyerupai Nabi Muhammad meskipun dalam mimpi.
Ketika perahu hendak berlayar, sontak angin pun datang. Perahu mereka pun
akhirnya berlayar sampai ke tempat tujuan.

Dikisahkan bahwa menjelang wafatnya, Imam asy-Syadzili menyampaikan pesan


kepada murid-muridnya—para pengikut tarekat beliau—agar mengamalkan hizb ini
terus-menerus. Kemudian, mengajarkan kepada anak cucu mereka agar kelak terjaga
dari keburukan-keburukan yang mungkin terjadi.
164 Risalah al-Amin

Berikut adalah bacaan Hizb Bahr Imam asy-Syadzili:

Artinya:

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha. Penyayang. Membaca
surat al-Fatihah. .

Wahai Tuhanku, mudahkanlah urusanku dan jangan Kau persulit, wahai Sang Maha
Mempermudah

Wahai Yang Mahatinggi, wahai Yang Mahabesar, wahai Yang Mahasantun,


Engkaulah Tuhanku, ilmu Mu cukup bagiku, sebaikbaik Tuhan adalah Tuhanku, dan
sebaik-baik Pencukup adalah yang mencukupi diriku. Engkau adalah Penolong
kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang Mahaagung dan Maha
Penyayang.

Kami mohon kepada-Mu al-‘ishmah (terjaga daripada dosa) dalam gerak dan diam,
dalam bertutur kata dan berkemauan, darj lintasan hati yang disebabkan prasangka,
serta dari rasa ragu dan waham (khayalan) yang menjadikan hati tertutup dari
menelaah perkara-perkara yang gaib.

Di situlah orang-orang mukmin diuji. Mereka diguncang dengan guncangan yang


keras. (Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang yang dalam hatinya ada
penyakit berkata, “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan pada kita, kecuali tipuan.”
Maka teguhkan dan tolonglah kami dan tundukkan samudra ini sebagaimana Engkau
telah menundukkan laut untuk Musa, dan sebagaimana Engkau telah menundukkan
api untuk Ibrahim.

Engkau menundukkan bukit-bukit. dan besi untuk Daud, Engkau tundukkan angin dan
setan serta jin untuk Sulaiman. Maka, tundukkanlah samudra untuk kami yang mana
semua itu adalah milik-Mu, baik yang ada di bumi maupun di langit dan segala
kekuasaan di laut dunia maupun laut akhirat. Tundukkanlah untuk kami segala
165 Risalah al-Amin

sesuatu, wahai yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. (Kaf, Ha, Ya, Ain,
Shad [dibaca 3x])

Tolonglah kami karena Engkau sebaik-baik Penolong, bukalah untuk kami karena
Engkau adalah sebaik-baik Pembuka, ampunilah kami karena Engkau sebaik-baik
Pemberi Ampunan, kasihanilah kami karena Engkau sebaik-baik yang mengasihi, dan
berilah rezeki kepada kami karena Engkau scbaik baik Pemberi Rezeki. Berilah
petunjuk kepada kami, selamatkanlah kami, dan anugerahilah kami dengan embusan
angin yang baik, sebagaimana yang ada dalam ilmu-Mu, dan sebarkanlah atas kami
khazanah-khazanah rahmat-Mu, lalu angkatlah kami dengan kemuliaan bersama
keselamatan dan kesehatan dalam agama, baik di dunia maupun di akhirat.
Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu.

Wahai Allah, mudahkanlah segala urusan hingga hati kami dapat beristirahat, begitu
juga halnya jasad kami, dan kami mohon kemudahan berkenaan dengan kesehatan
di dalam dunia dan agama. Berlakulah terhadap kami sebagai kawan dalam safar
(perjalanan); sebagai khalifah dalam keluarga kami; ubahlah wajah musuh-musuh
kami; dan bekukan mereka di tempatnya masing-masing agar tidak dapat mendatangi
tempat kami. “Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami hapuskan penglihatan
mata mereka, lalu mereka berlomba-lomba menuju ke jalan, tetapi bagaimana mereka
dapat melihat? Dan kalau Kami menghendaki. Kami ubah bentuk mereka di tempat
mereka berada, maka tiadalah mereka maju dan tiada mereka dapat kembali.”

“Ya Sin. Demi al-Quran yang penuh hikmah. Sungguh engkau adalah seorang Rasul,
dari para Rasul atas jalan yang lurus (sebagai wahyu). Yang diturunkan oleh Yang
Mahaperkasa dan Maha Penyayang. Agar engkau peringatkan suatu kaum yang
bapak-bapak mereka belum mendapat peringatan. Karena itu mereka lalai, sungguh
ketentuan (Tuhan) telah berlaku atas kebanyakan mereka karena mereka tidak
beriman. Sungguh telah Kami pasang belenggu di lehernya sampai dagunya, lalu
mereka tertengadah. Dan Kami adakan di antara tangan-tangan mereka (di hadapan)
bendungan dan di belakang mereka bendungan (pula) dan Kami tutup pandangan
mereka sehingga tidak dapat melihat.”
166 Risalah al-Amin

Lalu bacalah, “Seburuk-buruk wajah” (dibaca 3x). “Dan sekalian wajah tunduk
merendah demi Tuhan Yang Mahahidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, sungguh tiada
harapan bagi siapa yang memikul kezaliman. (Tha ha, Tha Shin Mim, Tha Shin, Ha
Mim ‘Ain Sin Qaf) “Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya
bertemu. Di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”
Ha Mim (dibaca 7x). Persoalan itu sudah ditetapkan dan kemenangan telah tiba, maka
mereka tidak akan dimenangkan atas kami.

Ya Allah, janganlah Engkau mematikanku dengan kemarahan-Mu, dan janganlah Kau


musnahkan aku dengan azab-Mu, maka ampuni aku sebelum itu terjadi. Ya Allah,
janganlah Engkau menghukumku atas perbuatan burukku, janganlah Kau hukum aku
dengan orang-orang yang tidak menyayangiku, dan cegahlah tangan-tangan orang
zalim kepadaku. Wahai Sang Penjaga, jagalah aku, mudahkanlah urusanku, dan
kabulkanlah tujuanku, jagalah urusanku, dan saat datang pertolongan, maka tiada
pertolongan kecuali dari-Mu.

“Ha Mim, Kitab ini (al-Quran) diturunkan dari Allah yang Mahaperkasa lagi
Mengetahui.” Ampunilah dosa-dosa kami dan terimalah tobat kami. Jauhkanlah kami
dari hukuman yang pedih dengan menyebut Sang Pemilik kalimat la iléha illa Allah,
kepada-Nya segala urusan bermuara. Bismillah adalah pintu kami, bertabaruk adalah
dinding kami, Ya Sin sebagai atapnya, Kaf Ha Ya ‘Ain Shad sebagai pencukup bagi
kami, Ha Mim ‘Ain Sin Qaf sebagai penjaga kami. Sementara Qaf dan al-Quran yang
mulia sebagai penjaga bagi kami, “Maka Allah akan memeliharamu dari Mereka. Dan
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (Dibaca 3x).

Kami bersandar pada pembatas Asry Allah, dan Allah menyaksikan kami, atas
kekuasaan-Nya kami mendapat perlindungan.

“Padahal Allah mengepung dari arah belakang mereka. Bahkan, yang didustakan
mereka talah al-Quran yang mulla. Yang tersimpan dalam Lauh Mahfue.” (Dibaca 3x).

“Sesungguhnya, pelindungku talah Dia (Allah) yang telah menurunkan al-Kitab (al-
Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (Dibaca 3x).
167 Risalah al-Amin

“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku
bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arasy yang agung.” (Dibaca 3x).

Dengan menyebut Nama Allah yang tidak akan membahayakan dengan Nama-Nya
di dalam bumi dan langit. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Dibaca
3x).

Dan tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan dari Allah. (Dibaca 3x).

Penutup Hizb Bahr Milik Syekh Ahmad Zarrug

Artinya:

Dengan menyebut Nama Allah, sesungguhnya sudah cukup hanya dengan Nama
Allah, dengan Nama Allah yang menyembuhkan. Tiada kekuatan, kecuali dari Allah
Yang Mahaagung. Ya Allah Sang Cahaya, Wahai Mahabenar dan Maha Penolong,
Tuhan, Wahai Cahaya, Wahai Sang Penolong. Ajari aku dengan pengetahuan-Mu,
sinari kami dengan cahaya Mu, ajarilah aku dengan ilmu-Mu, berilah pemahaman
tentang-Mu, perdengarkanlah aku dengan kuasa-Mu, berilah penglihatan dengan-Mu,
sesungguhnya Engkau kuasa atas sepala sesuatu. “Sesungguhnya Allah dan
malaikatmalaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Shalawat kepada Allah atas kebaikan umat Muhammad. Wahai yang Mahalembut,
dengarlah doaku dengan keistimewaan kelembutan-Mu. Amin. Shalawat atas
junjungan Muhammad, Nabi yang mulia, kepada keluarga, sahabat-sahabat, semoga
tercurahkan shalawat serta salam yang terus-menerus kepada mereka hingga hari
kiamat. Segala puji hanya pada Allah, Tuhan Semesta Alam.

Penutup Hizb, kadang juga disebut sebagai azimat Hizb Bahr: Sesungguhnya kami
dalam naungan Allah, kami berada dalam naungan bismillahirrahmanirrahim, -ribuan
kata la ilaha illa Allah, Muhammad utusan Allah, dalam hati kami penuh dengan
kalimat-kalimat ini. Ribuan kata 1a ilaha illa Allah, Muhammad adalah utusan Allah.
Dan perlindungan Allah berlimpah. Ribuan kata la ilaha illa Allah, Muhammad utusan
168 Risalah al-Amin

Allah, menyertai kami saat terjadi kejadian yang buruk pada kami. Ribuan kata la ilaha
illa Allah, Muhammad utusan Allah, kalimat-kalimat tersebut mengelilingi kami seperti
dulu pernah mengelilingi kota milik Rasulullah shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

Mahasuci Allah yang telah mengalahkan para pemberontak dengan kuasa-Nya, dan
pengetahuan-Nya meliputi daratan dan lautan. Segala puji bagi Allah dengan segala
pujian-Nya. Mahasuci Allah Yang Mahaagung. Shalawat dipanjatkan kepada
junjungan Muhammad sang penutup para nabi dan rasul. Segala puji bagi Allah,
Tuhan Semesta Alam. (Kemudian membaca al-Fatihah 7x).

Anda mungkin juga menyukai