Anda di halaman 1dari 36

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA BESERTA JENIS-JENIS MAKHLUK

Oleh Dwi Afrianti1

Kosmologi Ibnu Arabi, membicarakan tentang sejarah penciptaan alam semesta


beserta isinya, profil (karakteristik batin para Nabi), makna hari berkaitan
dengan asma-asma Allah tertentu berikut doa-doa khusus yang dipanjatkan,
karakteristik huruf hijaiyyah, hubungan makrokosmos dengan mikrokosmos. Ibnu
Arabi memadukan ilmu astronomi, filsafat dan teologi untuk menjelaskan
tahapan penciptaan alam semesta.

1 Mahasiswa s2 ski UIN-SGD Bandung


Dan semuanya, bermula dari Pohon “KUN (KAF WAW NUN)! FAYAKUN!” Sebuah
pohon yang merupakan prototype semesta beserta isinya.

Muhyiiddiin Ibn ‘Arabi,

“Aku telah menyaksikan (Kawn) dan proses penciptaannya, dan melihat rahasia
tersembunyi dan pencatatannya. Aku melihat semua ciptaan (semesta raya)
laksana pohon. Pangkal cahayanya berasal dari satu benih ‘KUN’ dimana ‘Kaf al-
Kawniyyah’ (huruf Kaf dari KUN) dinikahkan dengan serbuk benih. Dari
penyerbukan benih tersebut muncul buah. Dari sini muncul dua dahan yang
berbeda dari satu akar yang sama. Akar tersebut adalah asma al-Iradah
(kehendak), sementara cabangnya adalah asma al-Qudrah (Kuasa). Nasib setiap
makhluk dari kata ‘Kun’ sesuai dengan apa yang diketahui dari pengejaan
hurufnya, dan apa yang disaksikan dari rahasia-rahasia yang terkandung di
dalamnya adalah berdasarkan sabda Rasulullah saw. “Sesungguhnya Allah Azza
wa Jalla menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, kemudian Dia
memercikkan kepada mereka dari Nur-Nya. Barang siapa terkena Cahaya
tersebut, akan mendapatkan petunjuk, sementara orang yang luput dari percikan
sinar tersebut akan sesat dan menyimpang.” (HR. at-Tirmidzi, Kitab al-Iman :
2566). Ketika Adam melihat lingkaran wujud, maka ia menemukan bahwa segala
yang wujud berkisar pada lingkaran alam (Kawn): Satu terdiri dari api, sementara
yang lain terdiri dari tanah liat (thin). Adam kemudian melihat lingkaran ini
berada pada rahasia-rahasia Kun. Bagaimanapun caranya perputar ia akan tetap
berputar, dan dimanapun ia terbang akan tetap terbang. Kepada lingkaran
tersebut ia akan kembali dan pada lingkaran itu pula akan tetap berputar, ia
tidak akan pernah lepas dan berubah. Satu di antara mereka menyaksikan Kaf
Kamaliyah (kesempurnaan) dan Nun Ma’rifah (pengetahuan tentang Tuhan),
sementara yang lain menyaksikan Kaf Kufriyah (kekufuran) dan Nun Nakirah
(Ketidaktahuan). Sehingga kebijakan hukum ada padanya akan kembali pada
titik lingkaran Kun. Apa yang diciptakan (al-Mukawwan) tidak pernah melampaui
apa yang dikehendaki Dzat Yang Menciptakan (al-Makuwwin). Ketika Adam as.
dimasukkan ke dalam “Lembaga Pendidikan” dan diajari tentang seluruh nama,
maka ia melihat contoh Kun, lalu ia melihat apa yang dikehendaki oleh Sang
Pencipta melalui apa yang diciptakan-Nya, 2 maka ia menyaksikan:

‫كنت كنزا مخفيا لاعر ف فا حببت ان اعرف‬

2 Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, terdapat pada buah dan serbuknya.
Ketika dahannya kokoh dengan batang yang menjulang tinggi, muncul dari ranting-
ranting bagian atas dan bagian bawah suatu alam bentuk dan alam makna, sementara
kulit dan tutup bagian luar yang tampak adalah alam al-Mulk, sedangkan isi yang
terpendam dan inti makna-maknanya yang tersembunyi adalah alam malakut.
Sementara itu, air yang mengalir melalui jaringan-jaringan urat nadi yang dapat
menunjang hidup tumbuh dan tingginya pohon ini, memunculkan putik bunga,
memekarkan bunga dan mematangkan buahnya adalah alam Jabarut yang merupakan
rahasia dari kata Kun. Ketika terjadi suatu peristiwa atau bencana menimpa pohon ini,
maka para malaikat menengadahkan tangan untuk meminta, merendah ke arah ‘Arsy
untuk meminta kepulihan, berusaha menjaga dari langkah yang tidak benar.
“Aku adalah khazanah tersembunyi (Kanzun Makhfiy). Aku cinta ingin dikenali,
sehingga kuciptakanlah makhluk untuk mengenal-Ku (Hadits Qudsiy).“ 3

Karena cinta ingin dikenal, maka Allah ingin menciptakan makhluk, tempat Dia
bercermin tentang pengenalan Diri-Nya. Dengan satu dari seratus tetes Rahmat-
Nya,4 Cinta ingin Dikenali itu pun menjadi Tujuan dari Penciptaan alam semesta.
Semesta pun menjadi cermin bagi-Nya untuk melihat dan mengenal Diri-Nya,
begitupun sebaliknya.5 Dan Allah membutuhkan cermin paling sempurna yang
sekaligus menjadi cermin bagi makhluk lainnya untuk meraih derajat
kesempurnaan seorang insan kamil6 sesuai yang ditetapkan-Nya. Dengan satu
dari seratus Rahmat-Nya, bertajalilah (pengungkapan al-Haqq) Dia melalui

3 Hadits qudsiy yang sangat terkenal di kalangan sufi.

4 Dari Ibnu Majah, HR. Abu Sa’id, ‫فجعل ف ى الضرض منه ا‬,‫ يوم خلق السماوات والضرض مائة ضرحمة‬,‫خلق ال عز وجل‬
(‫ )ضرواه إبن ماجة عن أبى سعيد‬. . .‫ضرحمة‬: “Allah ‘Azza wa Jalla, ketika menciptakan langit-langit dan
bumi atas dasar 100 rahmat.”Hadist Sunan Ibnu Majah No. 4293 Kitabul Zuhdi
proses penciptaan alam semesta secara terus-menerus dan selalu dalam bentuk
kebaruan (tasalsul).7

AL-MAA’A, MAQHOMAT AL-MALAKUTIYAH AL-


MUHAYYAMAH, NUR MUHAMMAD

‫ حدث عنءا يزيد بن هءارنون عقءا ع ع ع‬:‫ل‬


‫ي‬
‫ن الن نب ب ي‬ ‫ ع ع ب‬، ‫ة‬ ‫ن أ عببي ههعري يعر ع‬ ‫ ع ع ي‬، ‫طءاءء‬ ‫ن عع ع‬ ‫ ع ع ي‬، ‫ك‬ ‫مل ب ب‬‫ أن يب عأعنءا ع عب يد ه ال ي ع‬:‫ل‬ ‫ة عقءا ع ع ن ع ع ب ه ي ه ع ه ع‬ ‫ن أ عببي ع‬
‫شي يب ع ع‬ ‫ع‬
‫حد نث ععنءا أهب و ب عك يرب ب ي ه‬ ‫ع‬
‫ نوعب بهعههءا‬، ‫ن‬ ‫مهه و ع‬ ‫ح ه‬ ‫ فعب بهعههءا ي عت ععرا ع‬، ‫ق‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ قع ع‬، ‫ة‬ ‫مءاعئه ع‬ ‫ن‬ ‫ عقءا ع‬، ‫م‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫صنلا ى الل ه‬
‫خلئ بهه ب‬ ‫ميههبع ال ع‬ ‫ج ب‬ ‫ن ع‬ ‫ة ب عييه ع‬ ‫مه ة‬ ‫ح ع‬ ‫من يهعههءا عر ي‬ ‫م ب‬ ‫سه ع‬ ‫مه ء‬ ‫ح ع‬ ‫ة عر ي‬ ‫ن ل بلهب ب‬ ‫ »إ ب ن‬:‫ل‬ ‫سل ع‬‫ه ع علي يهب نوع ع‬ ‫ع‬
«
‫ة‬ ‫مهه ب‬ ‫قعيءا ع‬ ‫م ال ي ب‬‫عب عههءاد عه ه ي عهه وي ع‬
‫م ب بهعههءا ب‬‫حهه ه‬ ‫ ي عير ع‬، ‫ة‬
‫مهه ة‬‫ح ع‬‫ن عر ي‬ ‫سههبعي ع‬ ‫ة نوعت ب ي‬ ‫سههعع ة‬ ‫ نوعأ ع ن‬، ‫ش ع عل عهها ى أ عنويعلد بهعههءا‬
‫خههعر ت ب ي‬ ‫ح ه‬ ‫ف ال يهه وع ي‬ ‫ نوعب بهعههءا ت ععيط بهه ه‬، ‫ن‬
‫ف و ع‬‫ي عت عععههءاط ع ه‬
__________
‫]حكم اللبءاني[ صحيح‬

Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat, Allah membagi satu
rahmat merata antara seluruh makhluk, dengan satu rahmat itu mereka (makhluk)
saling menyayangi dan mengasihi, dan dengan satu rahmat itu binatang-binatang
mengasihi anak-anaknya, dan tersisa seratus rahmat, dengan seratus rahmat itu Allah
menyayangi hambanya pada hari kiamat.”

Dari Abu Hurairah, HR. al-Bukhari, Rasulullaah saw. bersabda,

‫ لما قضى ال الخلق كتب فى كتابه فهو عنده فوق العععرش إن ضرحمععتى غلبععت غضععبى )ضرواه البخععاضرى عععن أبععى‬:‫قال ضرسول ال صلى ال عليه وسلم‬
(‫هريرة‬: “Ketika Allah menentukan penciptaan, Ia tulis di dalam kitabnya. Kitab itu ada di
sisi-Nya di atas al-‘Arsy. Sesungguhnya Rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.”

Nabi Muhammad saw., “Man ‘Arofa Nafsahu Faqod ‘Arofa Robbahu.” = Barangsipa
mengenaal Rabbnya, maka akan mengenal Nafs nya.
Tempat-Nya sebelum mencipta, berada di sebuah tempat abstrak bernama al-
Maa’a,8 berkonsepsi air yang memberikan kehidupan, namun sosoknya tidak
seperti air yang kita pahami saat ini. Di dalam Al-Maa’a terdapat Maqhomat al-
Malaakutiyah al-Muhayyamah, tebaran ruh (Al-Arwah) yang tidak mengenal apa
dan siapapun bahkan dirinya sendiri selain Allah. Allah Sendiri yang
menciptakannya langsung tanpa perantara siapapun. Maka diambillah satu ruh
yang paling mencerminkan-Nya dengan sempurna, 9 yaitu Nur Muhammad.10 Nur
Muhammad dianugerahi-Nya tujuh lautan: Laut Ilmu, Laut Latif, Laut Pikir, Laut

Ibnu Arabi menggambar sebuah pilar (tiang) untuk menjelaskan tentang Insan Kamil,
yang dimaksudkannya sebagai ‘Manifestasi al-Haqq (Rabb)’ dalam kosmos, sehingga
tanpa-Nya kosmos akan runtuh.

Dari Hubaid ibn Umair rahimahullah Ta’ala (dalam Ath-Thabari), “Setiap hari
Allah dalam kesibukan, yaitu mengabulkan doa orang yang berdoa, memberikan
orang yang meminta, membebaskan tawanan dan menyembuhkan orang yang
sakit.”
Sabar, Laut Akal, Laut Rahman, dan Laut Cahaya, 11 disamping kesadaran, hawa
nafsu, syahwat, tujuan, kekuatan, dan juga kematian. 12

Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang diciptakan oleh Allah sebelum Dia
menciptakan ‘Arasy-Nya. At-Tirmidzi meriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit ra, dia
mengatakan, “Rasulullah saw bersabda, ‘Yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah
qalam yang berasal dari cahaya (Nur Muhammad).’ Menurut sebuah pendapat, qalam
berasal dari permata putih yang panjangnya hampir sama antara lelangit dan bumi.
‘Kemudian Dia menciptakan Lauh Mahfuzh (Lembaran yang Terjaga) dari mutiara putih
yang berasal dari yaqut (batu mulia) merah, yang panjangnya antara langit dan bumi,
sedangkan lebarnya antara barat dan timur.’”Diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim, Nabi saw
bersabda, “Sesungguhnya ‘Arasy sebelumnya berada di atas Al-Amaa’. Setelah Allah
menciptakan langit (yang tujuh), ‘Arasy itu ditempatkan di langit yang ke tujuh. Dia
jadikan awan sebagai saringan untuk hujan. Apabila tidak dijadikan seperti itu, tentu
bumi akan tenggelam terendam air.”

‘Amr bin al-‘Ash mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Allah telah
mencatat takdir-takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan lelangit dan
bumi.’” Hadits tersebut menunjukkan bahwa qalam diciptakan lebih dahulu daripada
‘Arsy.

Dari Ikrimah, “Sesungguhnya Allah menurunkan tetesan hujan dari langit sebesar unta.
Seandainya tidak ada awan dan angin yang memecah-mecahkannya, tentu tanaman-
tanaman dan binatang yang terkena hujan itu akan rusak.”
9

Ketika Allah menggenggam Adam (ketiadaan) dari segenggam tanah Kun, maka Dia
mengusap bagian atas punggungnya, sehingga ia mampu membedakan yang baik dan
yang jelek. Dari punggung Adam, Allah mengeluarkan anak cucu Adam yang masuk ke
dalam kelompok kanan maupun kiri. Kelompok kanan, mengambil posisi dan berperilaku
seperti kelompok kanan, sebaliknya kelompok kiri, sehingga dipastikan taka da sesuatu
apapun yang akan menyimpang dari Kehendak-Nya. Unsur terbersih dan tersarikan
sehingga muncul buih, kemudian disaring sampai murni hingga unsur-unsur berbahaya
hilang. Sari murni itu ditambahkan Cahaya Petunjuk, lalu ditenggelamkan ke dalam
lautan Rahmat-Nya hingga keberkahan-Nya merata, maka terciptalah Nur Muhammad
(sebagai asal muasal Cahaya) yang kemudian dihiasi oleh satu ruh yang ada di
maqhomat al-Malakuutiyah al-Muhayyamah sehingga bersinar terang dan mulia.
Muhammadlah penyebab diciptakan semesta, pembawa berita gembira (Khobar) dengan
senang hati hingga hari kebangkitan.

10

Ibn Arabi dalam Mustafa bin Sulaiman, Sharh Fusus al-Hikam li Ibni Arabi, diperlengkap
oleh Hanafi dan hawashinya ditulis oleh Shaykh Fadi As’ad Nasif, Libanon: Dār al-Kutub
al- ‟Ilmiyyah. 2002, cet.1, hlm. 63. Lihat. Tim Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nūr
Muhammad” dalam Ensiklopedi Islam, Jakarta, Ichtiar Baru van Hoeve, 1997, Vol. 14. cet.
4. hlm. 46-47..Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Jabir, Allah berfirman, ‫إن ال خلق ضروح النبي‬
‫ صلى ال عليو وسلم من ذاتو وخلق العالم بأسره من ضروح محمد صلى ال عليو وسلم‬. "Sesungguhnya Allah swt mencipta
ruh Nabi Muhammad saw. dari Zat-Nya dan kemudian dijadikan alam raya ini seluruhnya
dari ruh Nabi Muhammad saw." Rasulullah saw. bersabda, ‫" أول ما خلق ال تعالى ضروحععى‬Pertama
kali yang dijadikan Allah swt. ialah ruhku." Hadits Nabi saw., ‫“ انا أبو الضرواح وادم أبو البشععر‬Aku
bapak dari segala ruh dan Nabi Adam bapak dari segala batang tubuh.”
Ralat: Al-Maa’a lebih diartikan sebagai “water” secara konsepsi (bukan
pengertian air yang kita pahami saat ini), bukan “cloud”.

Al-‘AQL Al-AWWAL (QOLAM)

Dari Nur Muhammad, kemudian terciptalah makhluk-makhluk. Makhluk pertama,


dianugerahi-Nya tajalli ‘ilmi (Pengetahuan Ilahiyyah) yang terukir di dalamnya
semua hal, semua kejadian, dan semua makhluk sejak terciptanya alam hingga

11

https://semestahidayah.wordpress.com/2010/11/22/kisah-penciptaan-nur-muhammad/

12

Annemarie Schimmel, Dan Muhammad adalah Utusan Allah, Cahaya Purnama Kekasih
Tuhan, 1985, hal. 189
kiamat sehingga ia menjadi mengenal dirinya dan lainnya. Ruh itu dinamakan
al-‘Aql al-Awwal = al-'Aql al-Kulli (di dalam al-Qur’an = al-Qolam al-A'alaa). 13
Melalui Tajalli ‘Ilmi, al-Qolam al-A’alaa menyadari bahwa dirinya memiliki
kekuatan untuk menyusun dirinya sendiri dan selanjutnya memiliki kemampuan
untuk menyadari segala sesuatunya.14 Qolam memandang-Nya dalam
ketakutan. Panjangnya sejauh jarak Langit ke Bumi, tapi dibagi menjadi dua
bagian.15 Allah: “Tulis!” Qolam: “Apa yang akan aku tulis?”Allah: “Tulis,

13

‘Amr bin al-‘Ash mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Allah
telah mencatat takdir-takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan
lelangit dan bumi.’” Hadits tersebut menunjukkan bahwa qalam diciptakan lebih
dahulu daripada ‘Arsy.

14

bertanya, "Ya Allah, apa yang harus saya tulis?" Allah menjawab, “Tulislah, ‘ laa ilaaha
illallah, Muhammadan Rasulullah’.” Berseru terkejut Qolam, "Oh, betapa sebuah nama
yang indah dan agung. Muhammad disebut bersama Asma-Mu yang Suci, ya, Allah."
Allah menjawab, "Wahai, Qolam,, jagalah kelakuanmu. Nama ini adalah nama Kekasih-Ku.
Dari Nurnya, Aku menciptakan Qolam, ‘Arsy, dan lawh al-mahfudz; Kau, juga diciptakan
dari Nurnya. Jika bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakan apapun.” Begitu
usai Allah swt. mengatakan kalimat tersebut, Qolam pun terbelah dua karena takutnya
kepada Allah. Tempat keluar kata-katanya menjadi terbuka terus hingga hari akhir.
Kemudian Allah memerintahkan Qolam untuk menulis "Apa yang harus saya tulis, Ya
Allah?" Allah menjawab, "Tulislah semua yang akan terjadi sampai Hari Pengadilan.”
‘Bismillaahirrahmaanirrahiim’,”16 lanjutnya, “Bawalah apapun hingga Hari
Kebangkitan.”

AL-LAWH AL-MAHFUDZH

Makhluk kedua, yaitu yang menjadi ‘bayangan’ dari Qolam, merupakan nafsnya
yang bernama al-Nafs al-Kulliyyah (= al-Nafs al-‘Uulaa) atau al-Lawh al-
Mahfudzh,17 tempat dituliskannya huruf-huruf dan kata-kata Allah melalui nafas
ar-Rahman sejak penciptaan alam hingga hari kiamat. Sidratul Muntaha,18
sebuah batang dahan dari dahan-dahan pohon Kun, yang dibawahnya terdapat
malaikat pengabdi-Nya dan melaksanakan keputusan-keputusannya, melaporkan
Berkata Qolam, "Ya Allah, apa yang harus saya mulai?". Berfirman Allah, "Kamu harus
memulai dengan kata-kata ini, ‘Bismillaahirrahmaanirrahiim’," yang menjadi nafas ar-
Rahman. Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna, kemudian Qolam bersiap untuk
menulis kata-kata itu pada (lawh al-mahfudz, dan dia menyelesaikan tulisan itu dalam
700 tahun.

15

Ibnu Abbas ra mengatakan, “Sebelum Allah menciptakan makhluk, Dia telah


menciptakan qalam. Dia berada di atas ‘Arasy; kemudian Dia melihat qalam
dengan penglihatan haibah (kebesaran) sehingga qalam itu terbelah dan
meneteskan tinta.” Ibnu Abbas menambahkan bahwa qalam itu terbelah dan
dari belahan itulah keluar tinta hingga hari kiamat.
semua yang terdapat pada buah pohon dengan berdasarkan pada salinan dari
lauh al-Mahfuzh. Semua kejadian di pohon, telah memiliki takaran dan
ketentuannya masing-masing dan sudah tercatat dalam Lauh al-Mahfudzh. Untuk
mewujudkan dan melanggengkan alam semesta, maka al-Lawh al-Mahfudzh
(kitab induk) dinikahkan (nikah ma’nawii) dengan al-Qolaam al-A'alaa. Hal itu
dikarenakan segala sesuatu yang terjadi merupakan hasil dari adanya sebab-
musabab, seperti anak yang dihasilkan dari penikahan ayah dan ibunya. Al-Lawh
al-Mahfudzh memiliki dua kekuatan (Quwwah), yaitu Quwwah ‘Ilmiyyah yang

16

Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna, Qolam bersiap untuk menulis kata-kata
itu pada Kitab (lawh al-mahfudz), dan dia menyelesaikan tulisan itu dalam 700 tahun.
Ketika Qolam telah menulis kata-kata itu, Allah SWT berfirman, "Telah memakan 700
tahun untuk kamu menulis tiga Nama-Ku; Nama Keagungan-Ku, Kasih Sayang-Ku dan
Empati-Ku. Tiga kata penuh berkah ini, Aku buat sebagai hadiah bagi ummat Kekasih-Ku
Muhammad. Dengan Keagungan-Ku, Aku berjanji bahwa bilamana abdi manapun dari
umat ini menyebut ‘Bismillah’ dengan ikhlas, maka Aku akan tuliskan 700 tahun pahala
yang tak terhitung untuknya, dan 700 tahun dosa akan Aku hapuskan.” Sa’id bin
Manshur mengabarkan, bahwa yang pertama kali dituliskan oleh qalam adalah, “Aku
adalah Yang Maha Menerima tobat. Aku akan menerima tobat orang yang bertobat.” Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan, bahwa yang pertama kali dituliskan oleh qalam adalah,
“Sesungguhnya rahmat-Ku melampaui murka-Ku.”

17

Ibnu Abbas berkata, “Di antara ciptaan Allah, ada yang namanya Lauh Mahfudzh,
dengan sebuah mutiara putih, tutupnya berupa safir merah. Tulisannya dari cahaya, dan
Pena nya dari cahaya; Luasnya sejauh jarak Langit dengan Bumi. Allah melihat ke
dalamnya sebanyak tiga ratus enam puluh kali setiap hari, dan berdasarkan isinya Allah
mencipta dan mewujudkan; menyebabkan hidup dan mati, dan melakukan Kehendak-
Nya.”Anas bin Malik mengatakan, “Rasulullah saw bersabda, ‘Allah memiliki lauh
(lembaran) yang salah satu permukaannya terbuat dari yaqut merah dan permukaan
lainnya dari zamrud hijau, sedangkan qalam-nya berasal dari cahaya.’”
berfungsi sebagai penerima pengetahuan, bersifat intelektual dan Quwwah
‘Amaliyyah yang berfungsi sebagai penjaga keberlangsungan wujuud
pengetahuan melalui gerakan (‘amal).

Hal pertama yang dimunculkan oleh al-Lawh al-Mahfudzh adalah Martabat Alam
(sifat panas, dingin, kering, basah) dan al-Habaa (al-Hayuulaa al-‘Uulaa) atau
debu (I.140.14). Pernikahan keduanya menghasilkan al-Jism al-Kull (tubuh
universal). Proses penciptaan alam semesta berlangsung panjang dalam
serangkaian sebab-akibat hingga mewujudkan tanah (turaab) (I.140.17) yang
merupakan materi fisik pertama, yang sebelumnya hanya bersifat ruhani

18

Ibnu Abbas,

‫سميت سدرة المنتها ى لن علم الملئكة ينتهي إليهءا نولم يجءانوزهءا أحد إل رس ول الله صلا ى الله عليه‬
‫نوسلم نوحكي عن عبد الله بن مسع ود رضي الله عنه أنهءا سميت بذلك لك ونهءا ينتهي إليهءا مءا يهبط من‬
‫ف وقهءا نومءا يصعد من تحتهءا من أمر الله تعءالا ى‬

"Dinamakan sidratul muntaha (Pohon Puncak), karena ilmu malaikat puncaknya


sampai di sini. Tidak ada yang bisa melewatinya, kecuali Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam”. (Ta’liqat ‘ala Shahih Muslim, Muhamad Fuad Abdul Baqi,
1/145).

Dari Anas ra., Rasulullaah saw. bersabda,

‫في ول في أ عصل بهءا أ عربع ه ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬


‫ة أن يعهءارء‬ ‫ي ع ي عع‬ ‫ن ال ه ه ب ب‬ ‫ذا ه‬‫هآ ع‬‫جعر نوعنوععرقهعهءا ك عأن ن ه‬
‫ل هع ع‬ ‫قعهءا ك عأن ن ه‬
‫ه قبل ع ه‬ ‫ فعإ ب ع‬، ‫من يت ععها ى‬
‫ذا ن عب ب ه‬ ‫سد يعرة ه ال ه‬
‫ت بلي ب‬ ‫نوعهرفبعع ي‬
‫مءا ال ن‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬
‫ل‬‫ اليني ه‬:‫ن‬ ‫ظءاه بعرا ب‬ ‫ نوعأ ن‬، ‫ة‬
‫جن ن ب‬
‫في ال ع‬‫ فع ب‬:‫ن‬ ‫مءا العبءاط بعنءا ب‬‫ أ ن‬:‫ل‬ ‫ فع ع‬، ‫ل‬
‫قءا ع‬ ‫ري ع‬‫جب ي ب‬‫ت ب‬ ‫سأل ي ه‬ ‫ فع ع‬، ‫ن‬ ‫ظءاه بعرا ب‬ ‫ن ع‬ ‫ نوعن عهيعرا ب‬، ‫ن‬
‫ن عبءاط بعنءا ب‬
‫ن عهيعرا ب‬
‫ت‬
‫عنوالفهعرا ه‬

Aku melihat Shidratul-Muntaha di langit ke tujuh. Buahnya seperti kendi daerah


Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Dari akarnya keluar dua sungai luar
dan dua sungai dalam. Kemudian aku bertanya, “Wahai Jibril, apakah keduanya
ini?” Dia menjawab, “Adapun dua yang dalam itu ada di surga sedangkan dua
yang di luar itu adalah Nil dan Eufrat. (Shahih, HR. Bukhari 3207)
semata. Makhluk ketiga yang dibagi dari Nur Muhammad, dibentuk dalam al-Jism
al-Kull (Tubuh Alam Semesta), yaitu al-‘Arsy,19 tempat Allah melaksanakan Kuasa
(al-‘Arsy al-Istiwaa) yang turun dari asma ar-Rohmaan. Hal itu bermakna, segala
sesuatu yang berada di bawah al-‘Arsy berada dalam naungan Rahmaniyyah-
Nya.

AL-KURSIY
Di bawah al-‘Arsy,20 terdapat al-Kursiy yang memiliki dimensi-dimensi relatif dan
penuh.

19

Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang diciptakan oleh Allah sebelum Dia
menciptakan ‘Arasy-Nya. At-Tirmidzi meriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit ra, dia
mengatakan, “Rasulullah saw bersabda, ‘Yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah
qalam yang berasal dari cahaya.’ Menurut sebuah pendapat, qalam berasal dari permata
putih yang panjangnya hampir sama antara lelangit dan bumi. ‘Kemudian Dia
menciptakan Lauh Mahfuzh (Lembaran yang Terjaga) dari mutiara putih yang berasal dari
yaqut (batu mulia) merah, yang panjangnya antara langit dan bumi, sedangkan lebarnya
antara barat dan timur.’”Diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim, Nabi saw bersabda,
“Sesungguhnya ‘Arasy sebelumnya berada di atas Al-Maa’a. Setelah Allah menciptakan
langit (yang tujuh), ‘Arasy itu ditempatkan di langit yang ke tujuh. Dia jadikan awan
sebagai saringan untuk hujan. Apabila tidak dijadikan seperti itu, tentu bumi akan
tenggelam terendam air.”

Dari Ikrimah, “Sesungguhnya Allah menurunkan tetesan hujan dari langit sebesar unta.
Seandainya tidak ada awan dan angin yang memecah-mecahkannya, tentu tanaman-
tanaman dan binatang yang terkena hujan itu akan rusak.”
20

“Sekarang, bagaian ke-empat dari Nur, Aku bagi lagi menjadi empat bagian: Bagian
pertamanya Aku ciptakan Malaikat Penyangga Singgasana (hamalat al-‘Arsy); Bagian
keduanya Aku ciptakan Kursi, majelis Ilahiah (Langit atas yang menyangga Singgasana
Ilahiah, ‘Arsy); Bagian ketiganya Aku ciptakan seluruh malaikat (makhluk) langit lainnya.
Kemudian bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian: dari bagian pertama Aku
membuat semua langit, dari bagian Kedua Aku membuat bumi-bumi, dari bagian ketiga
Aku membuat jinn dan api.” HR. Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah
menjelaskan, bahwa wujud para malaikat pemikul singgahsana Allah sangatlah besar dan
jarak antara pundak malaikat tersebut dengan telinganya sejauh perjalanan burung
terbang selama 700 tahun. Hamalat al-'Arsy memiliki sayap lebih besar dan banyak
dibandingkan dengan Jibril dan Israfil, memiliki sayap sejumlah 2400 sayap dimana satu
sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil, sedangkan Israfil mempunyai 1200 sayap,
dimana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril.Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar
bin 'Arabi al-Jawi al-Bantani (Syeikh Nawawi Banten), seorang wali besar dari tanah Jawa
menjelaskan, "Mereka adalah tingkatan tertinggi para Malaikat dan Malaikat yang
pertama kali diciptakan, dan mereka berada di dunia sebanyak 4 malaikat, pada saat
qiyamat akan berjumlah 8 malaikat dengan bentuk kambing hutan. Jarak antara telapak
kakinya sampai lututnya sejauh perjalanan 70 tahun burung yang terbang paling cepat.
Adapun sifat dari 'Arsy, dikatakan bahwa bahwa 'Arsy adalah permata berwarna hijau
dan 'Arsy adalah makhluk yang paling besar dalam penciptaan. Dan setiap harinya 'Arsy
dihiasi dengan 1000 warna daripada cahaya, tidak ada satu makhlukpun dari makhluk
Allah ta'ala yang sanggup memandangnya. Dan segala sesuatu seluruhnya di dalam
'Arsy seperti lingkaran ditanah lapang. Dikatakan sesungguhnya 'Arsy merupakan kiblat
para penduduk langit, sebagaimana Ka'bah sebagai kiblat penduduk bumi."
Perumpamaan luasnya dengan al-‘Arsy seperti, “Sebuah cincin kecil (al-Kursiy) di
gurun yang luas (al-‘Arsy).” Dan di dalam-Kursiy terdapat al-Falaq al-Atlas atau
Al-Falaq al-Buruuj (langit tanpa bintang. Orbit Isotropik = arah lintasannya sama)
yang berisikan bola langit konstelasi/ zodiak (al-falak al-buruuj = 12 konstelasi).
Di bawahnya , Allah menciptakan tujuh “Surga (al-jinaan)” yang dinamakan
berbeda dengan perbedaan keadaan dan tingkat sebagai penanda simbolik
‘tempat pertemuan’ antara wujuud-wujuud ruhani murni dari dalam al-’Arsy
dengan wujuud-wujud sensible (terinderai) dari dalam al-Kursiy. Surga-surga
tersebut beda letaknya dengan Samawaat (tujuh lapis langit yang terletak di
bawah Al-Falaq al-Mukawkab = langit dengan ‘bintang’ (bintang (matahari),
bulan dan planet) tetap). Nama-nama ketujuh Surga terdapat di dalam quran
dan hadits,21 dan pengertian mereka tidak sama dengan tujuh langit
(samawaati). Berikut nama ketujuh Surga tersebut: 1. Iqomah (tempat tinggal)
hamba, 2. Aslama (tempat keberserahdirian) hamba, 3. Al-Khuld, 4. Al-Ma’wa,
5. Al-Na’im, 6. Firdaus, 7. ‘Ad Kata ‘al-Wasiilah melintasi ketujuh Surga sebanyak
dua kali hingga ke level tertinggi, ‘Adn, Surga Nabi Muhammad saw. Surga ‘Adn
disebut juga sebagai al-maqoom al-mahmud (posisi mulia), dan disebut juga

21

Tingkatan surga seperti yang disebutkan Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan
Tirmidzi sebanyak seratus tingkatan. Namun di dalam Al-Quran disebutkan sebanyak
tujuh tingkatan iaitu Jannatul Firdaus, Jannatul Naim, Jannatul Makwa, Jannatul Adnan,
Jannatul Khuldi, Darus Salam dan Daruj Jalal.
Diriwayatkan oleh Ibnu Wahab, dari Abdurrahman bin Ziyad bin An'am, dari Utbah bin
Ubaid adh-Dhabyi, dari seorang perawi yang meriwayatkan hadits ini kepadanya bahwa
seseorang datang kepada Nabi saw dan bertanya, "Wahai Rasulullah, ada berapa
tingkatan di surga?" Beliau menjawab, "Seratus tingkatan. Jarak masing-masing tingkat
adalah setinggi bumi dan langit. Di tingkat pertama, kamar, rumah, pintu, ranjang, dan
kunci-kunci pintunya terbuat dari perak. DI tingkat kedua, kamar rumah, pintu, ranjang,
dan kunci-kunci pintunya terbuat dari emas. Dan di tingkat ketiga, kamar rumah, pintu,
ranjang, dan kunci-kunci pintunya juga terbuat dari permata, mutiara, dan zamrud.
Sedangkan, sembilan puluh tujuh tingkatan lainnya tidak ada yang mengetahuinya selain
Allah."
dengan Al-Washiilah, yaitu perantara atau Jalan untuk Mendekati Allah. Melalui
Nabi Muhammad saw. lah Allah bisa didekati oleh makhluknya. Jadi, sunnah Nabi
Muhammad saw. merupakan Jalan kita untuk Mendekati Allah.

KUBAH AL-FALAQ AL-MUKAWKAB (Tujuh Lapis Bumi dan


Tujuh Lapis Langit beserta isinya)

Di bawah tujuh Surga terdapat lintasan ‘bintang-bintang’ tetap (Al-Falaq Al-


Mukawkab = orb of fixed stars = tidak sebenar disebut bintang, tapi Mukawkab
yang kadang bisa disebut sebagai benda bersinar maupun tidak), yang terdiri
dari tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit (Bulan, Merkurius,
Venus, Matahari, Mars, Jupiter, dan Saturnus. 22 Mesti digarisbawahi, bahwa
dikatakan ‘bintang’ tetap bukan dalam arti mereka tidak bergerak, tetapi lebih
dikarenakan pandangan mata fisik

22

Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah saw. ditanya tentang itu dan berkata, 'Ketika Allah ingin
menyempurnakan ciptaan-Nya, dan hanya Adam yang tersisia untuk diciptakan, maka
Dia menciptakan dua matahari dari cahaya ‘Arsy-Nya. Pada matahari yang satu, dengan
pengetahuan-Nya, Dia menentukan, bahwa Dia menciptakannya seperti matahari yang
tampak di dunia saat ini, bersama tempat-tempat terbit dan terbenamnya. Matahari
satunya lagi, dengan pengetahuannya, Dia akan menghancurkan dan mengubah
bentuknya menjadi sebuah bulan, dan Dia menciptakan bulan dengan kekuatannya yang
lebih sedikit daripada matahari. Tapi seseorang hanya melihat matahari sebagai benda
yang kecil dikarenaan begitu jauhnya jarak langit dari bumi. Jika Allah membiarkan
matahari kedua sebagaimana dia tercipta awalnya, maka tidak seorangpun dari kita
yang pernah mengalami malam ataupun siang dari malam. Para pekerja tidak tahu
kapan saatnya bekerja, atau kapan mengambil upahnya. Yang puasa tidak tahu sampai
kapan waktunya berpuasa dan kapan berbuka, dan seorang perempuan tidak tahu
bagaimana cara menghitung masa ‘iddahnya. Para muslim tidak tahu waktu-waktu
shalatnya, atau kapan mengerjakan haji. Tukang kredit tidak tahu kapan waktu untuk
menagih, kapan orang ke ladang atau kapan kita mengistirahatkan tubuh kita. Allah
Maha Penjaga dan Maha Penyayang kepada abdi-Nya. Dia lalu mengutus Jibril as, dan
memerintahkan sayapnya untuk menuup wajah Bulan sebanyak tiga kali, ketika
cahayanya seterang Matahari, lalu berkuranglah radiasinya; tapi cahayanya tetap ada di
dalamnya. Kegelapan di dalam Bulan, seperti kerutan-kerutan di dalamnya itu tidak lain
tidak bukan adalah jejak yang terhapus. Lalu Allah menciptakan Matahari dari sinar
cemerlang Cahaya-Nya. Lalu Allah menciptakan sebuah roda pada Matahari yang
padanya terdapat tiga ratus enam puluh jari-jari. Dan dari para malaikat Langit lapis
satu, diambil sebanyak tiga ratus enam puluh (360 = lingkaran) malaikat yang bertugas
atas Matahari dan roda putarannya. Setiap satu malaikat bergantung kepada satu jari
roda.
ma
nusia di Bumi yang menjadi pusatnya (geosentris) terbatas untuk melihat
pergerakan mereka. Dikarenakan Bumi yang menjadi pusat semesta, maka
diciptakanlah Bumi terlebih dahulu, baru tujuh lapis langit dengan makhluk-
makhluknya.23 Ibnu Arabi mengulas penciptaan bumi dalam enam masa
penciptaan makhluk tertentu,24 dengan pemberian shifat dan asma tertentu
Allah pada masing-masing hari, huruf hijaiyah tertentu, lapis langit dan lapis
bumi tertentu, dan pengaruh jiwa Nabi tertentu (II.438.7). 25

Hari Ahad, Hari Pertama Allah Mencipta

Bahasa Arab dari hari Minggu adalah al-Ahad, yang juga merupakan nama Allah.
Al-Ahad memiliki pengertian ‘Tunggal’, ‘Satu’, unit yang tak dapat dibagi-bagi.
Merupakan hari Pertama yang diciptakan sekaligus Allah Mencipta dalam kubah
al-Falaq al-Mukawkab, yang merupakan lokus pandangan berpasangan Bumi-
Langit. Entitas yang ada di al-Falaq al-Mukawkab, telah lama ada dalam
Pengetahuan (‘Ilm) Allah; dan melalui pra-eksistensi, mereka memperoleh nama
paling mendasar dari Allah, yang menggerakkan terciptanya hari Ahad, yaitu
‘Pendengaran (Sami’)’, sekaligus mencerminkan bahwa apa-apa yang ada di
dunia lalu mendengar perintah “Kun!” Dengan ‘Perkataan’ (Qawl), maka non-
wujuud pun mendengar (Sami’), sementara dengan ‘Berkata’ (Kalaam), maka
wujuud mendengar (Sami’).

23

https://sainstory.wordpress.com/2010/07/01/kisah-sepanjang-zaman-bag-1-awal-
penciptaan/ Wahab bin Munabbih mengatakan, “Tatkala Allah menciptakan bumi, asalnya
adalah satu lapis; kemudian Dia memisah-misahkan lapisan tersebut hingga tujuh,
seperti yang Dia lakukan terhadap langit. Dia membuat jarak antara lapisan yang satu
dengan lapisan yang lainnya sejauh jarak yang bisa ditempuh selama 500 tahun.” Wahab
bin Munabbih juga mengatakan, “Setelah Allah memisah-misahkan lapisan bumi sampai
tujuh, maka nama lapisan yang pertama adalah Adim (yang terlihat dari permukaan),
lapisan yang kedua adalah Basith (yang menghampar), lapisan yang ketiga adalah Tsaqil
(yang berat), lapisan keempat adalah Batih (yang melebar), lapisan yang kelima adalah
Hayin, lapisan keenam adalah Masikah (yang mengunci), dan lapisan yang ketujuh
adalah Tsara (tanah yang basah/liat). Dalam sebagian riwayat yang lain, nama lapisan-
lapisan tersebut berbeda-beda.”
Pergerakan dari Lintasan Isotropik (hanya dibedakan oleh satu Hari, dimana satu
putarannya dimulai pada batas terbawah al-‘Arsy. Dikarenakan al-‘Arsy berada di
atas Lintasan Isotropik, dan tanpa penanda (batas) apapun, maka panjang hari
yang sebenarnya tidak dapat diketahui. Meskipun kita yang di bumi ini tampak
dengan tepat mengukur hari dengan jam demi jam dan menit demi menit atau
dari waktu pergerakan bumi itu sendiri, tapi itu tidak lebih dari sekedar hukum
yang dibuat oleh manusia. Hanya Allah yang sebenar tahu panjang sebenar hari.

Ats-Tsalabi mengatakan, “Bumi lapisan yang kedua mengeluarkan angin dan


penduduknya adalah umat yang bernama Thamas yang makanan mereka adalah daging
mereka sendiri, dan minumannya adalah darah mereka sendiri. Bumi lapisan ketiga
penduduknya adalah umat yang wajah mereka seperti wajah manusia, bibir mereka
seperti bibir anjing, tangan mereka seperti tangan manusia, kaki mereka seperti kaki
sapi, telinga mereka seperti telinga sapi, dan di sekujur tubuh mereka ada bulu seperti
bulu domba. Bulu tersebut adalah pakaian mereka. Konon, siang di kita (manusia) adalah
malamnya mereka dan malam di mereka adalah siang di kita. Bumi lapisan keempat
penduduknya adalah umat yang bernama Halham yang tidak mempunyai mata dan kaki,
tetapi mereka mempunyai sayap seperti sayap burung. Bumi lapisan kelima ditempati
oleh umat yang bernama Khasyan. Rupa mereka seperti bagal (peranakan
keledai/turunan kuda jantan dengan keledai betina). Mereka berbuntut panjang, setiap
buntutnya mencapai 300 siku. Di lapisan bumi ini terdapat banyak ular yang sangat
panjang dan mempunyai punuk seperti unta. Bumi lapisan keenam ditempati oleh umat
yang bernama Hatsum yang berbadan hitam dan mempunyai cakar seperti cakar
binatang buas. Konon, umat ini dikuasakan oleh Allah kepada Ya’juj dan Ma’juj ketika
mereka menyerbu manusia dan menghancurkan mereka. Dan di bumi lapisan ketujuh
ada tempat tinggal Iblis yang terlaknat dan bala tentaranya, yaitu setan yang suka
mendorong pada kejahatan.”

Ka’b al-Ahbar mengatakan, “Allah menciptakan 80.000 umat. Setengahnya disimpan di


laut dan setengahnya lagi disimpan di darat. Bentuk mereka bermacam-macam.”

24

http://pesantrenpedia.blogspot.co.id/2015/02/terjemah-tarikh-thabari-makhluk-
yang.html Ibnu Mas’ud dan beberapa orang sahabat Nabi saw. berkata, “Allah
menciptakan bumi dalam dua hari, yaitu Ahad dan Senin. Allah menciptakan gunung
agar bumi tidak goyah, gunung, makanan penghuni bumi, pepohonan dan benda yang
Matahari dan lintasan langitnya diciptakan pada hari Ahad. Hal itu dikarenakan
Matahari menyerupai ar-Ruuh; dan Ruhul Quds merupakan pemunculan pertama
dari al-Haqq dalam setiap diri ciptaan, sehingga dengan pergerakan aktif dari
hari Pertama (al-Ahad), maka ‘titik’ (nukta) atau dimensi – 0 lantas dapat
ditentukan. Matahari merupakan qalb dari dunia dan qalb dari tujuh langit. Dan
Allah menyebut langitnya sebagai ‘sebuah Tempat Tinggi’ karena qalb nya,
meskipun masih ada lagi langit di atasnya. Tetapi Allah bermaksud untuk
meninggikan status (makaana) nya, sehingga tempat (makaan) nya menjadi

berguna bagi bumi dalam dua hari, yaitu Selasa dan Rabu. Kemudian Allah menuju langit
yang saat itu masih merupakan asap, lalu menjadikannya satu langit. Kemudian Allah
membelahnya dan menjadikannya tujuh langit dalam dua hari, yaitu Kamis dan Jum’at.”

Wahb bin Munabbih berkata, bahwa “Tingkat pertama Bumi disebut Adiim (kulit,
menutupi), kedua Basiit (tidak bercampur), ketiga Thaqiil (berat), keempat Batiih (datar),
kelima Mutathaaqilah (tidak aktif), keenam Maasikah (cengkraman), dan ketujuh Tharaa
(lembab). Tingkatan Bumi berjumlah tujuh, disebutkan juga di dalam al-Qur’an. Allah
juga menyebut Bumi sebagai Firaash (karpet, hamparan). Langit, bumi, dan seluruh
isinya dikelilingi oleh laut-laut. Dan semua benda tersebut dikelilingi oleh Haikal. Dan
konon Haikal dikelilingi oleh Kursiy. Wahb menjawab, “Suatu benda dari ujung langit
yang mengelilingi bumi dan laut bagaikan tali tenda.” Wahb juga ditanya mengenai
bumi ini, bagaimana ia? Wahb menjawab, “Bumi ada tujuh yang dibentangkan berupa
beberapa pulau. Antara tiap dua bumi ada laut dan laut mengelilingi bumi, sementara
Haikal ada di balik laut”.

Arthah bin Al Mundzir bertutur, bahwa Dhamrah berkata, “Allah menciptakan kalam, lalu
dengannya Dia menulis apa yang Dia ciptakan dan yang terjadi dari makhluk-Nya. Tulisan
itu mensucikan Allah dan mengagungkan-Nya selama seribu tahun sebelum Dia
menciptakan makhluk lainnya. Ketika Allah berkehendak untuk menciptakan langit dan
bumi, maka Dia menciptakannya selama enam hari. Tiap hari dinamai dengan nama
yang berbeda. Nama hari pertama dari enam hari di atas adalah Abjad, hari kedua
Hawaz, hari ketiga Hutay, hari keempat Kalman, hari kelima Sa’fas, hari keenam
Karsat.” Begitupun Adh Dhahhak bin Muhazim dan Zaid bin Aslam menyampaikan.

Ulama lain berpendapat, “Allah menciptakan satu hari dan menamainya Ahad,
menciptakan hari kedua dan menamainya Itsnain (Senin), menciptakan hari ketiga dan
menamainya Tsulatsa’ (Selasa), menciptakan hari keempat dan menamakannya Arbia’
(Rabo) dan menciptakan hari kelima dan menamainya Khamis (Kamis)”. Ibnu Abbas
bertutur menguatkan, “Sesungguhnya Allah menciptakan satu hari dan menamainya
Ahad, menciptakan hari kedua dan menamainya Itsnain (Senin), menciptakan hari ketiga
dan menamainya Tsulatsa’ (Selasa), menciptakan hari keempat dan menamakannya
Arbia’ (Rabo) dan menciptakan hari kelima dan menamainya Khamis (Kamis)”.

Sebenarnya kedua pendapat di atas tidak berbeda, sebab bisa saja nama-nama hari
adalah yang diriwayatkan oleh Atha’ dari Ibnu Abbas menurut bahasa Arab, sedangkan
dengan bahasa lain adalah nama-nama yang diriwayatkan Dhahhak bin Muzahim. Wahb
bin Munabbih bertutur, “Hari-hari ada tujuh.” Kedua pendapat tidak bertentangan; yang
pertama diriwayatkan dari Dhahhak dan Ibnu Abbas bahwa Allah menciptakan enam
hari, yang kedua dari Wahb bahwa jumlah hari adalah tujuh, keduanya sahih dan tidak
bertentangan. Alasannya, makna ucapan Ibnu Abbas dan Adh Dhahhak adalah hari-hari
di mana Allah menciptakan makhluk sejak mulai menciptakan langit dan bumi serta
isinya sampai selesai yaitu enam hari. Sementara Wahb menyebutkan keseluruhn jumlah
hari dalam seminggu, yaitu tujuh. adalah jumlah hari hari dalam seminggu ada tujuh,
bukan enam.
tinggi dikarenakan statusnya, dan Allah menciptakannya dalam al-Simaak
(merupakan sentral, fase ke-14 dari 28 fase atau lintasan Bulan (manzilah), dan
diciptakanlah planet dan lintasannya, dan huruf Nun berada di luarnya.

Hari Ahad dipasangkan dengan Nabi Idris as.26 yang menjadi penjaga di lapis
langit ke-4, yaitu Matahari yang diciptakan dengan Asma al-Nuur Ilahi, dalam
ruang fisik merupakan pusat/ sentral dari 6 langit yang lain, sehingga setiap
pengetahuan dan rahasia-rahasia dari dalam hari Ahad, berasal dari ihwal Nabi

Ulama salaf berbeda pendapat mengenai hari pertama Allah menciptakan langit dan
bumi. Sebagian dari mereka mengatakan, bahwa hari itu adalah hari Ahad. Abdullah bin
Salam ra, dia berkata, “Allah mulai menciptakan makhluk, lalu menciptakan bumi pada
hari Ahad dan hari Senin.” Ka’b ra. Berkata, “Allah memulai menciptakan makhluk dan
menciptakan langit bumi pada hari Ahad dan Senin.” Adh Dhahhak, “Enam hari dari hari
akhirat, tiap hari sama dengan seribu tahun. Allah memulai penciptaan pada hari
Ahad”.

Hadits yang mendasari pendapat bahwa mulai penciptaan hari Ahad adalah hadits Ibnu
Abbas, bahwa kaum Yahudi menghadap Nabi saw dan bertanya mengenai penciptaan
langit dan bumi, maka Nabi menjawab, “Allah menciptakan bumi pada hari Ahad dan
Senin”. Hadits yang mendasari pendapat bahwa mulai penciptaan hari Sabtu adalah
hadits Abu Hurairah: “Nabi saw. memegang tanganku, lalu beliau bersabda, “Allah
menciptakan tanah pada hari Sabtu dan menciptakan gunung-guung pada hari Ahad”.

Tidak ada perselisihan di antara ulama, bahwa dua hari yang disebutkan Allah dalam
firman: ‘Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa’ termasuk dalam enam
hari yang disebutkan sebelumnya. Karena Allah hanya menciptakan langit dan bumi
serta isinya dalam enam hari, sedangkan hadits-hadits dari Nabi saling menguatkan
bahwa yang terakhir diciptakan Allah adalah Adam dan Allah menciptakannya pada hari
Jum’at, maka jelaslah bahwa hari Jum’at di mana Allah selesai menciptakan makhluk
adalah termasuk enam hari di mana Allah menciptakan makhluk. Seandainya Jum’at
tidak termasuk enam hari tersebut, maka Allah menciptakan makhluk dalam tujuh hari,
bukan enam hari, sedangkan hal ini bertentangan dengan isi Al Qur-an. Karena itu
jelaslah, bahwa hari pertama Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya adalah
Ahad, sebab hari terakhir adalah Jum’at.

25

The Seven Days of the Heart (Awraad al-‘Usbuu) . Adanya hubungan antara hari-hari
Idris as. di langit ke-4 ini pun tersingkap; dinamakan dengan “penyebab dari
segala sesuatu sebelum kehadiran/ muncul akibat”; menunjukkan posisi
istimewa sebagai Quthb Langit. Pada saat yang sama, Nabi Idris as merupakan
awal dari perputaran suatu lingkaran, “penemu kebijaksanaan-kebijaksanaan”;
sebagaimana beliau as. telah disebutkan dalam Futuuhaat al-Makiyah,
berhubungan kuat dengan prinsip ahadiyyah (keunikan). Ada beberapa kalimat
yang relevan dalam tulisan-tulisan Ibn ‘Arabi, tentang penyatuan (tawhiid).
Bagaimanapun, untuk menghindarkan pelbagai hal dari kebingungan karena

dalam seminggu dengan pengaruh nabi-nabi dengan planet-planet (tujuh langit). Bagi
Ibnu Arabi, terdapat dua putaran meliputi tujuh nabi (atau 8 jika termasuk Nabi Yahya
as): 1. Keteraturan putaran planet-planet dalam alam semesta fisik (posisi planet-planet
dalam tata surya). 2. Keteraturan putaran planet-planet dalam ruang dan waktu (hari-
hari perminggu). Ibnu Arabi menetapkan kedua hal di atas sebagai model-peran yang
ada pada seorang manusia; keteraturan putaran planet-planet merupakan perwujudan
dari dimensi ruhani yang memberikan makna pada pelbagai dimensi kehidupan yang
berujung pada Kesempurnaan Manusia (insaan kamiil). Dimensi ruhani dari keteraturan
fisik ditunjukkan dalam kisah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. Ketika Nabi Muhammad
saw. menaiki langit-langit (ketujuh langit), beliau saw. mendatangi tiap langit dengan
bertemu nabi-nabi tertentu. Perjalanan Nabi Muhammad saw. pada langit-langit tertentu
menggambarkan perjalanan nabi-nabi tertentu. Dalam tidak kurang dari empat
tulisannya, Ibnu Arabi berbicara tentang isra’ mi’raj yang beliau sendiri alami. Kisahnya
diceritakan cukup detil, dan dengan jelas membentuk salah satu batu penjuru
pengajarannya. Begitu juga, terdapat dimensi ruhani dari keteraturan waktu (hari-hari
dalam seminggu), yang berhubungan dengan nabi-nabi tertentu pula. Hari-hari
ruhaniyyah, Ibnu Arabi mengatakannya sebagai “waktu-waktu” (al-Waqt) ketika kita
menerima pengetahuan ruhani, rahasia-rahasia (asroor), dan pencerahan; sama halnya
dengan tubuh yang menerima perawatan dan pemeliharaannya setiap hari melalui
makanan dan minuman. Dalam beberapa tulisan, dengan khusus dan detil Ibnu Arabi
menjelaskan dimensi batiniyyah dari perputaran waktu dalam seminggu. Dalam
Mawaaqi’ al-nujuum, yang ditulis pada tahun 595/ 1199; sebuah tahun dengan Kenaikan
Tingkat Tinggi Ruhaninya di Fez, menjelaskan bagaimana “seseorang yang memiliki qalb”
akan diberikan pengetahuan dan rahasia-rahasia ruhaniyyah.

“Ketahuilah, wahai, Anakku, bahwa pada setiap hari (dalam seminggu) terdapat
pengaruh seorang nabi tertentu, mempengaruhi qalb siapapun yang mampu menaiki
sebuah rahasia penyaksian; sebuah rahasia dimana ia mengambil cahaya selama hari
(waktu) “itu”

26

Dalam bab 46 buku al-Tanazzulaat al-Mawsiliyya, Ibnu ‘Arabi banyak menyebutkan


kesamaran maknanya, maka Ibn ‘Arabi menekankan bahwa hal tersebut bukan
hanya sekedar misteri-misteri yang terbuka dari setiap nabi, namun juga untuk
memberitahu kita tentang apa yang sebaiknya kita lakukan atau tidak pada hari-
hari tertentu. Dan setiap akibat yang muncul pada hari Ahad yang memiliki
elemen udara dan api berasal dari lintas gerak Matahari dan pengawasannya
yang dipercayakan dan diserahkan Allah ta’ala kepada ‘Idris as. Apapun akibat
yang disebabkan oleh elemen air dan bumi yang terjadi pada hari Ahad, hal itu
berasal dari gerakan lintasan keempat (Matahari). Iklim ke-4 merupakan tempat
dari manusia spiritual (badal) berada dimana kehadirannya memberikan
pengaruh kepada iklim-iklim lain. Jadi, apa yang telah dihasilkan di antara
pengetahuan-pengetahuan (‘ilm) manusia spiritual (abdaal) pada langit ke-4 ini,
adalah pengetahuan tentang rahasia dari entitas ruuhaaniyyaah, pengetahuan
tentang cahaya dan kilauannya, pengetahuan tentang petir dan sinar (dari
cahayanya), dan pengetahuan tentang kilau tubuh material – mengapa bisa
menjadi berkilau, apa yang membedakan pembentukannya sehingga
menjadikannya berkilau.

Hari Senin, Hari Kedua Allah Mencipta

Lintasan hari Senin diciptakan dari Nama Allah al-Hayy (Yang Maha Hidup), dan
melaluinya kehidupan manifest di dunia, sehingga segala sesuatunya menjadi
hidup. Bulan, diciptakan pada hari Senin, merupakan benda langit pertama yang
berada di atas bumi. Pada hari ini, Nama Allah al-Mubiin ( Maha Penjelas) dibawa
terus-menerus menuju langit pertama (langit terendah dari 7 lelangit) dan
planetnya (bulan) ke dalam ikhliil (susunan hari-hari selama sebulan), dan
pergerakan dalam lintasannya menghasilkan huruuf Daal. Bulan merupakan
planet dengan gerakan tercepat, bergerak setiap hari melalui satu lintasan,
dengan 28 kali lintasan dalam satu bulannya. Melalui 28 kali lintasan itulah 28
huruuf hijaiyyah lahir dengan bunyi yang berbeda. Nabi Adam as. merupakan
profil dari hari ini. Bulan, yang berhubungan dengan profil Nabi Adam as., mirip
dengan nafs (jiwa), yang memiliki struktur murni ruhani seperti malaikat. Melalui
hari Senin lah, ruang dan 6 waktu (hari-hari) lainnya mulai bergerak.

rahasia hari Ahad, secara detil, berikut kunjungan beliau ke Quthb semua ruh, Nabi ‘Idris
as. dalam orbitnya yaitu Matahari. Bab 46 al-Tanazzulaat al-Mawsiliyya memiliki kaitan
erat dengan bab 15 dan 198 buku Futuuhat al-Makkiyyah.
Hikmah Hari Selasa,27 Hari Ketiga Allah Mencipta

“Jika harimu adalah Selasa, maka Harun as. dan Yahya as. merupakan temanmu,
tempat melekat Petunjuk Yang Haqq. ”

Hari Selasa diciptakan dari asma-Nya ‘Melihat’ (Bashaar): karena itu tiadalah
bagian apapun di dunia ini yang sungguh tidak melihat Sang Pencipta – dalam
hubungannya secara hakikat, bukan Zat-Nya, karena Zat Allah tidak mungkin
bisa dilihat. Dia terlihat melalui manifestasi dari asma-asma-Nya melalui insan
kamil. Asma ‘Pemaksa’ (al-Qaahar) dibawa ke langit ketiga (ketiga dari Bumi);
sehingga Dia telah menyebabkan kemunculan haqq, bersama dengan planet
Mars (al-Marriikh) dan langitnya. Dan Nabi Harun as. dan Nabi Yahya as.
menempati langit ini. Wujuud planet dan pergerakannya berada dalam manzilah
‘Awwa (yang merupakan fase ke-13 dari 28 fase Bulan). Huruuf LAAM muncul
dari pergerakan langit ke-3. Bola langit ke-4 (Matahari), dengan sifatnya yang
panas dan kering, pada hari Selasa (yang juga bersifat panas dan kering) ikut
membantu jiwa dengan seluruh kekuatannya. Hal itu membantu jiwa untuk
menaikkan (su’uud) spiritualitasnya dengan ¼ kali dari kekuatan bola langit ke-4
dengan berbagai caranya. Dengan kata lain, Planet Merkurius (dengan elemen

27

Selasa, hari ketiga, mengekspresikan prinsip-prinsip dari angka 3, angka ganjil pertama
atau angka-angka tunggal, dan hubungan antara Nabi dan ketunggalan dijelaskan pada
Bab Nabi Muhammad saw. dalam Buku Fushuus al-Hikam: Hikmah dari nama
“Muhammad” adalah ketunggalan (fardhiyya), karena ia merupakan gambaran eksistensi
yang paling sempurna dari seorang manusia, dan Aturan dimulai darinya dan berakhir
darinya. Elemen Adam as terdiri antara air dan tanah liat, sementara elemen Nabi
Muhammad saw. adalah tanah, dan merupakan Segel dari para Nabi. Angka tunggal
pertama adalah tiga, darinya semua angka-angka tunggal diturunkan. Jadi Nabi
Muhammad saw merupakan simbol terbesar dari Tuhan, sebagaimana kepada beliau saw.
telah diberikan seluruh Kata-kata (jawaami’ al-kalim), yang berisi nama-nama (yang
Tuhan telah mengajarkan pada) Adam as.
api, air, udara, tanah) membantu mengeringkan dan meningkatkan panas hari
Selasa yang sudah panas.

Hari Rabu, Hari Keempat Allah Mencipta

Hari Rabu berhubungan dengan nabi Isa as. yang melekat padanya sebuah
rahasia tentang akhir dari setiap maqom, bagaimana manusia disegel/ dicap dan
oleh “siapa”. Nabi yang banyak mengalami penderitaan di gurun pasir. Dalam
Futuuhaat al-Makiyyah, Ibnu ‘Arabi menyebut hari Rabu sebagai hari Cahaya (al-
yawm an-nuur), merupakan hari keempat dari ketujuh hari, pusat dari seminggu;
menempati posisi sentral di antara planet-planet yang lain dalam seminggu,
analog dengan kedudukan sentral Matahari pada hari Ahad (Fut. I : 1155).
Sementara hari Sabtu Malam merupakan “matahari” malam pertama,
berhubungan dengan Hari Rabu sebagai sebuah hari “keterpisahan”.

Tiap hari Rabu, Allah mencampur jiwa dengan persenyawaan (dari Merkurius)
dan mengatur realitas spiritual dari bola-bola langit untuk secara kuat membantu
jiwa dengan menambah kekuatan spiritual pada hari Rabu. Tiada satu jiwa pun
yang tidak diberikan bantuan, dan bantuan tersebut merupakan dasar dari
kelahiran pengetahuan yang banyak.

Hari Kamis, Hari Kelima Allah Mencipta

Pergerakan hari Kamis berasal dari kehadiran asma Illaahi al-Qudrah (Berkuasa),
sehingga tiada satu makhluk pun yang tidak mengucapkan “Alhamdulillaah”.
Planet Jupiter (al-mushtarii) merupakan langit ke-6 dari Bumi, dan Jupiter beserta
orbitnya berjalan menuju kedekatan asma al-‘Aliim (Mengetahui). Allah
menciptakan langit ke-6 pada hari ke-5 penciptaan alam semesta. Huruuf Dhood
terdapat di dalam fase bulannya dari konstelasi Sirfa yang merupakan fase ke-12
dari 28 fasenya. Nabi Musa as menempati langit ke-6 ini yang melekat padanya
as. sebuah rahasia tentang perintah-perintah agama dan misteri dari kedekatan
kepada
Hari ‘Berjama’ah’ (al-jum’ah = Jum’at), 28 Hari Keenam Allah
Mencipta

Hari Jum’at merupakan hari istimewa bagi umat Muslim, khususnya bagi Ibn
‘Arabi yang mengatakan bahwa hari Jumat merupakan Hari bagi Jiwa untuk
menerima rahaisa-rahasia dari Tuhannya, melalui ‘aql (akal jiwa). Pergerakan
hari Jumat datang melalui Atribut Pengetahuan Illahiyyah: tiada bagian apapun
dari dunia yang tanpa sepengetahuan Al-Ahad Sang Pemberi wujuud. Tiap
mereka dikenakan hakikat sejatinya. Planet Venus merupakan benda kedua dari
langitnya bumi dan ia telah dibawa menuju kedekatan wujuud dari Nama
Ilahiyyah ‘al-Musawwir’: Al-Ahad sang Pemberi bentuk. Allah menciptakan langit,
planetnya (Venus), Hari Jumat, dan huruf RAA (‫ ) ضر‬dalam posisi bulan dari
konstelasi (peta bintang) GHAFR (tempat letak 15 fase (manzilah) dari 28 fase
(manzilah) Bulan), dan Dia melekatkan profil Nabi Yusuf as. pada hari
‘Berjama’ah’ ini.

Sebelum kedatangan agama Islam, orang-orang Arab menyebut Jum’at dengan


‘Uruuba (hari keindahan dan penghiasan), karena pada hari itu orang-orang
mengadakan pertemuan. Dalam Islam sendiri, al-jum’a diartikan sebagai

28

http://pesantrenpedia.blogspot.co.id/2015/02/terjemah-tarikh-thabari-makhluk-
yang.html Abu Bakar ra berkata, “Kaum Yahudi menghadap Rasulullaah saw.,
lalu berkata, ‘Hai Muhammad, beritahu kami, apa yang diciptakan pada keenam
hari?’ Nabi saw. menjawab, ‘Dia menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin,
menciptakan gunung-gunung pada hari Selasa, menciptakan kota-kota,
makanan-makanan, sungai-sungai, keramaian bumi dan tanah kosongnya pada
hari Rabu, menciptakan langit dan malaikat pada hari Kamis, sampai tiga jam
yang tersisa dari hari Jum’at. Pada jam pertama dari tiga jam Dia menciptakan
ajal, pada jam kedua menciptakan petaka, pada jam ketiga menciptakan Adam”.
pertemuan di dalam mesjid dalam shalat berjama’ah. Ibn ‘Arabi memberikan
penjelasan yang lebih mendalam tentang makna Jum’ah. Pada hari Jum’at, Allah
menciptakan Adam dalam Citra-Nya, jadi Allah ‘mengikat (bersama)’ bentuk Al-
Haqq dengan bentuk ciptaan-Nya dalam citra seorang manusia (insaan).
‘Mengikat (bersama)’ bermakna Jum’ah. Keistimewaan ‘kebersamaan’ Ilahiyyah
dengan insaniyyah terjadi pada hari Jum’at, karena itu juga hari Jum’at disebut
sebagai Hari Suci, Tertinggi, dan Hari Terbaik dari hari-hari lainnya.

Hadits Nabi Muhammad saw., ”Hari terbaik Matahari terbit jatuh pada hari
Jum’at: ketika itu Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam Surga, dan pada hari
itu juga Adam dikeluarkan dari Surga. Hari Kebangkitan juga akan terjadi pada
hari Jum’at.”

Hadits Nabi Muhammad saw., ”Beberapa kaum berpendapat tentang hari terbaik
untuk merayakan Kemuliaan Tuhan, dan orang-orang dari tiga agama memiliki
cara yang berbeda. Menariknya, Allah sama sekali tidak menentukan kepada
dua agama, Dia membiarkan mereka untuk menentukan hari terbaiknya masing-
masing, terkecuali pada satu agama.”

Orang Nasrani mengambil hari terbaik adalah Hari Pertama, yaitu Ahad, karena
pada hari inilah Matahari, lelangit dan bumi beserta apa-apa yang berada di
antara keduanya diciptakan. Allah memulai penciptaan-Nya pada hari Ahad.
Mereka pun mengadakan perayaan pada hari Ahad demi Memuliakan Tuhan.

Orang Yahudi mengambil hari Sabtu sebagai hari terbaik, karena pada hari Jumat
Allah telah menyempurnakan/ menyelesaikan penciptaan, dan beristirahat pada
hari Sabtu…

Namun untuk orang Islam, Malaikat Jibril as. sendiri telah mendatangi Nabi
Muhammad saw. untuk memberitahukan tentang keistimewaan hari Jum’at.
Beliau as. pun mendatangi Nabi Muhammad saw. pada hari Jum’at dan berkata,
“ini adalah Hari Jum’a dan keseluruhan jamnya berisi ampunan Allah bagi orang-
orang yang memohon ampun atas kesalahan masa lalunya.” Nabi Muhammad
saw. pun berkata, “Jadi Allah menginginkan agar aku menjadi utusan bagi orang-
orang yang sebelumnya tidak mempercayai Al-Qur’an, dengan kata-kata
Illahiyyah yang diwahyukan-Nya kepadaku semoga membawa pertaubatan bagi
mereka semua.” Maka Nabi Muhammad saw. pun membimbing mereka menuju
Allah.
Alasan lain adalah karena pada hari Jum’at lah Allah telah menyempurnakan
proses penciptaan manusia yang berlangsung dari hari Ahad hingga Kamis. Jadi
Jum’at merupakan hari terbaik, jam-jamnya merupakan cermin-Nya dan jam-jam
pada hari Jum’at bagaikan malam laylatul qadr

Ibn ‘Arabi menyimpulkan, karena alasan-alasan tersebutlah maka kemuliaan hari


Jum’at berada di atas hari lain, sebagaimana:

“Dia, Yang Maha Tinggi, dengan segala wujuud ciptaan-Nya; Dia telah
menentukan yang terbaik dari lainnya. Dia telah memilih Nama ‘Allaah’ sebagai
Nama terbaik dari Nama-nama Indah-Nya yang lain. Dia telah memilih orang-
orang terbaik untuk menjadi para nabi. Dia telah memilih pelayan-pelayan
terbaik sebagai malaikat. Dia telah memilih langit terbaik sebagai ‘Arsy-Nya. Dia
telah memilih air sebagai elemen terbaik daripada elemen lainnya (api, udara/
angin, bumi/ tanah). Dia telah memilih bulan Ramadhan sebagai bulan terbaik;
pada bulan itu juga terdapat puasa terbaik. Dia telah memilih jaman kehidupan
Nabi Muhammad saw. sebagai jaman terbaik. Dia telah memilih laylatul qadr
sebagai malam terbaik. Dia telah memilih amalan fardhu sebagai amalan
terbaik. Dia telah memilih angka 99 sebagai angka terbaik. (Hadits nabi
Muhammad saw., “Allah memiliki 99 Asmaul Husna”).”

“Dengan alasan-alasan Allah telah memilih Jum’at sebagai hari terbaik (dari 7
hari kreativitas Ilahiyyah), karena itu maka Dua Bentuk muncul ( Bentuk
Illahiyyah dan bentuk Insaaniyyah) menjadi suatu akhir yang sempurna. Jum’at
juga merupakan hari Jamaliyyah (feminin) karena pada hari itu terjadinya
penghiasan pada perlengkapan manusia melalui Adam. 29 Allah melihat Citra-Nya
29

Allah menciptakan Adam as. Dalam bentuk nama Muhammad saw. Oleh
karenanya Pemberian Mim kepada Adam as. bulat seperti bulatnya huruf Mim
pada Adam. Dan melalui bentuk insaan yang tampak antara cermin (ciptaan)
dan Al-Ahad Yang melihat padanya, terdapat tempat bagi manifestasi Illahiyyah
(dari tiap jiwa manusia sempurna) berikut beban tanggung jawab kemisian
(takliif).”

“Tidak ada manusia yang lebih sempurna selain cermin Al-Haqq. Tiada jam yang
dimiliki pada hari Jum’at yang dimiliki keistimewannya oleh jam-jam pada hari
lainnya. 12 jam pagi-siangnya merupakan manifestasi dari lahir (yang tampak)
Illahi dan manifestasi lahiriyyah manusia (insaan). Sementara 12 jam petang –
malamnya merupakan manifestasi bathiniyyah manusia (insaan) dan manifestasi
bathin (gaib, tak tampak, tersembunyi) Illahi. Hal itu dikarenakan dimensi luar
(lahir) manusia berhubungan dengan dimensi bathiniyyah (gaib, tak tampak,
tersembunyi) Illahi, dan sebaliknya.”

30
Hari Sabtu, Hari Ketujuh Allah Mencipta

pertama, sedangkan tangan dan lambungnya seperti huruf Mim kedua, dan
kedua kakinya merenggang seperti huruf dal. Maka sempurnalah penciptaan
Adam dengan bentuk nama Muhammad saw.

30

Allah menciptakan dunia dalam 6 hari; Dimulai pada hari Ahad dan selesai pada hari
Jum’ah, tanpa lelah; Sehingga ketika sampai pada hari ketujuh dari tujuh hari (1 minggu),
Dia bagaikan seseorang yang ingin beristirahat dari lelahnya. Lalu Dia pun berbaring dan
mengangkat satu kaki ke atas kaki-Nya yang lain, lalu berkata, “Aku lah Raja.” Dikatakan
sebagai hari keabadian karena pada hari inilah setiap ciptaan dari jenis apapun telah
selesai dibentuk dan siap untuk dijalankan tugasnya. Tiada lelah sang Pencipta
menciptakan, sehingga hari Sabtu merupakan hari tiada lagi penciptaan dalam level
dunia, tetapi tetap saja ciptaan-Nya berlangsung terus-menerus yang dihasilkan oleh
manusia yang berkarya, tanpa akhir dan batas. Selama-lamanya hingga hari kiamat.
Hanya ada tujuh hari dalam seminggu dan setiap hari memiliki ‘hukum’ yang dirancang
oleh Allah. Jadi, begitu perintah mencipta selesai, maka Allah pun merancang hukum
dengan kemampuan hari Sabtu untuk menstabilisasi dan memperbaiki, sehingga ia pun
mampu menstabilkan debu (al-habaa’).
Sebagai hari terakhir dari tujuh hari, pergerakan hari Sabtu diciptakan dari Nama
Allah Kalaam (berbicara), sehingga segala sesuatunya merayakan kesyukuran
kepada Sang Pencinta, dengan cara (berbicara) tasbihnya masing-masing.
Merupakan hari yang sangat penting dan memiliki makna yang unik, disebut
juga sebagai Hari keabadian, walau tentang keabadian sendiri merupakan hal
yang masih misterius, belum banyak terungkap jelas. Dalam buku Al-Tanazzulaat
Al-Mawsiliyya, dijelaskan bahwa hari Sabtu berjalan melewati sesuatu yang
mawjud seperti angka-angka yang dapat dihitung, sesuatu yang permanen atau
tetap, dan sesuatu yang berdiri di dalam sesuatu; hari Sabtu bukan sesuatu yang
tiada ataupun ada, tiada hadir ataupun hadir. Perumpamaannya bagai haqiiqat
al-haqaa’iq sebagai sesuatu yang menjelaskan hubungan Al-Haqq dengan
ciptaan-Nya.

Penciptaan alam semesta, dari awal hingga selesai terjadi selama 6 hari, dari
awal Hari Pertama (sabtu malam) sampai selesai terjadi pada hari jama’ah
(Jum’at), dan hanya tersedia satu hari untuk merubah suatu keadaan ke keadaan
yang lain , dari suatu tingkatan ke tingkatan lain, dari satu perubahan bentuk ke
bentuk lainnya, secara kontinu. Karena itulah mengapa hari Sabtu memiliki
karakter yang dingin dan kering, dan berada di antara planet Saturnus. Hari
Sabtu sendiri merupakan orbit bagi siapa saja yang bergerak dalam Atribut
Illaahiyyah.

Atribut Illahiyyah: Nama, shifaat, af’aal dan ‘akibat pengaruhnya’ meliputi


penciptaan. Seseorang yang bergerak dengan orbit hari Sabtu akan mengenal
Al-Haqq dan ciptaan-Nya. Kenyataannya, para quthb – seperti Muhyiiddiin Ibn
‘Arabi – adalah seseorang yang sudah keluar dari ‘waktu’nya, karena mereka
telah membuktikan haqq nya hari Sabtu.

Saturnus (Kaywaan) berada dalam objek langit ketujuh dari bumi, dan langitnya
diciptakan dengan Nama al-Rabb. Allah sendiri yang menciptakan langitnya,
planetnya, dan hari Sabtu dalam lintasan bulan dari konstelasi Khistaan (al-
Zabra), dan merupakan lintasan ketujuh dari 28 lintasan bulan, dan Dia
menciptakan Saturnus sebagai tempat tinggal Nabi Ibrahim as.

Lintasan Mukawkab tetap dibagi menjadi 28 konstelasi atau manzilah


berdasarkan gerak kemunculan Bulan. Bola lintasan bintang-bintang tetap itulah
yang disebut sebagai tujuh lapis langit (al-samawaat).31 Perumpamaan Bumi
beserta ketujuh lelangit dengan al-‘Arsy bagaikan sebuah cincin dalam gurun
sahara yang luas – sama halnya ‘Arsy yang bagaikan sebuah cincin jika
dibandingkan dengan Kursiiy. Ibnu Arabi pernah menyebut Matahari dan Bulan
sebagai ‘planet-planet’,32 namun beliau juga membedakan antara sifat-sifat
planet (termasuk Bulan) dengan Matahari; bahwa Matahari ‘bertanggung jawab
untuk mencahayai semua planet yang berada di atas dan di bawahnya’
(II.170.22).

Secara umum, pandangan kosmologi Ibnu Arabi sama dengan Aristoteles


(geosentris), seperti kebanyakan kosmolog kuno (dan juga al-Qur’an dan al-
Hadits). Ibnu Arabi berbicara tentang ‘tujuh bola langit’ yang berada di sekitar
bumi. Ketujuhnya disebut sebagai planet (termasuk Matahari dan Bulan). Tetapi
juga, Ibnu Arabi menekankan dalam banyak tempat (III.548.21, I.123.17,
II.441.33) bahwa itu hanya berdasarkan pandangan seseorang yang sedang
berada di bumi, beda dengan kenyataan sebenarnya: bagaimana keberadaan
bumi dan pergerakan planet-planet dan bintang-bintang itu sendiri. Jadi, menurut
31

Mujahid, murid Ibnu Abbas menjelaskan, “Satu langit ke langit lain, ibarat lingkaran yang
kau gambarkan di tanah lapang. Qatadah menambahkan, “Allah menciptakan tujuh langit
dan tujuh bumi. Di setiap langit dan bumi terdapat makhluk-makhluknyaa yang masing-
masingnya memiliki urusan dan ketentuan khusus.” Menurut Zamankhsyarii, pada
masing-masing langit dan bumi, Allah memberlakukan urusn dan hokum tertentu
(yataanazzal al-amr bainahunn), memiliki kekhasan bentuk, ciptaan hokum, pengaturan
dan ketentuan (qadha).
Nabi saw. menjelaskan, “Allah menciptakan tujuh langit dengan ketebalan masing-masing
sejauh 500 tahun perjalanan; masing-masing antar tujuh lapisan (tibaqon) itu sejauh 500
tahun.” Muhammad bin Hayyaaan Al-Andalusi menjelaskan, bahwa kata tibaaqon
(bertingkat, berlapis) menunjukkan sifat terhadap langit yang memiliki lapisan (shoo
tibaq), nerrti ubaalaghah (penekanan banyak lapisan), dan juga bernama jam’ (plural),
berarti banyaak lapisan/ tingkatan.

Di dalam buku karya Imdad Fahmi Azizi, Menafsir Semesta: Kajian Ilmiah Ulama terhadap
Ayat-ayat Astronoomi dalm al-Quran2013, hal. 62): Menurut Ibnu Katsir, kondisi tujuh
lapis langit (as-samaawaati) dapat dipahami dari peristiwa Isra’ Mi’raj.
Ibnu Arabi, pandangan Aristoteles adalah sebuah pandangan tentang dunia
sebagaimana yang kita lihat dengan mata telanjang, sementara kenyataannya
tidaklah sedemikian (III.548.31).Dalam Bab 371 Futuuhat Ibnu Arabi berbicara
tentang panjang bagian-bagian dan tingkatan-tingkatan Surga dan Neraka serta
gambaran-gambaran lain al-akhirat.

Pada sisi lain, kita tidak bisa memisahkan dengan tegas dunia material dari dunia
abstrak atau dunia spiritual. Mereka saling tumpang tindih – atau, keseluruhan
dunia-dunia material (dari ‘Kursiiy’ dan Lelangit serta Bumi) berisikan apa-apa

32

Abu Ishaq sepakat dengan perkataan Abu Sa’id Muhammad bin Abdallah bin Hamdun,
sumber terpercaya dan kuat, menyampaikan kepada kami ketika aku membaca al-qur’an
untuku pada Bulan Safar tahun 944 M. Dia berkata, mengutip dari Abu Hamid Ahmad bin
Muhammad bin al-Hasan al-Sharqi al-Hafiz-Abu l-Hasan Ahmad bin Yusuf al-Salami-Abu
‘Ismah Yahya bin Abi Maryam al-Khurasani-Muqatil-‘Ikrimah-Ibnu Abbas:…. Ibnu Abbas
melanjutkan, “Rasulullah saw. ditanya tentang itu dan berkata, 'Ketika Allah ingin
menyempurnakan ciptaan-Nya, dan hanya Adam yang tersisa untuk diciptakan, maka Dia
menciptakan dua matahari dari cahaya ‘Arsy-Nya. Pada matahari yang satu, dengan
pengetahuan-Nya, Dia menentukan, bahwa Dia menciptakannya seperti matahari yang
tampak di dunia saat ini, bersama tempat-tempat terbit dan terbenamnya. Matahari
satunya lagi, dengan pengetahuannya, Dia akan menghancurkan dan mengubah
bentuknya menjadi sebuah bulan, dan Dia menciptakan bulan dengan kekuatannya yang
lebih sedikit daripada matahari. Tapi seseorang hanya melihat matahari sebagai benda
yang kecil dikarenakan begitu jauhnya jarak langit dari bumi. Jika Allah membiarkan
matahari kedua sebagaimana dia tercipta awalnya, maka tidak seorangpun dari kita
yang pernah mengalami malam ataupun siang dari malam. Para pekerja tidak tahu
kapan saatnya bekerja, atau kapan mengambil upahnya. Yang puasa tidak tahu sampai
kapan waktunya berpuasa dan kapan berbuka, dan seorang perempuan tidak tahu
bagaimana cara menghitung masa ‘iddahnya. Para muslim tidak tahu waktu-waktu
shalatnya, atau kapan mengerjakan haji. Tukang kredit tidak tahu kapan waktu untuk
menagih, kapan orang ke ladang atau kapan kita mengistirahatkan tubuh kita. Allah
Maha Penjaga dan Maha Penyayang kepada abdi-Nya. Dia lalu mengutus Jibril as, dan
memerintahkan sayapnya untuk menuup wajah Bulan sebanyak tiga kali, ketika
cahayanya seterang Matahari, lalu berkuranglah radiasinya; tapi cahayanya tetap ada di
dalamnya.
yang berada di dalam ‘Arsy’, dengan sifat illaahiyyah. Hal itu menjadi alasan
mengapa Ibnu Arabi terkadang mencampur kedua pandangan. Secara simbolik,
tujuh langit ‘didukung’ oleh tujuh (tingkat atau area-are dari) bumi. Namun Ibnu
Arabi tidak berpendapat bahwa itu menjadi gambaran aktual fisik dari sesuatu,
karena beliau dengan jelas menggambarkan bumi sebagai bola dan berotasi
(berputar) mengelilingi pusatnya.

Mengapa kita tidak bisa merasakan gerakan Bumi dan bintang-bintang? “Tetapi
kita tidak dapat merasakan gerak berputar Bumi , dan gerakannya berputar
mengelilingi pusatnya karena ia adalah sebuah bola’." (I.123.17). Kita dan
makhluk ciptaan lain tidak bisa merasakan gerakan Bumi dan bintang-bintang
dikarenakan semuanya bergerak. Matahari merupakan posisi utama, bagaikan
qalb, menjadi pusat bagi ketujuh lelangit. Ciptaan-Nya tidak merasakan gerakan
kosmos dikarenakan semuanya bergerak, dan dikarenakan Bumi bergerak:
berjalan dan berputar mengelilingi Sang Pusat, Matahari.

Kegelapan di dalam Bulan, seperti kerutan-kerutan di dalamnya, tidak lain tidak bukan
adalah jejak yang terhapus.. Lalu Allah menciptakan Matahari dari sinar cemerlang
Cahaya-Nya. Lalu Allah menciptakan sebuah roda pada Matahari yang padanya terdapat
tiga ratus enam puluh jari-jari. Dan dari para malaikat Langit lapis satu, diambil sebanyak
tiga ratus enam puluh malaikat yang bertugas atas Matahari dan roda putarannya.
Setiap satu malaikat bergantung kepada satu jari roda.

Anda mungkin juga menyukai