Anda di halaman 1dari 12

Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa Jin tidak dapat dilihat secara mutlak

dalam kondisi apapun, dan orang yang mengaku melihatnya adalah bohong. Mereka
berpendapat demikian berdasarkan ayat sbb:

Sesungguhnya ia (jin) dan pengikutnya melihat kamu (manusia) dari suatu tempat yang
kamu
tidak bisa melihat mereka (Q.S. Al-Araaf : 27)

Imam Al-Qusyairi menyatakan, Allah SWT sudah menetapkan (mengikut hukum


alam) bahwa anak cucu Adam tidak akan dapat melihat syaitan di dunia. An Nuhhas
berkata : Jin itu tidak bisa dilihat kecuali pada masa Nabi saja sebagai bentuk pemuliaan
masa Nabi. Ibnu Hazm Azh-Zhahiri (Aliran zhahiriyah yang menerjemahkan ayat secara arti
zhohirnya) berkata : Kalau Allah memberitakan kepada kita bahwa kita tidak dapat
melihatnya maka barang siapa mengklaim diri telah melihat mereka, maka dia telah berdusta,
kecuali dia seorang nabi sebab para nabi melihat jin adalah sebagai mukjizat (Al Fishal fo Al
Milal wa An Nihal Juz V/12)
Ayat ini menjadi landasan orang yang berpendapat bahwa manusia tidak dapat melihat
jin. Namun kenyataannya kita menjumpai banyak dalil dan kesaksian bahwa manusia dapat
melihat jin. Demikian pula Rasulullah SAW dan para sahabat dan tabiin juga diriwayatkan
dapat melihat jin
Salah satu peristiwa itu adalah ketika serombongan jin dari dusun Nashibin menyatakan
masuk Islam setelah mendengar bacaan Al-Quran yang dibaca oleh Rasulullah s.a.w. :

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al
Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: Diamlah
kamu (untuk mendengarkannya). Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada
kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka (jin itu) berkata: Hai kaum kami,
sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah
Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran
dan kepada jalan yang lurus (Q.S. Al-Ahqaf [46] : 29-30)

Telah bercerita kepada kami Abu Ahmad telah bercerita kepada kami Sufyan dari Ibnu
Abi Laila dari saudaranya dari Abdur Rahman bin Abu Laila dari Abu Ayyub bahwa ia
tengah mengurus untanya lalu ada jin datang dan mengambilnya, ia mengadukan hal itu
kepada Nabi s.a.w. beliau bersabda: Bila kau melihatnya, ucapkanlah BISMILLAAH,
turutilah Rasulullah. Makhluk itu datang lagi lalu Abu Ayyub Al Anshari mengucapkannya
tapi ia tetap mengambil unta miliknya lalu jin itu berkata padanya; Sesungguhnya aku tidak
akan kembali. Kemudian ia melepasnya lalu datang lagi kemudian Nabi Shallallahu Alaihi

wa Salam bersabda kepadanya: Bagaimana keadaan tawananmu? ia menjawab: Aku


telah mengambilnya. Lalu ia berkata padaku: Sesungguhnya aku tidak akan kembali. Nabi
Shallallahu Alaihi wa Salam melepasnya lalu ia datang lagi dan ditangkap sebanyak dua
atau tiga kali, setiap kalinya jin itu berkata: Aku tidak akan kembali. Ia mendatangi Nabi
Shallallahu Alaihi wa Salam lalu beliau bersada: Bagaimana kondisi tawananmu? ia
menjawab: Aku telah mengambilnya. Aku tidak akan kembali. Tapi ia tetap datang dan Abu
Ayyub Al Anshari menangkapnya. Jin itu berkata: Lepaskan aku, aku akan mengajarimu
sesuatu yang kau ucapkan lalu tidak akan ada sesuatu pun yang mendekatimu; ayat kursi.
Abu Ayyub Al Anshari mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Salam lalu memberitahukan
hal itu kepada beliau, beliau bersabda: Ia benar dan ia amat pendusta. Telah bercerita
kepada kami Yaqub telah bercerita kepada kami ayahku dari Ibnu Ishaq telah bercerita
kepadaku Muhammad bin Abdur Rahman lalu ia menyebut hadits ini dengan sanadnya,
yaitu hadits tentang jin. Berkata Abu Ayyub, Khalid bin Zaid. (H.R. Ahmad No. 22488)
Sesungguhnya telah datang kepadaku (saya Muhammad SAW) utusan jin dari Nashibin
(H.R. Tirmidzi)
Jelas dari hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa Nabi s.a.w. dan para sahabat bisa
melihat jin bahkan menangkapnya.

Apakah Hanya Nabi Yang Bisa Melihat Jin?

Ada sebagian yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW adalah perkecualian, dan
hanya para Nabilah yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk melihat jin. Ulama yang
berpendapat seperti ini misalnya adalah Imam Syafii.
Imam Syafii rahimahulloh berkata, Barangsiapa yang mengaku dirinya bisa melihat jin
(dalam bentuk aslinya), maka kami tolak kesaksiannya kecuali dia seorang nabi. (Kitab
Fathul Bari: 4/ 489)
Para ulama juga mendasarkan diri pada hadits ini :
Rasulullah Saw bangun, tiba-tiba kami mendengar Rasulullah mengatakan: Aku
berlindung kepada Allah darimu, kemudian Rasulullah Saw juga berkata: Allah telah
melaknatmu sebanyak tiga kali. Rasulullah lalu menghamparkan tangannya seolah-olah
beliau sedang menerima sesuatu. Ketika Rasulullah selesai shalat, kami bertanya: Wahai
Rasulullah, kami mendengar anda mengatakan sesuatu yang belum pernah kami dengar
sebelumnya. Kami juga melihat anda membukakan kedua tangan anda. Rasulullah
menjawab: Barusan Iblis, musuh Allah datang membawa anak panah api untuk
ditancapkan di muka saya, lalu aku berkata: Aku berlindung kepada Allah darimu
sebanyak tiga kali, kemudian saya juga berakata: Allah telah melaknatmu dengan laknat
yang sempurna sebanyak tiga kali. Kemudian saya bermaksud untuk mengambilnya.
Seandainya saya tidak ingat doa saudara kami, Sulaiman, tentu saya akan mengikatnya
sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah (H.R. Muslim)

Dalam hadits di atas disampaikan bahwa orang lain hanya melihat Rasulullah
menggerakkan tangannya namun tidak tahu apa yang sedang terjadi. Artinya orang lain tidak
melihat adanya Jin yang sedang mengganggu Rasulullah sedangkan Rasulullah melihatnya.
Namun dalam hadits lainnya Rasulullah s.a.w. menyatakan bahwa andaikan Beliau tidak
ingat doa Nabi Sulaiman niscaya akan mengikat Jin yang mengganggunya dan semua orang
akan bisa melihatnya.
Dari Abu SAid Al Khudri Rasulullah SAW melaksanakan shalat subuh dan Abu Said
bermakmum di belakang Beliau. Tiba-tiba bacaan Beliau keliru. Sesudah selesai
melaksanakan shalat Beliau berkata : Kalau engkau bisa melihat aku dengan Iblis, maka dia
(Iblis) menarik-narik lenganku. Aku terus menerus mencekiknya sampai aku dapat
menjadikan permainan di antara jari-jariku ini (ketika Beliau mengatakan ini Nabi
mengisyaratkan dengan ibu jari dan jari telunjuknya). Kalaulah aku tidak ingat doa
saudaraku Sulaiman niscaya dia akan tetap terikat di salah satu pagar masjid untuk
dijadikan mainan anak-anak kota Madinah. Karena itu barangsiapa yang dapat shalat tanpa
dipisahkan antara dirinya dengan kiblat oleh siapaun hendaknya ia melakukannya (mepet
dengan tembok) (H.R. Ahmad)
Tapi ia (Jin) tetap datang dan Abu Ayyub Al Anshari menangkapnya( Jin) (H.R. Ahmad No.
22488)
Selain itu, juga banyak hadits lain yang menceritakan para sahabat Rasulullah yang telah
melihat / berjumpa dengan jin

a.

Utsman Melihat Jin

Dalam sebuah hadits dikatakan,bahwa Utsman bin al-Ash pernah datang ke pada Rasulullah
Saw sambil berkata: Ya Rasulullah,sesungguhnya syaithan telah menghalang-halangi
antara saya dengan shalat dan membaca (al-Quran) saya, dengan cara menjelma dalam
wujud Ali. Mendengar hal itu Rasulullah SAW bersabda: Syaithan yang mengganggu
kamu itu bernama Khinzib. Apabila kamu merasakan datangnya, maka berlindunglah
kepada Allah dari godaannya dan meludahlah ke sebelah kiri sebanyak tiga kali. Utsman
berkata: Lalu aku melaksanakan petunjuk Rasulullah Saw tadi, sehingga Allah mengusir
syaithan itu dari saya (H.R. Muslim)

b. Abu Hurairah Melihat dan Mencekik Jin

Dari Abu Hurairoh, Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Ifrit itu dari golongan jin
yang berusaha menghalangiku untuk shalat, Lalu Allah SWT memberiku kemampuan untuk
menghadapinya maka aku mencekiknya, dan aku (Rasulullah SAW) bermaksud mengikatnya
di salah satu pagar masjid agar kalian semua bisa melihatnya. Tapi aku teringat doa

saudaraku Sulaiman a.s. : Ya Tuhanku ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan
yang tak pernah dianugerahkan kepada orang setelahku, (Maka Nabi mengurungkan
niatnya mengikat jin) (H.R. Muslim)

c.

Ibnu Zubari Melihat dan Memukul Jin

Ibnu Zubair (yaitu sahabat Rasulullah SAW) meriwayatkan bahwa sekali waktu ia melihat
seorang laki-laki mengenakan pakaian yang biasa digunakan orang bepergian namun
tingginya hanya sejengkal. Lalu Ibnu Zubair bertanya : Siapa engkau? Makhluk itu
menjawab : Aku Izib Lalu Ibnu Zubair berkata : Apa itu Izib? Makhluk itu menjawab :
Izib ya Izib. Lalu Ibnu Zubair memukulnya dengan tongkat sampai makhluk itu lari
terbirit birit. (Al-Syibli Al Hanafi dalam Ahkam Al Marjan fi Gharaib Al Akhbar wa Ahkam
al Jan hal 224)

d. Amr bin Yasir Melihat Dan Berkelahi Dengan Jin


Dari Hasan dari Amar bin Yasir berkata : Rasulullah mengirimku ke sumur tempat
mengambil air lalu aku melihat setan, dia menyerangku dan akupun menyerangnya sehingga
kami terlibat dalam perkelahian suatu saat aku menghantam hidungnya dengan batu
sekepalan tangan. Nabi mengatakan : Ammar bin Yasir bertemu setan di sumur dan dia
membunuhnya. Abu Hurairoh berkata : Ammar bin Yasir mendapat pahala dari Allah dengan
mengalahkan setan menurut ucapan Rasulullah (H.R. Baihaqi)

e.

Imam Mujahid (Tabiin) Melihat Dan Mengejar Jin

Imam Mujahid berkata: Suatu malam ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba
muncul
makhluk sebesar anak laki-laki di hadapan saya. Lalu saya desak dia untuk ditangkap. Akan
tetapi ia
bangun dan lompat ke belakang dinding sehingga saya mendengar jatuhnya. Setelah itu, ia
tidak penah
datang lagi (H.R. Ibnu Abi Dunya).

f.

Abdullah bin Masud Melihat Jin

Dalam kitab Al-Sihr wa al-Saharah wa al-Mashurum disebutkan banyak hadis yang


menyebut sahabat nabi melihat jin dalam bentuk tidak asli, di antaranya sahabat nabi yang
bernama Abdullah bin Masud melihat jin seperti orang2 Sudan, atau dari Hindia, terkadang
seperti burung nasar. Ibnu Masud, yang menemani Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa

Sallam saat jin datang untuk mendengarkan bacaan Al-Quran, menggambarkan mereka
sebagai makhluk dengan bentuk yang berbeda-beda, beberapa menyerupai burung bangkai
(burung nasar) dan ular, yang lain berupa laki-laki berperawakan tinggi berpakaian putih

Jin Bisa Dilihat Orang Banyak Jika Menampakkan Diri Dalam Wujud Manusia

Apa yang dikatakan dalam Q.S. Al-Araaf:27 itu adalah Jin dapat melihat kita dari suatu
tempat yang kita tidak bisa melihatnya. Artinya, yang tidak bisa dilihat manusia adalah Jin tsb
ketika berada di suatu tempat yang manusia tidak dapat melihatnya. Namun jika jin itu
sendiri yang mengubah dirinya sehingga bisa dilihat manusia, maka manusia bisa melihatnya.
Atau, jin itu keluar dari posisinya (suatu tempat) yang tidak bisa dilihat manusia, maka
niscaya manusia akan bisa melihatnya.
Hal ini berdasarkan berbagai dalil yang menyatakan bahwa jin dan iblish mengubah dirinya
menjadi berwujud manusia dan muncul di tengah-tengah manusia.

a.

Jin Datang Ke Darun Nadwah Dalam Wujud Seorang Tua Dari Nejd

Dalam shirah Nabawiyah karangan Ibnu Hisyam diceritakan : Iblish menampakkan diri
dalam bentuk seorang laki-laki dari Nejd saat orang-orang Quraisy berkumpul di Darun
Nadwah guna mengatur strategi membunuh Rasulullah SAW. Iblish lah yang menyarankan
agar diutus seorang pemuda dari tiap kabilah untuk mengepung Muhammad dan membunuh
beramai-ramai sehingga menyulitkan Bani Hasyim jika hendak menuntut balas atas kematian
Muhammad
Maka pada hari kamis tanggal 26 Shafar tahun 14 dari nubuwah, bertepatan dengan tanggal
12 September tahun 622 M, atau kira-kira selang 2 bulan setengah setelah Baiat Aqabah
Kubra, maka diadakan pertemuan anggota Parlemen Makkah di Darun-Nadwah (rumah
Qusaiy bin Kilab). Maka pada saat itu tiba-tiba muncul lelaki asing yang mengaku utusan
dari daerah Nejd mengenakan shama yaitu sejenis pakaian yang menutupi seluruh badan dari
kepala hingga kaki sehingga tidak jelas wajahnya.
Saat pembicaraan berlangsung, dan salah seorang mengusulkan agar Rasulullah s.a.w.ditahan
atau dipenjara, maka Iblis menyahut, Jangan! Pendapat kalian ini tidak tepat. Jika kalian
menawannya sebagaimana pendapat kalian, maka lelaki ini (Muhammad s.a.w.) tetap akan
keluar dari balik pintu yang kalian tutup rapat dan akan sampai ke telinga para pengikutnya,
sehingga mereka akan menyerang kalian dan merebutnya dari kalian. Kemudian mereka akan
membanggakan diri di hadapan kalian dengannya sehingga bisa mengalahkan kalian.
Kemudian salah seorang lagi mengusulkan agar Rasulullah s.a.w.diasingkan. Iblis inipun
menolak pendapat ini seraya mengatakan, bahwa tutur bahasa Muhammad s.a.w. yang
menyejukkan hati mampu menarik banyak orang untuk mengikutinya. Sehingga ia pun akan
mampu mengalahkan Quraisy.

Terakhir, Abu Jahal mengusulkan agar memilih seorang pemuda terpandang lagi kuat dari
masing-masing kabilah. Masing-masing pemuda ini diberi pedang tajam. Dengan pedangpedang ini, mereka menyerang Muhammad s.a.w.secara bersama-sama, sehingga tanggung
jawab atas kematiannya akan terbagi ke dalam beberapa kabilah. Dengan demikian, akan
dapat memaksa Bani Abdul Manaf rela menerima diyat (tebusan harta atas kematian
seseorang), sebab mereka tidak akan mampu memerangi sebuah kabilah yang terlibat dalam
pembunuhan ini. Mendengar pendapat Abu Jahal yang busuk ini, sang Iblis mendukungnya,
dan seluruh peserta pun menyepakatinya. Pertemuan kaum kafir Quraisy di Darun-Nadwah
ini menghasilkan suara bulat.

Maka berkaitan dengan peristiwa ini Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad :
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
Pembalas tipu daya. (Q.S. Al-Anfal:30)
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan berkaitan dengan
peristiwa tersebut. Imam Ahmad membawakan kisah tersebut dalam Al-Musnad, 5/87. Syakir
berkata, Dalam sanadnya ada catatan, disebabkan oleh keberadaan Utsman Al-Jazari .
Hadits ini juga dinukil oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (4/49). Hadits ini dalam MajmauzZawaaid (7/27) dinisbatkan kepada Ath-Thabrani. Penulis kitab Majmaiz Zawaaid
berkata,Di dalam sanadnya terdapat Utsman bin Amr al-Jazari. Dia dianggap tsiqah oleh
Ibnu Hibban, tetapi dianggap lemah oleh ulama lainnya. Sedangkan para perawi selain
Utsman, semuanya shahih Ibnu Hisyam juga meriwayatkan hadits yang sama dalam Sirah
Nabawiyahnya Jilid II)
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa Jin (dalam hal ini Iblish) bisa menjelma dalam
wujud manusia dan dalam kondisi seperti itu maka ia bisa dilihat oleh siapa saja, tidak perlu
usaha khusus dan ritual khusus untuk melihatnya.

b.

Jin Muncul Dalam Perang Badar Dalam Wujud Suroqoh bin Malik

Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka, lalu (setan itu)
mengatakan : Tidak seorang pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini dan
sesungguhnya aku (jin) adalah perlindungmu. Maka ketika kedua pasukan (pada perang
Badar) saling melihat, setanpun berbalik ke belakang seraya berkata : Sesungguhnya aku
berlepas diri dari kamu. Sesungguhnya aku dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak
dapat melihat. Sesunguhnya aku (jin) takut kepada Allah dan Allah sangart keras siksaNya
(Q.S. Al-Anfal : 48)

Menurut Imam Qurthubi : Diriwayatkan pada Perang Badar para jin menjelma sebagai
sekelompok pasukan yang datang dipimpin oleh Iblish lalu membisikkan kepada Quraisy
bahwa mereka pada hari itu tidak akan terkalahkan. Ibnu Abbas mengatakan : Iblish muncul
di tengah pasukan setan dengan membawa bendera, dia menampakkan diri dalam wujud
seorang laki-laki dari Bani Mudlij dalam sosok Suroqoh bin Malik bin Jusyam. Iblish
berseru : Hari ini tidak akan ada yang mengalahkan kalian sebab aku mendampingi kalian.
Kemudian Jibril datang menemui Iblish. Ketika Jibril melihatnya saat itu Iblish
sedangmenggandeng tangan salah seorang musyrikin. Kemudian Ia melepaskannya lalu lari
bersama pengikutnya. Laki-laki yang digandeng tadi berteriak : Wahai Suroqoh bukankah
engkau mengatakan akan membantu kami?
Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu Abbas, katanya: Iblis datang pada hari Badar
sebagai tentara diri golongan setan, dia adatang membawa panjinya, dalam tampilan
seorang laki-laki dari Bani Mudlij, dan setan dalam bentuk Suraqah bin Malik bin
Jusyum. (Tafsir Al Quran Al Azhim, 4/73)
Adh-Dhahak berkata : Pada perang Badr datang iblish dan pengikut-pengikutnya lalu
mengatakan kepada kaum musyrikin bahwa mereka tidak terkalahkan.

c.

Jin Muncul Menemui Rasulullah Dalam Wujud Seorang Kakek

Dari Ibnu Umar r.a. berkata : Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman
seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: Wahai
penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku. Rasulullah
bersabda: Tahukah kalian siapa yang memanggil? Kami menjawab: Allah dan rasulNya
yang lebih tahu. Beliau melanjutkan, Itu Iblis, laknat Allah bersamanya. Umar bin
Khattab berkata: Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah. Nabi menahannya:
Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari
kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk
ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik. Ibnu Abbas r.a.
berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di
janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring
babi, bibirnya seperti bibir sapi.
Prof. Sayyid Sabiq dalam Kitabnya Aqidah Muslim berkata, jin itu secara aslinya tidak dapat
dilihat oleh mata manusia, tidak diketahui bagaimana bentuk aslinya tetapi mereka
mempunyai kemampuan menjelma diri menjadi bentuk lain menyerupai sahabat, kekasih atau
suami seorang wanita dan hewan.

d.

Jin Muncul Menemui Utsman Dalam Wujud Menyerupai Ali

Dalam sebuah hadits dikatakan,bahwa Utsman bin al-Ash pernah datang ke pada Rasulullah
Saw sambil berkata: Ya Rasulullah,sesungguhnya syaithan telah menghalang-halangi
antara saya dengan shalat dan membaca (al-Quran) saya, dengan cara menjelma dalam
wujud Ali. Mendengar hal itu Rasulullah s.a.w. bersabda: Syaithan yang mengganggu
kamu itu bernama Khinzib. Apabila kamu merasakan datangnya, maka berlindunglah

kepada Allah dari godaannya dan meludahlah ke sebelah kiri sebanyak tiga kali. Utsman
berkata: Lalu aku melaksanakan petunjuk Rasulullah s.a.w. tadi, sehingga Allah mengusir
syaithan itu dari saya (H.R. Muslim)

Jin Dapat Menjelma Menjadi Anjing?

Sebagian ulama berkata bahwa jin dapat menjelma menjadi binatang sehingga bisa
dilihat. Namun dari berbagai hadits diketahui bahwa bukanlah ia menjelma, melainkan anjing
dan ular ini adalah salah satu dari jenis jin.
Dari Jabir ibnu Nafis dari Abi Tsalabah Al-Khuntsa r.a. bahwa Rasululah s.a.w. bersabda :
Jin itu terbagi 3 kelompok, yang pertama adalah jin yang punya sayap bisa terbang di
udara, yang kedua jin berbentuk ular dan anjing (binatang) yang ketiga adalah yang bisa
berubah-ubah bentuk dirinya (H.R. Baihaqi & Al-Hakim)
Atsar dari Ibnu Abbas : Jin terbagi 3 kelompok, yang pertama ada di udara, yang kedua
adalah jin yang bisa berubah sekehendak hati, yang ketiga adalah jin yang berbentuk ular
dan anjing (binatang) (H.R. Ibnu Abbas)
Di sini yang dimaksud adalah bahwa bentuk ular dan anjing itu bukanlah bentuk dalam alam
kasar (manusia) melainkan ia memang dari jenis anjing dan ular pada alam jin.
Namun ada juga yang memang jin yang ia bisa menjelma di alam manusia berupa anjing
sehingga ia bisa ditangkap dan dibunuh. Tidak diketahui apakah jin yang menampakkan diri
sebagai anjing di alam manusia itu juga pada asalnya di alam jin adalah berupa anjing atau
bukan
Dari Ibnu Az-Zubair dari Jabir bin abdullah : Rasulullah memerintahkan kepada kami
membunuh anjing sampai-sampai ada seorang wanita yang membawa anjingnya kemudian
kami bunuh. Kemudian Nabi SAW melarang kami membunuh semua anjing seraya
mengatakan : Bunuhlah anjing yang hitam legam dengan dua titik putih di atas mata nya
sebab dia adalah penjelmaan setan (H.R. Muslim)

Jin Dapat Menjelma Menjadi Ular?

Dalam riwayat Abu Sid Al Khudri diceritakan mengenai penampakan ular di alam
kasar / alam manusia yang sebenarnya ia adalah jin. Tidak diketahui apakah jin yang
menampakkan diri sebagai ular di alam manusia itu juga pada asalnya di alam jin adalah
berupa ular atau bukan.

Abu As-Saib menemui Abu Said Al-Khudri di rumahnya. Ketika itu ia (Abu Said)
sedang sholat, karena itu aku duduk menunggu hingga selesai sholat. Tiba-tiba kudengar
suara gemerisik di urjun (lapisan penyangga atap) tiba-tiba saya melihat seekor ular.
Karena itu saya berdiri hendak membunuhnya. Tapi Abu Said memberi isyarat kepadaku
agar tetap duduk. Akupun kkembali duduk. Ketika ia telah menyelesaikan sholatnya dia
menunjuk salah satu ruang di rumahnya lalu berkata : Engkau lihat kamar itu? Aku
menjawab : Ya Lalu Abu Said berkata : Dulu di sini tinggal seorang pemuda baru
menikah. Suatu kali kami pergi ke perang Khandaq bersama Rasulullah. Pemuda itu minta
ijin agar diperbolehkan ikut perang sampai tengah hari. Suatu hari pemuda tsb minta ijin
pada Nabi untuk pulang ke rumah. Nabi SAW berkata : Bawalah senjatamu sebab aku
khawatir Bani Quraidhah (Yahudi di Madinah) mengganggumu. Pemuda itu mengambil
senjatanya lalu pulang. Setiba di rumah dilihatnya istrinya sedang berdiri antara pintu
rumah dan pintu halaman. Terdorong oleh rasa cemburu dia menghambur hendak menikam
istrinya dengan tombak. Istrinya berteriak : Tahan tombakmu, masuklah dan lihatlah apa
yang menyebabkan aku keluar rumah Pemuda itupun masuk ke rumah dan dilihatnya ada
seekor ular besar melingkar di tempat tidurnya. Dia membidik tombaknya ke arah ular itu
dan mengenainya. Ia keluar rumah dan membiarkan ular itu di dalam kamar. Tiba-tiba ular
itu menyerangnya dan membelitnya. Mereka bergulat entah siapa yang segera mati. Kami
mendatangi Rasulullah menceritakan kejadian pemuda itu. Kami mohon pada beliau : Ya
Rasulullah mohonlah kepada Allah agar dia bisa tetap hidup bersama kita. Nabi SAW
berkata : Sebaiknya kalian memohonkan ampunan kepada Allah untuk dia. Di Madinah
terdapat jin yang menyatakan diri masuk Islam kalau kalian melihat gelagat tak baik dari
mereka (jin jin itu) maka usirlah dia selama 3 hari. Jika lebih dari itu mereka masih
membangkang maka bunuhlah dia sebab pasti dia itu setan (jin kafir) (H.R. Muslim)
Rasulullah s.a.w. bersabda: Ular-ular itu adalah jin yang mengubah rupa dan bentuknya
sebagaimana Bani Israil yang berubah bentuk menjadi rupa monyet dan babi (H.R.
Thabrani dengan sanad yang sahih)
Ibnu Taimiyyah berkata :Jin bisa menyerupakan dirinya dalam wujud manusiaataupun
binatang. Mereka bisa berwujud ular, kalajengking, sebagaimana mereka juga bisa berubah
mwujud menjadi unta sapi kambing kuda keledai atau berupa burung juga bisa menyerupai
salah satu anak cucu Adam. (Risalatul Jin hal 32)
Umar bin Khattab berkata : sesungguhnya seseorang di antara kalian tidak mungkin berubah
bentuk dari bentuk dirinya yang telah diciptakan Allah tetapp mereka (jin) mempunyai sihir
seperti halnya sihir di kalangan kalian (manusia) (Fathul Bari VI/344)

Jika Malaikat Dapat Dilihat Oleh Orang Banyak Demikian Pula Jin

Bagi orang-orang yang masih meragukan bahwa jin bisa dilihat, maka kita tinjau
perkara makhluk ghaib satu lagi yaitu malaikat. Secara umum malaikat tidak bisa terlihat oleh
mata manusia karena materinya yang terbuat dari cahaya. Namun atas kehendak Allah, dan
jika malaikat itu sendiri yang memperlihatkan dirinya, maka malaikat dapat menjadi terlihat
oleh mata manusia

Dari Usaid bin Hudhair r.a., dia mengatakan ketika dia membaca surat Al-Baqarah di malam
hari,kudanya yang sedang tertambat tiba2 berputar-putar, lalu ia (Usaid) diam, dan kuda
itupun diam, Kemudian dia teruskan bacaannya, lalu kuda itu berputar lagi, lalu ia bangkit
karena putranya Yahya berada di dekat kuda tersebut dan khawatir akan tersepak kuda.
Ketika ia mengambil putranya ia melihat ke langit dan menyaksikan sesuatu. Keesokan
harinya ia menceritakan peristiwa itu pada Rasulullah SAW lalu Nabi bersabda : Bacalah
wahai Ibnu Hudhair. Dia menjawab : Wahai Rasulullah saya kasihan pada putra saya Yahya
malam itu ia berada di dekat kuda, lalu saya mengangkat kepala saya dan bangkit menujunya,
saya melihat ke arah langit tiba-tiba di sana ada seperti atap dan ada beberapa pelita, saya
keluar untuk menyaksikan namun sudah tidak ada lagi. Beliau SAW bersabda : Tahukah
kamu apa itu? Dia menjawab : Tidak Rasulullah bersabda : Itu adalah malaikat yang
mendekat karena mendengar suaramu. Seandainya kamu terus membaca surat Al-Baqarah
itu, tentu orang-orang akan melihat malaikat secara jelas (H.R. Bukhari)
Jika malaikat saja yang terbuat dari cahaya (materinya lebih halus daripada Jin dari api)
menurut Rasulullah bisa terlihat dengan jelas oleh orang ramai (tidak hanya Nabi dan orang
sholeh saja) maka demikian pulalah perkaranya pada Jin. Terlihatnya malaikat ini tidak
menyalahi rumus umum bahwa kita tidak bisa melihat malaikat, karena bukan manusia yang
mengubah kondisinya sehingga bisa melihat malaikat melainkan malaikatlah yang mengubah
kondisinya sehingga terlihat oleh manusia.
Dari Isyah r.a. Nabi SAW bersabda : kadang-kadang Malaikat datang dalam bentuk seorang
pria dan berbicara kepada saya dan saya memahami apa katanya. Aisha menambahkan:
Sesungguhnya aku melihat Nabi menerima wahyu Ilahi pada hari yang sangat dingin
sementgara melihat keringat jatuh dari keningnya(H.R. Bukhari).
Jadi pada dasarnya manusia memang tidak mampu melihat malaikat namun dalam kondisi
tertentu jika malaikat menurunkan getaran energi elektron penyusun tubuhnya dan
menampakkan diri manusia baik dalam wujud aslinya maupun dengan cara menyerupai
manusia atau makhluk lain, maka pada kondisi seperti ini manusia mampu melihat malaikat.
Demikian pula cara yang sama dengan jin.

Anjing Dan Keledai Dapat Melihat Jin

Rasulullah bersabda, Apabila kalian mendengar ringkikan keledai, maka


berlindunglah kepada Allah dari (kejahatan) syetan. Karena ia telah melihat syetan. (H.R.
Bukhari dan Muslim).
Rasulullah bersabda, Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan keledai di
malam hari, maka berlindunglah kepada Allah. Karena mereka sedang melihat apa yang
tidak kalian lihat. (H.R. Abu Daud, no. 5103).
Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda: Apabila kalian mendengar ayam jantan
berkokok maka mintalah karunia dari Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat
malaikat. Dan apabila kalian mendengar ringkikan keledai, berlindunglah kepada Allah dari

godaan dan tipu daya syaithan karena keledai itu telah melihat syaithan. (H.R. Bukhari
Muslim)
Hadits di atas makin menguatkan lagi teori bahwa sesungguhnya jin itu bukan sama sekali
tidak bisa terlihat melainkan karena materi / dzat yang menyusun tubuh jin terbuat dari inti
api (mariij) sehingga memiliki molekul / elektron yang bergetar dengan frekuensi dan
panjang gelombang tertentu yang di luar range (jangkauan) mata dan telinga manusia.
Terbukti anjing dan keledai dapat mendengar dan melihat jin, jadi tidak benar bahwa hanya
para Nabi saja yang bisa melihat jin. Mengapa anjing dan keledai bisa melihat jin? Hal ini
dikarenakan anjing dan keledai / kuda memiliki telinga dan mata yang bisa menangkap
gelombang lebih dari telinga dan mata manusia.

Jin Dapat Terlihat Jika Ia (Jin Itu) Memperlihatkan diri

Al Wadhi Al Baqilani mengatakan Dari Ibnu Habib meriwayatkan bahwa Rasulullah


SAW bersabda : Aku ingatkan kalian (wahai jin) dengan janji yang telah kalian perbuat
bersama Sulaiman bin Daud bahwa kalian tidak akan menyakiti kami dan tidak pula
memperlihatkan diri kalian kepada kami
Demikian pula Malik mengatakan : Cukuplah jika dikatakan kepada mereka (Jin) : Aku
ancam engkau dengan nama Allah dan hari akhir hendaknya engkau tidak memperlihatkan
diri kalian kepada ku dan jangan pula mengganggu ku.

Sesuatu Yang Tidak Dapat Dilihat Bukanlah Hal Tidak Masuk Akal

Di alam ini terdapat banyak sekali materi yang ada / wujud namun tidak dapat dilihat,
tidak dapat didengar maupun diraba oleh manusia dan hal ini bukanlah hal yang aneh. Dalam
ilmu fisika diketahui bahwa semua benda di alam ini terdiri dari molekul, dan semua molekul
terdiri dari elektron, proton dan neutron. Elektron adalah partikel bermuatan negatif. Dan
diketahui pula bahwa semua partikel penyusun molekul ini bergertar dengan frekuensi
tertentu. Nah, frekuensi inilah yang menentukan sifat dari zat tersebut, termasuk apa
warnanya, bagaimana wujudnya. Sedangkan di sisi lain ilmu fisika juga mengetahui jika
sebuah partikel bermuatan (apakah negatif atau positif) jika bergerak atau bergetar ia akan
menimbulkan gelombang elektromagnetik / medan elektromagnetik di sekitarnya.
Gelombang Elektromagnetik ini memiliki frekuensi dan panjang gelombang. Jika
frekuensinya terlalu tinggi maka tidak akan terlihat oleh mata kita. Demikian pula jika
frekuensinya terlalu rendah juga tidak akan tertangkap oleh mata kita. Dalam ilmu fisika
diketahui bahwa mata manusia hanya bisa menangkap gelombang elektro magnetik dengan

frekuensi 1014 1015 Hz. Di luar rentang ini yaitu lebih kecil dari 1014 Hz atau lebih tinggi dari
1015 Hz, mata manusia tidak bisa menangkapnya.
Antara 101 105 Hz adalah gelombang radio dan televisi, Antara 105 1010 Hz adalah
gelombang radar, 1010 1014 adalah gelombang cahaya infra merah yang sering digunakan
untuk remote, pembaca vcd dll. Semua ini di bawah jangkauan mata manusia. 1014 1015 Hz
adalah sinar ultraviolet, 1015 1020 Hz adalah daerah sinar X sedangkan 1020 1025 Hz adalah
daerah sinar gamma, sinar alfa dan beta. Bagaimana dengan frekuensi di atas 1025 Hz ?
Belum ada yang tahu. Kita tahu malaikat terbuat dari sinar. Maka mungkin saja ia terbuat dari
sinar yang di atas 1025 Hz.
Dari segi panjang gelombangnya, diketahui bahwa mata manusia hanya bisa menangkap
gelombang elektro magnetik dalam rentang (range) antara 400 sampai 700 nm (nano meter)
namun dilaporkan ada juga yang sanggup melihat dalam rentang panjang gelombang antara
380 sampai 780 nm. Jika dinyatakan dalam satu angstrom maka rentang gelombang yang
nampak oleh mata manusia adalah antara 4.000 Angstrom (warna ungu) hingga 8.000
Angstrom (warna merah).
Sinar gamma, Sinar beta, sinar alfa, sinar X (rontgen) sinar ultraviolet adalah sinar frekuensi
tinggi di atas daya tangkap mata manusia. Sedangkan sinar inframerah, gelombang mikro
(radar dan TV) dan gelombang radio adalah gelombang elektromagnetik yang memiliki
frekuensi rendah di bawah jangkauan mata manusia.
Banyak binatang diketahui memiliki penglihatan lebih dari manusia. Misalnya lebah, burung
dan serangga dapat melihat sinar ultraviolet (300-400nm)
Demikian pula dengan pendengaran. Sebagian besar orang dapat mendeteksi suara pada
kisaran frekuensi 20 Hz hingga 20 KHz (20.000 Hz), tetapi batas bawah dan batas atas
tersebut dipengaruhi faktor kesehatan dan usia. Di atas 20.000 Hz disebut gelombang suara
ultrasonic dan di bawah 20 Hz disebut gelombang suara infrasonic.

Anda mungkin juga menyukai