Anda di halaman 1dari 11

SIR .

Usman Siregar
SIR .Usman Siregar

Abdurrahman Bin Auf Dan Abidzar Al-Ghifari


Mei 15, 2017

MAKALAH AQIDAH AKHLAK


 MENGENAI ABDURRAHMAN BIN AUF DAN
ABIDZAR Al-GHIFARI

USMAN SIREGAR
XI IPA I
SIR .Usman Siregar
MADRASAH ALIYAH NEGERI INSAN CENDEKIA
OGAN KOMERING ILIR
Jln.Lintas Timur Desa Seriguna Kecamatan Teluk Gelam, Kab.OKI
              NSM : 131116020003       E-Mail : manickayuagung@kemenag.go.id

Tahun 2017

Kata pengantar
          Assalamualiakum.wr.wb
            Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang gelah melimpahkan
segla nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah aqidah akhladengan mengangkat sebuah judul “Abdurrahman bin auf
dan abidzar al-ghifari”
            Selama penulis membuat makalah ini tak jarang penulis  menemukan
sebuah masalah yang membuat penulis sedikit membutuhkan waktu untuk
menyelesaikan makalah ini. Adapun masalah yangpenulis hadapi dalam
penulisan ini adalah kurangnya waktu karena banyaknya tugas lain maupun
ulangan yang penulis hadapi yang mana deathlinenya lebih dekat, selain itu
karena terbatasnya fasilitas wi-fi dalam pencarian sumber, serta terlalu
banyaknya sumber yang mana berisi informasi yang sedikit berbeda satu dengan
yang lain sehingga membuat penulis kebingungan.
            Tentunya dalam penulisan ini adanya keterlibatan pihak lain yang
membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini, yakni berupa nformasi yang
dberikan oleh teman-teman seputar makalah tersebut. Untuk itu penulis meminta
kepada guru maupun pembaca untuk mengkrikitik makalah tersebut, terutama
kekuranganya agar penulis dapat menulis lebih baik lagi untuk kedepannya.
            Sekian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. terimakasih

A.               ABDURRAHMAN BIN AUF


1.                 Biografi
SIR .Usman
Abdur Siregar
Rahman ibn Auf (Bahasa Arab: ‫ )ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻋﻮف‬atau nama sebenar
beliau Abu Amr merupakan seorang sahabat Nabi yang terkenal. Beliau telah
menggunakan nama Abdur Rahman selepas memeluk Islam, dua hari selepas Abu
Bakar memeluk Islam.
Beliau berasal daripada keturunan Bani Zuhrah. Beliau lahir pada tahun 580
Masihi di Makkah iaitu sepuluh tahun selepas Tahun Gajah. Beliau memeluk Islam
melalui saidina Abu Bakar r.a. Beliau wafat pada tahun 32 Hijrah bersamaan tahun 654
Masihi ketika berumur 74 tahun.Ia adalah salah seorang dari delapan orang pertama
(As-Sabiqunal Awwalun) yang menerima agama Islam, yaitu dua hari setelah Abu Bakar.
Abdurrahman bin Auf berasal dari Bani Zuhrah. Salah seorang sahabat Nabi
lainnya, yaitu Sa'ad bin Abi Waqqas, adalah saudara sepupunya. Abdurrahman juga
adalah suami dari saudara seibu Utsman bin Affan, yaitu anak perempuan dari Urwa
bint Kariz (ibu Utsman) dengan suami keduanya.Kaum muslimin pada umumnya
menganggap bahwa Abdurrahman adalah salah seorang dari Sepuluh Orang yang
Dijamin Masuk Surga.

2.                 Kisah hidup serta kedermawannanya


Adalah sosok yang sangat bersegera dalam berinfak. Dialah Abdurrahman
bin ‘auf, putih kulitnya, lebat rambutnya, banyak bulu matanya, mancung
hidungnya, panjang gigi taringnya yang bagian atas, panjang rambutnya sampai
menutupi kedua telinganya, panjang lehernya, serta lebar kedua bahunya. Dia
adalah sahabat yang pandai berdagang dan sangat ulet. Maka mulailah ia
menjual dan membeli. Selang beberapa saat ia sudah mengumpulkan keuntungan
dari perdagangannya.

Disamping itu, ia juga sosok pejuang yang pemberani. Ia mengikuti


peperangan-peperangan bersama Rasulullah. Pada waktu perang Badr, ia
berhasil membunuh salah satu dari musuh-musuh Allah, yaitu Umair bin Utsman
bin Ka’ab At Taimi. Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan
dimana banyak diantara kaum muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya
dan terus berperang Sehingga diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua
puluh sekian luka. Akan tetapi perjuangannya di medan perang masih lebih
ringan, jika dibanding dengan perjuangannya dalam harta yang dimilikinya.

Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan


perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat
yang kaya raya. Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak
menjadi penghalang untuk menjadi dermawan.

Diantara kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin melaksanakan


perang Tabuk. Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan.
Maka datanglah Abdurrahman bin ‘Auf dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas
SIRmenginfakkannya
dan .Usman Siregar di jalan allah. Sehingga berkata Umar bin Khattab,
”Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa
karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu apapun.” Maka
bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai Abdurrahman, apa yang telah engkau
tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku telah
meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari yang telah aku
infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman menjawab, ”Apa yang
dijanjikan oleh allah dan RasulNya berupa rizki dan kebaikan serta pahala yang
banyak.”

Suatu ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah,


terdiri dari tujuh ratus onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala
masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul
Mukminin, ”Suara apakah ini?” Maka dijawab, ”Telah datang kafilah
Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin berkata, ”Sungguh aku mendengar
Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan keadaan
merangkak’.” Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman mengatakan,
”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah kafilah
dagang tersebut.”

Beliau juga terkenal senang berbuat baik kepada orang lain, terutama
kepada Ummahatul Mukminin. Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf
selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Mneyertainya
apabila mereka berhaji, yang ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi
Abdurrahman. Dia juga pernah memberikan kepada mereka sebuah kebun yagn
nilainya sebanyak empat ratus ribu.

Puncak dari kebaikannya kepada orang lain, ialah ketika ia menjual tanah
seharga empat puluh ribu dinar, yang kemudian dibagikannya kepada Bani
Zuhrah dan orang-orang fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar. Ketika Aisyah
mendapatkan bagiannya, ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, tidak
akan memperhatikan sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga
Allah memberinya air minum dari mata air Salsabila di surga.”

Diantara keistimewaan Abdurrahman bin Auf, bahwa ia berfatwa tatkala


Rasulullah masih hidup. Rasulullah juga pernah shalat di belakangnya pada
waktu perang tabuk. Ini merupakan keutamaan yang tidak dimiliki orang lain.
Abdurrahman bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan
perhatian khusus dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara
dia dan Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah
engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr).
SIR .Usman
Seandainya Siregar
engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak
akan bisa menyamai amalannya.”

Disamping memiliki sifat yang pemurah dan dermawan, ia juga sahabat


yang faqih dalam masalah agama. Berkata Ibnu Abbas: Suatu ketika kami duduk-
duduk bersama Umar bin Khattab. Maka Umar berkata, ”apakah engkau pernah
mendegnar hadits dari Rasulullah yang memerintahkan seseorang apabila lupa
dalam shalatnya, dan apa yang dia perbuat?”

Aku menjawab, ”Demi Allah, tidak pernah wahai Amirul Mukminin.


Apakah engkau pernah mendengarnya?” Dia menajawab, ”Tidak pernah, demi
Allah.” Tatkala kami sedang demikian, datanglah Abdurrahman bin Auf dan
berkata, ”Apa yang sedang kalian lakukan?” Umar menjawab, ”Aku bertanya
kepada Ibnu Abbas,” kemudian ia menyebutkan pertanyaannya. Abdurrahman
berkata, ”aku pernah mendengarkan tentang hal itu dari Rasulullah.” Apa yang
engkau dengar wahai Abdurrahman?” Maka ia menjawab, ”Aku mendengar
Rasulullah bersabda, apabila lupa salah seorang diantara kalian di dalam
shalatnya, sehingga tidak tahu apakah ia menambah atau mengurangi, apabila
ragu satu raka’at atau dua raka’at, maka jadikanlah satu raka’at, dan apabila ia
ragu dua raka’at atau tiga raka’at, maka jadikanlah dua raka’at, dan apabila ia
ragu tiga raka’at atau empat raka’at, maka jadikanlah tiga raka’at, sehingga
keraguannya di dalam menambah, kemudian sujud dua kali dan dia dalam
keadaan duduk sebelum salam, kemudian salam.”

3.                    Wafat
Abdurrahman bin Auf meninggal pada tahun 31H, dalam pendapat lain
disebutkan pada tahun 32H ketika berumur 75tahun. Dalam pendapat lain disebutkan
berumur 72tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi' yang diimami oleh Utsman
berdasarkan wasiatnya. Diriwayatkan oleh Ibnu al-Najjar di dalam kitab Akhbar al-
Madinah dengan sanadnya dari Abdurrahman bn Humaid dari Bapaknya berkata: ketika
ajal hendak menjemputnya Aisyah mengirimkan seseorang kepadanya supaya
dikuburkan di sisi Rasulullah s.a.w. dan kedua saudaranya, maka ia menjawab: saya
tidak mau menyempitkan ruang rumahmu karena sesungguhnya saya telah berjanji
kepada Ibnu Maz'un siapa saja yang meninggal maka akan dikuburkan di sisi
sahabatnya dan dengan demikian makam Utsman bin Maz'un dan Abdurrahman bin
Auf berada di sisi qubah Ibrahim bin Nabi s.a.w.
4.                 Kesimpulan
  Abdurrahman bin Auf termasuk garda terdepan penerima ketauhidan yang
dibawa oleh Rasulullah Saw. Ia adalah sahabat Abu Bakar dan termasuk orang kelima
yang di Islamkan olehnya. Sebagai seorang pengusaha, ia tidak apatus dengan
peperangan. Ia mendapatkan 20 hujaman dan giginya rontok dalam perang Uhud. Ia
menyadari, pengorbanan yang harus diberikan kepada Islam bukan hanya harta tetapi
SIR .Usman Siregar
juga jiwa.
          Abu Dzar al Ghiffari sosok  yang  benar-benar telah menghias sejarah hidupnya
dengan bintang kehormatan tertinggi. Dengan berani ia selalu siap berkorban untuk
menegakkan kebenaran Allah dan Rasul-Nya.Tanpa tedeng aling-aling ia bangkit
memberontak terhadap penyembahan berhala dan kebatilan dalam segala bentuk dan
manifestasinya. Kejujuran dan kesetiaan Abu Dzar dinilai oleh Rasulullah Saw sebagai
"cahaya terang benderang."
         Pada pribadi Abu Dzar tidak terdapat perbedaan antara lahir dan batin. Ia satu
dalam ucapan dan perbuatan. Satu dalam kiran dan pendirian. Ia tidak pernah
menyesali diri sendiri atau orang lain, namun ia pun tidak mau disesali orang lain.
Kesetiaan pada kebenaran Allah dan Rasul-Nya terpadu erat degan keberaniannya dan
ketinggian daya-juangnya. Dalam berjuang melaksanakan perintah Allah Swt dan Rasul-
Nya, Abu Dzar benar-benar serius, keras dan tulus. Namun demikian ia tidak
meninggalkan prinsip sabar dan hati-hati.

B.               ABIDZAR AL-GHIFARI


1.                 Biogra
Abu Dzar berasal dari suku Ghifar (dikenal sebagai penyamun pada masa
sebelum datangnya Islam). Ia memeluk Islam dengan sukarela, ia salah satu sahabat
yang terdahulu dalam memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke
Mekkah untuk menyatakan keislamannya.
Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk meneriakkan
bahwa ia seorang Muslim, hingga ia dipukuli oleh suku Quraisy. Atas bantuan dari
Abbas bin Abdul Muthalib, ia dibebaskan dari suku Quraisy, setalah suku Quraisy
mengetahui bahwa orang yang dipukuli berasal dari suku Ghifar. Ia mengikuti hampir
seluruh pertempuran-pertempuran selama Nabi Muhammad hidup.Orang-orang yang
masuk Islam melalui dia, adalah : Ali-al-Ghifari, Anis al-Ghifari, Ramlah al-Ghifariyah.
Dia dikenal sangat setia kepada Rasulullah. Kesetiaan itu misalnya dibuktikan
sosok sederhana ini dalam satu perjalanan pasukan Muslim menuju medan Perang
Tabuk melawan kekaisaran Bizantium. Karena keledainya lemah, ia rela berjalan kaki
seraya memikul bawaannya. Saat itu sedang terjadi puncak musim panas yang sangat
menyayat. Dia keletihan dan roboh di hadapan Nabi SAW. Namun Rasulullah heran
kantong airnya masih penuh. Setelah ditanya mengapa dia tidak minum airnya, tokoh
yang juga kerap mengkritik penguasa semena-mena ini mengatakan, "Di perjalanan
saya temukan mata air.
Saya minum air itu sedikit dan saya merasakan nikmat. Setelah itu, saya
bersumpah tak akan minum air itu lagi sebelum Nabi SAW meminumnya." Dengan rasa
haru, Rasulullah berujar, "Engkau datang sendirian, engkau hidup sendirian, dan engkau
akan meninggal dalam kesendirian. Tapi serombongan orang dari Irak yang saleh kelak
akan mengurus pemakamanmu." Abu Dzar Al Ghifary, sahabat setia Rasulullah itu,
mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam.
2.SIR .Usman Siregar
                 Sebelum masuk islam

Tidak diketahui pasti kapan Abizar lahir. Sejarah hanya mencatat, ia lahir dan
tinggal dekat jalur ka lah Mekkah, Syria. Riwayat hitam masa lalu Abizar tak lepas dari
keberadaan keluarganya.
Abizar yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga perampok besar Al Ghiffar
saat itu, menjadikan aksi kekerasan dan teror untuk mencapai tujuan sebagai profesi
keseharian. Itu sebabnya, Abizar yang semula bernama Jundab, juga dikenal sebagai
perampok besar yang sering melakukan aksi teror di negeri-negeri di sekitarnya.
Kendati demikian, Jundab pada dasarnya berhati baik. Kerusakan dan derita
korban yang disebabkan oleh aksinya kemudian menjadi titik balik dalam perjalanan
hidupnya: Insyaf dan berhenti dari aksi jahatnya tersebut. Bahkan tak saja ia menyesali
segala perbuatan jahatnya itu, tetapi juga mengajak rekan-rekannya mengikuti jejaknya.
Tindakannya itu menimbulkan amarah besar sukunya, yang memaksa Jundab
meninggalkan tanah kelahirannya.
Bersama ibu dan saudara lelakinya, Anis Al Ghifar, Abizar hijrah ke Nejed Atas,
Arab Saudi. Ini merupakan hijrah pertama Abizar dalam mencari kebenaran. Di Nejed
Atas, Abizar tak lama tinggal. Sekalipun banyak ide-idenya dianggap revolusioner
sehingga tak jarang mendapat tentangan dari masyarakat setempat.

3.                 Awal masuk islam


Nama lengkapnya yang mashur ialah Jundub bin Junadah Al Ghifari dan
terkenal dengan kuniahnya Abu Dzar. Di suatu hari tersebar berita di kampung Bani
Ghifar, bahwa telah muncul di kota Makkah seorang yang mengaku sebagai utusan
Allah dan mendapat berita dari langit. Berita ini membuat penasaran Abu Dzar,
sehingga dia mengutus adik kandungnya, Unais Al Ghifari untuk mencari berita ke
Makkah. Unais sendiri adalah seorang penyair yang sangat piawai dalam menggubah
syair-syair Arab.

Setelah beberapa lama, kembalilah Unais kekampungnya dan melaporkan kepada Abu
Dzar tentang yang dilihat dan didengar di Makkah berkenaan dengan berita tersebut.
Unais menjelaskan bahwa ia telah menemui seseorang yang menyeru kepada kebaikan
dan mencegah dari perbuatan jelek. Orang tersebut adalah yang benar ucapannya.
Abu dzar semakin penasaran sehingga iapun pergi ke mekah, saat itu ia bertemu
dengan Ali bin Abi Thalib, kemudian Ali bin Abi Thalib mengajaknya pergi   menemui
rasulullah.

Inilah saat yang paling dinanti oleh Abu Dzar dan ketika Rasulullah menawarkan Islam
kepadanya, segera Abu Dzar menyatakan masuk Islam dituntun Nabi Muhammad
sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat.
Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam berwasiat kepadanya : “Wahai Aba Dzar,
sembunyikanlah keislamanmu ini, dan pulanglah ke kampungmu !, maka bila engkau
mendengar bahwa kami telah menang, silakan engkau datang kembali untuk bergabung
SIR .Usman Siregar
dengankami”.

Mendengar wasiat tersebut Abu Dzar menegaskan kepada Rasulullah sallallahu alaihi
wa aalihi wa sallam: “Demi yang Mengutus engkau dengan kebenaran, sungguh aku akan
meneriakkan di kalangan mereka bahwa aku telah masuk Islam”. Setelah menyatakan
keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk meneriakkan bahwa ia seorang Muslim,
hingga ia dipukuli oleh suku Quraisy. Atas bantuan dari Abbas bin Abdul Muthalib, ia
dibebaskan dari suku Quraisy, setalah suku Quraisy mengetahui bahwa orang yang
dipukuli berasal dari suku Ghifar.
4.                 Pelayanan dhuafa dan pelurus penguasa
Semasa hidupnya, Abizar Al Gifari sangat dikenal sebagai penyayang kaum
dhuafa. Kepedulian terhadap golongan fakir ini bahkan menjadi sikap hidup dan
kepribadian Abizar. Sudah menjadi kebiasaan penduduk Giffar pada masa jahiliah
merampok ka lah yang lewat. Abizar sendiri, ketika belum masuk Islam, kerap kali
merampok orang-rang kaya. Namun hasilnya dibagi-bagikan kepada kaum duafa.
Kebiasaan itu berhenti begitu menyatakan diri masuk agama terakhir ini.
Prinsip hidup sederhana dan peduli terhadap kaum miskin itu tetap ia pegang di
tempat barunya, di Syria. Namun di tempat baru ini, ia menyaksikan gubernur
Muawiyah hidup bermewah-mewah. Ia malahan memusatkan kekuasaannya dengan
bantuan kelas yang mendapat hak istimewa, dan dengan itu mereka telah menumpuk
harta secara besar-besaran. Ajaran egaliter Abizar membangkitkan massa melawan
penguasa dan kaum borjuis itu. Keteguhan prinsipnya itu membuat Abizar sebagai
'duri dalam daging' bagi penguasa setempat.
Ketika Muawiyah membangun istana hijaunya, Al Khizra, salah satu ahlus
shuffah (sahabat Nabi SAW yang tinggal di serambi Masjid Nabawi) ini mengkritik
khalifah, "Kalau Anda membangun istana ini dari uang negara, berarti Anda telah
menyalahgunakan uang negara. Kalau Anda membangunnya dengan uang Anda
sendiri, berarti Anda melakukan 'israf' (pemborosan)." Muawiyah hanya terpesona dan
tidak menjawab peringatan itu.
Muawiyah berusaha keras agar Abizar tidak meneruskan ajarannya. Tapi
penganjur egaliterisme itu tetap pada prinsipnya. Muawiyah kemudian mengatur
sebuah diskusi antara Abizar dan ahli-ahli agama. Sayang, pendapat para ahli itu tidak
memengaruhinya.
Muawiyah melarang rakyat berhubungan atau mendengarkan pengajaran salah
satu sahabat yang ikut dalam penaklukan Mesir, pada masa khalifah Umar bin Khattab
ini. Kendati demikian, rakyat tetap berduyun-duyun meminta nasihatnya. Akhirnya
Muawiyah mengadu kepada khalifah Usman. Ia mengatakan bahwa Abizar
mengajarkan kebencian kelas di Syria, hal yang dianggapnya dapat membawa akibat
yang serius.
Keberanian dan ketegasan sikap Abizar ini mengilhami tokoh-tokoh besar
selanjutnya, seperti Hasan Basri, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah, dan lainnya.
Karena itulah, tak berlebihan jika sahabat Ali Ra, pernah berkata: "Saat ini, tidak ada
satu orang pun di dunia, kecuali Abuzar, yang tidak takut kepada semburan tuduhan
SIR .Usman Siregar
yang diucapkan oleh penjahat agama, bahkan saya sendiri pun bukan yang terkecuali."
5.                 Wafat
Dengan sikap hidup yang demikian, Abu Dzar tidak punya teman dari kalangan
sesama para Shahabat Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dia pernah tinggal di
negeri Syam di zaman pemerintahan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Waktu itu
gubernur negeri Syam adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu anhu. Maka
Mu’awiyah merasa terganggu dengan sikap hidupnya, sehingga meminta kepada
Amirul Mu’minin Utsman bin Affan untuk memanggilnya ke Madinah kembali. Abu Dzar
akhirnya dipanggil kembali ke Madinah oleh Utsman dan tentu dia segera menta’ati
panggilan itu. Sesampainya di Madinah segera saja Abu Dzar menghadap Amirul
Mu’minin Utsman bin Affan. Abu Dzar diberi tahu oleh Amirul Mu’minin bahwa dia
dikehendaki untuk tinggal di Madinah menjadi orang dekatnya Amirul Mu’minin
Utsman. Mendengar penjelasan itu Abu Dzar menegaskan kepada beliau : “Wahai
Amirul Mu’minin, aku tidak senang dengan posisi demikian. Izinkanlah aku untuk tinggal di
daerah perbukitan Rabadzah di luar kota Madinah”. Di sanalah beliau wafat.

Saat wafat ia dikafani dengan jubah hasil pintalan ibu dari seorang pemuda Anshar.
Saat bertemu Abu dzar, pemuda itu memiliki dua buah jubah, satu ada di kantong tas
baju, sedang yang lainnya ialah baju yang sedang dipakai.

Abu Dzar amat gembira, kemudian dengan serta merta menyatakan kepadanya :
“Engkaulah orang yang aku minta mengkafani jenazahku nanti dengan jubbahmu itu”.
Dengan penuh kegembiraan, Abu Dzar menghembuskan nafas terakhirnya.
6.                 Kesimpulan
Sejak menjadi orang muslim, Abu Dzar al Ghiffari benar-benar telah menghias
sejarah hidupnya dengan bintang kehormatan tertinggi. Dengan berani ia selalu
siap berkorban untuk menegakkan kebenaran Allah dan Rasul-Nya.Tanpa tedeng
aling-aling ia bangkit memberontak terhadap penyembahan berhala dan kebatilan
dalam segala bentuk dan manifestasinya. Kejujuran dan kesetiaan Abu Dzar dinilai
oleh Rasulullah Saw sebagai "cahaya terang benderang."

Pada pribadi Abu Dzar tidak terdapat perbedaan antara lahir dan batin. Ia satu
dalam ucapan dan perbuatan. Satu dalam kiran dan pendirian. Ia tidak pernah
menyesali diri sendiri atau orang lain, namun ia pun tidak mau disesali orang lain.
Kesetiaan pada kebenaran Allah dan Rasul-Nya terpadu erat degan keberaniannya
dan ketinggian daya-juangnya. Dalam berjuang melaksanakan perintah Allah Swt
dan Rasul-Nya, Abu Dzar benar-benar serius, keras dan tulus. Namun demikian ia
tidak meninggalkan prinsip sabar dan hati-hati.
Daftar pustaka
SIR .Usman Siregar
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_bin_Auf
https://ms.wikipedia.org/wiki/Abdur_Rahman_ibn_Auf
http://masrauf.blogspot.co.id/2013/02/abdurrahman-bin-auf.html
https://biogra -tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/07/Biogra -Abdurrahman-Bin-Auf-
      Sahabat-Yang-Menginfakkan-Harta-di-Jalan-Allah.html
https://biogra -tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/07/abu-dzar-al-ghifari-
radhiyallahuanhu.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_%C5%BBar_Al-Gifari
http://surgaillahu.blogspot.co.id/2016/05/contoh-makalah-meneladani-sifat-
terpuji.html

Masukkan komentar Anda...

Postingan populer dari blog ini

sejarah pembangunan pasar angso duo


Juli 30, 2017

Sejarah pembangunan pasar angso duo


Dalam dunia internasional, kegiatan perekonomian merupakan suatu hal yang dianggap
penting dalam kehidupan. Yang mana dalam kegiatan ekonomi tersebut yang menjadi sumber…

BACA SELENGKAPNYA
Salam Kenal
SIR .Usman Siregar
Maret 22, 2017

salam kenal
hi bagi teman semua yang baru masuk keblog aku, salam kenal bagi kalian
semua. semoga dapat diambil manfaatnya atau dapat dijadikan motivasi …

BACA SELENGKAPNYA

Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Radius Images

USMAN SIREGAR

Follow 4

KUNJUNGI PROFIL

Arsip

Laporkan Penyalahgunaan

Anda mungkin juga menyukai