Anda di halaman 1dari 4

ESSAI 1

Abdullah bin Umar ibn al-Khattab


Abdullah bin Umar bin Khattab memiliki nama lengkap Abdullah bin Umar ibn
al-Khattab bin Nufail bin Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Ia lahir di Makkah pada
tahun 11 SH/613 M. Ia merupakan purta kedua dari pasangan Umar bin Khattab dan
Zainab binti Madz’un bin Habib al-Jumahiyah.
Abdullah bin Umar memiliki saudari yang bernama Hafshah yang merupakan
istri Rasulullah saw. Kunyahnya adalah Abu Abdirrahman al-Quraisy al-Adiy al-Makky,
sekaligus mendapat julukan syaikhul Islam karena ia merupakan seorang sahahbat yang
banyak berfatwa dan meriwayatkan hadis Nabi. Menurut ibnu Atsir, salah satu
keutamaannya adalah berfatwa selama 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah saw.,
sekaligus merupakan perawi hadis terbanyak kedua setelah Abu Hurairah. Hadis yang
diriwayatkannya mencapai 2.630 hadis.
Abdullah bin Umar masuk Islam bersama dengan ayahnya, Umar bin Khattab,
saat masih kecil. Pada saat itu usianya baru mencapai 7 tahun. Banyak yang mengira
bahwa Abdullah bin Umar masuk Islam sebelum ayahnya, karena ia hijrah terlebih
dahulu sebelum Umar ber-hijrah ke Madinah. Namun pendapat ini salah menurut
kebanyakan ulama. Ibnu Umar hijrah ke Madinah pada saat berusia 11 tahun.
Ibnu Umar terkenal sebagai pemuda yang cerdas lagi rajin beribadah. Ia adalah
seorang sahabat yang terkemuka dalam bidang ilmu dan amal. Sebagai pemuda, gelora
keislamannya semakin berkobar ketika umat Islam mulai berperang. pada perang Uhud,
ia memohon kepada Nabi untuk bergabung bersama pasukan muslim untuk membela
agama Allah, namun Nabi menolaknya karena menganggap Ibnu Umar masih terlalu
kecil. Ia baru diperbolehkan Nabi untuk mengikuti perang pada saat perang Khandaq.
Ketika itu usianya baru mencapai 15 tahun. Setelah itu, ibnu Umar selalu terlibat dalam
setiap pertempuran kaum muslimin, seperti perang Mu’tah, perang Yarmuk, serta
pertempuran penaklukkan Mesir dan Afrika.
Adapum aktivitas keilmuannya adalah mempelajari tradisi dan hadis Rasulullah
SAW. Sebagaimana ayahnya, ia memiliki keutamaan dalam pesoalan keagamaan dan
kedudukan politik. Dengan kedudukan sebagai sahabat Nabi dan putra khalifah, Ia
merupakan perawi yang sangat ketat dan berhati-hati dalam menyeleksi dan
meriwayatkan hadis Nabi. Ia meriwayatkan hadis dari Abu Bakar dan Umar, sehingga
memiliki kedudukan penting. Dalam meriwayatkan hadis ia sangat objektif, tidak
menambah atau mengurangi sedikitpun. Tidak ada yang bisa menandinginya dalam
permasalahan ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Ja’far al-Baqir.
Abdullah bin Umar banyak memperoleh ilmu serta meriwayatkan hadis dari
Rasulullah SAW. dan para sahabat senior, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabbah, Shuhaib, Zaid bin Tsabit, Zaid (pamanya),
Sa’ad, ibnu Mas’ud, Utsman bin Thalhah, Hafshah (saudarinya) dan Aisyah. Ibnu Umar
memperoleh hadis-hadis Nabi dari mereka dan kemudian menyampaikannya kepada
para tabi’in. Karena kealimannnya terutama dalam bidang hadis, banyak para tabi’in
yang meriwayatkan hadis-hadis Nabi darinya, seperti Anas ibn Sirin, Mujahid bin Jabr,
Hasan al-Basri, dan para tabi’in lainnya.
Dalam urusan ittiba’ (mencontoh Nabi), ibnu Umar sangat bersemangat. Ia
mengikuti hampir seluruh perkara Rasulullah saw. Ia memperhatikan apa yang
dilakukan Rasulullah saw. dan akan menirukan dengan cermat dan teliti, termasuk fisik
Nabi. Abdullah bin Umar menguningkan jenggotnya dan memeliharanya kecuali pada
saat haji dan umroh. Ia ber-sarung sampai setengah betis dan rambutnya dibiarkan
terurai sampai sebahu. Hal tersebut ia lakukan persis seperti apa yang dilakukan oleh
Nabi saw. karena kecintaannya kepada Nabi Muhammad saw.
Ketika Nabi Muhammad saw. melakukan shalat di suatu tempat, maka ia akan
melakukanya di tempat tersebut. Di suatu tempat, Nabi pernah berdoa dalam keadaan
berdiri, dan ibnu Umar berdoa dengan berdiri pula tempat tersebut. Pada tempat lain,
Nabi berdoa sambil duduk, maka ia akan berdoa sambil duduk pula sebagaimana yang
Nabi lakukan di tempat tersebut.
Di suatu jalan, Rasulullah saw. pernah turun dari untanya dan melakukan shalat
dua raka‘at, maka Ibnu Umar melakukannya pula jika dalam perjalanannya ia kebetulan
melewati tempat itu. Bahkan ia takkan pernah lupa bahwa unta tunggangan Rasulullah
SAW. berputar dua kali di suatu tempat di kota Mekah sebelum Rasulullah SAW. turun
dari untanya untuk melakukan shalat dua raka‘at, walaupun barangkali unta itu
berkeliling dengan maksud untuk mencari tempat yang cocok untuk bersimpuh. Tetapi
Abdullah bin Umar ketika sampai di tempat itu, ia segera membawa untanya berputar
dua kali kemudian baru bersimpuh, dan setelah itu ia shalat dua raka‘at, sehingga persis
sesuai dengan perbuatan Rasulullah saw..
Kesetiaannya yang luar biasa tersebut dalam mengikuti jejak langkah Rasulullah
SAW. ini, telah mengundang pujian dari ummul mukminin Aisyah ra. sampai ia
mengatakan “Tak ada seorangpun yang mengikuti jejak langkah Rasulullah saw. di
tempat-tempat pemberhentainnya, sebagaimana yang dilakukan oleh ibnu Umar.” Tidak
hanya dari Aisyah ra., pengakuan tentang keshalihan ibnu Umar juga datang dari Nabi
Muhammad SAW. Pada suatu malam, ibnu Umar tidur di masjid dan bermimpi
membawa kain istabraq (sutera) yang membawanya terbang ke tempat mana saja yang
ia inginkan di surga. Lalu ia menceritakannya kepada Hafshah yang kemudian
disampaikan kepada Rasulullah saw. perihal mimpi ibnu Umar tersebut. Menanggapi
cerita tersebut, Rasulullah saw. bersabda, “Abdullah bin Umar akan menjadi laki-laki
yang paling baik andaikan ia sering melaksanakan shalat malam.” Maka semenjak itu,
ibnu Umar tidak pernah meninggalkan qiyamul lail baik di waktu mukim ataupun
menjadi musafir. Amalan yang dilakukannya pada saat qiyamul lail adalah shalat,
membaca al-Qur’an, dan memperbanyak dzikir. Hal yang sangat menyerupai ayahnya
adalah air matanya yang bercucuran bila mendengar ayat-ayat peringatan dari al-
Qur’an.

Abdullah bin Umar adalah pemuda terkaya suku Quraisy. Namun kekayaannya
itu tidak membuat ia lupa terhadap urusan agamanya, bahkan ia menjadikan hartanya
sebagai sarana ibadah kepada Allah. Ia adalah pemuda yang pemurah dan sangat
dermawan. Dalam satu majelis, ia bisa bersedekah lebih dari 3000 dinar. Selain itu, ia
telah memerdekakan lebih dari 1000 budak semasa hidupnya.

Abdullah bin Umar menghabiskan hari-harinya dengan berpuasa. Ia hampir


selalu berpuasa kecuali pada saat safar (dalam perjalanan). Akhirnya, Abdullah bin
Umar wafat di Makkah pada tahun 73 H/693 M di usia 84 tahun. Adapula riwayat yang
mengatakan bahwa ia wafat ketika penaklukan Mesir.

Daftar Pustaka :

Adz-Dzahabi, Muhammad bin Ahmad bin Utsman. Siyar A’lami an-Nubala’,


Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 1432 H.

Al-Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar. Tahdzib at-Tahdzib, Beirut: Mu’assasah ar-
Risalah, 1995.
Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad al-Jauzari. Usd al-Ghobah fi Ma’rifah ash-Shohabah,
Beirut: Dar al-Fikr, 1409 H.

Tuhhan, Mahmud. Taisir Mushthalah al-Hadis, Surabaya: al-Hidayah, 1985.

www.academia.edu/18310184/60_Sahabat_Nabi

www.id.mobile.wikisha.net/Index.php/Abdullah_bin_umar

Anda mungkin juga menyukai