Anda di halaman 1dari 3

Abdullah bin Abas bin Abdul

Abdullah bin Abas bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdul Manaf, julukan Abu al-Abbas. Ia juga
dikenal dengan Hibr al-umah (paling tahunya umat) dan Bahr (lautan).Abdullah adalah keponakan
Nabi Muhammad saw dan Ali bin Abi Thalib as.

Ayahnya, Abbas adalah paman Nabi saw. Ia termasuk tokoh suku Quraisy yang pada zaman jahiliyah
menjadi Amirul Haj selama bertahun-tahun lamanya dan takmir Masjidil Haram. Ibunya, Lubabah
Kubra adalah putri Harits bin Hazn Hilali dan saudarinya, Maimunah adalah istri Nabi Muhammad
saw dan memiliki julukan Ummu al-Fadhl. Ia adalah wanita pertama yang masuk Islam di Mekah
setelah Sayidah Khadijah sa. Nabi Muhammad sangat menghormatinya. Ia menyusui Hasanain, oleh
karena itu ia disebut untuk Qutsam dan Abdullah adalah saudara sepersusuan Hasanain. Ibnu Abbas
adalah keponakan Khalid bin Walid.

Menurut pendapat masyhur dikatakan bahwa Ibnu Abbas lahir 3 tahun sebelum Hijrah di Syi’b Abi
Thalib.Menurut nukilan yang lain, ia lahir 5 tahun sebelum hijriah.

Setelah kelahiran Ibnu Abbas, Nabi Muhammad saw menyuapi dia dengan air liurnya dan kemudian
mendoakannya. Dalam sejarah disebutkan bahwa usia Ibnu Abbas ketika Nabi Muhammad saw
wafat antara 10 hingga 15 tahun.

Periode Khilafah

Para khulafaur rasyidin sangat menghormati Ibnu Abbas. Ia selama periode khilafah, menduduki
posisi Ifta (mengeluarkan fatwa). Ia termasuk orang-orang yang pendapatnya didengarkan untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh khalifah ke dua dan ketiga. Pada tahun 35
H/655 ketika Utsman terkepung, Ibnu Abbas menunaikan ibadah haji atas nama (niyabah) Utsman.

Periode Imam Ali

Ibnu Abbas hadir dalam Perang Jamal, Shiffin dan Nahrawan. Dalam Perang Shiffin, ia termasuk
komandan pasukan Imam. Pada peristiwa Hakamiyah, Imam Ali as mengajukan ia sebagai wakil dari
pasukan Imam Ali as, namun golongan Khawarij tidak setuju. Ia diangkat oleh Imam Ali as menjadi
Gubernur di Bashrah. Imam Ali as menulis surat kepadanya yang tertera dalam Nahj al-Balaghah
(surat 18 dan 66). Berdasarkan dari laporan-laporan yang ada, di akhir pemerintahan ia tertuduh
memakai uang baitul mal dan meletakkan jabatan gubernurnya dan kembali ke Mekah, namun
menurut sebagian orang laporan ini tidak benar.

Periode Imam Hasan as dan Imam Husain as

Setelah kesyahidan Imam Ali as, Ibnu Abbas mengajak masyarakat untuk berbaiat kepada Imam
Husain as. Ketika khutbah Imam Husain as berakhir, Ibnu Abbas menghadap ke masyarakat dan
berkata: Wahai kalian semua, Imam Husain adalah putra Nabi dan pengganti Imam kalian,
berbaiatlah kepadanya!

Ketika Imam Hasan as akan dikebumikan di dekat pusara Nabi saw dan kemudian Bani Umayyah
menghalanginya, Ibnu Abbas dan Marwan bin Hakam menjadi juru runding sehingga perseturuan
antara Bani Umayyah dan Bani Hasyim dapat dicegah. Ibnu Abbas juga termasuk sahabat Imam
Husain as. Ia berada di Mekah ketika Imam Husain as bergerak menuju Irak dari Mekah. Ia dua kali
bertemu dengan Imam Husain as. Ia memperingatkan Imam Husain as tentang perjalanannya ke
Irak.

Periode Muawiyah

Ibnu Abbas pada masa Muawiyah menolak untuk berbaiat kepada Yazid. Namun setelah itu, ia
memberikan baiatnya kepada Yazid. Tetapi ia tidak memberikan baiatnya kepada Abdullah bin
Zubair.

Keilmuan Abdullah bin Al-Abbas

Ibnu Abbas adalah seorang mufassir Alquran yang paling terkenal pada abad pertama Hijriah.
Terdapat banyak riwayat darinya yang ada di kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab hadis. Di sebagian
hadis dijelaskan bahwa Nabi saw, selain mendoakan Ibnu Abbas juga memohon kepada Allah
semoga Dia memberikannya ilmu takwil Alquran kepadanya. Dzahabi memperkenalkan posisinya
sebagai seorang pemuka dalam bidang fikih, hadis dan tafsir. Menurut perkataan Dzahabi dan Zirikli,
Ibnu Abbas menukil hadis sebanyak 1.660. Dari jumlah itu, Bukhari menukil 120 hadis darinya dan
Muslim 9 hadis. Sebagian besar riwayat yang terkait dengan perkiraan kekhalifahan Bani Abbas
disandarkan kepadanya.

Ibnu Abbas meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad saw, Imam Ali as, Umar, Mu’adz bin Jabbal
dan Abu Dzar dan lain lain.

Anak-Anak Abdullah bin Al-Abbas

Ali; adalah anak yang terkenal diantara anak-anak Ibnu Abbas yang lainnya. Ketika ia berbeda
pendapat antara Abdul Malik bin Marwan dan Ibnu Zubair, Ibnu Abbas memberi nasehat untuk
bergabung dengan Abdul Malik. Ia memiliki hubungan yang dekat dengan khalifah. Namun Abdul
Malik pada masa-masa selanjutnya merasa terganggu dengan kehadirannya. Qalid bin Abdul Malik
menuntut balas atas terbunuhnya pelayannya. Khalifah Abbasi berasal dari keturunannya.

Abbas, Ibunya adalah Habibah binti Zubair

Asma

Fadhl

Ubaidillah

Lubabah

Karya – Karya

Dengan adanya banyak pendapat tentang tafsir Ibnu Abbas dalam penafsiran-penafsiran Alquran,
terkait bahwa ia sendiri yang menulis, maka hal ini ada keraguan di dalamnya. Hal ini bisa diketahui
dari sebagian murid-murid Ibnu Abbas bahwa karya-karya tulisnya dihimpun setelah ia wafat. Karya-
karya berikut disandarkan kepadanya:
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas: Firuz Abadi, penulis kamus, tafsir ini ditulis dalam 4 jilid
yang diambil dari Tafsir Thabari yang berdasarkan riwayat-riwayat Ibnu Abbas. Kitab ini pada
awalnya diterbitkan di Bombay dan kemudian dicetak di Bulaq Mesir.

Tafsir Ibnu Abbas: Isa bin Maimun dan Waraqa meriwayatkan dari Abu Nujaih. Dan Abu Nujaih dan
Hamin bin Qais meriwayatkan dari Mujahid.

Tafsir Juludi: Abdul Aziz Juludi mengumpulkan tafsir ini dari riwayat-riwayat yang berasal dari Ibnu
Abbas

Di antara riwayat sejarah terbentuk gaya penafsiran Alquran yang disandarkan kepada Ibnu Abbas,
diantara murid-muridnya adalah:

Mujahid

‘Ikrimah Maula bin Abbas

Sa’id bin Jubair

‘Atha bin Yasir

Wafat

Ibnu Abbas pada akhir kehidupannya buta. Ia hidup di Mekah. Ia menyaksikan perang antara
Abdullah bin Zubair dan Abdul Malik bin Marwan. Abdullah bin Zubair menginginkan baiat dari Ibnu
Abbas namun ia menolaknya, sehingga mengungsikan ke Thaif. Sebagian sejarawan melaporkan
bahwa Ibnu Abbas meninggal di Thaif pada tahun 68 H/687 dan ketika ia berusia 70 tahun.
Muhammad bin Hanafiyah menyalatkan jenazah atasnya. Ia dikuburkan juga di sana. Sebagian
sumber juga menyebutkan bahwa ia meninggal pada tahun 69 H/688.Ibnu Abbas pada akhir
kehidupannya buta, sehingga ia melantunkan syair ini:

Meskipun Allah mengambil penglihatanku,

Namun cahaya lisan dan telingaku melihat

Akalku sehat, lisanku menjelaskan kebenaran seperti pedang yang tajam

Anda mungkin juga menyukai