Anda di halaman 1dari 6

IMAM ABDULLAH BIN KATSIR (120 H)

Disusun oleh:

 Muhammad Bahrudin (2131030042)


 Rizka Amanda wulandari (2131030021)

Makkah merupakan tempat pertama turunnya Al-Qur’an. Dari sinilah Nabi pertama kali
menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril kemudian mengajarkannya kepada para
sahabat. Dari Nabi para sahabat menerima bacaan Al-Qur’an dan mereka berlomba-lomba penuh
antusias menghafal setiap ayat yang disampaikan oleh Nabi. Dari para sahabat, para tabi’in
menerima bacaan Al-Qur’an dan kemudian mereka mengajarkannya kepada generasi berikutnya.
Hingga lahirlah generasi qur’ani yang menetap di Makkah dan menjadi salah satu imam qira’at
sab’ah. Salah satu generasi tabi’in yang dikenal piawai dalam bidang ilmu Al-Qur’an dan
qira’atnya adalah Imam Ibnu Katsir.

A. Biografi Imam Abdullah Ibnu Katsir


Nama lengkap Abdullah ibnu katsir adalah Abdullah bin Katsir bin 'Amru bin Abdullah
bin Zadan bin Fairuz bin Hurmuz. Nasab beliau berasal dari Katsir bin 'Amru bin Abdullah bin
Zadan bin Fairuz bin Hurmuz. Firkah yang dianut oleh Ibnu Katsir Al makki adalah suni. Beliau
lahir di Mekah pada tahun 45 H dan wafat pada tahun 120 H. . Imam Abdullah Ibnu Katsir
memiliki fisik yang tinggi, berisi, gelap kulitnya, biru bola matanya, putih rambut dan
jenggotnya. Sebagai tabi'in generasi awal yang tinggal di Makkah, Imam Ibnu Katsir pernah
berjumpa dengan beberapa para sahabat, di antaranya adalah Abdullah bin Zubair, Abu Ayyub
alAnsari, Anas bin Malik, Mujahid bin Jabar, dan Darbas budak pembantu Ibnu Abbas.
Selain sebagai imam di bidang ilmu Al-Qur’an dan qira’at pada masa tabi’in, Abdullah
Ibnu Katsir merupakan ulama yang menekuni ilmu hadits beliau juga dikenal sebagai qadli
(hakim) di Makkah. Tidak ada seorang pun yang meragukan kepiawaiannya dalam bidang ilmu
Al-Qur’an dan Qira’atnya.1

1
1. (Arab) Siyar A'lamin Nubala
Imam al-Ashmu'I bertanya kepada Abu Amr: "Apakah Anda membaca kepada
Imam Ibnu Katsir?" "Iya, saya mengkhatamkan Al-Qur'an setelah saya mengkhatamkan kepada
Mujahid, dan Ibnu Katsir lebih piawai dalam bidang bahasa Arab daripada Mujahid."
Ibnu Mujahid berkata: "Imam Ibnu Katsir merupakan seorang imam yang yang
disepakati kepakarannya dalam bidang qira'at Al-Qur'an di Makkah hingga ia wafat pada tahun
120 H. Sebagian riwayat menegaskan bahwa beliau pernah singgah dan bermukim di Irak
kemudian kembali ke Makkah dan wafat di sana."
B. Silsilah Sanad Ibnu Katsir

Setalah menginjak dewasa, beliau menyempatkan diri untuk menuntut ilmu AlQur'an dan
qira'atnya kepada beberapa tabi'in senior, salah satunya adalah: (1) Abdullah bin al-Saib al-
Makhzumi. (2) Mujahid bin Jabar al-Makki. (3) Darbas pembantu Ibnu Abbas.

Ketiga dari guru Imam Ibnu Katsir ini memiliki transmisi sanad yang bersambung langsung
kepada para sahabat. Artinya, secara transmisi sanad qira'at Ibnu Katsir ini dapat dipertanggung-
jawabkan kemutawatirannya.

1. Abdullah bin al-Saib belajar kepada sahabat Ubay bin Ka'ab dan Sayyidina Umar bin
Khattab, keduanya menerima bacaan dari Nabi Muhammad

2. Mujahid bin Jabar belajar kepada Abdullah bin al-Saib dan Sayyidina Abdullah bin
Abbas,

3. Darbas belajar kepada sayyidina Abdullah bin Abbas. Abdullah bin Abbas belajar kepada
Ubay bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit. Keduanya belajar langsung kepada Nabi
Muhammad SAW

a) Murid-murid Imam Ibnu Katsir


Sebagai seorang imam qira’at, tentu banyak dari kalangan penuntut ilmu yang
berguru kepadanya dan kemudian melanjutkan estafet bacaan qira’atnya. Namun di
antara beberapa santri yang belajar dan termaktub dalam sejarah, yang kemudian
melanjutkan estafet bacaannya adalah: (1) Ismail bin Abdullah al-Qisth, (2) Ismail bin
Muslim, (3) Hammad bin Salamah, (4) Al-Khalil bin Ahmad, (5) Sulaiman bin al-
Mughirah, 6) Syibl bin Ubbad, (7) Abdul Malik bin Juraih, (8) Ibnu Abi Mulaikah, (9)
Sufyan bin Uyainah, (10) Abi Amr bin al-’Ala’, (11) Isa bin Umar. Selain yang tertera
di atas, menurut penuturan sejarah, imam Syafi’I juga merupakan salah satu seorang
imam madzhab yang menukil dan menggunakan bacaan qira’at Ibnu Katsir. Tidak
hanya menukil dan menggunakan tetapi beliau juga memujinya. Salah satu pujiannya
adalah: “qira’at (bacaan) kita adalah bacaan Ibnu Katsir dan dengan bacaannya saya
menemukan warga Makkah membaca dan mengamalkannya.2

Adapun murid-murid beliau dibidang hadis, sebagai berikut: (1) Ayyub As-
Shiktiyani, (2) Ibnu Juraij, (3) Jarir bin Hazim, (4) Al-Hasan Ibnu Waqid, (5) Abdullah
bin Abi Najih, (6) Hammad bin Salamah (7) Qurrah bin Khalid,(8) Al-Harits bin
Qudamah.3

b) Perawi Imam Ibnu Katsir  

Perlu diketahui, bahwa dalam dunia ilmu qira’at atau transmisi periwayatan qira’at
adakalanya perawi itu meriwayatkan secara langsung dari imam qira’at, dan adakalanya perawi
itu meriwayatkannya melalui perantara.   Penetapan perawi ini, baik yang meriwayatkan secara
langsung kepada imam qira’at maupun melalui perantara, dilakukan oleh Imam Mujahid dalam
karyanya “al-Sab’ah”. Penetapan ini bersifat final dan disepakati oleh para ulama lainnya, karena
seorang perawi dipilih berdasarkan konsistensinya dan kemasyhurannya dalam meriwayatkan
bacaan sang imam qira’at. Perawi dari Ibnu Katsir ini termasuk perawi yang meriwayatkan
melalui perantara.  

Kedua dari perawi Imam Ibnu Katsir yang terkenal dan termasyhur adalah: Imam al-
Bazzi dan Imam Qanbul.4

a) Imam Al-Bazzi
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin al-Qasim bin
Nafi’ bin Abi Bazzah, beliau dinisbatkan kepada kakeknya yang paling jauh, yaitu Abi
Bazzah. Nama Abi Bazzah sendiri adalah Basysyar. Ia adalah seorang Persia dari marga
Hamadzan. Ia masuk Islam di tangan al-Saib bin Abi al-Saib al-Makhzumi. Kuniyahnya
adalah Abu al-Hasan. Beliau merupakan muadzin sekaligus sebagai imam shalat di
Masjidil Haram selama 40 tahun. Beliau dilahirkan pada tahun 170 H.

2
Ma'rifatu al-Qurra` al-Kibar, Adz-Dzahabi
3
Ibid.
4
kitab "Tarikh al-Qurra' al-'Asyrah" karya Syekh Abul Fattah al-Qadli, [Kairo: Maktabah al-Qahirah], 2010, hal.
15-17)
Sejarah Keilmuan Al-Bazzi
Menginjak masa remaja, beliau belajar dan meriwayatkan qira'at Ibnu Katsir dari
Ikrimah bin Sulaiman dari Ismail bin Abdullah al-Qisth, dan Syibl bin Ubbad dari Ibnu
Katsir. Dari kedua gurunya tersebut, beliau menerima qira'at Ibnu Katsir secara
sempurna. Dengan demikian, jika ditelisik melaui transmisi periwayatan, maka beliau
meriwayatkan qira'at Ibnu Katsir melalui dua jalur, yaitu: Ikrimah dari Ismail al-Qisth
(dua jalur) dari Ibnu Katsir, dan Syibl bin Ubbad dari Ibnu Katsir (satu jalur).
Dalam meriwayatkan qira'at Ibnu Katsir beliau tidak sendirian, tetapi ada banyak
ulama yang meriwayatkannya. Dengan demikian, sangat mustahil mereka sepakat untuk
melakukan kebohongan atas qira'at Ibnu Katsir. Hanya saja beliau merupakan perawi
termasyhur, teristimewa dan paling adil diantara mereka.
Ada banyak predikat yang melekat dan diberikan kepada beliau, salah sarunya
adalah predikat, ustadz muhaqqiq, dhabit, mutqin dan tsiqah. Dengan ketenaran dan
kemasyhurannya, maka tak ayal beliau dianggap sebagai pemungkas para masyikhah
pengajaran Al-Qur'an di Makkah.
Setelah mengabdi kepada kitab Allah dengan penuh perjuangan dan pengorbanan
raga dan jiwa, pada tahun 285 H, Allah memanggilnya dan dikebumikan di Makkah.
b) Imam Qanbul
Namanya adalah Muhammad bin Abdurrahman bin Khalid bin Muhammad bin Said
al-Makhzumi al-Makki. Beliau lebih dikenal dengan julukan Qunbul. Ada perbedaan
pendapat tentang sebab pembeiran julukan tersebut, ada yang mengatakan bahwa
beliau dari warga “Qanabilah” di daerah Makkah. Ada yang mengatakan bahwa
beliau memakai obat yang untuk penyakit yang dideritanya, menurut para apoteker,
dikenal dengan nama “Qunbil” (‫( )قنبيل‬memakai ya’ setelah huruf ba’, kemudian
dibuang huruf ya’nya untuk meringankan pengucapan, maka dibacalah “Qanbul”).
Karena seringnya memakai obat tersebut, maka ia kemudian dikenal dengan sebutan
Qanbul. Beliau lahir di Makkah pada tahun 175 H.
Sejarah Keilmuan Qanbul
Belajar dan membaca Al-Qur'an kepada Ahmad bin Muhammad bin 'Aun al-
Nabbal, imam al-Bazzi, Abu al-Hasan al-Qawwas dan Ma'ruf bin Misykan. Beliau
merupakan imam qira'at yang mutqin dan dhabith, pemungkas para imam di Hijaz,
dan termasuk pembesar perawi Imam Ibnu Katsir dan paling tsiqah (terpercaya).
Imam al-Bazzi didahulukan daripada Qanbul karena beliau lebih tinggi sanadnya.
Karena imam Qanbul sendiri juga belajar kepada Imam al-Bazzi, sehingga menurut
hitungan periwayatan, beliau lebih rendah (nazil) daripada imam al-Bazzi.
Menurut Abdullah al-Qashsha', kedudukan imam Qanbul ini berada di atas
perwira di Makkah karena seorang perwira tidak akan mendampingi seseorang
kecuali dari kalangan orang mulia dan baik supaya ia berada pada jalur yang benar
terhadap sesuatu yang berhubungan dengan hukum dan perdata. Mereka
menyertainya karena ilmu dan keutamaannya di sisi mereka. Perlakuan seperti ini saat
beliau berada di pertengahan umurnya. Terpuji perjalanan hidupnya.
Di antara murid-muridnya yang belajar kapadanya adalah Abu Rabi'ah
Muhammad bin Ismail, yang termasuk santri seniornya, Muhammad bin Abdul Aziz
dan Ahmad bin Musa bin Mujahid, pengarang kitab "AlSab'ah", dan Muhammad bin
Ahmad bin Syambudz, beliau adalah temannya.
Dikatakan bahwa ketika beliau sudah sepuh, berhenti mengajar sebelum wafat
tujuh tahun atau sepeuluh tahun. Setelah mengabdi dan berkhidmah kepada kitab
Allah, beliau dipanggil oleh pemiliknya pada tahun 271 H. di Makkah.5  

DAFTAR PUSTAKA

Ma'rifatu al-Qurra` al-Kibar, Adz-Dzahabi

5
Ibid.
kitab "Tarikh al-Qurra' al-'Asyrah" karya Syekh Abul Fattah al-Qadli, [Kairo: Maktabah al-
Qahirah], 2010, hal. 15-17)

(Arab) Siyar A'lamin Nubala

Anda mungkin juga menyukai