Anda di halaman 1dari 13

PENGHIMPUNAN AL-QUR’AN PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR

ra.

Diajukan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Pengantar Studi Al-Qur’an


Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. Abdullah Karim, M.Ag.
Oleh:
Ahmad Amrina Rasyada (210103030002))
Ahmad Hadi Irpana (210103030011)
Ahmad Mujibullah (210103030012)
Ahmad Zainuddin (210103030127)
Dwi Nur Fauziyah Latif (210103030001)
Fadhel Muhammad (210103030007)
Fatimathuzzahra (210103030116)
Hikmah Maulidya (210103030003)
Maydina (210103030010)
M.Rasid Ridho (210103030131)
Muhammad Shiddiq (210103030082)
Muthia Naili Nazwa (210103030004)
Nor Saparina (210103030009)
Novitasari (210103030006)
Sufiati (210103030005)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
JURUSAN AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
BANJARMASIN
2021
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di berbagai buku sejarah Islam mencatat bahwa pasca wafatnya
Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam yang kemudian diganti dengan
terpilihnya secara aklamasi Sahabat Abu Bakar menjadi khalifah pertama,
muncul berbagai persoalan yang sangat mendasar di dalam tubuh agama
Islam, yakni banyaknya orang yang murtad dengan kembali ke agama
nenek moyang mereka, dan banyaknya orang yang membangkang tidak
mau membayar zakat, dan yang paling mengenaskan adalah adanya
Musaylamah sebagai tokoh yang mengaku sebagai nabi dengan
menggubah surat al-fiil untuk menandingi al-Qur’an. Namun persoalan-
persoalan tersebut berhasil diselesaikan oleh sahabat Abu Bakar dengan
cara memerangi para pembangkang tersebut dan berhasil mengembalikan
mereka ke jalan Islam dalam waktu yang sangat singkat, mengingat
sahabat Abu Bakar hanya menjadi Khalifah hanya dalam kurun waktu
tidak lebih dari dua tahun saja (632-634 M.).

Terkait dengan nabi palsu, konon pengikut Musaylamah mencapai 40.000


orang yang terdiri dari suku Thayyi, Asad, Thulayhah dan Banu Hanifah,
sehingga Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid untuk berangkat
memerangi mereka tepatnya di Yamamah (kemudian masyhur dengan
istilah perang Yamamah). Dalam peperangan inilah, teramat banyak para
penghafal al-Qur’an yang berguguran syahid. Disebabkan peristiwa
Yamamah tersebut, sahabat Umar merasa khawatir tentang kondisi dan
nasib al-Qur’an di masa yang akan datang, sehingga ia mengusulkan
kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan al-Qur’an, sebelum pada
akhirnya para sahabat yang hafal al-Qur’an berguguran di medan perang
yang lain.1

1
https://iiq-annur.ac.id/blog/blog/kodifikasi-al-quran-pada-masa-khalifah-abu-bakar-as-

shiddiq/
A. RUMUSAN MASALAH
1. Kegiatan apa saja yang dilakukan selama masa Khalifah Abu Bakar ra.?
2. Hasil apa yang diperoleh dari penghimpunan Al-Qur’an?

B. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan semasa Khalifah Abu Bakar ra
2. Untuk mengetahui apa saja yang diperoleh dari penghimpunan Al-Qur’an.
PEMBAHASAN

A. Penghimpunan Al-Qur’an Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

Al-Qur’an telah ditulis seluruhnya pada masa Rasulullah SAW, hanya saja
ayat-ayat dan surat-suratnya masih terpisah-pisah, karena penulisannya masih
sangat sederhana, yaitu ditulis diatas tulang-tulang, pelepah kurma, kulit binatang
dan kepingan batu. Abu ‘Abd Allah al-Muhasibi dalam kitabnya, Fahmu-Sunan,
mengatakan bahwa penulisan al-Qur’an bukan barang baru, sebab Nabi
Muhammad SAW dahulu sudah memerintahkan kepada para penulisnya supaya
menulis wahyu yang diturunkan kepadanya.

Sebelum wafat, Rasulullah SAW telah mencocokan al-Qur’an yang


diturunkan kepada beliau dengan Qur’an yang dihafal oleh para huffaz, surat demi
surat, ayat demi ayat. Al-Qur’an yang ditulis harus cocok dengan Al-Qur’an yang
dihafal, agar kitab Allah yang mulia itu lahir dari Al-Qur’an yang ditulis dan yang
dihafal, sehingga semua manusia dapat mengambil manfaat dari kitab suci itu
sepanjang zaman. Kulit binatang dan alat tulis lainnya yang sangat sederhana itu
tidak mampu menjaga al-Qur’an, sebab alat tulis itu menjadi fana, sedang orang
yang menukil dari pada mereka tidak mempunyai catatan lengkap pada waktu itu.
Maka Allah membangkitkan kaum muslimin untuk menjaga al-Qur’an dari
kefanaan. Disalinlah al-Qur’an itu dari satu tempat ketempat lainnya, atas perintah
Abu bakar dan dihimpun menjadi satu. 2

Setelah wafatnya Nabi terjadilah pengangkatan Abu Bakar yang dipilih sebagai
khallifah. Pada saat itu terjadi lah pembangkangan di kalangan umat muslim yang

2
http://www.islamaktual.net/2015/09/penghimpunan-al-quran-pada-masa-abu.html?m=1
dimulai dari, membayar zakat, dan gerakan keluar dari agama Islam (murtad)
atau bisa disebut juga pengakuan sebagai Nabi di bawah pimpinan Musailamah Al
kadzdzab. Gerakan ini segera ditindak oleh Abu Bakar dengan mengirimkan
pasukan di bawah pimpinan Khalid Bin al-Walid.

Melihat fenomena yang terjadi, Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah


mengambil ketegasan dengan memerangi mereka yang ingkar zakat dan mengaku
sebagai nabi beserta pengikutnya. Maka terjadilah peperangan yang hebat untuk
menumpas orang-orang murtad dan pengikut-pengikut orang yang mengaku
dirinya nabi. Peperangan itu dikenal dengan perang Yamamah.3

Perang tersebut pada akhirnya dapat dimenangkan oleh kaum Muslimin,


meski tetap menimbulkan dampak negatif , yakni banyaknya penghafal al-Qur’an
dari kalangan sahabat yang gugur. Menurut riwayat yang masyhur, sekitar 70
orang pengahafal al-Qur’an gugur dalam pertempuran tersebut. Padahal
sebelumnya, serangkaian perang pun pernah terjadi dan mengakibatkan hal yang
sama, yaitu dalam pertempuran di Bi’ru Ma’unah.

Pada peristiwa ini mendorong Umar menyarankan kepada khalifah agar


segera dihimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam mushhaf atau shuhuf, karena
dikhawatirkan hilangnya sebagian ayat-ayat Al-Qur’an dengan sebagian wafatnya
para penghafalnya. Pada awalnya, Khalifah Abu Bakar merasa ragu, namun
setelah dijelaskan oleh Umar tentang nilai-nilai positifnya, ia menerima usul
tersebut. Dan Allah SWT melapangkan dada Abu Bakar untuk melaksanakan
tugas yang mulia tersebut.4

Ada beberapa hal yang terindikasi menjadi sebab dibalik keraguan Abu Bakar
dalam masalah pengumpulan Al-Qur’an. Yang pertama, Abu Bakar khawatir
apabila orang islam hanya berpegang teguh kepada apa yang ada pada mushaf
sehingga jiwa mereka menjadi lemah untuk menghapal Qur’an. Dengan demikian,
minat untuk menghapal dan menghayati Al-Qur’an akan berkurang karena telah
3
Muhammad Ichsan, Sejarah Penulisan dan pemeliharaan Al-Qur’an pada masa nabi Muhammad
SAW dan Sahabat, Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012
4
Miftakhul Munir, Metode Pengumpulan Al-Qur’an, , Kariman, Volume 09, Nomor 01, Juni 2021
ada tulisan dan mushaf-mushaf yang dicetak untuk standar membacanya. Padahal
sebelum ada mushaf-mushaf, mereka mencurahkan kesungguhan untuk
menghapal Qur’an. Yang kedua, dari sisi lain Abu Bakar selalu berusaha agar
tetap bertitik tolak dari batasan-batasan syariat islam dan berpegang pada jejak-
jejak Rasulullah SAW, sehingga ia merasa khawatir apabila idenya itu termasuk
bid’ah yang tidak dikehendaki oleh Rasul. Karena itulah Abu Bakar mengatakan
kepada Umar, ‘’mengapa aku harus mengerjakan sesuatu yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah SAW?’’ barangkali ia takut terseret oleh ide-ide dan
gagasan-gagasan yang membawanya untuk menyalahi sunah Rasul. Akan tetapi
ketika ia menganggap bahwa hal tersebut adalah sangat penting demi kelestarian
kitab Al-Qur’an dan demi terpeliharanya dari kemusnahan dan perubahan, dan
ketika ia meyakini bahwa hal tersebut tidaklah termasuk masalah yang menyalahi
ketentuan dan bid’ah sengaja dibuat-buat, maka ia beritikad baik untuk
mengumpulkan Al-Qur’an.5

Kemudian khalifah Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid Bin Tsabit agar
segera menyebut ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushhaf. Kemudian ia
mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an dari daun pelepah kurma, kulit binatang,
bebatuan dan lain sejenisnya, dan dari para sahabat yang telah hapal Al-Qur’an
secara utuh. Zaid bin Tsabit berhasil menemukan ayat terakhir dari surat At
Taubah yang tidak ditemukan pada seorang pun selain Abu Khuzaimah al-
Anshari, yaitu,

‘’Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari bangsamu sendiri,


berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
Mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah: cukuplah
Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakal dan
Dia adalah Allah yang memiliki Arsy yang agung’’ (QS. At-Taubah [9]: 128-129)

5
Miftakhul Munir, Metode Pengumpulan Al-Qur’an, , Kariman, Volume 09, Nomor 01, Juni 2021
Dimaksudkan dengan pernyataan Zaid: ayat terakhir dari surat at-Taubah itu tidak
ditemukan selain pada Khuzaimah, ialah: ayat itu tidak ditulis oleh seorang pun,
kecuali Khuzaimah. Sebab sebagian besar sahabat, hafal Qur’an termasuk Zaid
bin Tsabit. Dia sengaja meneliti dan mengumpulkan Al-Qur’an untuk ditulis,
dengan tujuan membantu dan menguatkan hafalan, karena Abu Bakar telah
menekankan agar penerimaan ayat itu harus dikuatkan dengan dua syahid
(pendukung), hafalan dan tulisan. Sostem penerimaan ayat itu diperlakukan
terhadap semua ayat Al-Qur’an.6

Zaid bin Tsabit sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas ini, sekali pun
dia seorang penulis wahyu yang utama dan hafal seluruh ayat Al-Qur’an. Ia dalam
menjalankan tugasnya berpegang pada dua hal, yaitu: Pertama, Al-Qur’an yang
ditulis dihadapan Nabi, kedua, ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang
hafidz Al-Qur’an. Zaid Bin Tsabit juga mau menerima tulisan ayat-ayat Al-
Qur’an kalau disaksikan oleh dua orang saksi yang adil, bahwa ayat itu benar-
benar ditulis dihadapan Nabi atas perintah dan petunjukan, selain itu
penghimpunan tersebut dapat diselesaikan selama 1 tahun.

Ada beberapa hal yang menghantarkan Zaid bin Tsabit dalam mengemban
tugas penghimpunan Al-Qur’an, yaitu Abu Bakar mencatat kualifikasi dirinya
(Zaid) sebagai berikut: 1). Masa muda Zaid menunjukan vitalitas dan kekuatan
energinya, 2). Akhlak yang tak pernah tercemar menyebabkan Abu Bakar
memperlakukan secara khusus dengan berkata,’’ kami tak pernah memiliki
prasangka negatif kepada anda’’, 3). Kecerdasannya menunjukan pentingnya
kompetensi dan kesadaran, 4). Pengalamannya dimasa lampau sebagai penulis
wahyu , dan 5). Zaid salah seorang bernasip manjur diantara beberapa orang

6
http://www.islamaktual.net/2015/09/penghimpunan-al-quran-pada-masa-abu.html?

m=1
sahabat yang sempat mendengar bacaan Al-Qur’an malaikat Jibril bersama Nabi
Muhammad di bulan Ramadhan.

Mushaf atau suhuf Al-Qur’an kemudian itu kemudian disimpan oleh Abu
Bakar seterusnya oleh Umar setelah wafatnya Abu Bakar wafat. dan sepeninggal
beliau dipindah ke rumah Hafshah putri Umar, istri Rasulullah sampai pada masa
pengumpulan dan penyusunan Al Qur'an pada masa Khalifah Usman bin Affan.7

Adapun dalam penulisan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW. terdapat


beberapa orang ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an yakni, Zaid Bin Tsabit,
Abdullah Ibn Amrin. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut
walau tidak diperintahkan. Media yang digunakan pada saat itu beberapa pelepah
kurma. Lempeng batu, daun lontar, kuli atau daun kayu, pelana, potongan tulang
belakang binatang. Disamping itu banyak juga sahabat langsung menghafalkan
ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.8

B. Hasil Yang Diperoleh oleh Khalifah Abu Bakar Dalam Penyusunan Al-
Qur’an

Pada penulisan Al-Qura’an pada masa Abu Bakar memiliki beberapa


keistimawaan antara lain:

1. Penyelidikan yang mendetail dan kofirmasi yang sempurna.

2. Tidak ditulis kecuali telah bebas dari naskah bacaannya secara konfirmitif

3. semua ayat-ayat tersebut telah nyata mutawatir dan berdasarkan pada kata
sepakat umat.

4. Mushafnya meliputi semua qira’at yang tujuh, yang dinukil secara konfirmatif
dan syah.

7
Muslimin, Pembukuan dan Pemeliharaan Al-Qur’an, Volume 25 Nomor 2 September 2014
8
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, , Pustaka Al –Kautsar, April
2006.
Dengan keistimewaan-keistimewaan tersebut Abu Bakar mendapat sanjungan
manis dari para sahabat, yang berarti ia telah memelihara Al-Qur’an agar tidak
hilang bersama taufiq Allah dan bersama yang memegangnya’

Menurut suatu riwayat, Ali bin Abi Thalib pernah berkata: Semoga Allah
memberikan rahmat kepada Abu Bakar, dialah orang yang pertama kali
mengumpulkan al-Qur’an antara dua sampul.

Abu Bakar telah tercatat dalam sejarah sebagai orang yang pertama kali
menghimpun al-Qur’an, ‘Umar bin Khattab sebagai orang yang mempunyai
inisiatif untuk menghimpun al-Qur’an dan Zaid bin Tsabit tercatat sebagai
pelaksananya.

setelah selesai pengumpulan al-Qur’an dalam satu suhuf (himpunan lembaran-


lembaran), maka disimpanlah suhuf itu oleh Abu Bakar hingga wafatnya,
selanjutnya disimpan oleh ‘Umar bin Khatthab, hingga wafatnya, dan akhirnya
disimpan oleh Hafsah binti ‘Umar. Penamaan al-Qur’an dengan mushaf itu,
muncul pada masa Abu Bakar. Ibnu Asytah meriwayatkan dalam kitabnya, al-
Masahif, dari Musa bin Uqbah dari Ibnu Syihab, dia berkata: Setelah al-Qur’an itu
selesai dihimpun menjadi satu himpunan yang teratur, berkatalah Abu Bakar:
carilah nama untuk al-Qur’an itu! Lalu sebagian sahabat mengusulkan agar diberi
nama “as-Sifir”, kemudian berkatalah Abu Bakar: nama itu ciptaan orang Yahudi.
Mereka pun tidak menyukai nama tersebut, lalu sebagian sahabat mengusulkan
agar diberi nama “al-Mushaf”. Akhirnya para sahabat bersepakat memberikan
nama “al-Mushaf”.

Sebelum terjadinya penulisan mushhaf Al-Qur’an, Umar bin Khatab


mengusulkan kepada Abu Bakar supaya membukukan Al-Qur’an karena
dikhawatirkan akan musnah, sebab peperangan Yamamah telah menggugurkan
para qori.9

9
Muslimin, Pembukuan dan Pemeliharaan Al-Qur’an, Volume 25 Nomor 2 September 2014
Oleh karena itu, sahabat Umar bin Khattab khawatir akan semakin
bertambahnya para huffadz yang gugur dalam medan pertempuran dan
mengakibatkan lenyapnya Al Qur'an bersama dengan meninggalnya para huffadz
tersebut, maka Umar bin Khattab datang kepada Khalifah Abu Bakar untuk
membicarakan hal tersebut, Umar berkata kepada Abu Bakar sebagai berikut,
"Saya khawatir akan gugurnya para sahabat yang lain dalam peperangan
selanjutnya, sehingga banyak ayat ayat AlQur'an itu perlu dikumpulkan”.

Abu Bakar menjawab, Mengapa aku akan melakukan sesuatu yang tidak
diperbuat oleh Rasulullah?'. Umar menegaskan: Demi Allah ini adalah suatu
perbuatan yang baik, dan la berulang kali memberikan argumentasi tentang
kebaikan pengumpulan Al Qur'an ini, sehingga Allah membukakan hati Abu
Bakar untuk menerima usulan Umar tersebut. Kemudian Abu Bakar memanggil
Zaid bin Tsabit dan berkata kepadanya bahwa Umar mengajak ku untuk
mengumpulkan Al Qur'an, lalu diceritakannya segala pembicaraan yang terjadi di
antara beliau dengan Umar. Kemudian Abu Bakar berkata: "Engkau adalah
seorang pemuda yang cerdas dan yang aku percaya sepenuhnya, dan engkau
adalah seorang penulis wahyu yang selalu disuruh Rasulullah, oleh karena itu
kumpulkanlah ayat-ayat Al Qur'an .

Zaid menjawab, "Demi Allah ini adalah pekerjaan yang berat bagiku,
seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan bukit. maka hal itu tidaklah
lebih berat bagiku dari pada mengumpulkan Al Qur'an yang engkau perintahkan
itu,". Kemudian ia berkata kepada Abu Bakar dan Umar, "Mengapa kalian
melakukan sesuatu yang tidak diperbuat oleh Nabi?. Abu Bakar menjawab: Demi
Allah ini adalah perbuatan yang baik, lalu ia memberikan alasan -alasan kepada
Zaid untuk mengumpulkan Al Qur'an itu sehingga hal yang demikian itu dapat
membukakan hati Zaid, kemudian ia mengumpulkan ayatayat Al Qur'an dari daun
pelepah kurma, kulit binatang, bebatuan dan lain sejenisnya, dan dari para sahabat
yang telah hafal Al Qur'an secara utuh.10

10
Abdul Hamid, Lc, M.A, Pengantar Studi Al-Qura’an, PRENAMEDIA GROUP, Jakarta, 19
April 2013
Demikian penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar, mereka telah
mencurahkan segala perhatian, tenaga dan hartanya untuk menyelesaikan tugas
suci dan berat itu , mereka hanya mengharapkan keridhaan dari Allah SWT. 11

11
http://www.islamaktual.net/2015/09/penghimpunan-al-quran-pada-masa-abu.html?m=1
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Al-Qur’an telah ditulis seluruhnya pada masa Rasulullah SAW, hanya
saja ayat-ayat dan surat-suratnya masih terpisah-pisah, karena
penulisannya masih sangat sederhana, yaitu ditulis diatas tulang-tulang,
pelepah kurma, kulit binatang dan kepingan batu.
Sebelum wafat, Rasulullah SAW telah mencocokan al-Qur’an yang
diturunkan kepada beliau dengan Qur’an yang dihafal oleh para huffaz.
Lalu setelah wafatnya Nabi terjadilah pengangkatan Abu Bakar yang
dipilih sebagai khallifah. Pada saat itu terjadi masalah dikalangan umat
muslim seperti, enggan membayar zakat, banyaknya orang yang murtad,
sampai munculnya nabi palsu. Khalifah Abu Bakar akhirnya mengambil
tindakan dengan cara memerarangi mereka, untuk menumpas orang-orang
yang keluar dari pada Islam dan juga nabi palsu. Perang ini disebut perang
Yamamah, yang menewaskan sekitar 70 orang penghapal Al-Qur’an. Hal
itu lah yang menjadi penyebab pembukuan Al-Qur’an pada masa Khalifah
Abu Bakar atas saran dari Umar bin Khattab.
Adapun hasil yang diperoleh Abu Bakar dalam penghimpunan Al-
Qur’an ini adalah, beliau tercatat sebagai orang pertama yang
menghimpun Al-Qur’an dan mendapat sanjungan manis dari para sahabat.
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan Muhammad, Sejarah Penulisan Dan Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa

Nabi Muhammad SAW Dan Sahabat, Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April

2012.

Munir Miftakhul, Metode Pengumpulan Al-Qur’an, , Kariman, Volume 09,

Nomor 01, Juni 2021

Muslimin, Pembukuan dan Pemeliharaan Al-Qur’an, Volume 25 Nomor 2

September 2014.

Al-Qaththan, Syaikh Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, , Pustaka Al –

Kautsar, April 2006.

Hamid Abdul, Pengantar Studi Al-Qura’an, PRENAMEDIA GROUP, Jakarta, 19

April 2013.

Wahid, Sa’ad Abdul, Penghimpunan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar,

http://www.islamaktual.net/2015/09/penghimpunan-al-quran-pada-masa-

abu.html?m=1

https://iiq-annur.ac.id/blog/blog/kodifikasi-al-quran-pada-masa-khalifah-abu-bakar-as-

shiddiq/

Anda mungkin juga menyukai