Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG

KODIFIKASI AL-QUR’AN

DOSEN PENGAMPU:

Dr Bahar Setiawan ST.H.I d

DISUSUN OLEH:

1. Sinta Amilia Asfarina 2210911036


2. Nofal Aldika 2210911006
3. Humairoh Firdaus
2210911033
4. Moh nur akbar hafizul ilmi
2210911034

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

2.1 Sejarah kodifikasi Al-qur’an...........................................................

2.2 Proses perkembangan bacaan dan simbo-simbol dalam Al-qur’an

BAB III PENUTUP.........................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-qur’an adalah kitab petunjuk dan anugrah yang termulia untuk kebaikan alam semesta.
Pada abad permulaan kebangkitan umat Islam, satu-satunya kekuatan yang dimiliki
pemeluknya adalah al-qura’an dan sunnah Nabi. Sehingga pada masa itu Islam
menampakkan satu kekuatan lahir batin yang menggerakkan pemeluknya memiliki suatu
kematangan intelektual dan tingkat penghayatan spiritual yang tinggi. Dan merupakan
mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu dan pngetahuan semakin tampak
vadilitas kemukjizatnya. Allah menurunkan syari’at Al-qu’ran kepada baginda nabi besar
muhammad SAW, agar kita dapat memperbaiki akidah , ibadah , maupun muamalah umat
muslim .meluasnya persoalan perbedaan qiraat di tengah masyarakat islam pada waktu
itu.jam’ul Al-quran atau kodifikasi Al-quran di dalam kajian ulumul qur’an merujuk dalam 2
hal pengertian ,satu pada hafalan di luar kepala dan ingatan. Yang kedua pada penulisan
alquran huruf demi huruf,kata demi kata , ayat demi ayat .

1.2 Rumusan Masalah


Kodifikasi Al-qur’an.

1.3 Tujuan Masalah

Mengetahui mengenai kodifikasi Al-qur’an dari zaman Nabi hingga masa khulafaur
rasyiddin.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN

Dalam pandangan Muslim, Al-qur’an adalah petunjuk manusia yang menempatkan


prinsip-prinsip dasar dalam semua masalah kehidupan manusia. Al-qur’an mengenalkan dirinya
pada berbagai karakteristik dan atribut, salah satunya adalah buku itu yang keasliannya dijamin
dan dipupuk oleh Tuhan. Dia dibaca oleh umat Islam dari masa lalu sampai sekarang . Meski
begitu, Mushaf Al-qur’an yang ada ditangan kita sampai sekarang sudah melalui perjalanan
panjang yang berkelok selama lebih dari 1400 tahun yang memiliki latar sejarah yang panjang.

Kodifikasi Al-quran adalah penulisan ayat-ayat yang diturunkan satu ayat atau beberapa
ayat , nabi muhammad SAW menyuruh langsung para sahabat-sahabatnya untuk menghafal dan
menulisnya dihadapan nabi muhammad SAW.Beliau mengejanya kepada para penulis wahyu
menulisnya di dalam lembran-lembaran yang terbuat dari kulit,daun,tulang belulang yang
pipih,pelepah kurma,dan batu-batu tipis.

Terkait lembaran-lembaran firman Allah SWT :

‫إن نحن نزلنا الذكرى وإن لھ لحافظون‬

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur`an dan sesungguhnya Kami


benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr [15]:9)

Pada saat itu rasulullah SAW ridha dengan Al-qur’an sebagai Mukjizat terbesar untuk
berhijrah kepada orang-orang arab maupun orang-orang di seluruh dunia. Pada saat rasulullah
SAW wafat secara keseluruhan Al-qur’an telah tertulis di dalam lembaran-lembaran,tulang
belulang, pelupah kurma. Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa dalam sejarah penulisan Al-
Qur’an terdapat empat periode atau fase yaitu: pada fase nabi muhammad SAW,fase Abu bakar ,
fase umar bin khatab ,fase ustman bin affan .

Kodifikasi Al-qur’an di zaman Nabi:

a. Fase nabi Muhammad SAW

4
Al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat atau berupa
sebuah surat yang pendek secara lengkap. Penyampaian Al-qur’an secara keseluruhan
memakan waktu kurang lebih 23 tahun, yakni 13 tahun waktu Nabi Muhamad SAW
masih tinggal di Mekkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu Rasulullah SAW sesudah
hijrah ke Madinah. Di masa Rasulullah SAW setiap wahyu yang turun satu ayat atau
lebih, bagian-bagian wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW pada faktanya,
dipelihara dari kemusnahan dengan dua cara utama:
a. Menyimpannya ke dalam dada manusia atau menghafalkannya.
b. Merekamnya dengan menulis di atas macam jenis bahan untuk menulis seperti
(pelepah korma, tulang belulang, dan lain-lain). Jadi, ketika para ulama berbicara tentang
jam‟ Al-Qur’ān pada masa Nabi SAW, maka yang dimaksudkan dengan ungkapan ini
adalah pengumpulan wahyu yang diterima oleh Nabi SAW melalui kedua cara tersebut,
baik sebagian atau seluruhnya.
Manna Al-qattan lebih memperjelas bahwa Rasulullah telah mengangkat beberapa
sekretaris pencatat wahyu dari kalangan sahabat agung seperti, Ali, Mu’awiyah, Ubay bin
ka’b, Zaid bin sabit. Nabi senantiasa memerintahkan penulisan ayat yang sedang
diturunkan dan memberikan petunjuk letaknya dalam surat, sehingga penulisan ayat
terwujud dalam bentuk catatan dan terhimpun dalam ingatan. Untuk menghindari
kerancuan akibat bercampur aduknya ayat-ayat Al-qur’an dengan lainnya, misalnya
hadits Rasulullah, maka Beliau tidak membenarkan seseorang sahabat menulis apapun
kecuali Al-qur’an. Hal ini bisa dilihat dari hadits riwayat Muslim dari Abi Sa’id Al-
khudriy yang berbunyi “ Janganlah kalian tulis dariku sesuatu kecuali Al-qur’an. Barang
siapa yangtelah menulis selain Al-qur’an supaya menghapusnya”. Hal ini bisa disimak
pada hadits riwayat Imam Ahmad yang dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-
Hakim, dari Abdullah bin Abbas, dari Utsman bin Affan. Seringkali suatu surat belum
selesai diturunkan semua ayat-ayatnya telah disusuli pula oleh surat-syrat lainnya,
sehingga apabila turun, Rasulullah menunjukkan letak ayat itu. Apabila suatu surat telah
lengkap diturunkan semua ayat-ayatnya Rasulullah lau memberikan nama untuk surat itu,
dan untuk memisahkan antara suatu surat dengan surat sebelumnyaRasulullah menyuruh
letakkan lafadz basmalah pada awal masing-masing.

5
Telah diceritakan bahwa Jibril As turun membawa satu atau beberapa ayat kepada
Nabi SAW Ia berkata kepada Rasul “Hai Muhamad Allah SWT memerintahkan kepada-
Mu supaya kamu meletakkan ayat ini pada permulaan ini dari sudut ini.” Disamping itu
Rasulullah memerintahkan kepada umat muslim untuk memberantas buta huruf Al-
qur’an dengan cara, memberi penghormatan dan penghargaan yang tinggi untuk orag-
orang yang pandai menulis dan membaca Al-qur’an, dan setiap kali ayat-ayat turun
Rasulullah menyampaikan kepada sahabat dan menyuruhnya untuk menghafalnya.

b. Fase Abu Bakar As-shidiq RA


Setelah Rasulullah SAW selesai menyampaikan risalah, mengemban amanah,
serta membimbing keberagaman umat dan wafat pada 11 H atau sekira 632 M,
kepemimpinan beralih kepada sahabat Abu Bakar As-shidiq. Pada masa kekhalifahan
Abu Bakar, terjadilah pertempuran dikalangan umat muslim yamg di sebabkan oleh
orang-orang murtad yang dipimpin oleh Musailamah Al-kazzab yaitu keturunn dari bani
hanifah yang lahir di Yamamah dengan nama asli Maslamah bin Habib. Dia pun sempat
mengaku sebagai nabi pada zaman kenabian Rasulullah SAW dan menyebarkan kepada
jazirah arab. Banyak qori’ yang telah tewas, mereka semua merupakan penghafal Al-
qur’an. Umar cemas jika bertambah lagi kemataian itu, maka beberapa bagian dari Al-
qur’an akan musnah. Karena itu ia menasehati Abu Bakar agar mengumpulkan Al-
qur’an.
Dalam penyalinan Kembali Al-qur’an Abu Bakar menetapkan dua pedoman.
Pertama, penulisan berdasarkan kepada sumber yang pernah ditulis pada masa
Rasulullah. Kedua, penulisan berdasarkan sumber hafalan para sahabat penghafal Al-
qur’an. Pekerjaan ini dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun yaitu pada tahun ke-13
hijriah dibawah pengawasan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan para tokoh
sahabat lainnya.

c. Fase Usmant bin Affan


Diwaktu pembukuan Al-qur’an pada masa Usman bin Affan yang dicatat oleh
umat islam. Informasi ini dapat ditemukan dalam kitab hadis dan buku yang membahas

6
tentang sejarah Al-qur’an. Ditahun 30 hijjriyah Huzaifah bin Al-yaman dan Said bin al-
ash pulang ke Madinah. Didalam perjalanannya menuju Madinah dia mengakatan” dalam
beberapa perjalanan yang aku lakukan, aku melihat ada masalah besar yang tengah
menimpa umat isam, bila hal ini tidak di tanggapi maka akan terjadi perselisihan
dikalangan umat islam tentang Al-qur’an dalam ke khawatirannya yang sangat tinggi
disaat Huzaifah tiba ke Madinah melaporkan tentang yang diamatinya selama
perjalanannya dari azzarbaijan kepada khalifah Usman bin Affan.
Pengumpulan Al-qur’an dimasa Usman dilakukan oleh suatu komisi yang terdiri
dari empat orang yaitu, Zaid bin Sabit, Abdullah bin al-Zubair, Sa’id bin As, dan Abdul
al-Rahman. Zaid yang merupakan ketua komisi pengumpulan merupakan seorang anshar
yang waktu mudanya aktif sebagai sekretaris Nabi dan mencatat wahyu-wahyu Al-
qur’an. Telah dikemukakan bahwa setelah kodifikasi Al-qur’an, sejumlah Salinan mushaf
dikirim ke berbagai kota metropolitan Islam.

d. Fase Umar bin Khattab

Tidaka ada perkembanga yang signifikan terkait dengan kodifikasi Al-qur’an


yang dilakukan oleh khalifah ini selain melanjutkan apa yang dicapai oleh khalifah pertama yaitu
mengemban misi untuk menyebarkan islam untuk mensosialisasikan sumber utama ajarannya
yaitu Al-qur’an pada wilayah-wilayah daulah Islamiyah baru yang berhasil dikuasi dengan
mengirim para sahabat yang kredibilitas serta kapasitas ke Al-qur’annya bisa dipertanggung
jawabkan diantaranya adalah Muadz bin Jabal dan Abu Darda.

2.2 Proses perkembangan bacaan dan simbol-simbol dalam Al-qur’an

A. Perkembangan bacaan dalam Al-qur’an

Teori yang berkembang luas dikalangan sarjana muslim bahwa bangsa arab
adalah bangsa yang mayoritasnya buta aksara dan bodoh, sebagaimana lazimnya ditunjukkan
dengan ungkapan jahiliyah.

Semua suku arab menjadikan bahasa Quraisy sebagai bahasa induk bagi bahasa-
bahasa mereka kerena adanya karakteristik-karakteristik tersebut. Dengan demikian wajarlah jika
al Quran diturunkan dengan logat Quraisy kepada Rasul, yang Quraisy pula untuk

7
mempersatukan bangsa arab dan mewujudkan mukjizat Qur’an ketika meraka gagal
mendatangkan satu surah seperti al Qur’an.

Bangsa arab yang mendiami daerah hijaz baru mengenal huruf sekitar satu abad
sebelum datangnya Islam. Hal ini terjadi karena pergaulan hidup mereka yang senantiasa berada
dalam permusuhan dan peperangan, sehingga tidak ada kesempatan untuk memperhatikan dan
mengembangkan kebudayaan yang konstruktif dan membawa kemajuan. Berbeda dengan
rumpun- rumpun bangsa arab lainya bani Himyar di Yaman atau Bani Ambath di Arab Utara
yang sejak lama menggunakan huruf. Terlebih bangsa-bangsa yang lebih maju peradabannya,
seperti Persia dan Romawi.

Ada tujuh huruf yang digunan untuk membaca bacaan arab pada zaman dahulu. Dan
riwaayatkan dari hadist Muslim.Yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam ucapan
yang sama dalam maknanya sekalipun berbeda lafal (catatannya) seperti: imdhzi, ta’alla,
hallumma, asri’, ‘anjjil, shir, pemahaman yang seperti inilan yang dipilih oleh muhammd ibn
jariri at-thabari dalam pendahuluan tafsirnya.

Ibn Abdil Barr berkata: " Ibn Wahhab dalam At-Targhib mengatakan: Ditanyakan
kepada Malik: Apakah anda sependapat dengan bacaan Umar bin Khottab "Famdhu ila
dzikrillah" ? Ia menjawab: Boleh saja, sebab Rosulullah SAW. Pernah bersabda bahwa Al-Quran
diturunkan dengan "tujuh huruf", bacalah mana yang kau anggap mudah"[30]

Hadist- hadist yang berkenaan dengan hal itu amat banyak jumlahnya dan sebagian
besar telah diselidiki oleh Ibn Jarir didalam pengantar tafsirnya.As-Suyuti menyebutkan bahwa
hadist-hadist tersebut diriwayatkan dari dua puluh orang sahabat. Abu ‘Ubaid al-Qasim bin
Salam menetapkan kemutawatiran hadis mengenai turunnya Qur’an dengan tujuh huruf.

B. Perkembangan simbol-simbol dalam Ai-qur’an

Para penulis menulis ayat-ayat pada pelepah, batu dan sobekan kain, dan kadang-
kadang diatas sutera dan potongan kulit atau tulang, yang biasa dilakukan orang-orang arab pada
waktu itu. Semua itu merala beri nama suhuf. Suhuf suhuf itu ditulis dan disimpan di rumah
Rasulullah. Dalam mempermudah untuk menghafal maka yang digunakan dalam tulisan Qur’an
dengan menggunakan Syakal dan I’jam.

8
Pertama, titik yang membedakan antara satu huruf dengan huruf lainnya misal, titik pada
huruf-huruf: ‫ي؛ ب؛ ت؛ ن؛ ث؛‬ . kita bisa tahu bedanya, karena titik. Titik-titik ini baru dibubuhkan
pada huruf arab di zaman tabiin. Sementara huruf-huruf sebelum masa itu, semuanya ditulis
tanpa titik.

Kedua, (tidak ada dalam mushaf Utsmani) Harakat dan tanwin.Kemudian Khalil bin Ahmad
al-Farahidi mengembangkan hal itu, dimana beliau membuat beberapa harakat yang diambil dari
huruf. 

Ketiga, hamzah, tasydid, raum, dan isymam. Pertama kali yang meletakkannya adalah Khalil
bin Ahmad al-Farahidi.

Keempat, tanda-tanda tajwid, tanda washal, atau waqaf.Semua ini tidak ada dalam naskah
mushaf Utsmani.Baru dibubuhkan dalam al-Quran setelah adanya ilmu tajwid.

9
BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Pada zaman Rasulullah,bahwa semua alquran itu sudah di tuliskan dan sudah tersusun
berdasarkan petunjuk rasullullah ,namun surat suratnya belum tersusun ,dan tulisan tulisannya
belum terhimpun dalam satu kesatuan yang terdiri dari benda benda yang beragam , di masa abu
bakar ini bahwa al quran terkempuldalam satu mushaf yang berbentuk lembaran lembaran yang
beragam dan yata ayat nya tersusun sesuai yang ditunjukkan rasullullah ,pada masa usman bin
affan adalah menyeragamkan bacaan alquran dengan menyeragamkan penulisanya kemudian
membukukannya dengan menyalinehingga menjadikan Kembali ayat alquran yang sudah ditulis
pada masa abu bakar sehingga menjadi mushaf yang lebih sempurna yang dijadikan sebagai
sumber bacaan dan pedoman bagi kaum muslimin.lalu di sebarkan secara luas

10
DAFTAR PUSTAKA

Sholikhah, Lavinatus, and Linda Rosyidah. "Sejarah Kodifikasi al-Qur’an Mushaf


Uthmani." Ta’wiluna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an, Tafsir dan Pemikiran Islam 1.2 (2020): 64-82.

Effendi, Rustam, and Muhammad Tuwah. "KODIFIKASI AL-QUR’AN."

Arminsyah, Arminsyah. "KODIFIKASI AL-QUR’AN (Gagasan dan Tantangan Dasar-dasar


Teori Pendidikan dan Hukum Islam)." At-Tazakki: Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan Islam dan
Humaniora 4.1 (2021): 25-38.

Zaeni, Ahmad. "Melacak Sejarah Kodifikasi Al-Quran." AL-MUFASSIR 3.2 (2021): 27-39.

Khaeroni, C. (2017). SEJARAH AL-QUR’AN (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang
Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an). HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 5(2),
195-206.

Munir, M. (2021). Metode Pengumpulan Al-Qur’an. Jurnal Kariman, 9(1), 143-160.

Muhammad, Muzakkir. "Analisis Sejarah Jam’u Al-Qur’an." Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-


Qur'an dan Tafsir 5.1 (2020): 1-12.

11

Anda mungkin juga menyukai