Disusun Oleh:
Dosen pengampu:
FAKULTAS TARBIYAH
2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANAR
DAFAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
a. Definisi alquran
b. Kodifikasi alquran
A, kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SAW yang berlaku hingga akhir zaman kelak. Kemukjizatannya tidak dapat dipastikan
sampai dimana, dari mulai susunan kalimat, bahasa, jumlah huruf, susunan kata, kandungan,
dan seterusnya. Kemukjizatannya ada yang sudah diketahui, dan banyak yang belum
keajaiban yang ada dalam Al-Quran. Seluruh kebutuhan manusia, seluruhnya terdapat dalam
AlQuran. Segala problematika yang dihadapi manusia, solusinya sudah dipecahkan dalam Al-
Quran. Al-Quran akan menuntut siapa saja yang komitmen mengikutinya menuju kehidupan
yang lebih bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi bagi masyarakat Muslim.
Mereka tidak akan pernah bisa terlepas dari Al Quran. Sama sekali tidak akan pernah bisa.
Bahkan jika sekiranya sebentar lagi berpisah dari Al-Quran, terasa ada sesuatu yang tidak
lengkap dalam kehidupan. Itulah Al-Quran. Undang-undang kehidupan pun terdapat dalam
Al-Quran.Al-Quran lah yang mengarahkan manusia menuju kebaikan dan mencegah manusia
dari segala sesuatu yang membahayakan serta merugikan. Tentu saja dengan penjelasan dan
kaidah yang sudah ditetapkan Rasulullah SAW. Maka tidak mungkin bagi seorang Muslim
yang hendak menjalankan keislamannya secara lebih sempurna kecuali dengan kehadiran Al-
Quran dan As-Sunnah. Oleh sebab itu tidak heran jika keberadaannya cepat berkembang di
suatu komunitas Muslim. Termasuk di Indonesia. Tafsir di Indonesia inilah yang akan
C. Tujuan
A. Definisi al-Qur'an
Setiap penganut agama di dunia ini mempunyai suatu kitab yang dianggap suci yang
dijadikan pedoman hidup dan dasar hukum dalam beragama. Kita umat Islam oleh Allah swt.
diberi kitab suci al-Qur'an al Karim yang di turunkan melalui perantara malaikat jibril kepada
Al-Qur'an adalah kalam Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
diawali dengan surah al Fatihah dan diakhiri dengan surah al- Naas. Al-Qur'an secara bahasa
berarti bacaan, terambil dari akar kata qara'a artinya membaca, diakhiri dengan huruf alif dan
nun mengikuti wazan (falanun) atau (fu'lanun) yang memiliki makna" paling sempurna : atau
sesempurna sempurna "sehingga al- Qur'an berarti bacaan yang paling sempurna atau
Di dalam kitab Mabahis Fi Uluum al-Qur'an karya ilmiah Syaikh Manna' Khalil al-
وتحدى به العرب فعجزوا,ان القرآن الكريم كالم هللا أوحى به إلى رسول هللا بلفظه
فهو, واليزال التحدي به قائما, أو بسورة من مثله, أو بعشر سور مثله,عن أن يأتوا بمثله
Artinya :"Sungguh al- Qu'ran al-Karüm adalah firman Allah. yang diwahyukan kepada
Rasulullah melalui lafadznya, dan Rasulullah pun mempersatukan bangsa Arab dengan al-Qur'an
tersebut sehingga mereka (bangsa Arab) pun tidak sanggup mendatangkan kalam yang
semacamnya atau sepuluh surat yang seperti, atau satu surat sekalipun. Dan tidak henti hentinya
persatuan itu tegak berdiri dengan sebab al-Qur'anul Kariim, oleh karena itu al Qur'an menjadi
Di dalam kitab Al-Tibyan fi uluum al-Qur'an karya Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni
(pengajar kajian tafsir di Universitas Ummul Quro, Mekkah) (lihat hal 10) ta'rif/ definisi al-
Qur'an ialah Kalam Allah yang berbentuk mu'jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Sang Penutup para Nabi dan Rasul melalui perantara Jibril alaihissalam yang ditulis di berbagai
mushaf, yang sampai kepada kita secara mutawatir, yang dihitung ibadah membacanya, yang
Definisi Alquran seperti ini adalah definisi yang telah disepakati oleh ulama dan ahli
usul.
B. PENGKODIFIKASIAN AL-QUR’AN
Kodifikasi Alquran atau pengumpulan Alquran dibagi menjadi dua masa yaitu masa Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan masa Khulafaur Rasyidin. Setiap masa atau fase ada
Secara etimologi lafadz Al jamu seringkali dimaknai al hifdzu yang artinya menghafal atau
Al istidzhar min suduri Rijal yang artinya menampakkan sesuatu yang berada di hati seseorang.
Juga bisa dimaknai Al kitabah atau at tasjil yang artinya menulis atau mencatat.
Metode pengumpulan al-qur’an pada masa nabi, amat menyukai wahyu, ia senantiasa
menunggu penurunan wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal dan memahaminya, persis
pada bulan Ramadhan ketika beliau ditemui oleh Jibril. Beliau ditemui pada malam bulan
Ramadhan.1
Tulisan al-qur’an pada masa nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf. Biasanya yang
ada di tangan seorang sahabat misalnya, belum tentu dimiliki orang lain. Menurut para
ulama diantara sahabat yang menghafal seluruh isi al-qur’an , ketika nabi masih hidup
adalah Ali Bin Abi Thalib, Muadz Bin Jabal, Ubai Bin Ka’ab, Zaid Bin Tsabit, Abdullah
Bin Mas’ud. Mereka juga menyebut Zaid Bin Tsabit adalah orang yang terakhir kali
Az-Zarkasi berkata, “ Al-Qura’an tidak dituliskan dalam satu mushaf pada Zaman
nabi agar ia tidak berubah dalam setiap waktu. Oleh sebab itu, penulisannya dilakukan
Dengan pengertian inilah ditafsirkan apa yang diriwayatkan dari Zaid Bin Stabit
yang mengatakan “Rasulullah telah wafat, sedang al-qur’an belum sama sekali
dalam satu mushaf. Al-khattabi berkata “Rasulullah tidak mengumpulkan Al-qur’an dalam
satu mushaf itu karena senantiasa menunggu ayat yang menghapus terhadap sebagihan
hukum-hukum bacaannya”.
1
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Pustaka Al-Kautsar, 2018), 151.
2
Al-Qaththan, 152.
Di dalam kitab Tibyan fi ulumil Quran di jelaskan bahwa Pada masa Baginda Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam pengumpulan Alquran terdapat dua metode yang
terlaksana bersamaan
hafalannya
2. Pengumpulan Alquran fi shuthur dengan cara menulis Alquran dan mengukir Alquran
Sayyidina Abu Bakar menjabat sebagai Khalifah pertama dalam islam sesudah Rasul
sejumlah orang arab. Peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H melibatkan
sejumlah besar sahabat penghafal Al-Qur’an. Dalam peristiwa tersebut melibatkan tujuh
puluh qari’ dari sahabat gugur. Umar bin Al-Khattab merasa sangat khawatir melihat
kenyataan ini, lalu ia meghadap Abu Bakar dan mengajukan usul kepadanya agar
Disisi lain, Umar merasa khawatir juga kalau peperanga terjadi ditempat-tempat lain
akan membunuh banyak Qari’ pula sehingga Al-Qur’an akan hilang dan musnah. Akan
tetapi, Abu Bakar menolak usulan ini dan keberatan melakukan apa yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah, namun Umar tetap membujuknya sehingga Allah membuka hati
Abu Bakar memrintahkan Zaid Bin Stabit, mengingat kedudukannya dalam maslah Qira’at,
hafalan, penulisan, pemahaman dan kecerdasan serta kehadirannya pada pembacaan yang
3
Al-Qaththan, 158.
terakhir kali. Pada mulanya Zaid menolak seperti halnya Abu Bakar sebelum itu. Keduanya
lalu bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid dapat menerima pendapat dengan lapang dada
Zaid Bin Stabit berkata “Abu Bakar memanggilku untuk menyampikan berita
mengenai korban perang yamamah. Ternyata umar sudah ada disana. Abu Bakar berkata
‘Umar telah datang kepadaku dan mengatakan, bahwa perang diyamamah telah menelan
banyak korban dari kalangan Qurra’ dan ia khawatir kalau terbunuhnya para Qurra’ itu juga
akan terjadi ditempat-tempat lain, sehingga sebagian besar Al-Qur’an akan musnah. Ia
Oleh karna itu, menjalankan sebuah kewajiban mereka sendiri lebih utama dari pada
melakukan sesuatu yang dapat membawa kepada tindakan kriminal dan bencana terhadap
Setelah Abu Bakar wafat, mushaf terjaga dengan sangat ketat di bawah tanggung
jawab langsung Umar ibn Khaththab sebagai khalifah kedua. Pada masa Khalifah Umar ibn
Kaththab, mushaf itu diperin tahkan untuk disalin kembali ke dalam lembaran (shahifah)
yang lebih6
pada masa Abu Bakar, mushaf Alquran tidak disusun menurut tertib turunnya ayat,
tetapi surah-surah itu disusun menurut urutan turun nya wahyu. Selain itu, di dalamnya tidak
lagi terdapat catatan-catatan tambahan sebagai tafsir dari beberapa ayat tertentu, seperti yang
4
Al-Qaththan, 159.
5
Al-Qaththan, 167.
6
ahmad izzan, ulumul quran (Bandung: Tafakkur, t.t.), 71.72
Sepeninggal Umar ibn Khathab, jabatan khalifah dipegang oleh Utsman bin 'Affan.
Pada masa pemerintahan khalifah ketiga ini, dunia Islam mengalami banyak kemajuan dan
perkembangan. Mengingat wilayah penyebaran Islam sudah sedemikian luas di luar Jazirah
Arab, kebutuhan umat untuk mengkaji Alquran pun semakin meningkat. Banyak penghapal
Alquran ditugaskan ke berbagai provinsi untuk menjadi imam, sekaligus ulama, bertugas
Umat Islam yang tersebar dalam wilayah yang sedemikian luas itu mendapat
pelajaran dan menerima bacaan Alquran (qira'at) dari setiap sahabat yang ditugaskan ke
daerah. Penduduk Syiria, misalnya, memperoleh pelajaran dan qira'at dari sahabat Ubay ibn
Ka'b. Penduduk Kufah berguru kepada sahabat Abdullah ibn Mas'ud. Penduduk Bashrah,
Irak, berguru kepada sahabat Abu Musa al-Asy'ari. Versi qira'at yang dimiliki dan diajarkan
oleh setiap sahabat yang ahli qira'at itu berlainan satu sama lain. Keadaan ini, tentu saja,
menimbulkan dampak negatif di kalangan kaum muslimin. Di antara mereka ada yang saling
membanggakan versi qira'atnya, dan merendahkan yang lain. Mereka mengklaim bahwa
versi qira'atnyalah yang paling baik dan benar. Situasi seperti ini mencemaskan Khalifah
Utsman ibn 'Affan. Karena itu, ia segera mengundang para sahabat penghafal Alquran untuk
memecahkan masalah tersebut. Akhirnya, dicapai kesepakatan bahwa mushaf yang ditulis
pada masa Abu Bakar harus disalin kembali menjadi beberapa mushaf. Lalu, mushaf-mushaf
tersebut dikirimkan ke berbagai kota atau daerah untuk menjadi rujukan utama kaum
Inisiatif Utsman ibn Affan untuk segera membukukan dan menggandakan Alquran
muncul setelah ada usulan dari Khuzaifah al-Yamani, sebagaimana termaksud dalam sebuah
hadis yang diriwayatkan Bukhari. Kemudian, Khalifah Utsman ibn 'Affan mengirim sepucuk
surat yang isinya meminta agar Hafshah mengirimkan mushaf yang disimpannya untuk
disalin kembali menjadi beberapa naskah. Setelah itu, Khalifah Utsman ibn 'Affan
Ciri-ciri mushaf Alquran yang ditulis pada masa Khalifah Utsman ibn 'Affan adalah
ayat-ayat Alquran yang tertulis di dalamnya berdasar kan riwayat mutawatir; surah-surah
dan ayat-ayatnya disusun dengan tertib sebagaimana mushaf yang disaksikan sekarang.
berkenaan dengan Alquran dapat dituntaskan. Perlu diketahui bahwa mushaf pada masa
masa Khalifah Utsman ibn 'Affan belum menggunakan tanda baca seperti titik dan simbol-
simbol bacaan lainnya. Bagi orang-orang awam dalam bahasa Arab, ketiadaan tanda baca itu
bacaan, apalagi kalau bacaan itu tidak benar, bisa membawa konsekuensi yang sangat fatal.
Pada perkemba ngan mushaf selanjutnya, ada berbagai upaya yang dilakukan ulama untuk
Ketika wilayah Islam sudah semakin luas dan menjangkau banyak daerah non-Arab, seperti
Turki, India, Persia, Afrika, dan Timur Jauh, kesulitan berkenaan dengan mushaf tanpa
tanda baca semakin terasa. Suatu ketika, seorang asing 'ajam (orang-orang non-Arab)
Perbedaan bacaan itu terjadi karena tidak adanya tanda baca. Ini memperlihatkan bahwa
perbedaan bacaan bisa menimbulkan perbe daan makna yang sangat besar, dan ini sangat
berbahaya bagi perjuangan kebenaran. Berangkat dari kenyataan ini, Khalifah Abdul Malik
ibn Marwan (685-705 M) al-Hajjaj ibn Yusuf as-Saqati untuk segera memberi tanda baca
(syakal) kepada Alquran. Tanda baca hasil karya al-Hajjaj ibn Yusuf as-Saqati ini kemudian
di standarkan penggunaannya. Dalam proses penyelesaian proyek besar ini, al-Hajjaj ibn
Yusuf as-Saqati dibantu Nashr ibn 'Ashim dan Yahya ibn Ma'mur, dua murid ulama tersohor
d. Perbedaan Mushaf masa Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina
Utsman
Jika bentuk mushaf hasil penulisan ketiga yang dilaksanakan oleh Khalifah Utsman ibn
'Affan itu dibandingkan dengan mushaf pada masa Nabi Saw., mushaf pada masa Abu
1. Pada masa Nabi Saw.. penulisan dilakukan ketika wahyu Alquran diturunkan dengan
menyusun urutan ayat-ayat dalam surat-surat tertentu sesuai dengan petunjuk Nabi Saw.
Ayat-ayat tersebut ditulis secara terpisah pada kepingan-kepingan tulang, pelepah daun
2. Pada masa Khalifah Abu Bakar, penulisan dilakukan untuk menghimpun dan menyalin
kembali catatan-catatan Alquran menjadi sebuah mushaf. Tertib surahnya menurut urutan
3. Pada masa Ursman ibn 'Affan dilakukan penggandaan mushaf yang ditulis pada masa Abu
Bakar. Tertib ayat dan surahnya seperti yang ada sekarang ini.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Definisi Alquran
Alquran merupakan mukjizat terbesar yang diberilkan kepada nabi Muhammad melai
perantara malaikat jibril sebagai pedoman dan tuntunan serta petunjuk bagi umat manusia, yang
2. Kodifikasi Alquran
B. Saran
Penulisan makalah ini tidak lepas dari kesalahan, maka sangat dibutuhkan krtik dan saran
Al-Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Pustaka Al-Kautsar, 2018.