Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pengumpulan Al-Qur’an (Jamul Qur’an) dan Urutan Surat serta Ayat

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen pengampu : Andi Luqmanul Qasim, LC., M.Pd.I.

Disusun Oleh :

1. Annisa Fitriani (33010190025)

2. Arif Budiman (

3. Maghfiroh (

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmatNya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini tanpa ada halangan suatu apapun. Sholawat serta salam
kami haturkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW, semoga kita semua
mendapat syafaatnya di yaumil qiyamah kelak.

Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an.
Tujuannya untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca dan untuk
menambah wawasan serta ilmu pengetahuan mengenai Jamul Qur’an serta Urutan Surat
dan Ayat dalam Al-Qur’an.

Telepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekeliruan dalam
pembuatan makalah ini. Tentunya kami juga mengharap kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Salatiga, 14 Oktober 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW


sebagai pedoman hidup bagi manusia khususnya bagi umat Islam. Al-Qur'an diturunkan
kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur berdasarkan kejadian dan menjawab
permasalahan tertentu. Pengumpulan dan penyusunan Al-Qur’an dalam bentuk seperti
saat ini, tidak terjadi dalam satu masa tetapi berlangsung selama empat belas abad lebih.
Dengan demikian, Al-Qur'an diturunkan secara terpisah dan tidak sekaligus.

Pada zaman Rasulullah SAW, pemeliharaan ayat-ayat Al-Qur’an dilakukan


melalui hafalan, baik oleh Rasulullah maupun oleh sahabat-sahabat beliau. Namun
kemudian Rasul memerintahkan para sahabat untuk menulisnya dengan tujuan untuk
memperkuat hafalan mereka.

Seiring perjalanan waktu dalam sejarah mulai diturunkannya Al-Qur’an hingga


wafatnya Rasulullah SAW sampai kepada periode Khulafa al-Rasyidin, masing-masing
periode memiliki cara dan metode dalam memelihara dan mengumpulkan Al-Qur’an.
Proses tersebut dikenal dengan isitilah Jamul Qur’an atau pengumpulan Al Qur’an. Al-
Qur’an memiliki keistimewaan sejarah yang luar biasa mulai penurunannya sampai
ketangan umat Islam. Akan tetapi masih banyak dari umat Islam tidak mengetahui
bagaimana proses sejarah pengumpulan Al-Qur’an dan urutan surat serta ayat dalam Al-
Qur’an. Oleh karenanya, dalam makalah kami akan membahas tentang Jamul Qur’an
serta Urutan surat dan ayat dalam Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Jam’ul Qur’an ?
2. Bagaimana proses Jamul Qur’an di setiap periodenya?
3. Bagaimana urutan surat serta ayat dalam Al-Qur’an?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai pengertian Ulumul Qur’an
2. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai Jamul Qur’an di setiap
periodenya.
3. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai urutan surat dalam Al
Qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jam’ul Qur’an


Kata Al-Jam'u berasal dari kata "Jama'a Yajma'u" yang berarti berkumpul.
Sedangkan untuk makna Alquran menurut bahasa, kata quran adalah qara'a yang artinya
membaca, Jam'ul Qur'an secara istilah berarti upaya untuk mengumpulkan Alquran
yang terpisah. 

Manna 'Al-Qattan membagi definisi Jamul Qur’an menjadi dua bagian yaitu :

1.      Pengumpulan dalam arti hifzuhu (menghafalnya dalam hati). Jumma’ul Qur’an
artinya huffazuhu (penghafal, orang yang menghafalkannya dalam hati). Inilah makna
yang dimaksudkan dalam firman Allah kepada Nabi, agar Nabi senantiasa
menggerakkan kedua bibir dan lidahnya untuk membaca Qur’an ketika Qur’an itu turun
kepadanya sebelum jibril selesai membacakannya, karena ingin menghafalnya:

 ‫ ثُ َّم إِ َّن‬ ,ُ‫ فَإ ِ َذا قَ َرأ ٰنَهُ فَٱتَّبِ ْع قُر َءانَه‬ ,ُ‫ إِ َّن َعلَينَا َجم َعهُ َوقُرأَنَه‬,‫َعج َل بِ ِه‬ َ َ‫اَل تُ َحرِّك بِ ِه لِ َسان‬
َ ‫ك لِت‬
)١٦-١٩:‫(القيامة‬  .ُ‫َعلَينَا بَيَانَه‬

Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena


hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya
atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (Al-Qiyamah :16-19)
         
2.      Pengumpulan dalam arti kitabatahu kullihi (penulisan Al-Qur’an semuanya) baik
dengan memisah-misahkan ayat-ayat dan surah-surahnya, atau menertibkan ayat-ayat
dan tiap surah ditulis dalam satu lembaran secara terpisah.1

1 Hafidz Abdurrahman, Ulumul Qur’an Praktis, (Bogor : Idea Pustaka, 2003) hlm. 82


B.     Proses Pengumpulan Al-Qur’an (Jamul Qur’an)
            Al-Qur’an dikumpulkan pada tiga periode, periode Rasulullah SAW, Abu Bakar
Ash Shidiq dan Ustman bin Affan yang masing-masing tahap pengumpulan ini
mempunyai keistimewaan tersendiri.
1.      Jamul Qur’an Periode Rasulullah
            Al-Qur’an sudah mulai dikumpulkan pada masa Rasulullah, bahkan sejak Al-
Qur’an diturunkan. Kedatangan wahyu memang sesuatu yang sangat dirinduan oleh
Nabi Muhammad SAW. Sehingga kerinduan Nabi Muhammad terhadap kedatangan
wahyu diekspresikan dalam bentuk hafalan dan tulisan. Oleh karena itu penulisan Al-
Qur’an pada masa Nabi ditempuh dengan dua cara:
a.       Pengumpulan Al-Qur’an Dalam Dada
      Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW . Beliau membacakannya
kepada manusia agar mereka dapat hafal dan melahirkannya (membacakannya). Usaha
keras Nabi SAW untuk menghafal Al-Qur’an terbukti setiap malam beliau membaca
Al-Qur’an dalam shalat sebagai ibadah membaca dan merenungkan maknanya.
Sehingga telapak beliau yang mulai itu pecah-pecah lantaran banyak berdiri
menjalankan perintah Allah,

َ‫رأَن‬LLُ‫ ِه َو َرتِّ ِل ٱلق‬L‫ أَو ِز ْد َعلَي‬ , ‫هُ قَلِياًل‬L‫فَهُ أَ ِو ٱنقُص ِمن‬L‫نِص‬  ,ً‫ قُ ِم ٱلَّي َل إِاَّل قَلِيال‬,‫ٰيأَيُّ َها ٱل ُم َّز ِّم ُل‬
)١-٤:‫تَرتِياًل (المزمل‬

Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sembahyang) di


malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (yaitu) Seperduanya atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan (Al-Muzzammil : 1-4)2
      Maka tidak heran jika Rasulullah SAW menjadi sayyidul huffaz. Hatinya yang mulia
itu penuh dengan Al-Qur’an. Beliau menjadi tempat bertanya bagi setiap kaum
muslimin yang kesulitan tentang al-Qur’an.

2 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Yogyakarta: Forum Kajian Budaya dan
Agama,  2001), hlm. 151.

4
b.      Pengumpulan Al-Qur’an Pada Tulisan
Keistimewaan kedua untuk Al-Qur’an adalah pengumpulan dan penulisannya
pada lembaran-lembaran. Rasulullah SAW mempunyai beberapa penulis wahyu.
Manakala turun ayat, segera beliau memerintahkan mereka untuk menulisnya, untuk
lebih berhati-hati dalam pembukuan pengukuhan serta pemeliharaan terhadap kitab
Allah.
      Para penulis adalah orang-orang pilihan diantara sahabat. Rasulullah SAW
memilih mereka yang telah terbukti ketakwaanya demi usaha yang demikian penting.
Diantara mereka adalah Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, Mu’awiyah
bin Abi Sufyan.3

2.      Jamul Qur’an Pada Periode Abu Bakar Ash-Shiddiq


      Pada dasarnya, seluruh Al-Qur’an sudah ditulis pada waktu Nabi masih ada. Hanya
saja, pada saat itu surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dengan terpencar-pencar. Dan
orang yang pertama kali menyusunnya dalam satu mushaf adalah Abu Bakar. Usaha
pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah Perang
Yamamah pada tahun 12 Hijriah. Peperangan yang bertujuan menumpas habis para
pemurtad yang juga para pengikut Musailamah Al-Kadzdzab itu ternyata telah
menjadikan 700 orang sahabat penghapal Al-Qur’an syahid. Khawatir akan semakin
hilangnya para penghapal Al-Qur’an, sehingga kelestarian Al-Qur’an juga ikut
terancam, Umar datang menemui khalifah pertama, Abu Bakar agar segera
menginstruksikan pengumpulan Al-Qur’an dari berbagai sumber, baik yang tersimpan
didalam hafalan maupun tulisan4
3. Jamul Qur’an Pada Masa Usman bin ‘affan
Penyebaran Islam bertambah luas, dan para Qurra‘ pun tersebar ke seluruh wilayah
hingga ke arah utara Jazirah Arab sampai Azerbaijan dan Armenia. Setiap wilayah

3 Ibid, hlm.153.
4
M Zuhdi, Pengantar Ulumul Quran, Cetakan 4, ( Surabaya: Karya Abditama,1997),hlm. 21

4
diutuslah seorang Qari. Maka bacaan al-Qur’an yang mereka bawakan berbeda-
beda. Ketika itu, orang yang mendengar bacaan al-Qur’an yang berbeda dengan bacaan
yang

ia gunakan menyalahkannya. Hal ini membuat Huzaifah bin al-Yaman resah dan
mengadukan hal tersebut kepada Utsman. Menanggapi hal tersebut, Utsman mengirim
utusan kepada Hafsah dan meminjam mushaf Abu Bakar. Kemudian Utsman
memanggil Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin “As, dan Abdurrahman bin
Haris bin Hisyam. Utsman memerintahkan agar apa yang diperselisihkan Zaid dengan
ketiga orang Quraisy itu ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Qur’an turun dalam logat
mereka.

Setelah mereka melakukan hal itu, Utsman mengembalikan mushaf kepada


Hafsah. Mushaf tersebutlah yang dikenal dengan mushaf Utsmani.
Al-Zarqani sendiri mencatat bahwa ciri-ciri mushaf yang disalin pada Khalifah
Usman adalah sebagai berikut:
a.    Ayat-ayat al-Qur’an yang tertulis di dalamnya seluruhnya berdasarkan
riwayat yang mutawir berasal dari Rasulullah.
b.    Tidak terdapat di dalamnya ayat-ayat al-Qur’an yang mansukh atau dinasakh
bacaannya.
c.    Susunan menurut urutan wahyu.5

C. Urutan Surat serta Ayat dalam Al-Qur’an

5 Ibid, hlm.23.
Urutan Surat serta Ayat dalam Al-Qur’an
Urutan Surat serta Ayat dalam Al-Qur’an
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jam’ul Qur’an adalah usaha penghimpunan dan pemeliharaan Al-Qur’an yang
meliputi penghafalan, serta penulisan ayat-ayat atau surat-surat Al-Qur’an.
Pengumpulan Al-Qur’an dilakukan dalam tiga periode. Periode Nabi, periode Abu
Bakar, dan periode Utsman.

Pada periode Nabi, Jamul Qur’an dilakukan melalui hafalan dan tulisan. Pada
periode Abu Bakar Jamul Qur’an terjadi karena banyaknya Huffaz yang wafat pada
perang Yamamah. Pengumpulan tersebut dilakukan oleh Zaid bin Tsabit atas usulan
dari Umar bin Khatab. Periode Utsman, Jamul Qur’an dilakukan karena adanya
perbedaan bacaan Al-Qur’an di berbagai wilayah. Proses pengumpulan tersebut
dilakukan oleh Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin As, dan Abdurrahman
bin Haris bin Hisyam. Mereka menyalinnya ke dalam beberapa Mushaf yang dikenal
dengan nama Mushaf Utsmani.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak ditemui kekurangan. Sehingga,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Agar
kedepannya dapat terus meningkat dalam pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Hafidz . 2003. Ulumul Qur’an Praktis. Bogor: Idea Pustaka

Adnan Amal Taufik. 2002.  Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. Yogyakarta: Forum


Kajian Budaya dan Agama

Zuhdi M. 1997. Pengantar Ulumul Quran. Surabaya: Karya Abditama

Anda mungkin juga menyukai