Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TADWIN AL-QURAN

Tugasini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Ulumul Al-Quran

Dengan Dosen Pembimbing Bapak Mukromin

Oleh:

Rubiyanti (061030018220312089)

Angga praditya (061030018220312089)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2013L

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

DAFTAR ISI
BAB I-PENDAHULUAN

1. Latar belakang

2. Tujuan penulisan

BAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian tadwin Al-Quran

2. Pengumpulan Al-Quran

1. Masa Rasulullah saw

2. Masa Khalafaur Rasyidin

3. Rasm Al-Quran

4. Penyempurnaan mushaf Al-Quran

BAB IIIPENUTUP

DAFTAR RUJUKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Al-Quran adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu
pengetahuan. Ia diturunkan Allah swt kepada rasulullah, Muhammad saw untuk mengeluarkan manusia
dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan yang lurus.

Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan Al-Quran dapat
menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Quran ditulis sejak Nabi masih hidup. Begitu wahyu turun
kepada Nabi, Nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara
hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan.
Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari khulafaur rasyidin, yaitu abu bakar shiddiq, quran
telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang ketiga, utsman bin affan,
quran telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah quran yang asli itu sampai saat ini masih ada.

2. Tujuan penulisan

Pada dasarnya tujuan penulisanmakalah Tadwin Al-Quran ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mendapatkan nilai
tambah mata kuliah ulumul quran. Adapun tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui apa definisi dari Al-Quran.

2. Mengetahui sejarah tadwin Al-Quran.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian tadwin Al-Quran

Secara bahasa, kata tadwin ( )bermakna ( ) artinya : mengikat yang terpisah dan
mengumpulkan yang terurai (dari tulisan-tulisan) pada suatu diwaan. dalam kamus al bisri, tadwin
merupakan bentuk masdar dari yang berarti menulis dan mencatat. sedangkan diwaan ()
adalah kumpulan kertas-kertas atau kitab (buku) yang biasanya dipakai untuk mencatat keperluan
tertentu.

Al-Quran merupakan risalah Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk pedoman
hidup manusia dan juga sebagai mukzijatnya serta sebagai bukti kerasulannya. Seperti dijelaskan dalam
surat al-furqan ayat pertama, sebagai berikut :

maha suci Allah yang telah menurunkan al furqaan (Al-Quran) kepada hamba-nya, agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam. (q.s. Al-furqan:1)

Dari ayat diatas sangat jelas tujuan diturunkanya Al-Quran sebagai petunjuk bagi semua Makhluk
ciptaan-Nya, termasuk manusia.

sedangkan tadwin Al-Quran, maknanya adalah penulisan ayat-ayat Al-Quran pada kumpulan
lembaran atau buku (kitab).

2. Pengumpulan Al-Quran
Mengutip Subhi As-shalih bahwa penghimpunan Al-Quran memiliki dua pengertian. Keduanya
disebutkan dalam nash. Dalam Al-Qiyamah ayat 17 Allah berfirman:

sesungguhnya atas tanggungan kamilah penghimpunannya (di dalam dadanya) dan (membuatmu
pandai) membacanya.

Kata menghimpunnya (jamahu) bermakna penghafalannya. Orang-orang yang hafal Al-Quran disebut
jummaaul quran atau huffadzul quran. Makna yang lain dari kata penghimpunan (jamahu) ialah
penulisan yakni penulisan seluruh ayat-ayat Al-Quran di dalam beberapa shahifah yang kemudian
disatukan sehingga menjadi suatu koleksi yang merangkum semua surah yang sebelumnya telah disusun
satu demi satu. Singkatnya, penulisan atau pencatatan pada shahif dan daun-daun yaitu memiliki dua
arti berupa penghafalan dan penulisan.

Kemudian Al-Quran sendiri dikumpulkan pada dua masa yaitu masa rasulullah dan masa khalafaur
rasyidin. Masing-masing tahap memiliki keistimewaan sendiri. Lebih rincinya ada pada pembahasan di
bawah ini.

1. Masa Rasulullah saw

a. Pengumpulan Al-Quran dalam dada (al jamu fis sudur)

Al-Quran diturunkan kepada Nabi yang ummiy. Maka Nabi hanya tercurahkan untuk menghafal dan
membacakannya kepada manusia agar mereka dapat hafal dan melahirkannya (membacakannya).Usaha
keras Nabi untuk mengahfal Al-Quran terbukti setiap malam beliau membaca Al-Quran dalam salat
sebagai ibadah membaca dan merenungkan maknanya. Maka tidak heran jika Rasul menjadi sayyid para
huffazh. Beliau menjadi tempat bertanya bagi setiap muslimin yang kesulitan tentang Al-Quran.

Demikian pula para sahabatberlomba-lomba membaca dan mempelajari Al-Quran. Mereka


mencurahkan segala kemampuan untuk membaca dan menghafalkannya kemudian mengajarkan
kepada isteri dan anak-anak mereka.

Rasul juga mengutus orang-orang tertentu untuk mengajar dan membacakan Al-Quran kepada
penduduk ke pelosok-pelosok,sehingga tidak terhitung jumlah huffazh.Sedangkan para sahabat yang
terkenal pandai mengajarkan bacaan Al-Quran ialah: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubai bin
Kaab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Masud, Abu Durba dan Abu Musa Al-asyari.

Allah telah menjaga Al-Quran dengan pertolongan-Nya dan memudahkan untuk dihafal. Allah
menjaganya dari kemungkinan perubahan dan pergantian di dalam dada. firman-nya:

sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar


memeliharanya. (al-hirjr: 9)

b. Pengumpulan Al-Quran pada tulisan (al jamu fis suthur)

Rasulullah saw mempunyai beberapa orang sekretaris wahyu. Setiap turun ayat Al-Quran beliau
memerintahkan kepada mereka menulisnya, untuk memperkuat catatan dan dokumentasi dalam kehati-
hatian beliau terhadap kitab Allah 'azza wa jalla, sehingga penulisan tesebut dapat melahirkan hafalan
dan memperkuat ingatan.

Mereka adalah sahabat yang dipilih oleh Rasul dari kalangan orang yang terbaik dan indah tulisannya
agar mereka dapat mengemban tugas yang mulia ini. Diantara mereka adalah Mu'awiyah bin Abi Sufyan,
Khulafaur rasyidin dan sahabat-sahabat lain. Imam bukhari dan muslim meriwayatkan dari anas r.a.
Bahwasanya ia berkata: "Al-Quran dikumpulkan pada masa rasul saw oleh 4 (empat) orang yang
kesemuanya dari kaum anshar; Ubay bin Ka'ab, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid. Anas
ditanya: "siapa ayah Zaid?" ia menjawab: "salah seorang pamanku".

Mereka menuliskan Al-Quran pada pelepah kurma, pohon, daun, kulit, tulang. Demikian karena alat
tulis sulit didapat di negeri Arab. Sehingga orang-orang Arab menulis dengan apa saja yang dapat
mereka pergunakan untuk menulis.Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.a., ia berkata:

kami di sisi rasulullah saw. Mengumpulkan Al-Quran dari kulit.

Maksudnya mengumpulkan Al-Quran dengan mengurutkan ayat-ayatnya sesuai dengan petunjuk


Rasulullah dan perintah dari Allah swt. Oleh karenanya para ulama bersepakat bahwa pengumpulan Al-
Quran adalah bersifat taufiqi.Telah diceritakan bahwa jibril turun membawa satu atau beberapa ayat
kepada Nabi saw. Ia berkata kepada beliau; hai Muhammad Allah swt. Memerintahkan kepadamu,
supaya kamu meletakkan ayat ini dari surat ini. Demikian pula rasulullah berkata kepada para sahabat:
letakkan ayat itu pada tempat ini.

2. Masa Khalafaur Rasyidin

a. Masa Abu Bakar Ash-shiddiq ra

Setelah Rasululloh wafat kekuasaan dipegang oleh Abu Bakar Ash-shiddiq ra. Pada masa
pemerintahannya Abu Bakar Ash-shiddiq ra banyak menghadapi malapetaka, berbagai kesulitan dan
problem yang rumit, diantaranya memerangi orang-orang yang murtad yang ada di kalangan orang
Islam dan memerangi pengikut Musailamah Al-kadzdzab. Peperangan yamamah adalah suatu
peperangan yang amat dahsyat yang pernah terjadi dimasa itu. 70 orang huffazh ternama mati syahid
dalam peperangan tersebut. Hal ini menimbulkan kecemasam bagi kaum muslimin. Umar merasa
prihatin melihat kejadian tersebut, ia lalu menemui Abu Bakar yang sedang dalam keadaan sedih dan
sakit. Umar mengajukan usul supaya mengumpulkan Al-Quran karena khawatir akan lenyap disebabkan
banyaknya khufazh yang gugur.

Awalnya Abu Bakar merasa ragu, setelah dijelaskan oleh Umar tentang nilai-nilai positifnya,akhirnya
Allah melapangkan dada Abu Bakar untuk melaksanakan tugas yang mulia tersebut. KemudianAbu Bakar
mengutus Zaid bin Tsabit agar segera menangani dan mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushhaf.
Mulanya Zaid pun merasa ragu, kemudian iapun dilapangkan Allah dadanya sebagaimana Allah
melapangkan dada Abu Bakar dan Umar.

Dengan penuh kehati-hatian Zaid menghimpun semua ayat Al-Quran. Cara Zaid menghimpun Al-Quran
untuk dapat diterima harus dibuktikan kebenarannya oleh dua kesaksian yaitu melalui hafalan dan
tulisan. Menurut Subhi As-shalih, Ibnu Hajar menafsirkan kalimat dua kesaksian yaitu sebagaimana yang
dikatakan Abu Bakar, Umar dan Zaid: dudukah kalian berdua di pintu masjid (nabawi). Setiap orang
yang datang kepada kalian membawa dua kesaksian mengenai sesuatu dari kitabullah hendaklah kalian
tulis. Akan tetapi jumhurul ulama berpendapat kesaksian tertulis harus dibawa oleh dua orang yang
adil (yakni orang saleh dan jujur). Di samping itu, masih harus ada lagi dua saksi lain yang adil dari
kalangan penghafal Al-Quran. As-sakhawi mengatakan dalam Jamalul-qurra yang dimaksud ialah dua
orang saksi itu menyatakan kesaksiannya masing-masing bahwa catatan ayat-ayat itu ditulis di hadapan
Rasulullah.

Pengumpulan selesai dalam satu tahun, menjelang wafatnya Abu Bakar ra. Hasilnya berada di tangan
Abu Bakar hingga wafat. Kemudian pindah ke tangan Umar. Setelah itu disimpan Hafsah binti Umar dan
bukan kepada Utsman bin Affan.

Menurut Syekh Muhammad Ali Ash-shabuni, kelebihan mushaf pada masa Abu Bakar diantaranya ialah:

1) penelitian yang sangat berhati-hati, detail, cermat dan sempurna.

2) yang ditulis pada mushaf hanya ayat yang sudah jelas tidak dinaskh bacaannya.

3) telah menjadi ijmak umat secara mutawatir bahwa yang tercatat itu adalah ayat-ayat Al-Quran

4) mushaf itu memiliki qiraah sabah yang dinuqil secara sahih.

b. Masa Utsman bin Affan r.a

Menurut Subhi As Shalih, Bukhari mengetengahkan hadis dengan isnadnya Ibnu Syihab bahwa Anas bin
Malik memberitahukan kepadanya: ketika pasukan Syam bersama pasukan Irak berperang membela
dakwah agama Islam di Armenia dan Adzerbeiszan, Hudzaifah bin Yaman datang mengutarakan
kekhawatirannya tentang perbedaan bacaan Al-Quran di kalangan muslimin. Utsman kemudian
mengirim sepucuk surat kepada Hafsah berisi permintaan mengirimkan mushaf untuk disalin menjadi
beberapa naskah. Lalu Hafsah mengirimkan mushaf tersebut. Kemudian Utsman memerintahkan Zaid
bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash dan Abdurrahman bin Al-harits bin Hisyam untuk bekerja
sama menyalinnya. Utsman berpesan kalau terjadi perbedaan antara kalian mengenai sesuatu tentang
Al-Quran maka tulislah menurut dialek quraisy karena Al-Quran diturunkan dengan bahasa mereka.
Setelah itu mushaf asli dikembalikan kepada Hafsah sedangkan naskah salinan dikirim ke berbagai
kawasan Islam. Bersamaan hal tersebut Utsman memerintahkan supaya semua catatan lain yang
bertebaran di kalangan muslimin segera dibakar.

3. Rasm Al-Quran

Rasm Al-Quran atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Quran yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
Rasimul quran dikenal juga dengan sebutan: rasm al-utsmani, dalam mushaf Al-imam, dan membakar
semua mushaf selain mushaf Al-imam.

Mushaf ditulis dengan kaidah-kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah-kaidah itu menjadi 6, yaitu:

1. Al-hadzf (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf).

2. Al-jiyadah (penambahan)

3. Al-hamzah, salah satu kaidahnya berbunyi bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulis
dengan huruf berharakat yang sebelumnya,

4. Badal (penggantian)

5. Washal dan fashl (penyambungan dan pemisahan)

6. Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Di dalam mushaf `utsmani, menulis kata semacam itu ditulis
dengan menghilangkan alif

4. Penyempurnaan mushaf Al-Quran

Salinan mushaf Utsman tidak bersyakal dan bertitik disebarkan ke berbagai negara penyebaran Islam.
Hal ini menimbulkan berbagai macam bacaan di berbagai daerah.Kemudian pada tahun 65 H, masa
kekhalifahan Abdul Malik muncul mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya perubahan nash-nash Al-
Quran. Maka difikirkanlah penciptaan tanda bacaan yang dapat mempermudah bacaanyang baik dan
benar. Ada beberapa sumber riwayat menyebut nama dua orang tokoh yaitu Ubaidillah bin Ziyad dan
Al-hajjaj bin Yusuf Ats-tsaqani.

DiriwayatkanUbaidillah bin Ziyad memberi perintah kepada orang berasal dari Persia untuk
menambahkan huruf alif pada dua ribu kata yang mestinya dibaca panjang. Diberitakan pula Al hajjaj bin
Yusuf memperbaiki penulisan Al-Quran pada sebelas tempat dan setelah diadakan perbaikan ternyata
bacaan menjadi jelas dan mudah dipahami maknanya.

Perbaikan bentuk penulisan ini terjadi berangsur-angsur hingga mencapai puncak keindahannya diakhir
abad ke-3 H. Ada yang mengatakan Abul Aswad Ad-duali orang yang pertama kali meletakkan kaidah
tata bahasa Arab atas perintah Ali bin Abi Thalib,pendapat lain mengatakan Yahya bin Yamar adalah
orang pertama yang meletakkan tanda baca titik-titik pada mushaf, hal ini karena ia melakukan hal
tersebut di kota Muruw. Mengenai Nashr bin Ashim Al-laitsi tidak mustahil kalau pekerjaannya dalam
meletakkan dasar tanda-tanda bacaan Al-Quran merupakan kelanjutan dari pekerjaan dua orang
gurunya yaitu Abul Aswad dan Ibnu Yamar.

Terlepas dari dari hal tersebut ternyata banyak rintangan yang menghalangi orang kearah perbaikan
penulisan mushaf. Sampai akhir abad ke-3 H para ulama masih berbeda mengenai hal tersebut. Akan
tetapi pada zaman berikutnnya, banyak muslimin yang menyukai penggunaan tanda baca titik dan syakl
pada penulisan mushaf dengan alasan menghindari terjadinya kesalahan dalam membaca Al-Quran.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan makalah yang ada di atas, dapat di simpulkan:

Tadwin Al-Quran adalah penulisan ayat-ayat Al-Quran pada kumpulan lembaran atau buku (kitab)

Pengumpulan Al-Quran terjadi dua periode, yaitu:

a. Masa Rasulullah di mana pengumpulan melakukan dua metode yang sering disebut pengumpulan
Al-Quran dalam dada dan pengumpulan dalam tulisan.

b. Masa khulafaur rasyiddin yaitu pada masa Abu Bakar dikarenakan banyaknya huffadzhul quran yang
meninggal dunia dalam perang yamamah. Kemudia pada masa kekhalifahan Utsman dikarenakan
banyaknya dialek dalam membaca Al-Quran.

Rasm Al-Quran atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Quran yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.

Salinan mushaf Utsman tidak bersyakal dan bertitik, menimbukan berbagai macam bacaan di berbagai
daerah penyebaran mushaf. Kemudian pada masa kekhalifahan Abdul Malik mulai difikirkan penciptaan
tanda baca untuk membantu dalammembacaagar baik dan benar.

2. Saran

Setelah kita mempelajari sejarah penulisan Al-Quran sudah sepatutnyakita bangga. Berkat usaha
pendahulu kita, kita tidak mengalami kesulitan dalam membaca dan mempelajari Al-Quran. Kita harus
mempertahankan apa yang telah mereka perjuangkan dan terus berusaha mempertahankan eksistensi
Al-Quran dengan selalu mempelajari isi dan hafalanya.

DAFTAR RUJUKAN

Http://afifulikhwan.blogspot.com/2012/06/studi-al-quran-pengumpulan-dan-rasm-al.html

Http://jorjoran.wordpress.com/2011/02/02/makalah-tadwin-al-hadits/

Http://ealah.blogspot.com/2008/04/upaya-sahabat-dalam-pengumpulan-mushaf.html

Http://id.wikipedia.org/wiki/kitab_Allah, wikipedia ensiklopedia bebas (kitab Allah),


Http://harismubarak.blogspot.com/2012/09/sejarah-pengumpulan-dan-pembukuan-al.html

Http://simba-corp.blogspot.com/2012/03/makalah-ulumul-quraan.html

Anda mungkin juga menyukai