Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR MAUDHU’IY SURAH AL-KAUTSAR

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Tafsir Maudhu’iy 2

Oleh:
Ellya Rachma Yunita ( E03217016 )
Eva Umatul Farihah ( E03217017 )

Dosen Pengajar:
Prof. Dr. H. M. Roem Rowi, MA

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020
A. Pengantar Umum Surah al-Kautsar ( nama, kategori, jumlah ayat urutan
surah, asbab nuzul )
Surah al-Kautsar merupakan surah ke 108 berdasarkan urutan mushaf dan
surah ke 15 berdasarkan urutan turunnya wahyu. Turun setelah surah al-‘Adiyat
dan sebelum surah at-Takatsur.1 Dinamakan al-Kautsar karena surah ini dimulai

dengan firman Allah swt kepada Nabi saw. ‫إِنَّا أَ ْعطَ ْينَاكَ ْال َكوْ ثَ َر‬ yakni kebaikan
yang baik di dunia maupun akhirat, di antaranya yaitu nikmat sungai al-Kautsar di
surga.
Dalam Alquran ditemukan setidaknya tiga surah yang memiliki tiga ayat,
yakni al-'Ashr, al-Kautsar, dan al-Nashr. Namun di antara ketiga surah tersebut,
jika dilihat dari segi jumlah hurufnya, maka yang paling sedikit adalah surah al-
Kautsar. Al-Kautsar menempati predikat surah terpendek di antara ketiga surah
tersebut sekaligus terpendek di antara seluruh surah di dalam Alquran.
Sebagaimana dikutip dalam kitab Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, surah
al-Kautsar merupakan surah yang terdiri dari tiga ayat, sepuluh kata, dan empat
puluh dua huruf.2
Ada perbedaan mengenai apakah surah ini termasuk golongan surah
Makkiyah atau Madaniyah. Menurut pendapat dari Ibnu Abbas, Al-Kalbi, dan
Aisyah binti Abu Bakr mengatakan bahwa surah ini termasuk dari golongan
Makkiyah. Pendapat ini didasari oleh ayat ketiga di mana Allah menyebutkan
bahwa orang-orang yang mencaci Nabi sebagai orang yang tidak mempunyai
keturunan justru mereka sendirilah yang termasuk golongan orang yang terputus,
dan cacian seperti itu terjad di masa Makkah.3
Sedangkan menurut Al-Hasan, Ikrimah, Mujahid, serta Qatadah
berpendapat mengenai surah al-Kautsar ini termasuk dari surah Madaniyah.
Pendapat ini didasari hadis riwayat Imam Muslim yang mengatakan bahwa
Rasulullah saw menceritakan dirinya baru saja menerima wahyu (al-Kautsar)

1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim “Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu”,(Bandung: Pustaka Hidayah,1999), 558
2
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1992), 660.
3
Ahmad Sarwat, Tafsir Surat Al-Kautsar, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2019), 10.
kepada Anas bin malik yang meriwayatkan hadis ini. Dan Anas pada saat itu baru
masuk Islam setelah Rasulullah hijrah ke Madinah. Dan dalam surah al-Kautsar
ini pada ayat kedua ada perintah dari Allah swt untuk menyembelih hewan
qurban. Pensyariatan untuk menyembelih hewan qurban baru terjadi di tahun
kedua hijriah pada saat Rasulullah hijrah.4
Ada beberapa riwayat mengenai asbabun nuzul surat al-Kautsar, salah
satunya yaitu diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ahmad sebuah hadis dari
Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan: “Pernah suatu ketika
Rasulullah saw. tidur ringan (seperti kantuk), kemudian beliau mengangkat
kepalanya sembari tersenyum. Lalu beliau ditanya oleh para sahabat: “Kenapa
anda tertawa, wahai baginda Rasul?” Maka Rasulullah saw. menjawab:
“Sesungguhnya barusan turun padaku wahyu yang membawa surat.” Kemudian
beliau membaca: "Bismillahirahmanirahim: "Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu nikmat yang banyak" sampai akhir surat. Lalu beliau
bertanya: "Tahukah kalian apa itu al-Kautsar? Mereka menjawab: "Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Dia adalah sungai yang
telah Allah anugerahkan kepadaku di dalam surga. Di dalamnya ada kebaikan
yang sangat banyak, yang akan didatangi oleh umatku kelak pada hari kiamat.
Bejana untuk minum darinya sebanyak bintang di langit. Akan ada seseorang
yang diusir di kalangan mereka. Maka aku berkata: "Wahai Rabbku,
sesungguhnya dia pengikutku! Dikatakan padaku: "Sesungguhnya engkau tidak
mengetahui apa yang mereka perbuat dari perkara baru (dalam agama)
setelahmu".
B. Keutamaan Surah al-Kautsar
Bisa dibilang bahwa fadhilah dan keutamaan surat al-Kautsar sebagaimana
kebanyakan ayat Al-Qur’an yang lain tidak disebutkan dalam hadis maupun
riwayat-riwayat lainnya. Namun dengan merujuk pada kata kautsar atau telaga
kautsar ini, maka bisa difahami mengenai fadhilah dan keutamaan surat al-
Kautsar ini, di antaranya:

4
Ibid, 11.
1. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa, “Barang siapa yang membaca
surat al-Kautsar maka Allah akan memberikannya minuman dan sungai al-
Kautsar dan setiap sungai di surga, dan menuliskan baginya sepuluh kebaikan
dengan hitungan setiap hewan kurban yang setiap hamba kurbankan pada hari
Raya Idul Adha dan barang siapa yang membacanya pada malam Jum’at
sebanyak 100 kali ia akan melihat Nabi Muhammad di tidurnya dengan
penglihatan matanya. Tidak ada manusia lain yang menyerupai Nabi kecuali
sebagaimana yang ia lihat.
2. Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa membaca surah al-Kautsar maka
orang tersebut di akhirat Allah kasih minum dari berbagai macam telaga yang
ada di surga.
3. Imam at-Tamimi berkata, “Siapa orang yang mendawamkan membaca surah
al-Kautsar, maka hati orang tersebut akan dilembutkan oleh Allah, dan dia
akan diberi ketetapan oleh Allah untuk bisa taat kepada-Nya.
4. Andaikan kita membaca surah al-Kautsar sebanyak 100 kali ketika turun
hujan lalu berdoa kepada Allah, kemudian memohon apa saja yang diinginkan
maka akan diijabah oleh Allah doa-doa tersebut dengan secepat mungkin.
C. Tema Sentral Surah al-kautsar / isi kandungan surah
Surah al-Kautsar berbicara mengenai tiga hal, yakni:5
1. Menjelaskan tentang karunia Allah swt. atas Nabi saw. dengan memberi
beliau banyak kebaikan di dunia maupun akhirat. Di antaranya adalah sungai
Kautsar kelak di surga.
2. Nabi saw dan umat beliau diperintahkan untuk senantiasa menunaikan salat
secara ikhlas serta melaksanakan penyembelihan hewan kurban sebagai wujud
rasa syukur kepada Allah swt.
3. Memberi kabar gembira kepada Rasulullah saw. bahwa akan datangnya
kemenangan dirinya atas musuh-musuh beliau. Para musuh Nabi akan merugi
dan terhinakan karena tidak akan pernah mendapatkan kebaikan di dunia dan
akhirat.

5
Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir: Aqidah, Syariah, dan Manhaj, terj. Abdul Hayyi Al-Kattani, jilid.15,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2013), 691-692.
D. Munasabah Surah al-Kautsar dengan Surah Lainnya
Surah al-Kautsar tersusun setelah surah al-Ma’un. Dan di antara keduanya
memiliki korelasi yang erat, di mana surah al-Ma’un yang membahas tentang
orang-orang munafik yang tidak percaya terhadap kebenaran agama Islam.
Dengan ciri-ciri mereka yaitu bersifat bakhil dan kikir, meninggalkan sholat,
berperilaku riya’, dan tidak pernah memberi pertolongan. Kemudian dalam surah
al-Kautsar menjelaskan tentang perintah untuk melaksanakan shalat yang
ditunjuk oleh kata fa shalli, perintah untuk ikhlas yang ditunjukkan lewat
lirabbika, dan anjuran untuk memberi santunan yang dipahami dari kata wanhar.6
Dalam Tafsir Maraghi juga dijelaskan tentang berbagai anugerah yang
dikaruniakan kepada Rasulullah saw., yakni berbagai kebaikan dan barakah.
Allah juga menganugerahkan perasaan suka shalat kepada Nabi Muhammad saw.,
di samping tidak pernah meninggalkan perintah. Allah juga menganugerahkan
perasaan ikhlas kepada Nabi dalam melaksanakan Shalat, dan mengeluarkan
shadaqah kepada kaum fakir miskin.7
Sehingga dapat disimpulkan dalam surah al-Ma’un dikemukakan sifat-
sifat manusia yang buruk, sedangkan dalam surah al-Kautsar ditunjukkan sifat-
sifat yang mulia yang diperintahkan oleh Allah swt.

E. Tafsir Mufrodat
Al-Kautsar adalah kata bentukan dari katsrah, yang berarti “banyak” dan mutlak
“tak terbatas”. Lafal ini mengisyaratkan kepada makna sesuatu yang merupakan
kebalikan dari apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh itu. “Sesungguhnya,
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak dan melimpah ruah, yang
tidak bisa dihalangi dan tidak ada putus-putusnya”. Apabila seseorang hendak
menelusuri nikmat yang banyak yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya ini

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim “Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu”, 565.
7
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, 440.
niscaya dia akan menemukannya kalau ia mau memperhatikan dan
merenungkannya.8
Al-Abtar itu berasal dari kata batara yang maknanya buntung atau terpotong. Bila
ada hewan terpotong ekornya, maka disebutlah hewan itu abtar. Kemudian
kiasannya disematkan pada laki-laki yang tidak punya keturunan laki-laki juga. Di
masa kenabian, menyebut orang dengan gelar abtar tentu merupakan penghinaan
kelas paling rendah.
Di dalam hadits disebutkan kata abtar ini, yaitu ketika Rasulullah Saw.
menyebutkan perkara yang tidak diawali dengan bismillah.

‫كل أمر ذي بال اليبدأ فيه باسم هللا فهو أبتر‬


“Segala perkara yang tidak diawali dengan bismillah maka terputus.”
Kata nahr (‫ )نحر‬dalam bahasa Arab secara umum berarti menyembelih hewan. Di
dalam ayat ini disebutkan dalam bentuk fi’il amr, yang aslinya inhar (‫ )انحر‬namun
ketambahan wawu athaf (‫ )و‬menjadi wanhar (‫)ونهر‬9

F. Sebab Turunnya Surah al-Kautsar


Terdapat beberapa riwayat tentang sebab turunnya surah ini, antara lain adalah
bahwa ketika putra Nabi Muhammad meninggal dunia, orang-orang musyrik
berkata: “Telah terputus keturunan Muhammad.” Perkataan tersebut membuat
Nabi sedih, maka diturunkanlah surah ini, sebagai bantahan terhadapan ucapan
kaum musyrik yang terdapat pada ayat pertama dan ketiga.10
Ketika Ka’ab bin Asyraf, seorang pembesar kaum Yahudi, datang ke kota
Mekkah kaum kafir Quraisy menyambutnya dengan penuh hormat. Orang orang
Quraisy berkata : “Tuan adalah pembesar orang Madinah. Bagaimanakah
pendapat tuan tentang Muhammad yang berpura-pura menjadi orang sabar yang
diisolasikan kaumnya. Ia beranggapan bahwa dirinya lebih mulia daripada kita
semua. Padahal kita selalu menyambut orang yang beribadah haji. Memberi
makan dan minum kepada mereka, dan kita pula yang menjaga dan memelihara

8
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Juz 30, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 360.
9
Ahmad Sarwat, Tafsir Tahlili Surat Al-Kutsar, (Jakarta:Rumah Fiqh Publishing, 2019), 24.
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim “Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu”, 566.
ka’bah”. Jawab Ka’ab bin Asyraf: “Kamu lebih mulia dari Muhammad”.
Mendengar kata-kata yang demikian Rasulullah gelisah resah, merasa susah.
Untuk menenangkan hati Rasulullah yang gundah gulana, maka Allah
menurunkan ayat-ayat yang terkandung dalam surah al-Kaustar. Yakni sebagai
bantahan terhadap ucapan Ka’ab bin Asyraf, sehingga beliau tidak merasa susah
lagi. Tetap tegap dan gembira penuh ceria dalam mengemban misi Islam. (HR.
Bazzar dari Ibnu Abbas).11
Ketika Rasulullah menerima wahyu dari Allah lewat malaikat Jibril, orang-
orang kafir mengatakan : “Putuslah hubungan kita dengan Muhammad!”.
Mendengar kata-kata orang-orang kafir ini Rasulullah sedikit gelisah. Maka
segera Allah menurunkan ayat-ayat yang terkandung dalam surah al-Kautsar,
yakni dimaksudkan untuk memberi kabar gembira dan menghibur hati Rasulullah
saw. (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al-Mushannaf. Dan diriwayatkan oleh
Ibnu Mundzir dari Ikrimah).12
Orang-orang kafir Quraisy mempunyai asumsi bahwa kematian anak laki-laki
adalah musibah. Yakni berarti terputus tali keturunan. Maka ketika Sayyid
Ibrahim putra Raslullah saw. meninggal, Al-‘Ash bin Wail menggmbar-
gemborkan suara bahwa Muhammad terputus keturunannya. Yang berarti tidak
ada lagi yang dapat meneruskan perjuangan Muhammad mendakwahkan agama
Islam. Sehubungan dengan itu, maka Allah swt menurunkan ayat-ayat dalam
surah al-Kautsar sebagai bantahan terhadap asumsi kaum kafir Quraisy tersebut.
Di samping sebagai berita gembira bagi Raulullah saw, agar tidak bersedih hati.
(HR. Ibnu Abi Hatim dari Suddi)13
Juga diriwayatkan hal senada oleh Imam Baihaqi dari Muhamad bin Ali
dalam kitab “Ad-Dalaail”, yang menyebutkan bahwa putera Rasulullah yang
meninggal saat itu adalah Sayyid Qasim).14

11
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 10, terj. Abdul Ghoffar, (Pustaka Imam Syafi’I, 2010),
375.
12
Imam As-Syuyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Quran, terj. Yasir Maqasid dkk,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), 615.
13
Ahmad Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an (Yogyakarta: Pesantren al-
Mahali, 1988), 956-957.
14
Jalaluddin As-Syuyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayta Al-Quran, terj. Tim Abdul Hayyie,
(Jakarta: Gema Insani, 2008), 644.
Tetapi juga ada riwayat lain yang tidak menerima ejekan terhadap Nabi
tentang ketiadaan keturunan beliau sebagai sebab turunnya surah al-Kautsar.
Riwayat tersebut menyatakan bahwa kaum musyrikin mengatakan bahwa Nabi
dan kaum Muslimin terputus dari kebajikan dan kebahagiaan hidup. Pada
kesimpulannya kaum musyrikin selalu menghina dan merendahkan Nabi
Muhammad saw. untuk menggoyahkan pendirian beliau dalam berdakwah. Hal
tersebut sangat menyakitkan dan menyusahkan hati beliau.
Sehingga diturunkanlah surah ini sebagai penguat dan mengusap hati Nabi
dengan kasih sayang dan keteduhan. dan juga untuk memperteguh jiwa orang-
orang yang masih lemah iman dan islamnya, dismaping sebagai atas muslihat
yang dilakukan kaum musyrikin, sehingga mereka mengerti bahwa Rasulullah
akan berdiri sebagai pemenang, dan para pengikut beliau adalah orang-orang yang
beruntung.15
G. Tafsir Surah al-kautsar
1. Hakikat Kenikmatan yang Banyak

‫ك ْال َكوْ ثَ َر‬


َ ‫إِنَّا أَ ْعطَ ْينَا‬
.Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar

Ayat pertama dalam surat al-Kautsar ini menjelaskan tentang sebuah


hakikat kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia. Apabila seseorang
hendak menelusuri nikmat yang banyak yang diberikan Allah kepada Nabi-
Nya ini niscaya ia akan menemukannya kalau ia mau memperhatikan dan
merenungkannya. Ia akan menjumpai nikmat itu pada nubuwwah “kenabian”
dalam berhubungan dengan kebenaran dan wujud yang besar, yakni wujud
yang tidak ada wujud selainnya di dalam hakikat. Nikmat itu akan ia jumpai
dalam Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Satu surah saja dari
Al-Qur’an sudah merupakan nikmat yang sangat banyak dan tak terhingga.
Juga merupakan sumber yang terus melimpah tanpa habis-habisnya.16

15
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, (Semarang: TOHA
PUTRA,1993), 442.
16
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Juz 30, 360.
Ia akan menjumpai nikmat itu di alam tertinggi yang memberi shalawat
kepada beliau. Juga di kalangan manusia di bumi yang memberi shalawat
kepada beliau, baik di bumi maupun di langit. Nikmat yang banyak itu pun
akan dijumpainya pada sunnah Allah yang membentang selama dunia
berputar dan di seluruh penjuru dunia, pada berjuta-juta orang yang mengikuti
beliau, dan mengenang beliau hingga hari kiamat.

2. Mensyukuri Nikmat dengan Salat dan Berkurban

‫ك َوا ْن َحر‬ َ َ‫ف‬


َ ِّ‫صلِّ لِ َرب‬
Maka berdoalah kepada Tuhanmu; dan berkurbanlah.

Setelah diberi penegasan tentang nikmat yang besar dan melimpah ruah,
yang jauh berbeda dengan apa yang dipersepsikan dan dikatakan oleh para
penipu dan pemakar itu, maka Rasulullah saw. diarahkan untuk
mensyukuri nikmat sebagai hak yang pertama. Yakni, hak keikhlasan dan
memurnikan ibadah hanya tertuju kepada Allah dengan menunaikan shalat
dan menyembelih kurban dengan ikhlas karena-Nya. “Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah”, tanpa menghiraukan
kemusyrikan orang-orang musyrik tanpa menyertai mereka di dalam
peribadatan atau di dalam menyebut nama selain Allah atas kurban-kurban
mereka.
Pengulangan isyarat untuk menyebut nama Allah saja di dalam berkurban
dan diharamkannya sembelihan untuk selain-Nya, serta diharamkannya
sembelihan yang tidak menyebut nama Allah atasnya, menunjukkan
betapa besarnya perhatian agama ini untuk membersihkan seluruh
kehidupan dari penyakit-penyakit syirik dan bekas-bekasnya, bukan cuma
membersihkan pandangan dan hati nurani saja. Maka, Islam adalah agama
kesatuan dengan seluruh makna bayang-bayangnya, sebagaimana ia
adalah agama tauhid yang tulus, murni dan jelas.
Karena itu, ia memberantas segala bentuk kemusyrikan dengan segala
simbolnya dan di semua tempatnya. Ia memberantasnya dengan keras dan
cermat, baik yang ada dalam hati maupun yang tampak dalam peribadatan,
ataupun yang merayap dalam tradisi kehidupan. Kehidupan merupakan
kesatuan antara yang lahir dan yang batin. Islam memperhatikannya secara
total, tidak memilah-milahnya. Ia membersihkannya dari noda-noda syirik
secara keseluruhan dan mengarahkan kehidupan ini untuk beribadah
kepada Allah dengan tulus, jelas dan indah. Hal ini sebagaimana kita lihat
dalam masalah penyembelihan kurban serta syiar ibadah dan tradisi
kehidupan lainnya.
3. Makna Kebencian yang Mengakibatan Keterputusan

‫إِ َّن َشانِئَكَ هُ َو األ ْبتَ ُر‬


Sesungguhnya pembencimu, dialah yang terputus.
Ayat pertama menetapkan bahwa Rasulullah saw. bukanlah orang
yang terputus dari nikmat Allah. bahkan, beliau adalah orang yang
mendapatkan nikmat yang sangat banyak. Dalam ayat ini,
dikembalikanlah tipu daya para pembuat tipu daya itu kepada diri mereka
sendiri. Allah menegaskan bahwa yang terputus itu bukan Nabi
Muhammad, melainkan mereka yang membenci dan memusuhi beliau.
Benarlah firman Allah, ancaman-Nya itu terbukti pada mereka.
Sebutan dan nama baik mereka sudah terputus dan terlipat zaman,
sedangkan nama Nabi Muhammad makin berkibar dan menjulang.
Sekarang, kita juga menyaksikan bukti dari firman Allah yang mulia ini,
dalam bentuk yang jelas dengan gaung yang luas yang tidak pernah
disaksikan oleh orang-orang yang mendengarnya tempo dulu.
Iman, kebenaran dan kebaikan tidak mungkin terputus dan terpupus. Ia
akan terus mengembangkan cabangnya dan memperdalam akarnya.
Sedangkan kekufuran, kebatilan, dan keburukan itulah yang terputus,
meskipun secara lahir tampak mengepakkan sayapnya, berkembang dan
berkuasa.
Sesungguhnya, tolok ukur Allah bukanlah tolok ukur manusia. Akan
tetapi, manusia tertipu dan terpedaya lalu mereka mengira bahwa tolok
ukur merekalah yang menetapkan hakikat semua urusan. Di depan kita
terdapat contoh yang logis dan kekal. Maka, di manakah orang-orang yang
dahulu mengata-ngatai Nabi Muhammad saw. dengan perkataan mereka
yang hina? Di manakah mereka yang hendak mendapatkan simpati di
dalam hati masyarakat dan beranggapan pada waktu itu bahwa mereka
telah menghabisi dan memutuskan jalan hidup yang diajarkan beliau? Di
mana mereka sekarang? Di mana sebutan dan reputasi mereka? Di mana
bekas-bekas mereka? Dibandingkan dengan nikmat yang sangat banyak
yang diberikan Allah kepada Rasulullah saw. di manakah letak
kenikmatan yang diberikan kepada mereka yang mengatakan bahwa beliau
itu orang yang terputus dari nikmat Allah?
Dakwah kepada agama Allah, kebenaran dan kebaikan tidak mungkin
akan terputus dan pelakunya pun tidak akan terputus. Bagaimana mungkin
akan terputus, sedangkan ia berhubungan dengan Allah yang hidup kekal
azali dan abadi? Yang akan terputus hanyalah kekufuran, kebatilan, dan
keburukan. Demikian pula dengan ahlinya, meskipun sementara waktu
kelihatannya kesempatan mereka panjang dan akar-akarnya berkembang.
Maha Besar Allah Yang Mahaagung, dan berdustalah para penipu daya
dan para pembuat makar.17

H. Hikmah yang Terkandung dalam Surah al-Kautsar


1. Ajakan untuk selalu bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada
umatnya.
2. Perintah Allah untuk mendirikan shalat dan kurban yang merupakan bentuk
taqarrub kita kepada Allah dan mengamalkannya dengan ikhlas.
3. Orang yang membenci Rasulullah saw. dan sunnah nya merupaka orang yang
terputus.
I. Kesimpulan

17
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Juz 30, 361.
J. Daftar Pustaka
Shihab, M. Quraish. 1999. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim “Tafsir atas Surat-surat Pendek

Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu. Bandung: Pustaka Hidayah.

Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1992), 660.

Sarwat, Ahmad. 2019. Tafsir Surat Al-Kautsar. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing.

Zuhaili, Wahbah. 2013. Tafsir Munir: Aqidah, Syariah, dan Manhaj, terj. Abdul Hayyi

Al-Kattani, jilid.15. Jakarta: Gema Insani Press.

Quthb, Sayyid. 2001. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Juz 30. Jakarta: Gema Insani Press.

Muhammad, Abdullah. 2010. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 10, terj. Abdul Ghoffar. Pustaka

Imam Syafi’I.

As-Syuyuthi, Imam. 2015. Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Quran, terj.

Yasir Maqasid dkk. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Mahali, Ahmad Mudjab. 1988. Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an.

Yogyakarta: Pesantren al-Mahali.

As-Syuyuthi, Jalaluddin. 2008. Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayta Al-Quran, terj.

Tim Abdul Hayyie. Jakarta: Gema Insani.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu

Bakar. Semarang: TOHA PUTRA.

Anda mungkin juga menyukai