Anda di halaman 1dari 9

Jurnal al-Irfani, VOL. 1, NO.

1, Januari-Juni 2011

KONTROVERSI MUHKAM DAN MUTASYABIH


Oleh :
Nursyamsu, M.Ud.1
Abstract :
This paper discusses about the two parts of the ulum al-Qur'an is
Muhkam and Mutasyabih. Each has a difference or controversy
such as: 1, which believes all the verses of the Koran is Muhkam.,
2, believes the Koran is divided into two: there are muhkam and
there are mutasyabih. 3 All verses of the Koran is Mutasyabih
Key words : Muhkam, Mutasyabih
A. Pendahuluan

Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh umat. Al-Quran yang kita baca
sekarang ini berupa teks arab sehingga dapat dibaca oleh kita semua.
Persoalannya sekarang ada kata-kata yang dapat dipahami secara jelas dan ada
kata-kata sulit dipahami sehingga membutuhkan ilmu untuk mendapatkan pesan
moral atau tujuan Allah menyampaikan ayat tersebut kepada hamba-Nya.
Allah SWT menurunkan al-Quran kepada hamba-Nya agar ia menjadi
pemberi peringatan bagi semesta alam. Ia menggariskan bagi mahluk-Nya itu
akidah yang benar dan prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-ayat yang tegas
keterangannya dan jelas ciri-cirinya. Itu semua merupakan karuniaNya kepada
umat manusia. Dimana ia menetapkan bagi mereka pokok-pokok agama untuk
menyelamatkan akidah mereka dan menerang kan jalan lurus yang harus mereka
tempuh. Ayat-ayat tersebut adalah ummul kitab yang tidak diperselisihkan lagi
pemahamannya demi menyelamatkan umat Islam dan menjaga existensinya.
Firman Allah :

Dalam al-Quran terkadang datang dengan lafaz, ungkapan dan uslub


(gaya bahasa) yang berbeda-beda tetapi maknanya tetap satu. Maka sebagiannya
serupa dengan sebagian yang lain tetapi maknnya cocok dan serasi. Tak ada
kontradiktif didalamnya. Adapun mengenai masalah cabang (furu) agama yang
bukan masalah pokok, ayat-ayatnya ada yang bersifat umum dan samar-samar
1 Dosen Tafsir Hadis STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang
1

Jurnal al-Irfani, VOL. 1, NO. 1, Januari-Juni 2011

(mutasyabih) yang memberikan peluang bagi para mujtahid yang alim untuk dapat
mengembalikannya kepada yang tegas maksudnya (Muhkam) dengan cara
mengembalikan masalah cabang kepada masalah pokok, dan yang bersifat partikal
(juzI) kepada yang bersifat universal (kulli), sementara itu beberapa orang yang
memakai hawa nafsu dengan ayat yang mutasyabih ini. Dengan ketegasasn dan
kejelasan dalam masalah pokok dan keumuman dalam masalah cabang tersebut,
maka Islam menjadi agama abadi bagi umat manusia yang menjamin baginya
kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, disepanjang masa dan waktu.
B. Pembahasan
a. Muhkam

Secara bahasa muhkam berasal dari kata ihkam. Nasruddin Baidan


mengutip dari al-Zarqani bahwa ihkam mempunyai berbagai konotasi nemun
mengacu kepada satu arti yaitu al-mau yang berarti mencegah. Seperti kata
ahkamal amra artinya membuat sesuatu itu menjadi kokoh dan mencegah dari
kerusakan berhubungan dengan ini maka penetapan sanksi hokum, sehingga
seseorang tercegah dari berbuat sesuatu di luar ketentuan tersebut. Dan ketentuan
itu harus jelas dan tegas.2
Dengan pengertian inilah Allah mensifati al-Quran bahwa seluruh ayatayat al-Quran ialah muhkam sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
Artinya Alif lam ra, suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun
dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan
dari sisi Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. (Q.S.Hud:1)
Ayat ini dipahami yang berarti bahwa semua ayat al-Quran adalah
muhkam.3 Alif, lam, dan ra inilah ayat-ayat Quran yang mengandung hikmah. 4
Menurut Muhamamad Chirzin muhkam berasal dari kata hakama yang mengacu
kepada kata hukm yang berarti memutuskan antara dua hal atau perkara. Maka
hakim adalah orang yang mencegah yang dzalim dan memisahkan antara dua
2 Prof. Dr. Nashrudin Baidan, Wawasan Al-Quran Baru,Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2005), hlm. 152
3 Sukardi. K.d. (edit), Belajar Mudah Ulumul Al-Quran Studi Khazanah Ilmu Al-Quran.
(Jakarta : Penerbit Lentera, 2002), hlm. 59
4 Lihat Q.S. Yunus ayat 1

Jurnal al-Irfani, VOL. 1, NO. 1, Januari-Juni 2011

pihak yang bersengketa, serta memisahkan antara yang hak dan yang batil dan
antara kebenaran dan kebohongan.5
Mengenai pengertian secara istilah banyak pendapat mengenai Muhkam
diantaranya menurut Mana Khalil al-Qattan ada lima definisi yaitu:6
Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan

mutasyabih hanya diketahui maksudnya oleh Allah sendiri.


Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang
Mutasyabih mengandung banyak wajah.
Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat dapat diketahui secara
langsung.
Muhkam adalah ayat-ayat yang jelas dan tegas, mudah dipahami tanpa
memerlukan pengkajian dan riset khusus.7
Ayat-ayat Muhkam bukan hanya jelas dalam dirinya sendiri tapi juga
membantu dalam menafsirkan ayat-ayat yang lainya. Dari sudut pandang
ini, ayat-ayat itu disebut umm al-kitab (secara harfiah bermakna ; induk
kitab), sebab ayat-ayat Muhkam merupakan fondasi bagi ayat-ayat lain.8
a) Contoh contoh ayat-ayat Muhkam
Para ulama memberikan contoh ayat-ayat Muhkam dalam al-Quran

dengan ayat-ayat tentang halal, haram, hudud (hukuman), kewajiban, janji dan
ancaman. Diantara contoh-contoh ayat-ayat muhkam adalah :
Artinya Allah adalah pencipta segala sesuatu (Q.S azZumar ; 62)
b. Mutasyabih

Secara bahasa Mutasyabih berasal dari kata syabaha, yakni bila salah satu
dari dua hal serupa dengan yang lain. Syubhah ialah keadaaan dimana satu dari
dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara

5 Drs. Muhammad Chirzin, M,Ag, , Al-Quran Dan Ulumul Quran, (Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 1998), hlm. 70
6 Manna Khalil al-Qattan, (terj), Studi Ilmu-Ilmu Quran.( Jakarta: Lentera Antar Nusa dan
Pustaka Islamiyah, 1998), hlm. 306
7 Sukardi. K.d. (edit), op.cit, hlm.55
8 Ibid. 56

Jurnal al-Irfani, VOL. 1, NO. 1, Januari-Juni 2011

keduanya secara konkrit dan abstrak.9 Dengan pengertian ini Allah menyebut alQuran sebagai kitaban mutasyabihan matsani, yang tertera dalam al-Quran surat
az-Zumar ayat 23.
Artinya Allah yang menurunkan perkataan yang paling baik
yaitu al-Quran yang mutasyabih dan berulang-ulang yang
karenanya bergetarlah kulit orang yang takut kepada Tuhan
mereka (Q.S. az-Zumar : 23).
Ini ditafsirkan sebagai seluruh ayat al-Quran adalah Mutasyabih. 10 Di sisi
lain maksud Mutasyabih dalam ayat ini (Q.S. az-Zumar : 23) bahwa sebagian
kandungannya serupa dengan yang lain dalam kesempurnaan. Sebagian
membenarkan yang lain serta sesuai maknanya. 11 Dan Prof. Nasrudin Baidan
mengartikan serupa (mutasyabih) dengan mirip atau samar-samar sama
dengan ragu (iltibas). Timbulnya keraguan tersebut karena miripnya dua benda
sehingga tidak dapat atau sulit menentukan perbedaan yang satu dengan yang
lainnya karena keduanya sangat mirip.12
Allah berfirman dalam surah (al-Baqarah: 25).
Maksudnya sebagian buah-buahan dari surga itu serupa dengan sebagian
yang lain dalam hal warna, tidak dalam hal rasa dan hakikat. Dikatakan pula
mutasyabih adalah mutamasil (sama) dalam perkataan dan keindahan. Jadi,
asyabuh al-kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebagiannya
membetulkan sebagian yang lain.
1)

Istilah Mutasyabih.

Mengenai pengertian mutasyabih terdapat banyak perbedaan pendapat.


Muatasyabih adalah ayat-ayat yang telah dibatalkan; ayat-ayat yang dipertukarkan
antara yang dahulu dan yang sekarang dan yang akan datang; ayat yang berisi

9 Drs. Muhammad Chirzin, M,Ag,op.cit, hlm. 70.


10 Sukardi. K.D. (Edit), op.cit, hlm. 59.
11 Drs. Muhammad Chirzin, M,Ag, op.cit, hlm. 71.
12 Prof. Dr. Nashrudin Baidan, op.cit, hlm. 153.
4

Jurnal al-Irfani, VOL. 1, NO. 1, Januari-Juni 2011

beberapa variable antara lain ; ayat-ayat yang mengandung sumpah dan ayat-ayat
yang boleh diimani tetapi tidak boleh diamalkan. 13
J.M.S. Baljon, mengutip pendapat Zamaksyari, berpendapat bahwa ayat
ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang membuntuhkan penelitian. Ar-Raghib alAsfahani memberikan kreteria ayat-ayat mutasyabih sebagai ayat atau lafal yang
tidak diketahui maknanya, seperti tibanya hari kiamat ; ayat-ayat al-Quran
maknanya hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang tinggi ilmunya.14
Dipertegas oleh Hadits Nabi, yang diisyaratkan oleh Rasullah untuk Ibnu
Abbas, yang artinya ya Allah karuniakanlah ia ilmu yang mendalam mengenai
agama dan limpahkanlah pengetahuan tentang tawil kepadanya. Menururt
Nashruddin Baidan ; ada tiga bentuk tasyabuh dalam ayat tersebut yaitu pertama,
menyangkut redaksi (lafal); kedua, menyangkut makna ; dan ketiga, menyangkut
lafal dan makna sekaligus.15
Mutasyabih adalah kata yang dipakai oleh al-Quran ayat yang bersifat
global (mujmal) yang membutuhkan tawil (muawal) dan sukar dipahami
(musykil), karena ayat-ayat yang mujmal membutuhkan rincian, ayat-ayat yang
muaawal baru dapat diketahui maknanya setelah di tawilkan, dan ayat-ayat yang
musykil samar maknanya dan sukar dimengerti.16
2) Contoh-contoh ayat Mutasyabih

Sementara untuk ayat-ayat Mutasyabih mereka mencontohkan dengan


ayat-ayat tentang asma Allah dan sifat-sifatNya, antara lain : dalam surah :
Artinya (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang
bersemayam di atas 'Arsy". (Q.S. Taha : 5),
c. Tujuan ayat Muhkam dan Mutasyabih

Ayat-ayat Muhkam bukan hanya jelas dalam dirinya sendiri, melainkan


juga membantu dalam menafsirkan ayat-ayat lainnya. Dari sudut pandang ini,
13 Drs. Muhammad Chirzin, M,Ag, op.cit, hlm.73
14 Ibid.
15 Lebih lanjut lihat Prof. Dr. Nashrudin Baidan, op.cit, hlm. 155-160.
16 Drs. Abuddin Nata, MA, al-Quran dan Hadits dirasah Islamiyah, (Jakarta: Raja Wali Press,
1993), hlm. 127

Jurnal al-Irfani, VOL. 1, NO. 1, Januari-Juni 2011

ayat-ayat sebagai fondasi bagi ayat-ayat lainya. Di kalangan para faqih masih
diperdebatkan dan dikhawatirkan adanya penyimpangan penafsiran atau
misinterpretasi.
Ada beberapa pendapat ulama tentang ini antara lain :
1. Syaikh Ath-Thusi, dalam tafsirnya mengatakan kebijakan mengharuskan
bahwa kata-kata dan frase-frase al-Quran digunakan dalam cara yang untuk
memahaminya mesti dibutuhkan pengkajian upaya dan usaha untuk
mebuahkan pertumbuhan dalam pengetahuan, maka dengan demikian alQuran dikemukakan oleh Allah dengan sedemikian mendalam dan kaya
guna sehingga memungkinkan manusia bisa mengambil manfaat serta
mencari inspirasi darinya sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan
intlektual, spiritual, dan material dalam kehidupan sosial.17
2. Ayat-ayat
mutasyabih
dengan
eksistensinya
dalam
al-Quran
mengisyaratkan adanya kebutuhan manusia akan Nabi dan para penerusnya.
Yakni, mereka menyebabkan orang-orang merujuk kepada mereka (Nabi
dan Ulama) untuk memperoleh atas kesulitan-kesulitan mereka. Amirul
Mukminin Ali Bin Abi Thalib mengatakan : Allah telah mewahyukan alQuran dalam tiga kategori, muhkam, mutasyabih, dan mujmal, agar
kebenaran dibedakan dari kebatilan-kebatilan melalui para penerus Nabi
(ulama).18
3. Tujuan adanya ayat muhkam adalah menambahkan keimanan dan amal
karena ayat al-Quran sudah jelas memberikan penjelasan. Dan ayat
mutasyabih bertujuan supaya benar-benar menambah keimanan dan
keyakinan kita kepada Allah, bahwa seluruh al-Quran datang dari sisi-Nya
pasti antara yang hak dan kebathilan tidak mungkin bercampur aduk. Serta
al-Quran yang berisi ayat-ayat muhkam dan mutasyabih, menjadi motivasi
bagi umat Islam untuk terus menerus menggali berbagai kandungan
sehingga mereka akan terhindar dari taklid, bersedia membaca al-Quran
dengan khusyu sambil merenung dan berfikir19
4. Sebagai media ujian keimanan bagi hamba Allah; sebagai motivasi
pengerahan potensi diri sebagai anugerah Allah.20
17 Sukardi K.D (edit), op.cit, hlm. 57
18 Ibid
19 Drs. Muhammad Chirzin, M,Ag, op.cit, hlm. 74-75
20 ibid
6

Jurnal al-Irfani, VOL. 1, NO. 1, Januari-Juni 2011

d. Pengaruh Muhkam dan Mutasyabih dalam Penafsiran Al-Quran

Redaksi ayat-ayat dalam al-Quran mengandung makna-makna tersendiri


kemudian menjadi penafsiran sendiri-sendiri. Seperti ayat-ayat muhkam yang
sudah jelas makna dan maksud kosakatanya. Sedangkan mutasyabih menurut AlRaghib Al-Asfahani membagi ayat-ayat mutasyabih ada yang bersifat qatI,
positif, dan tegas, ada juga yang bersifat zanni, tidak positif, dan tidak tegas, ayatayat yang zanni mengandung lebih dari satu arti.
Ada indikasi penafsiran al-Quran bahwa kasus Abu Bakar ketika disuruh
untuk memberi penjelasan (menafsirkan ayat) yaitu surat abasa ayat 31, padahal
ayat ini bisa dikatakan tidak rumit atau ayat yang muhkam (jelas). Namun Abu
Bakar mengatakan mana langit yang akan menaungiku, dan mana bumi tempat
aku berpijak, jika kukatakan sesuatu yang tidak ada dalam Allah. Akan tetapi
kata-kata al-Quran yang jelas (muhkam) menjadi asing dari pandangan seseorang
seperti Abu Bakar dan Umar membuat pengertian kata tersebut menjadi kabur
(Mutasyabih).21
Muhkam dan Mutasyabih sebagaimana disinyalir dalam firman Allah :
Sumber perbedaan pendapat ini berpangkal pada masalah waqaf dalam
ayat: Warra sikhuna fil ilmi. Apakah kedudukan lafaz ini sebagai mubtada
yang khabarnya ialah Yaqln, dengan wawu, diperlakukan sebagai huruf
istinaf (permulaan) dan waqaf dilakukan pada lafaz Wama yalamu tawilahu
illallahu ataukah ia matuf, sedag lafaz wayaqlna menjadi hal yang
waqafnya pada lafaz warra sikhna fil ilmi.
Pendapat pertama diikuti oleh sejumlah ulama. Diantaranya Ubai bin
Kaab, Ibn Masud, Ibn Abbas, sejumlah sahabat, tabiin dan yang lainnya. Mereka
beralasan antara lain dengan keterangan yang diriwayatkan oleh al Hakim dalam
Mustadraknya, bersumber dari Ibn Abbas, bahwa ia membaca : wama yalamu
tawilahu illallahu wayaqulur rasikhuna fil ilmi amanna bihi
Dan perkiraan Ibnu Masud wainna tawiluhu illa indallah warrasihuna
fililmi yaquluna amana bihi. Juga dengan ayat itu sendiri yang menyatkan celaan
21 Lihat Prof. Nasrudin Baidan, op.cit, hlm. 156.
7

Jurnal al-Irfani, VOL. 1, NO. 1, Januari-Juni 2011

terhadap orang-orang yang mengikuti mutasyabih dan menyifatinya sebagai


orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan dan berusaha menimbulkan
fitnah.22
C. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa. Pemahaman atau


pengertian mengenai ayat-ayat muhkam dan mutasyabih masih kontroversi.
Masing-masing pendapat mempunyai argumentasi yang kuat. Semua ayat alQuran adalah muhkam jika yang dimaksudkan dengan muhkam adalah kuat,
kokoh, rapi, indah susunannya, dan sama sekali tidak mengandung kelemahan
baik dalam hal lafal-lafalnya, rangkaian kalimatnya maupun maknanya. Dalam
artian firman Allah adalah kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapi.
Semua ayat al-Quran adalah Mutasyabih kalau yang dimaksud kesamaan
ayat-ayatnya dalam hal balaghah (keindahan susunan) dan ijaz (rinkas dan padat
serta dalam) serta dalam kesukaran membedakan mana bagian-bagian al-Quran
yang lebih afdhal, hal ini sejalan dengan firman Allah Q.S Hud ayat 1. Walaupun
adanya perbedaan pendapat akan tetapi mempunyai hikmah tersendiri. Allah
memberikan istilah muhkam dan Mutasyabih supaya hambanya bisa mengambil
hikmah dan pelajaran dari al-Quran yang diberikan sebagai petunjuk umat
manusia. Dengan demikian mempunyai pengaruh besar terhadap penafsiran
karena masing-masing pendapat mengatakan ayat-ayat ini boleh atau tidak di
tafsirkan. Anggapan yang menyatakan ayat-ayat yang sudah jelas tidak perlu di
tafsirkan akan tetapi di sisi lain ayat tersebut mempunyai arti atau makna lebih
dari satu atau lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Baidan, Nashrudin, Wawasan Al-Quran Baru,Ilmu Tafsir, Pustaka Pelajar,
Yogaykarta, 2005.
Chirzin, Muhammad Al-Quran Dan Ulumul Quran, Dana Bakti Prima Yasa.,
Yogyakarta, 1998.

22 Lihat ; Manna Khalil Qatan, op.cit, hlm. 307.


8

Jurnal al-Irfani, VOL. 1, NO. 1, Januari-Juni 2011

Nata, Abuddin. Al-Quran Dan Hadits Dirasah Islamiyah, Raja Wali Press,
Jakarta 1993.
Sukardi. K.D. (edit), Belajar Mudah Ulumul Al-Quran Studi Khazanah Ilmu AlQuran. Penerbit Lentera, 2002
al-Qattan, Manna Khalil, (terj) Studi Ilmu-Ilmu Quran. Lentera Antar Nusa dan
Pustaka Islamiyah, Jakarta, 1998.

Anda mungkin juga menyukai