1, Januari-Juni 2011
Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh umat. Al-Quran yang kita baca
sekarang ini berupa teks arab sehingga dapat dibaca oleh kita semua.
Persoalannya sekarang ada kata-kata yang dapat dipahami secara jelas dan ada
kata-kata sulit dipahami sehingga membutuhkan ilmu untuk mendapatkan pesan
moral atau tujuan Allah menyampaikan ayat tersebut kepada hamba-Nya.
Allah SWT menurunkan al-Quran kepada hamba-Nya agar ia menjadi
pemberi peringatan bagi semesta alam. Ia menggariskan bagi mahluk-Nya itu
akidah yang benar dan prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-ayat yang tegas
keterangannya dan jelas ciri-cirinya. Itu semua merupakan karuniaNya kepada
umat manusia. Dimana ia menetapkan bagi mereka pokok-pokok agama untuk
menyelamatkan akidah mereka dan menerang kan jalan lurus yang harus mereka
tempuh. Ayat-ayat tersebut adalah ummul kitab yang tidak diperselisihkan lagi
pemahamannya demi menyelamatkan umat Islam dan menjaga existensinya.
Firman Allah :
(mutasyabih) yang memberikan peluang bagi para mujtahid yang alim untuk dapat
mengembalikannya kepada yang tegas maksudnya (Muhkam) dengan cara
mengembalikan masalah cabang kepada masalah pokok, dan yang bersifat partikal
(juzI) kepada yang bersifat universal (kulli), sementara itu beberapa orang yang
memakai hawa nafsu dengan ayat yang mutasyabih ini. Dengan ketegasasn dan
kejelasan dalam masalah pokok dan keumuman dalam masalah cabang tersebut,
maka Islam menjadi agama abadi bagi umat manusia yang menjamin baginya
kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, disepanjang masa dan waktu.
B. Pembahasan
a. Muhkam
pihak yang bersengketa, serta memisahkan antara yang hak dan yang batil dan
antara kebenaran dan kebohongan.5
Mengenai pengertian secara istilah banyak pendapat mengenai Muhkam
diantaranya menurut Mana Khalil al-Qattan ada lima definisi yaitu:6
Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan
dengan ayat-ayat tentang halal, haram, hudud (hukuman), kewajiban, janji dan
ancaman. Diantara contoh-contoh ayat-ayat muhkam adalah :
Artinya Allah adalah pencipta segala sesuatu (Q.S azZumar ; 62)
b. Mutasyabih
Secara bahasa Mutasyabih berasal dari kata syabaha, yakni bila salah satu
dari dua hal serupa dengan yang lain. Syubhah ialah keadaaan dimana satu dari
dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara
5 Drs. Muhammad Chirzin, M,Ag, , Al-Quran Dan Ulumul Quran, (Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 1998), hlm. 70
6 Manna Khalil al-Qattan, (terj), Studi Ilmu-Ilmu Quran.( Jakarta: Lentera Antar Nusa dan
Pustaka Islamiyah, 1998), hlm. 306
7 Sukardi. K.d. (edit), op.cit, hlm.55
8 Ibid. 56
keduanya secara konkrit dan abstrak.9 Dengan pengertian ini Allah menyebut alQuran sebagai kitaban mutasyabihan matsani, yang tertera dalam al-Quran surat
az-Zumar ayat 23.
Artinya Allah yang menurunkan perkataan yang paling baik
yaitu al-Quran yang mutasyabih dan berulang-ulang yang
karenanya bergetarlah kulit orang yang takut kepada Tuhan
mereka (Q.S. az-Zumar : 23).
Ini ditafsirkan sebagai seluruh ayat al-Quran adalah Mutasyabih. 10 Di sisi
lain maksud Mutasyabih dalam ayat ini (Q.S. az-Zumar : 23) bahwa sebagian
kandungannya serupa dengan yang lain dalam kesempurnaan. Sebagian
membenarkan yang lain serta sesuai maknanya. 11 Dan Prof. Nasrudin Baidan
mengartikan serupa (mutasyabih) dengan mirip atau samar-samar sama
dengan ragu (iltibas). Timbulnya keraguan tersebut karena miripnya dua benda
sehingga tidak dapat atau sulit menentukan perbedaan yang satu dengan yang
lainnya karena keduanya sangat mirip.12
Allah berfirman dalam surah (al-Baqarah: 25).
Maksudnya sebagian buah-buahan dari surga itu serupa dengan sebagian
yang lain dalam hal warna, tidak dalam hal rasa dan hakikat. Dikatakan pula
mutasyabih adalah mutamasil (sama) dalam perkataan dan keindahan. Jadi,
asyabuh al-kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebagiannya
membetulkan sebagian yang lain.
1)
Istilah Mutasyabih.
beberapa variable antara lain ; ayat-ayat yang mengandung sumpah dan ayat-ayat
yang boleh diimani tetapi tidak boleh diamalkan. 13
J.M.S. Baljon, mengutip pendapat Zamaksyari, berpendapat bahwa ayat
ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang membuntuhkan penelitian. Ar-Raghib alAsfahani memberikan kreteria ayat-ayat mutasyabih sebagai ayat atau lafal yang
tidak diketahui maknanya, seperti tibanya hari kiamat ; ayat-ayat al-Quran
maknanya hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang tinggi ilmunya.14
Dipertegas oleh Hadits Nabi, yang diisyaratkan oleh Rasullah untuk Ibnu
Abbas, yang artinya ya Allah karuniakanlah ia ilmu yang mendalam mengenai
agama dan limpahkanlah pengetahuan tentang tawil kepadanya. Menururt
Nashruddin Baidan ; ada tiga bentuk tasyabuh dalam ayat tersebut yaitu pertama,
menyangkut redaksi (lafal); kedua, menyangkut makna ; dan ketiga, menyangkut
lafal dan makna sekaligus.15
Mutasyabih adalah kata yang dipakai oleh al-Quran ayat yang bersifat
global (mujmal) yang membutuhkan tawil (muawal) dan sukar dipahami
(musykil), karena ayat-ayat yang mujmal membutuhkan rincian, ayat-ayat yang
muaawal baru dapat diketahui maknanya setelah di tawilkan, dan ayat-ayat yang
musykil samar maknanya dan sukar dimengerti.16
2) Contoh-contoh ayat Mutasyabih
ayat-ayat sebagai fondasi bagi ayat-ayat lainya. Di kalangan para faqih masih
diperdebatkan dan dikhawatirkan adanya penyimpangan penafsiran atau
misinterpretasi.
Ada beberapa pendapat ulama tentang ini antara lain :
1. Syaikh Ath-Thusi, dalam tafsirnya mengatakan kebijakan mengharuskan
bahwa kata-kata dan frase-frase al-Quran digunakan dalam cara yang untuk
memahaminya mesti dibutuhkan pengkajian upaya dan usaha untuk
mebuahkan pertumbuhan dalam pengetahuan, maka dengan demikian alQuran dikemukakan oleh Allah dengan sedemikian mendalam dan kaya
guna sehingga memungkinkan manusia bisa mengambil manfaat serta
mencari inspirasi darinya sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan
intlektual, spiritual, dan material dalam kehidupan sosial.17
2. Ayat-ayat
mutasyabih
dengan
eksistensinya
dalam
al-Quran
mengisyaratkan adanya kebutuhan manusia akan Nabi dan para penerusnya.
Yakni, mereka menyebabkan orang-orang merujuk kepada mereka (Nabi
dan Ulama) untuk memperoleh atas kesulitan-kesulitan mereka. Amirul
Mukminin Ali Bin Abi Thalib mengatakan : Allah telah mewahyukan alQuran dalam tiga kategori, muhkam, mutasyabih, dan mujmal, agar
kebenaran dibedakan dari kebatilan-kebatilan melalui para penerus Nabi
(ulama).18
3. Tujuan adanya ayat muhkam adalah menambahkan keimanan dan amal
karena ayat al-Quran sudah jelas memberikan penjelasan. Dan ayat
mutasyabih bertujuan supaya benar-benar menambah keimanan dan
keyakinan kita kepada Allah, bahwa seluruh al-Quran datang dari sisi-Nya
pasti antara yang hak dan kebathilan tidak mungkin bercampur aduk. Serta
al-Quran yang berisi ayat-ayat muhkam dan mutasyabih, menjadi motivasi
bagi umat Islam untuk terus menerus menggali berbagai kandungan
sehingga mereka akan terhindar dari taklid, bersedia membaca al-Quran
dengan khusyu sambil merenung dan berfikir19
4. Sebagai media ujian keimanan bagi hamba Allah; sebagai motivasi
pengerahan potensi diri sebagai anugerah Allah.20
17 Sukardi K.D (edit), op.cit, hlm. 57
18 Ibid
19 Drs. Muhammad Chirzin, M,Ag, op.cit, hlm. 74-75
20 ibid
6
Nata, Abuddin. Al-Quran Dan Hadits Dirasah Islamiyah, Raja Wali Press,
Jakarta 1993.
Sukardi. K.D. (edit), Belajar Mudah Ulumul Al-Quran Studi Khazanah Ilmu AlQuran. Penerbit Lentera, 2002
al-Qattan, Manna Khalil, (terj) Studi Ilmu-Ilmu Quran. Lentera Antar Nusa dan
Pustaka Islamiyah, Jakarta, 1998.