Mukjizat didefinisikan, diantaranya sebagai suatu hal atau peristiwa yang tidak biasa atau luar biasa
yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi,
Kemukjizatan Al Qur-an berada pada rasionalitas yang dibangun di dalamnya. Artinya Al Qur-an
mengajak dan memotivasi manusia agar senantiasa menggunakan akalnya melalui bahasa yang
disampaikan oleh Al Qur-an.
Berikutnya (Suswanto, 2018) mengungkapkan pada aspek yang berhubungan dengan pendidikan
adalah aspek isyarat ilmiah (I’jaz Ilmi). Yang mana i’jaz ilmi adalah terjadinya kecocokan antara realita
ilmiah dengan nas-nas kauniyah yang termaktub di dalam al-Qur'ân. Mukjizat ini bertujuan untuk
menegaskan akan kebenaran al-Qur’ân, sehingga ia akan menjadi jawaban terhadap orang yang
mempertanyakan kebenarannya, membantah terhadap orang yang menentangnya serta semakin
mengokohkan hati orang yang telah berpegang dengannya.
Adapun bentuk-bentuk I’jâz al-‘Ilmi dari al-Qur’ân, sebagaimana ia sangat
menjadi perhatian pada zaman belakangan ini: 1) Dorongan serta stimulasi al-Qur-an
kepada manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya sendiri dan alam semesta yang
mengitarinya; 2) Al-Qur-an memberikan ruangan sebebas-bebasnya pada pergulan
pemikiran ilmu pengetahuan sebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-kitab
agama lainnya yang malah cenderung restriktif; 3) Al-Qur’an dalam mengemukakan
dalil-dalil, argumen serta penjelasan ayat-ayat ilmiah, menyebutkan isyarat-isyarat
ilmiah yang sebagaiannya baru terungkap pada zaman ini. Seperti astronomi, geologi,
fisika, kimia dan berbagai ilmu lainnya.
Adapun bentuk bentuk kemukjizatannya yaitu :
1) Isyarat tentang Gaya Gravitasi Bumi
2) Isyarat tentang Sidik Jari manusia
3) Isyarat Sumber Daya Alam (Batubara)
Kebenaran mukjizat Al Qur-an dalam Pendidikan
Efek penyembuhan dengan memperdengarkan ayat-ayat al-Qur`an atau meminta pasien untuk
membacanya, terbukti sangat luar biasa. Sebuah riwayat yang disampaikan Ibnu Sunni dari
Abdurrahman ibn Abu Laila disebutkan, pernah seorang lelaki datang menghadap Rasulullah SAW
dan berkata, ”Saudaraku sedang sakit, wahai Rasulullah.” Nabi bertanya, ”Sakit apa saudaramu?”
”Sejenis penyakit hilang ingatan (gila),” jawab lelaki itu. Lalu Nabi memeritahkan, ”Bawalah ia
padaku.” Setelah si pasien dihadapkan kepada Rasulullah, lalu beliau menerapinya dengan
membacakan ayat-ayat dari surah al-Fâtihah, al-Baqarah ayat 2-5, 163-164, 225, 284-286, Âli
’Imrân ayat 2, 18, al-A’râf ayat 54, al-Mu`minûn ayat 116, al-Jin ayat 3, al-Hasyr ayat 22-24, al-Ikhlâs
ayat 1-4, al-Falaq ayat 1-5, dan an-Nâs ayat 1-6. Setelah beberapa kali diterapisi pasien sembuh dan
normal kembali.
Kesimpulan
Kitab suci Allah swt ini dturunkan tujuan utamanya adalah untuk menjadi pedoman dan
penyempurna bagi kitab-kitab sebelumnya. Sebagai kitab penyempurna, Al Qur-an berisikan ayat-
ayat tentang tingkah laku yang boleh dan tidak boleh dilakukanm serta sikap tindak baik dan
buruknya untuk manusia, tidak selalu tentang hubungan vertikal yaitu hubngan antara manusia
sebagai ciptaan Allah SWT dengan sang pencipta sebagai khalik, tetapi juga hubungan horizontal
yaitu antara manusia sebagai ciptaan Allah SWT dengan manusia lainnya sebagai sesama
makhluk dimana aspek-aspek kemukjizatan Al Qur-an dan kaitannya dengan dunia pendidikan
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu aspek kebahasaan, berita ghaib, dan isyarat ilmiah
seperti apa yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya serta kebenaran mukjizat Al Qur-an
dalam dunia pendidikan antara lain Wajibnya melakukan pendalaman ilmu di tempat-tempat
pemukiman, Manfaat Berilmu Pengetahuan Tinggi serta Pendidikan dan Pengatahuan Membawa
Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. Sehingga bagi kita umat islam sangat diwajibkan untuk
mempelajari dan mengamalkan apa yang ada di dalam Al Qur’an karena tidak ada keraguan atas
kebenaran mukjizat yang ada di Al Qur’an.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH :)