Disusun Oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya, sehingga kamidapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam senantiasa kami curahkan pada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya sepanjang zaman ini.
Makalah dengan judul Aspek Balaghah: Surat Ad-Dhuha dan Surat Al-
Insyirah ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi salah satu rangkaian tugas mata
kuliah Balaghah FakultasUshuluddin Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balaghah adalah cabang ilmu Bahasa Arab dalam bentuk sastra Arab. Ilmu
balaghah mengkaji makna-makna yang terkandung dalam bahasa Arab
khususnya pada pembahasan ini objeknya yaitu Al-Qur’an. Tidak hanya
makna yang tersurat tetapi ada makna tersirat dalam bahasa atau penyampain
dalam Al-Qur’an itu akan dikaji makna yang terkandung di dalamnya. Kajian
Balaghah secara garis besar terbagi menjadi tiga, yaitu Bayan, Ma’ani dan
Badi. Ilmu bayan adalah suatu disiplin ilmu yang memperlajari cara
mengungkapkan bahasa dengan susunan kalimat yang beragam, di mana
sebagian lebih jelas penunjukkan maknanya atau lebih berkesan dari yang
lain. Kemudian, ilmu Ma’ani adalah pokok-pokok dan dasar-dasar untuk
mengetahui tata cara menyesuaikan kalimat kepada kontekstualnya sehingga
cocok dengan tujuan yang dikehendaki. Yang terakhir, ilmu Badi adalah ilmu
yang mempelajari tentang keindahan suatu kalimat baik dari segi lafaz
maupun makna.
Pada pembahasan kali ini adalah aspek Balaghah pada Surat Ad-Dhuha
dan Surat Al-Insyirah. Pada makalah ini, akan dikupas segala aspek balaghah
dari kedua surat tersebut, yang juga akan menampilkan keindahan pada kedua
surat tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ad-dhuha ayat 1
ۙ َٰوالضُّح
ى
Ini merupakan majâz mursal yang alaqahnya juziyyah, yaitu dengan menyebutkan
bagian sesuatu tapi yang dimaksud adalah keseluruhan. Dalam hal ini kata dhuha
yang merupakan bagian dari waktu siang akan tetapi yang dimaksud dengannya
adalah siang secara keseluruhan. Dikatakan sebagai majaz karena makna asal dari
kata dhuha adalah waktu dimana matahari mulai meninggi. Apabila dilihat dari
pembandingnya yaitu kata lail maka makna yang sesuia dari kata dhuha adalah
keseluruhan siang.
Ad-dhuha ayat 2
َ َۙوالَّ ْي ِلۙاِذَا
ۙ ٰسج
ى
2
ْ
apabilaۙdinisbatkanۙkepadaۙۙليَلmakaۙnisbatۙtersebutۙjugaۙnisbatۙatauۙisnâdۙmajâzi.
Penisbatan seperti itu termasuk dalam cabang ilmu bayân yaitu ”Majâzۙ‘aqli”
Disebutۙ jugaۙ ”majâzۙ hukmi”ۙ atauۙ “isnâdۙ majâzi”,ۙ yaituۙ suatuۙ bentukۙ kalimatۙ
majâzi yang diungkapkan dengan menggunakan kata kerja atau kata-kata yang
semaknaۙdengannyaۙsepertiۙisimۙfâ’ilۙatauۙisimۙmaf’ulۙatauۙmasdarۙkeۙpengertianۙ
yang lain atau penyandaran yang tidak sebenarnya karena adanya hubungan dan
korelasi yang menghalangi dipahaminya sebagai penyandaran yang hakiki antara
kedua makna tersebut.
Ad-dhuha ayat 3
Pertama, dihilangkan kaf (ۙ ۙ) ۙكdiۙ siniۙ karenaۙ dianggapۙ cukupۙ adanyaۙ kafۙ yangۙ
pertamaۙpadaۙmaۙwadda’aka.ۙDanۙuntukۙpenyesuaianۙakhirۙayatۙdenganۙal-yaa’.
Kedua, hadzf kaf berfungsi ithlaq (umum), artinya Allâh tidak membencimu dan
sahabatmuۙsertaۙorangۙyangۙmencintaimu.4ۙIniۙtermasukۙI’jazۙlafdziۙdikarenakanۙ
telah diketahui sebelumnya obyek yang dihilangkan. Atau juga masuk dalam
kategori ikhtishar lafzhi yang berfungsi meringkas lafazh untuk tujuan
memberikan banyak makna.
3
Ad-dhuha ayat 4
Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.
Adaۙyangۙberpendapatۙbahwaۙ“lâm”ۙpadaۙduaۙkataۙtersebutۙadalahۙ“lâmۙal-jins”ۙ
artinya bahwa setiap sesuatu yang dilakukan dengan pelan-pelan dan kehati-hatian
itu lebih baik dari pada yang dilakukan dengan tergesa-gesa. Huruf lâm pada ۙلك
adalah lâm al-ikhtishash, artinya bahwa kebaikan tersebut dikhususkan untuk
Nabi Muhammad dan hal ini mencakup apa yang berhubungan dengan pribadi
Nabi, agamanya dan umatnya. Ini adalah janji dari Allâh bahwa agama Islâm akan
tersebar dan Allâh akan memberikan kepada umatnya kebaikan-kebaikan yang
diinginkan Rasul bagi umatnya.
Ad-dhuha ayat 5
4
jadiۙ susunanۙ kalimatnyaۙ َۙفۙ يُعْطِ يْك َ ۙ َ ۙ َو َأل َ ْنت.ۙ Menurutۙ pendapatۙ iniۙ lâmۙ tersebutۙ
َ س ْۙو
bukanlahۙlâmۙal-qasamۙkarenaۙlâmۙqasamۙtidakۙakanۙmasukۙpadaۙfi’ilۙmudhari’ۙ
kecualiۙdisertaiۙdenganۙnunۙtaukid
Kata سوفpadaۙ ayatۙ tersebutۙ sebagaiۙ gantiۙ dariۙ salahۙ satuۙ “duaۙ nunۙ taukid”,ۙ
seakan-akan ayat tersebutۙ mengatakanۙ َۙۙولَنُعْطِ يَنَّك
َ meskipunۙ pemberiannyaۙ
diakhirkanۙ karenaۙ dalamۙ pengakhiranۙ pemberianۙ tesebutۙ adaۙ maslahahnya.ۙ
Pendapatۙ iniۙ jugaۙ disetujuiۙ olehۙ Ibnۙ Hisyâmۙ dalamۙ Mughniۙ al-Labib.ۙ Hurufۙ
istiqbâlۙ سوفberfungsi pemberitahuan bahwa pemberian yang dijanjikan akan
terus menerus ada tidak terputus, sebagaimana pada ayat yang lain: Kata ى
ۙ ۙأعط
termasukۙ kataۙ yangۙ bolehۙ dihilangkanۙ salahۙ satuۙ maf’ûlnya.ۙ Karenanyaۙ bolehۙ
َ ۙۙأ َ ْعatauۙbolehۙjugaۙdikatakanۙطيْتُ ۙزَ ْي ۙدًا
dikatakanۙۙطيْتُ ۙزَ ْيدًاۙد ِْر َه ًما َ أ َ ْع.
Ad-dhuha ayat 6
Ayat ini didahului dengan hamzah istifhâm (pertanyaan). Para ulâma bahasa
mengatakan bahwa hamzah yang dimaksud berarti istifhâm taqriri (pertanyaan
yang berfungsi untuk menetapkan), yaitu menetapkan apa yang disebutkan setelah
al-nafi.
Hamzah pada ألمberfungsi untuk inkari al-nafyi (mengingkari kata nafi), dan
menetapkan al-manfi. Seakan-akan kata lâm tidak berfungsi, sehingga kalimat
5
َ ۙقَد.ۙAtauۙmaknanyaۙtetapۙdalamۙsusunanۙnafi,ۙdenganۙ
tersebut menjadi:ْۙۙو َجدَكَ ۙيَتِ ْي ًما
ُ denganۙ ۙالع ِْل ُۙم,ۙ hurufۙ kafۙ adalahۙ maf’ûlۙ pertamaۙ danۙ kataۙ ۙۙيَتِ ْي ًما
mengartikanۙ ُۙالو ُج ْو ۙد
adalahۙmaf’ûlۙkedua.ۙSehinggaۙsusunannyaۙmenjadiۙۙ.ۙۙأَلَ ْمۙيَ ْعلَمْكَ ۙهللاُۙۙيَتِ ْي ًماAkan tetapi
susunan yang terdapat pada ayat di atas lebih indah dari pada maknanya. Kata lâm
berfungsiۙ nafiۙ untukۙ fi’ilۙ mâdhiۙ meskipunۙ padaۙ ayatۙ diۙ atasۙ masukۙ padaۙ fi’ilۙ
mudhâri’.
Hurufۙfâ’ۙpadaۙۙفَ َآوىberfungsiۙsebagaiۙakibatۙdariۙkalimatۙsebelumnya.
Ad-dhuha ayat 7
Kalimatۙiniۙma’thufۙterhadapۙayatۙyangۙmemuatۙkalimatۙinkarۙsebelumnya,ۙhanyaۙ
saja kalimat pada ayat ini tidak didahului dengan huruf istifhâm, kalimat ini
susunannyaۙadalahۙitsbatۙ(penetapan).ۙAtauۙayatۙiniۙma’thufۙpadaۙfi’ilۙmudhari’ۙ
yang manfi dengan didahului oleh lâm, sehingga susunan maknanya menjadi
Susunan dan cara memaknainya sama dengan ayat sebelumnya. Yaitu kaf sebagai
maf’ûlۙpertamaۙdanۙkataۙضاْل
َ ۙsebagai maf’ulۙkedua.
Adh-Dhuha ayat 8
6
Sebagaimanaۙpadaۙayatۙkeۙtujuh,ۙsusunanۙayatۙiniۙjugaۙfi’ilۙdanۙfâ’ilۙatauۙjumlahۙ
fi’liyah.ۙ Susunanۙ kalimatnyaۙ danۙ caraۙ memaknainyaۙ samaۙ denganۙ ayatۙ
sebelumnya. Pada akhir dari tiga ayat di atas (6,7, dan 8) kalau kita perhatikan,
lafazh ۙ فَ َآوف,ۙ فَدَهَى, ۙأغنىditiadakanۙ maf’ûlۙ dariۙ ketiganyaۙ dikarenakanۙ ketiga
maf’ûlnyaۙsudahۙdiketahuiۙyaituۙdhamirۙkhitâb.
Adh-Dhuha ayat 9
ْ فَا َ َّم
ۙاۙاليَتِي َْمۙفَ َْلۙت َ ْق َه ْر
ۙۙأَ َّماadalahۙhurufۙsyarthiyyahۙtafshiliyyahۙyaituۙhurufۙsyaratۙyangۙharusۙdidahuluiۙ
denganۙpemisahۙantaraۙsyaratۙdanۙjawabۙsyaratnya.ۙHurufۙfâ’ۙberfungsiۙsebagaiۙ
jawabanۙ(ۙۙ)ۙال َج َوابdanۙbalasanۙ(ۙ)ۙال َجزَ اء.ۙAdapunۙkataۙۙۙال َيتِ ْي ُمal-fashilۙantaraۙۙأ َ َّماdanۙ
jawabnya.ۙۙأَ َّماsendiriۙartinyaۙadalahۙbagaimanapunۙadanya,ۙjadiۙmaknaۙdariۙayatۙ
iniۙ secaraۙ keseluruhanۙ adalahۙ bagaimanapunۙ adanyaۙ makaۙ jaganlahۙ engkauۙ
menghardikۙanakۙyatim.
Adh-Dhuha ayat 10
Susunan ayat ini sama dengan ayat sebelumnya dan juga terdapat kaidah taqdim
yang mengandung pesan ihtimâm. Artinya bagaimanapun adanya maka janganlah
engkau membentak orang yang meminta-minta
Adh-Dhuha ayat 11
Dalamۙayatۙiniۙsusunanۙjârۙmajrûrۙdidahulukanۙsebelumۙfi’ilnyaۙjugaۙberfungsiۙ
penekanan pada perkara tersebut sebagaimanaۙduaۙayatۙsebelumnya.ۙKataَۙۙۙبِنِ ْع َمتِك
7
ْۙ ۙ َحد
adalahۙ susunanۙ jârۙ danۙ majrûrۙ yangۙ berkaitanۙ (muta’alliq)ۙ denganۙ kataۙ ِث
kedudukanۙdariۙjârۙdanۙmajrûrۙiniۙadalahۙmaf’ûlۙ(obyek).ۙDidahulukannyaۙmaf’ûlۙ
padaۙayatۙiniۙjugaۙberfungsiۙuntukۙmemberikanۙpenekanan, sehingga makna ayat
iniۙadalahۙkabarkanۙdenganۙni’matۙTuhanmu.
PadaۙayatۙiniۙterdapatۙkandunganۙilmuۙMa’niۙberupaۙkalamۙinsya’ۙthalabiۙyaituۙ
berupa istifham kata tanya disebut istifham karena terdapat kata tanya pada awal
ayat yakni huruf hamzah yang berfungsi sebagai tashdiq (mengetahui bahwa
penisbatan antara dua perkara itu terjadi sesuai dengan fakta atau tidak). Orang-
orangۙ Arabۙ menggunakanۙ istilahۙ “lapangۙ dada”ۙ untukۙ mengungkapkanۙ sifatۙ
lemah lembut dan kuat. Kata lapang dada merupakan kinayah dari sifat gembira.
Pada ayatۙ iniۙ terdapatۙ kandunganۙ ilmuۙ ma’niۙ berupaۙ kalamۙ khabarۙ berupaۙ
faidhatul khabar yaitu memberi informasi pada seseorang yang belum mengetahui
informasi tersebut. Allah memeberi kabar kepada Nabi Muhammad bahwa nama
Rosullullah Muhammad Saw senantiasa disebutkan mengiringi nama Allah SWT.
Seperti dalam syahadat, dalam adzan dan juga iqamat. Juga termasuk
meninggikan nama rosululloh Saw dalam ketaatan .
8
َ ۙض
َۙظ ْه َرك ْ الَّ ِذ
َ َيْٓۙا َ ْنق
Padaۙayatۙiniۙterdapatۙkandunganۙimuۙma’niۙberupaۙkalamۙkhabarۙberupaۙfaidatulۙ
khabar yaitu memberi Informasi pada seseorang yang belum mengetahui
Informasi tersebut. Allah memberi kabar kepada Nabi Muhammad bahwa nama
Rasulullah Muhammad saw senantiasa disebutkann mengiringi nama allah SWT.
Pada ayat ini juga terdapat kandungan washl yang berkaitan dengan ayat
sebelumnya, yakni karena kedua kalimat tersebut sama-sama kalam khabar dan
memiliki keserasian makna yang sempurna ( Musabbah tammah ) baik secara
lafadz dan makna atau makna saja. Pada ayat ini terdapat kandungan ilmu ma’ani
berupa kalam khabar yang bertujuan sebagai faidatul khabar yaitu memberi
informasi pada seseorang yang belum mengetahui informasi tersebut bahwa allah
memberitahu kepada semua manusia bahwa ada satu kesulitan dan disusul dengan
ada kemudahan.
ْ ا َِّنۙ َم َع
ۙۙالعُس ِْرۙيُس ًْرا
Padaۙayatۙiniۙjugaۙterdapatۙkandunganۙkhabarۙthalabiۙkarenaۙterdapatۙkataۙۙۙإنyaituۙ
merupakanۙ adatۙ taukidۙ untukۙ memberikan informasikan pada seseorang yang
ragu-ragu terhadap informasi yang akan kita sampaikan.
Dalamۙ ayatۙ iniۙ jugaۙ terdapatۙ kandunganۙ fashlۙ berupaۙ taukidۙ ma’nawiۙ (penguatۙ
secara maknawi) untuk jumlah yang pertama dan berfaedah menetapkan (Taqrir),
9
ketetapan ini adakalanya karena sama lafadz dan makna tujuannya adalah untuk
menghilangkan kesalahfahaman.
Dalam ayat ini juga terdapat kandungan ithnab yakni dengan mengulang-
mengulang kalimat agar maknanya merasuk ke dalam hati. Dan juga terdapat
kandunganۙ ilmuۙ badi’ۙ yaituۙ ithbaqۙ (berkumpulnyaۙ duaۙ kataۙ yangۙ berhadapanۙ
dalam rangkaian satu kalimat karena ada kata yang saling berlawan)ۙyaituۙpadaۙ
kalimatۙۙالعسرۙيسراyangۙbermaknaۙkemudahannۙdanۙkesulitan,ۙkataۙ(ۙ)العسرdanۙ(ۙ)يسرا
merupakanۙjinasۙnaqishۙkarenaۙterdapatۙperbedanۙsatuۙhurufۙdiawal.
7. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain),
Dalamۙayatۙiniۙterdapatۙkandunganۙilmuۙbadi’ۙpadaۙkalimatۙۙفانصبdanۙۙفارغبdalamۙ
kategoriۙ muhassinatۙ lafdziyahۙ yakniۙ berupaۙ sajakۙ mutawaziۙ (saja’ۙ yangۙ
persesuaiannyaۙterletakۙpadaۙakhirۙkataۙsaja’).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surat al-Dhuhâ adalah surat makkiyah, turun setelah surat al-Fajr, terdiri dari
11 ayat, 40 kata dan 172 huruf. Dinamakan surat al-Dhuhâ karena mengambil
nama pembuka surat, yaitu Allâh bersumpah dengan al-Dhuhâ; permulaan siang
ketika matahari mulai tinggi. Hal ini menunjukkan pentingnya waktu tersebut
yang ditandai dengan munculnya cahaya yang merupakan simbol bagi kebenaran,
karena ayat ini berbicara tentang Nabi Muhammad, karenanya dimulai dengan al-
Dhuhâ.
Ad-Dhuha
• Majaz Mursal juziyah : majaz yang maknya tidak ada keserupaan dan
disebutkan dari sebagian ke keseluruhan.
11
kepadaۙsesuatuۙyangۙbukanۙaslinyaۙkarenaۙadanyaۙ‘alaqahۙsertaۙۙqarinahۙ
(susunan kalimat) yang mencegah terjadinya penyandaran makna ke lafaz
tersebut.
• Lam ikhtishah : Lam pada ayat ini mengandung kekhususan untuk nabi
Muhammad saja yakni berupa kebaikan yang berhubungan dengan pribadi
nabi.
• Isti’nafiyahۙ(ۙ)إستئناف:ۙmenurutۙbahasaۙartinyaۙpermulaan.
12
Al-insyirah
• Insya Thalabi : Kalam yang menuntut pada sesuatu yang dituju yang
belum didapatkan saat penuntutan.
• Washl : menghubungkanۙduaۙkalimatۙdenganۙhurufۙ‘athafۙkarenaۙadanyaۙ
kesamaan bentuk dan kandungan makna, atau untuk menghindarkan
kesamaan.
• Jinas Naqis : termasuk Jinas ghair tam adalah dua kata yang mirip
pengucapannya tetapi tidak sama pada salah satu dari empat hal, yaitu:
jenis huruf, harakat huruf, jumlah huruf dan urutan huruf. Jinas Naqis
adalah jinas yang beda jumlah hurufnya.
• As-Saja' : adalah kesamaan huruf akhir pada dua fashilah atau susunan
kalimat. Yang dimaksud fashilah bisa bait, ayat, kalimat, atau penggalan
kalimat.ۙ Saja’dapatۙ membentukۙ bunyiۙ danۙ nadaۙ hurufۙ yangۙ indahۙ danۙ
berirama. Saja’ۙ terbagiۙ tigaۙ bagian,ۙ diantaranya: Saja’ۙ Mutharraf (Yaitu
dua fasilah yang berbeda wazannya tapi sama huruf akhirnya), Saja’ۙ
Mutawazi (Sajak yang dua fashilahnya serasi (sama wazan dan huruf
akhirnya), namun seluruh bagian-bagian kalimat lainnya tidak serasi (tidak
sama wazan dan huruf akhirnya), Saja’ۙ Murashsha’ (Sajak yang dua
fashilahnya serta seluruh atau sebagian besar bagian-bagian)
13
DAFTAR PUSTAKA
Arifah,ۙ M,ۙ (2013),ۙ kalamۙ Insya’ۙ Thalabyۙ Fiiۙ Suragۙ Lukman.ۙ Skripsi.ۙ Fakultasۙ
Adab. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
14