Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASPEK BALAGHAH : SURAT AD-DHUHA DAN SURAT AL-INSYIRAH

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Balaghah)

Dosen Pengampu : Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A.

Disusun Oleh :

Widatul Masamah 11200340000129

Ela Nanda Mustika 11200340000046

Nabila Azzahra 11200340000144

Mouratun Zikra 11200340000174

Putri Arofah 11200340000116

Rida Roudotus Syarifah 11200340000071

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya, sehingga kamidapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam senantiasa kami curahkan pada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya sepanjang zaman ini.

Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada pihak-pihak yang


telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa ucapan terimakasih
kami haturkan kepada Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A. yang telah
membimbing kami sebagai dosen mata kuliah Balaghah.

Makalah dengan judul Aspek Balaghah: Surat Ad-Dhuha dan Surat Al-
Insyirah ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi salah satu rangkaian tugas mata
kuliah Balaghah FakultasUshuluddin Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan belumsempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi perbaikan makalah yang selanjutnya. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuapihak dan menjadi referensi
untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Ciputat, 25 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR… .................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan Masalah......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Aspek Balaghah Surat Ad-Dhuha ..........................................................2


B. Aspek Balaghah Surat Al-Insyirah ........................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balaghah adalah cabang ilmu Bahasa Arab dalam bentuk sastra Arab. Ilmu
balaghah mengkaji makna-makna yang terkandung dalam bahasa Arab
khususnya pada pembahasan ini objeknya yaitu Al-Qur’an. Tidak hanya
makna yang tersurat tetapi ada makna tersirat dalam bahasa atau penyampain
dalam Al-Qur’an itu akan dikaji makna yang terkandung di dalamnya. Kajian
Balaghah secara garis besar terbagi menjadi tiga, yaitu Bayan, Ma’ani dan
Badi. Ilmu bayan adalah suatu disiplin ilmu yang memperlajari cara
mengungkapkan bahasa dengan susunan kalimat yang beragam, di mana
sebagian lebih jelas penunjukkan maknanya atau lebih berkesan dari yang
lain. Kemudian, ilmu Ma’ani adalah pokok-pokok dan dasar-dasar untuk
mengetahui tata cara menyesuaikan kalimat kepada kontekstualnya sehingga
cocok dengan tujuan yang dikehendaki. Yang terakhir, ilmu Badi adalah ilmu
yang mempelajari tentang keindahan suatu kalimat baik dari segi lafaz
maupun makna.

Pada pembahasan kali ini adalah aspek Balaghah pada Surat Ad-Dhuha
dan Surat Al-Insyirah. Pada makalah ini, akan dikupas segala aspek balaghah
dari kedua surat tersebut, yang juga akan menampilkan keindahan pada kedua
surat tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aspek balaghah dalam Surah Ad-Dhuha?

2. Bagaimana aspek balaghah dalam Surah Al-Insyirah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui aspek balaghah dalam Surah Ad-Dhuha

2. Untuk mengetahui aspek balaghah dalam Surah Al-Insyirah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek Balaghah Surat Ad-Dhuha

Ad-dhuha ayat 1

ۙ ٰ‫َوالضُّح‬
‫ى‬

Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah)

Ini merupakan majâz mursal yang alaqahnya juziyyah, yaitu dengan menyebutkan
bagian sesuatu tapi yang dimaksud adalah keseluruhan. Dalam hal ini kata dhuha
yang merupakan bagian dari waktu siang akan tetapi yang dimaksud dengannya
adalah siang secara keseluruhan. Dikatakan sebagai majaz karena makna asal dari
kata dhuha adalah waktu dimana matahari mulai meninggi. Apabila dilihat dari
pembandingnya yaitu kata lail maka makna yang sesuia dari kata dhuha adalah
keseluruhan siang.

Ad-dhuha ayat 2

َ ۙ‫َوالَّ ْي ِلۙاِذَا‬
ۙ ٰ‫سج‬
‫ى‬

Dan demi malam apabila telah sunyi


Kata ‫سج ًْوا‬
َ ‫س َجى َي ْس ُجو‬
َ pada awalnya digunakan untuk mensifati ombak yang tenang
kemudian kata ini menjadi umum sehingga digunakan untuk mensifati malâm
ketika hening atau tenang. Dalam hal inipun para ulâma berbeda pendapat tentang
ketenanganۙyangۙdimaksudۙapakahۙyangۙdimaksudۙadalahۙ”tenangnyaۙmalâmۙdariۙ
suaraۙ manusiaۙ karenaۙ padaۙ waktuۙ ituۙ merekaۙ sedangۙ tidur”ۙ atauۙ “memangۙ
malâmnyaۙ sendiriۙ yangۙ tenang”.ۙ Jadiۙ menurutۙ pendapatۙ pertamaۙ isnâdۙ
َ ) kepada malâm( ‫ ) الَّليْل‬adalah isnâd majâzi,
(penyandaran) kata tenang ( ‫س َجى‬
karena yang tenang bukan malâmnya tetapi manusianya.

Sedangkan menurut pendapat yang kedua ketenangan yang dimaksud adalah


tenangnya udara pada malâm hari meskipun begitu udara tidakۙdapatۙdikatakanۙ
benar-benarۙ tenangۙ karenaۙ iaۙ terusۙ bergerakۙ meskipunۙ lâmban.ۙ Jadiۙ kataۙ ‫س َجى‬
َ ۙ

2
ْ
apabilaۙdinisbatkanۙkepadaۙ‫ۙليَل‬makaۙnisbatۙtersebutۙjugaۙnisbatۙatauۙisnâdۙmajâzi.

Penisbatan seperti itu termasuk dalam cabang ilmu bayân yaitu ”Majâzۙ‘aqli”

Disebutۙ jugaۙ ”majâzۙ hukmi”ۙ atauۙ “isnâdۙ majâzi”,ۙ yaituۙ suatuۙ bentukۙ kalimatۙ
majâzi yang diungkapkan dengan menggunakan kata kerja atau kata-kata yang
semaknaۙdengannyaۙsepertiۙisimۙfâ’ilۙatauۙisimۙmaf’ulۙatauۙmasdarۙkeۙpengertianۙ
yang lain atau penyandaran yang tidak sebenarnya karena adanya hubungan dan
korelasi yang menghalangi dipahaminya sebagai penyandaran yang hakiki antara
kedua makna tersebut.

Ad-dhuha ayat 3

ۙ‫ۙو َماۙقَ ٰلى‬


َ َ‫ۙربُّك‬ َ َّ‫اۙود‬
َ َ‫عك‬ َ ‫َم‬

Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula)


membencimu.
Ayat di atas merupakan jawaban sumpah (jawâb al-qasam). Jawâb al-qasam apabila
pada kalimat manfiyyah maka tidak didahului dengan lâm. Karenanya pada ayat ini
menggunakan huruf nafi mâ yang berarti tidak atau bukan.

َ َ‫ َود‬pada asalnya adalah dari kata ُ‫ع ۙة‬


Kata ۙ‫ع‬ َ َّ‫ الد‬yaitu doa yang ditujukan kepada
seorang musafir agar dijauhkan oleh Allâh dari hal-hal yang tidak diinginkan Kata
َۙ‫ َربُّك‬adalahۙsusunanۙmudhafۙdanۙmudhafۙilaihۙyangۙmerupakanۙfâ’ilۙdariۙwadda’a.ۙ
Sedangkan ‫ وما قلى‬dihilangkan (hadzf) obyeknya karena telah diketahui pada kata
َ َّ‫ َما َود‬, jadi sudah jelas bahwa obyeknya adalah kaf al mukhâthab. Al-Farra’ۙ
َۙ‫عك‬
mengatakan maksud dari ayat tersebut adalah wa ma qalaaka, akan tetapi kafnya
dihilangkan (hadzf). Maksud dari hadzf di sini adalah:

Pertama, dihilangkan kaf (ۙ ‫ ۙ) ۙك‬diۙ siniۙ karenaۙ dianggapۙ cukupۙ adanyaۙ kafۙ yangۙ
pertamaۙpadaۙmaۙwadda’aka.ۙDanۙuntukۙpenyesuaianۙakhirۙayatۙdenganۙal-yaa’.

Kedua, hadzf kaf berfungsi ithlaq (umum), artinya Allâh tidak membencimu dan
sahabatmuۙsertaۙorangۙyangۙmencintaimu.4ۙIniۙtermasukۙI’jazۙlafdziۙdikarenakanۙ
telah diketahui sebelumnya obyek yang dihilangkan. Atau juga masuk dalam
kategori ikhtishar lafzhi yang berfungsi meringkas lafazh untuk tujuan
memberikan banyak makna.

3
Ad-dhuha ayat 4

ۙ‫ۙاْلُ ْو ٰلى‬ ٰ ْ َ‫َول‬


ْ َ‫ْلخِ َرةُۙ َخي ٌْرۙلَّكَ ۙمِ ن‬

Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.

Kalimatۙiniۙma’tûfۙpadaۙkalimatۙۙ‫ َوالضُّحٰ ى‬, maka susunan kalimat tersebut didahului


denganۙ mubtada’.ۙ Artinyaۙ setelah ditiadakan kebencian kemudian Rasulullah
diberi kabar gembira bahwa yang akan datang lebih baik dari pada yang awal.
Karenaۙ ayatۙ iniۙ ma’tûfۙ padaۙ kalimatۙ qasamۙ yangۙ berfunsiۙ untukۙ menta’kidkanۙ
makna maka ayat ini juga didahului dengan lâm al-ibtida’ yang juga berfungsi
untukۙ menta’kidkanۙ kalâmۙ bahwaۙ kehidupanۙ akhiratۙ lebihۙ baikۙ dariۙ padaۙ
kehidupan dunia. Adapun kata ُ ۙ‫ۙۙولَ ْْلخِ َرة‬danۙ‫ى‬
َ َ‫ۙاأل ُ ْول‬disebutkanۙdalamۙbentukۙma’rifahۙ
bertujuanۙuntukۙ“ta’mim”ۙsehinggaۙmaknaۙkalimatۙiniۙmencakupۙkeberlangsungan
yang menyeluruh baik pada wahyu yang terus turun atau pada kebaikan yang
lainnya.

Adaۙyangۙberpendapatۙbahwaۙ“lâm”ۙpadaۙduaۙkataۙtersebutۙadalahۙ“lâmۙal-jins”ۙ
artinya bahwa setiap sesuatu yang dilakukan dengan pelan-pelan dan kehati-hatian
itu lebih baik dari pada yang dilakukan dengan tergesa-gesa. Huruf lâm pada ۙ‫لك‬
adalah lâm al-ikhtishash, artinya bahwa kebaikan tersebut dikhususkan untuk
Nabi Muhammad dan hal ini mencakup apa yang berhubungan dengan pribadi
Nabi, agamanya dan umatnya. Ini adalah janji dari Allâh bahwa agama Islâm akan
tersebar dan Allâh akan memberikan kepada umatnya kebaikan-kebaikan yang
diinginkan Rasul bagi umatnya.

Ad-dhuha ayat 5

ۙ‫ۙربُّكَ ۙفَت َْرضٰ ى‬


َ َ‫فۙيُعْطِ يْك‬ َ َ‫َول‬
َ ‫س ْو‬

Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu,


sehingga engkau menjadi puas.

Ayat ini merupakan kalimatۙisti’nafiyahۙ(permulaan)ۙyangۙdidahuluiۙolehۙlâmۙal-


ibtida’ۙ.ۙLâmۙal-ibtida’ۙiniۙmasukۙpadaۙkhabarۙyangۙberfungsiۙuntukۙmenegaskanۙ
kandunganۙkalimat.ۙMutada’ۙdalamۙkalimatۙiniۙmahdzufۙ(dihilangkan)ۙyaituَۙۙ‫ۙاَ ْنت‬.ۙ

4
jadiۙ susunanۙ kalimatnyaۙ َۙ‫فۙ يُعْطِ يْك‬ َ ۙ َ‫ ۙ َو َأل َ ْنت‬.ۙ Menurutۙ pendapatۙ iniۙ lâmۙ tersebutۙ
َ ‫س ْۙو‬
bukanlahۙlâmۙal-qasamۙkarenaۙlâmۙqasamۙtidakۙakanۙmasukۙpadaۙfi’ilۙmudhari’ۙ
kecualiۙdisertaiۙdenganۙnunۙtaukid

Kata ‫ سوف‬padaۙ ayatۙ tersebutۙ sebagaiۙ gantiۙ dariۙ salahۙ satuۙ “duaۙ nunۙ taukid”,ۙ
seakan-akan ayat tersebutۙ mengatakanۙ َۙ‫ۙولَنُعْطِ يَنَّك‬
َ meskipunۙ pemberiannyaۙ
diakhirkanۙ karenaۙ dalamۙ pengakhiranۙ pemberianۙ tesebutۙ adaۙ maslahahnya.ۙ
Pendapatۙ iniۙ jugaۙ disetujuiۙ olehۙ Ibnۙ Hisyâmۙ dalamۙ Mughniۙ al-Labib.ۙ Hurufۙ
istiqbâlۙ ‫ سوف‬berfungsi pemberitahuan bahwa pemberian yang dijanjikan akan
terus menerus ada tidak terputus, sebagaimana pada ayat yang lain: Kata ‫ى‬
ۙ ‫ۙأعط‬
termasukۙ kataۙ yangۙ bolehۙ dihilangkanۙ salahۙ satuۙ maf’ûlnya.ۙ Karenanyaۙ bolehۙ
َ ‫ۙۙأ َ ْع‬atauۙbolehۙjugaۙdikatakanۙ‫طيْتُ ۙزَ ْي ۙدًا‬
dikatakanۙۙ‫طيْتُ ۙزَ ْيدًاۙد ِْر َه ًما‬ َ ‫ أ َ ْع‬.

Kemudian lafazhۙ ۙ‫ ربك‬adalahۙsusunanۙlafazhۙma’rifahۙyangۙterdiriۙ dariۙmudhaf-


mudhafۙilaih.ۙPemilihanۙlafazhۙ“rabb”ۙdanۙdiidhafahkanۙkepadaۙkafۙkhitabۙyangۙ
tertuju pada Rasulullah mengandung arti bahwa perhatian yang khusus kepada
Rasul artinya Rasul benar-benar mendapatkan pertolongan dan kemuliaan dari
Allâhۙta’ala.

َ ‫ ۙفَت َْر‬adalahۙ fâ’ۙ ta’qibۙ yangۙ berartiۙ bahwaۙ pemberianۙ


Hurufۙ fâ’ۙ dalamۙ lafazhۙ ‫ضى‬
tersebutۙ manfaatnyaۙ akanۙ segeraۙ dirasakanۙ olehۙ orangۙ yangۙ mendapatkannyaۙ
ketikaۙdiaۙridhaۙdenganۙpemberianۙtersebut.

Ad-dhuha ayat 6

ۙ‫اَلَ ْمۙيَ ِجدْكَ ۙيَتِ ْي ًماۙفَ ٰا ٰوى‬

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu)

Ayat ini didahului dengan hamzah istifhâm (pertanyaan). Para ulâma bahasa
mengatakan bahwa hamzah yang dimaksud berarti istifhâm taqriri (pertanyaan
yang berfungsi untuk menetapkan), yaitu menetapkan apa yang disebutkan setelah
al-nafi.

Hamzah pada ‫ ألم‬berfungsi untuk inkari al-nafyi (mengingkari kata nafi), dan
menetapkan al-manfi. Seakan-akan kata lâm tidak berfungsi, sehingga kalimat

5
َ ‫ۙقَد‬.ۙAtauۙmaknanyaۙtetapۙdalamۙsusunanۙnafi,ۙdenganۙ
tersebut menjadi:ۙ‫ْۙو َجدَكَ ۙيَتِ ْي ًما‬
ُ denganۙ ‫ ۙالع ِْل ُۙم‬,ۙ hurufۙ kafۙ adalahۙ maf’ûlۙ pertamaۙ danۙ kataۙ ۙ‫ۙيَتِ ْي ًما‬
mengartikanۙ ُ‫ۙالو ُج ْو ۙد‬
adalahۙmaf’ûlۙkedua.ۙSehinggaۙsusunannyaۙmenjadiۙۙ.ۙ‫ۙأَلَ ْمۙيَ ْعلَمْكَ ۙهللاُۙۙيَتِ ْي ًما‬Akan tetapi
susunan yang terdapat pada ayat di atas lebih indah dari pada maknanya. Kata lâm
berfungsiۙ nafiۙ untukۙ fi’ilۙ mâdhiۙ meskipunۙ padaۙ ayatۙ diۙ atasۙ masukۙ padaۙ fi’ilۙ
mudhâri’.

Hurufۙfâ’ۙpadaۙ‫ۙفَ َآوى‬berfungsiۙsebagaiۙakibatۙdariۙkalimatۙsebelumnya.

Sedangkanۙ lafazhۙ ‫ۙآوى‬


َ yangۙ berartiۙ pulangۙ keۙ rumahۙ atauۙ kembaliۙ keۙ tempatۙ
berteduh.ۙ Jadiۙ hamzahۙ yangۙ terdapatۙ padaۙ kataۙ ‫ۙآوى‬
َ adalahۙ hamzahۙ ta’diyah,ۙ
artinyaۙ menjadikannyaۙ pulangۙ atauۙ kembali.ۙ Kataۙ iniۙ dapatۙ diartikanۙ denganۙ
perlindunganۙۙatauۙۙpemenuhanۙkebetuhanۙsecaraۙmajâzۙatauۙisti’ârah.

Ad-dhuha ayat 7

ۙ‫ض ۤا اْلۙفَ َه ٰدى‬


َ ۙ َ‫َو َو َجدَك‬

dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia


memberikan petunjuk

Kalimatۙiniۙma’thufۙterhadapۙayatۙyangۙmemuatۙkalimatۙinkarۙsebelumnya,ۙhanyaۙ
saja kalimat pada ayat ini tidak didahului dengan huruf istifhâm, kalimat ini
susunannyaۙadalahۙitsbatۙ(penetapan).ۙAtauۙayatۙiniۙma’thufۙpadaۙfi’ilۙmudhari’ۙ
yang manfi dengan didahului oleh lâm, sehingga susunan maknanya menjadi

‫ضاْلۙفَ َهدَى‬ َ ‫أَ َّم َاو َجدَكَ ۙ َي ِت ْي ًماۙفَ َآو‬


َۙ ۙ َ‫ىۙو َو َجدَك‬

Susunan dan cara memaknainya sama dengan ayat sebelumnya. Yaitu kaf sebagai
maf’ûlۙpertamaۙdanۙkataۙ‫ضاْل‬
َ ۙsebagai maf’ulۙkedua.

Adh-Dhuha ayat 8

ۙ‫ع ۤا ِٕى ًْلۙفَا َ ْغ ٰنى‬


َ ۙ َ‫َو َو َجدَك‬

dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia


memberikan kecukupan.

6
Sebagaimanaۙpadaۙayatۙkeۙtujuh,ۙsusunanۙayatۙiniۙjugaۙfi’ilۙdanۙfâ’ilۙatauۙjumlahۙ
fi’liyah.ۙ Susunanۙ kalimatnyaۙ danۙ caraۙ memaknainyaۙ samaۙ denganۙ ayatۙ
sebelumnya. Pada akhir dari tiga ayat di atas (6,7, dan 8) kalau kita perhatikan,
lafazh ‫ۙ فَ َآوف‬,‫ۙ فَدَهَى‬,‫ ۙأغنى‬ditiadakanۙ maf’ûlۙ dariۙ ketiganyaۙ dikarenakanۙ ketiga
maf’ûlnyaۙsudahۙdiketahuiۙyaituۙdhamirۙkhitâb.

Adh-Dhuha ayat 9

ْ ‫فَا َ َّم‬
ۙ‫اۙاليَتِي َْمۙفَ َْلۙت َ ْق َه ْر‬

Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.

ۙ‫ۙأَ َّما‬adalahۙhurufۙsyarthiyyahۙtafshiliyyahۙyaituۙhurufۙsyaratۙyangۙharusۙdidahuluiۙ
denganۙpemisahۙantaraۙsyaratۙdanۙjawabۙsyaratnya.ۙHurufۙfâ’ۙberfungsiۙsebagaiۙ
jawabanۙ(ۙ‫ۙ)ۙال َج َواب‬danۙbalasanۙ(ۙ‫)ۙال َجزَ اء‬.ۙAdapunۙkataۙۙ‫ۙال َيتِ ْي ُم‬al-fashilۙantaraۙ‫ۙأ َ َّما‬danۙ
jawabnya.ۙ‫ۙأَ َّما‬sendiriۙartinyaۙadalahۙbagaimanapunۙadanya,ۙjadiۙmaknaۙdariۙayatۙ
iniۙ secaraۙ keseluruhanۙ adalahۙ bagaimanapunۙ adanyaۙ makaۙ jaganlahۙ engkauۙ
menghardikۙanakۙyatim.

Adh-Dhuha ayat 10

ۙ‫َواَ َّماۙالس َّۤا ِٕىلَۙفَ َْلۙت َ ْن َه ْر‬

Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau


menghardik(nya).

Susunan ayat ini sama dengan ayat sebelumnya dan juga terdapat kaidah taqdim
yang mengandung pesan ihtimâm. Artinya bagaimanapun adanya maka janganlah
engkau membentak orang yang meminta-minta

Adh-Dhuha ayat 11

ْ ‫ِۙر ِبكَ ۙفَ َحد‬


ۙ‫ِث‬ َ ‫َواَ َّماۙ ِب ِن ْع َمة‬

Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).

Dalamۙayatۙiniۙsusunanۙjârۙmajrûrۙdidahulukanۙsebelumۙfi’ilnyaۙjugaۙberfungsiۙ
penekanan pada perkara tersebut sebagaimanaۙduaۙayatۙsebelumnya.ۙKataَۙۙ‫ۙبِنِ ْع َمتِك‬

7
ْۙ ‫ۙ َحد‬
adalahۙ susunanۙ jârۙ danۙ majrûrۙ yangۙ berkaitanۙ (muta’alliq)ۙ denganۙ kataۙ ‫ِث‬
kedudukanۙdariۙjârۙdanۙmajrûrۙiniۙadalahۙmaf’ûlۙ(obyek).ۙDidahulukannyaۙmaf’ûlۙ
padaۙayatۙiniۙjugaۙberfungsiۙuntukۙmemberikanۙpenekanan, sehingga makna ayat
iniۙadalahۙkabarkanۙdenganۙni’matۙTuhanmu.

B. Aspek Balaghah Surat Al-Insyirah

Al-Insyirah ayat 1-2

َ ۙ َ‫اَلَ ْمۙنَ ْش َرحْ ۙلَك‬


َۙ‫صد َْرك‬

1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?

َۙ‫ع ْنكَ ۙ ِو ْز َرك‬


َ ۙ‫ض ْعنَا‬
َ ‫َو َو‬

2. Dan Kami pun telah menghilangkan darimu.

PadaۙayatۙiniۙterdapatۙkandunganۙilmuۙMa’niۙberupaۙkalamۙinsya’ۙthalabiۙyaituۙ
berupa istifham kata tanya disebut istifham karena terdapat kata tanya pada awal
ayat yakni huruf hamzah yang berfungsi sebagai tashdiq (mengetahui bahwa
penisbatan antara dua perkara itu terjadi sesuai dengan fakta atau tidak). Orang-
orangۙ Arabۙ menggunakanۙ istilahۙ “lapangۙ dada”ۙ untukۙ mengungkapkanۙ sifatۙ
lemah lembut dan kuat. Kata lapang dada merupakan kinayah dari sifat gembira.

Pada ayatۙ iniۙ terdapatۙ kandunganۙ ilmuۙ ma’niۙ berupaۙ kalamۙ khabarۙ berupaۙ
faidhatul khabar yaitu memberi informasi pada seseorang yang belum mengetahui
informasi tersebut. Allah memeberi kabar kepada Nabi Muhammad bahwa nama
Rosullullah Muhammad Saw senantiasa disebutkan mengiringi nama Allah SWT.
Seperti dalam syahadat, dalam adzan dan juga iqamat. Juga termasuk
meninggikan nama rosululloh Saw dalam ketaatan .

DalamۙAyatۙ iniۙjugaۙterdapatۙ kandunganۙfashlۙ berupaۙ ‫ۙبيانۙ اإلبهام‬yaituۙberfungsiۙ


sebagaiۙpenjelasۙkelimat pertama. Dalam ayat ini juga terdapat kandungan ilmu
bayan berupa istiarah tamtsiliyah. Dosa-dosa diserupakan dengan sebuah beban
sangat berat.

Al-Insyirah ayat 3-4

8
َ ۙ‫ض‬
َۙ‫ظ ْه َرك‬ ْ ‫الَّ ِذ‬
َ َ‫يْٓۙا َ ْنق‬

3. Yang memberatkan punggungmu

َۙ‫َو َرفَ ْعنَاۙلَكَ ۙ ِذ ْك َرك‬

4. Dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.

Padaۙayatۙiniۙterdapatۙkandunganۙimuۙma’niۙberupaۙkalamۙkhabarۙberupaۙfaidatulۙ
khabar yaitu memberi Informasi pada seseorang yang belum mengetahui
Informasi tersebut. Allah memberi kabar kepada Nabi Muhammad bahwa nama
Rasulullah Muhammad saw senantiasa disebutkann mengiringi nama allah SWT.

Pada ayat ini juga terdapat kandungan washl yang berkaitan dengan ayat
sebelumnya, yakni karena kedua kalimat tersebut sama-sama kalam khabar dan
memiliki keserasian makna yang sempurna ( Musabbah tammah ) baik secara
lafadz dan makna atau makna saja. Pada ayat ini terdapat kandungan ilmu ma’ani
berupa kalam khabar yang bertujuan sebagai faidatul khabar yaitu memberi
informasi pada seseorang yang belum mengetahui informasi tersebut bahwa allah
memberitahu kepada semua manusia bahwa ada satu kesulitan dan disusul dengan
ada kemudahan.

Al-Insyirah ayat 5-6

ْ ‫فَا َِّنۙ َم َع‬


ۙ‫ۙالعُس ِْرۙيُس ًْرا‬

5. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,

ْ ‫ا َِّنۙ َم َع‬
ۙ‫ۙالعُس ِْرۙيُس ًْرا‬

6. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.

Padaۙayatۙiniۙjugaۙterdapatۙkandunganۙkhabarۙthalabiۙkarenaۙterdapatۙkataۙۙ‫ۙإن‬yaituۙ
merupakanۙ adatۙ taukidۙ untukۙ memberikan informasikan pada seseorang yang
ragu-ragu terhadap informasi yang akan kita sampaikan.

Dalamۙ ayatۙ iniۙ jugaۙ terdapatۙ kandunganۙ fashlۙ berupaۙ taukidۙ ma’nawiۙ (penguatۙ
secara maknawi) untuk jumlah yang pertama dan berfaedah menetapkan (Taqrir),

9
ketetapan ini adakalanya karena sama lafadz dan makna tujuannya adalah untuk
menghilangkan kesalahfahaman.

Dalam ayat ini juga terdapat kandungan ithnab yakni dengan mengulang-
mengulang kalimat agar maknanya merasuk ke dalam hati. Dan juga terdapat
kandunganۙ ilmuۙ badi’ۙ yaituۙ ithbaqۙ (berkumpulnyaۙ duaۙ kataۙ yangۙ berhadapanۙ
dalam rangkaian satu kalimat karena ada kata yang saling berlawan)ۙyaituۙpadaۙ
kalimatۙ‫ۙالعسرۙيسرا‬yangۙbermaknaۙkemudahannۙdanۙkesulitan,ۙkataۙ(‫ۙ)العسر‬danۙ(‫ۙ)يسرا‬
merupakanۙjinasۙnaqishۙkarenaۙterdapatۙperbedanۙsatuۙhurufۙdiawal.

Al-Insyirah ayat 7-8

َ ‫فَ ِاذَاۙفَ َر ْغتَ ۙفَا ْن‬


ْۙ‫صب‬

7. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain),

ْۙ‫ارغَب‬ َ ‫ۙوا ِٰل‬


ْ َ‫ىۙر ِبكَ ۙف‬ َ

8. Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

Padaۙayatۙiniۙterdapatۙkandunganۙkalamۙinsya’ۙthalabiۙberupaۙAl-amr yakni pada


kalimatۙ‫ۙفانصب‬danۙ‫ۙفارغب‬denganۙsighahۙfi’ilۙamrۙdanۙtermasukۙirsyadۙyaituۙnasihatۙ
agarۙ manusiaۙ melakukanۙ pekerjaanۙ atauۙ aktivitasۙ secaraۙ totalitasۙ danۙ penuhۙ
kesungguhanۙ dimanaۙ ketikaۙ satuۙ aktivitasۙ telahۙ selesaiۙ dikerjakanۙ segaraۙ
kemudianۙ beranjakۙ keۙ aktivitas berikutnya. Hal ini juga bermakna untuk
melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh ketika kita telah selesai
melakukan berbagai urusan yang lain dan sebagai orang beriman maka sudah
sepatutnya kita hanya menggantungkan hasil akhir kepada Allah SWT. Dalam
ayat ini juga terdapat kandungan washl karena kedua kalimat tersebut sama-sama
kalamۙinsya’ۙdanۙmemilikiۙkeserasianۙmaknaۙyangۙsempurnaۙ(musabbahۙtammah)ۙ
baik secara lafaz dan makna atau makna saja.

Dalamۙayatۙiniۙterdapatۙkandunganۙilmuۙbadi’ۙpadaۙkalimatۙ‫ۙفانصب‬danۙ‫ۙفارغب‬dalamۙ
kategoriۙ muhassinatۙ lafdziyahۙ yakniۙ berupaۙ sajakۙ mutawaziۙ (saja’ۙ yangۙ
persesuaiannyaۙterletakۙpadaۙakhirۙkataۙsaja’).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Surat al-Dhuhâ adalah surat makkiyah, turun setelah surat al-Fajr, terdiri dari
11 ayat, 40 kata dan 172 huruf. Dinamakan surat al-Dhuhâ karena mengambil
nama pembuka surat, yaitu Allâh bersumpah dengan al-Dhuhâ; permulaan siang
ketika matahari mulai tinggi. Hal ini menunjukkan pentingnya waktu tersebut
yang ditandai dengan munculnya cahaya yang merupakan simbol bagi kebenaran,
karena ayat ini berbicara tentang Nabi Muhammad, karenanya dimulai dengan al-
Dhuhâ.

Sūratۙ Al-Insyiraḥۙ atauۙ Asy-Syarḥۙ atauۙ Alamۙ Nasyraḥۙ adalah surat


Makkiyyah. Ia membicarakan kedudukan tinggi dan pangkat mulia Rasulullah di
sisi Allah. Surat ini berbicara mengenai nikmat Allah yang banyak kepada hamba
dan rasul-Nya,ۙMuḥammadۙs.a.w.ۙAllahۙmelapangkanۙdadanyaۙdenganۙkeimanan,ۙ
menyinari hatinya dengan hikmah dan makrifat, mensucikan hatinya dari dosa dan
kesalahan. Semua itu bertujuan menghibur Nabi s.a.w. atas penderitaan yang
beliau alami karena gangguan orang kafir yang durhaka dan menentramkan hati
beliau dengan cahaya yang diberikan Allah kepadanya. Sūrat-Insyiraḥۙ jugaۙ
membahas dakwah Nabi s.a.w. ketika beliau di Makkah. Pada saat itu beliau
bersama kaum muslimin mengalami penderitaan dari orang kafir yang
mendustakan. Surat ini menentramkan beliau bahwa kemenangan akan segera
tiba.ۙ“Karenaۙsesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudahۙkesulitanۙituۙadaۙkemudahan.”

Perbendaharaan balaghah masing-masing ayat

Ad-Dhuha

• Majaz Mursal juziyah : majaz yang maknya tidak ada keserupaan dan
disebutkan dari sebagian ke keseluruhan.

• Majaz aqli : menyandarkan perbuatan (aktivitas) atau yang semakna

11
kepadaۙsesuatuۙyangۙbukanۙaslinyaۙkarenaۙadanyaۙ‘alaqahۙsertaۙۙqarinahۙ
(susunan kalimat) yang mencegah terjadinya penyandaran makna ke lafaz
tersebut.

• Al qasam : merupakan jawaban qasam ( sumpah) pada ayat 1 dan 2 disini


menggunakan harfu ma karena jika kalimat manfiyah yang berupa jawabul
qasam maka huruf yang digunakanۙadalahۙۙ‫ۙم‬bukanۙ‫ۙل‬

• Lam ikhtishah : Lam pada ayat ini mengandung kekhususan untuk nabi
Muhammad saja yakni berupa kebaikan yang berhubungan dengan pribadi
nabi.

• Isti’nafiyahۙ(‫ۙ)إستئناف‬:ۙmenurutۙbahasaۙartinyaۙpermulaan.

• Lam Ibtida' : lam yang biasa masuk pada awal kalimat.

• Hurufۙ Istiqbalۙ :ۙ yaituۙ berfaedahۙ memurnikanۙ zamannyaۙ fi’ilۙ mudhore’ۙ


yang dimasukinya hanya menunjukkan pada zaman istiqbal/mustaqbal
(zaman akan datang).

• Mudhof-mudhof Ilaih : mudhof artinya yang disandarkan/digabungkan,


sedangkan mudhof ilaih artinya yang terkena sandaran/tempat sandaran.

• Fa Ta'qib : Fa yang bermakna ta`qib bermaksud perbuatannya tiada


tempoh yakni langsung berlaku, yang kadang-kadang diterjemahkan
dengan makna 'lalu.

• Hamzah Istfham : hamzah yang akan digunakan untuk bertanya.

• Istifham Taqriri : yaitu suatu pernyataan yang membawa seseorang kepada


suatu kepastian.

• Hamzah Ta'diyah : hamzah tambahan pada wazan Af'ala.

• Athof Ma'thuf : Athaf adalah isim yang mengikuti isim sebelumnya


dengan melalui perantara huruf athaf. Isim tabi'nya disebut dengan ma'thuf
ilaih dan matbu'nya disebut dengan ma'thuf.

12
Al-insyirah

• Istiarah tamsiliyah : hubungan maknanya ada keserupaan tapi ragu2

• Fash Bayanul Ibham : penjelasan ayat al quran mengenai suatu ketentuan


yang hanya diterangkan secara garis besarnya saja

• Insya Thalabi : Kalam yang menuntut pada sesuatu yang dituju yang
belum didapatkan saat penuntutan.

• Washl : menghubungkanۙduaۙkalimatۙdenganۙhurufۙ‘athafۙkarenaۙadanyaۙ
kesamaan bentuk dan kandungan makna, atau untuk menghindarkan
kesamaan.

• Jinas Naqis : termasuk Jinas ghair tam adalah dua kata yang mirip
pengucapannya tetapi tidak sama pada salah satu dari empat hal, yaitu:
jenis huruf, harakat huruf, jumlah huruf dan urutan huruf. Jinas Naqis
adalah jinas yang beda jumlah hurufnya.

• Al-Muhassinat Al-Lafdziyyah adalah gaya bahasa yang menjadikan kata-


kata lebih indah dan enak untuk didengar dari segi lafaz atau artikulasi
bunyinya

• As-Saja' : adalah kesamaan huruf akhir pada dua fashilah atau susunan
kalimat. Yang dimaksud fashilah bisa bait, ayat, kalimat, atau penggalan
kalimat.ۙ Saja’dapatۙ membentukۙ bunyiۙ danۙ nadaۙ hurufۙ yangۙ indahۙ danۙ
berirama. Saja’ۙ terbagiۙ tigaۙ bagian,ۙ diantaranya: Saja’ۙ Mutharraf (Yaitu
dua fasilah yang berbeda wazannya tapi sama huruf akhirnya), Saja’ۙ
Mutawazi (Sajak yang dua fashilahnya serasi (sama wazan dan huruf
akhirnya), namun seluruh bagian-bagian kalimat lainnya tidak serasi (tidak
sama wazan dan huruf akhirnya), Saja’ۙ Murashsha’ (Sajak yang dua
fashilahnya serta seluruh atau sebagian besar bagian-bagian)

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifah,ۙ M,ۙ (2013),ۙ kalamۙ Insya’ۙ Thalabyۙ Fiiۙ Suragۙ Lukman.ۙ Skripsi.ۙ Fakultasۙ
Adab. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

Al-jarim, (2018). Terjemahan Al-Balaghah Wadihah. Bandung:Sinar baru


Algesindo

14

Anda mungkin juga menyukai