Anda di halaman 1dari 6

KAIDAH AL WUJUH WA AL NAZHA’IR

Oleh:
Izzati Nurkhasanah

Alamat wab :
https://www.academia.edu/36703055/KAIDAH_AL_WUJUH_WA_AL_NAZHAIR?auto=d
ownloadhttps://www.academia.edu/36703055/KAIDAH_AL_WUJUH_WA_AL_NAZHAI
R?auto=download du unduh pada 30-3-2019

Abstrak

Al-Wujuh wa al-Nazha’ir merupakan salah satu bahasan yang berkaitan dengan


konteks makna kosa kata yang terdapat di dalam al-Qur’an. Al wujuh adalah kata yang
memiliki kesamaan lafaz namun berbeda makna. Sedangkan al nazha’ir adalah kata yang
lafaz-lafaznya berbeda, namun maknanya sama, walaupun mengandung kesan atau
penekanan yang berbeda. Pembahasan al wujuh itu tentang perbedaan makna dan al
nazha’ir tentang perbedaan lafaz.

Kata kunci: al-Qur’an, al wujuh, al nazha’ir.

A. Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang penuh dengan pesan dan makna bagi umat Islam di
seluruh dunia yang tidak terbatas ruang dan waktu (salih li kulli zaman wa makan), dan tidak
ada sedikitpun keraguan didalamnya. Al-Qur’an telah membuktikan dirinya dengan
memiliki keistimewaan baik dari segi isinya, susunan kata, sastra bahkan memiliki posisi
penting dalam peradaban umat Islam.1 Nilai sastra yang terkandung dalam kalimat demi
kalimat pada setiap ayat demi ayat dan surat demi surat dari awal hingga akhir mencapai
batas yang tak terjangkau oleh kemampuan manusia untuk membuat karya yang
menyamainya.
Dalam pembahasan kali ini sastra yang begitu tinggi dalam al-Qur’an akan dibahas dalam
bentuk kaidah al wujuh wa an nadzair. Didalam al-Qur’an sering ditemukan pengulangan
kata-kata yang sama pada setiap tempatnya, kata-kata tersebut memiliki pemahaman makna

1
M.A Mustofa Kamal, “Studi Analisis terhadap Sebab-sebab Kekeliruan dalam Penafsiran Al-Qur’an”,
dalam Jurnal Manarul Qur’an, 2015, hlm. 58. Diakses dari
http://manarulquran.unsiq.ac.id/index.php/manarul/article/view/12/12
yang berbeda (wujuh). Namun pada bentuk pemahaman pada sisi kebahasaan yang lain
berbentuk pada ayat yang berbeda-beda namun tetap mempunyai arti yang sama. Seseorang
tidak bisa dikatakan sebagai ahli tafsir al-Qur’an apabila belum bisa menguasai wujuh dan
nadza’ir dalam al-Qur’an.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Pengertian Al Wujuh
Secara bahasa al wujuh merupakan lafal jama’ dari bentuk mufrod wajhun yang berarti
bermacam-macam/beragam. Adapun al wujuh menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya
Kaidah Tafsir adalah kata yang sama sepenuhnya, dalam huruf dan bentuknya yang
ditemukan dalam berbagai redaksi (ayat), tetapi beraneka ragam makna yang dikandungnya.
Misalnya, kata ‫( امة‬ummat) dalam al Qur’an terulang sebanyak 52 kali, al Husain bin
Muhammad ad-Damighani (hidup pada abad ke-11 H) menyebutkan 9 arti untuk kata
tersebut, yaitu: kelompok, agama(tauhid), waktu yang panjang, kaum, pemimpin, generasi
lalu, umat Islam, orang-orang kafir, dan manusia seluruhnya. Benang merah dari gabungan
makna-makna tersebut adalah “himpunan”.
Dengan demikian al wujuh bisa diartikan kesamaan lafadz dan perbedaan makna. Ada
yang berpendapat bahwa al wujuh serupa dengan musytarak. Namun sebenarnya ada sedikit
perbedaan antara keduanya yaitu, al wujuh dapat terjadi pada lafaz tunggal dan juga dapat
terjadi akibat rangkaian kata-kata, sedangkan musytarak hanya tertuju pada satu lafaz saja.2
2. Contoh Kaidah Al Wujuh
Para mufassir telah meneliti bahwa tidak sedikit kata-kata dalam Al Qur’an yang keluar
beberapa kali, dan setiap kali kata itu digunakan pada suatu tempat (kalimat/ayat), akan
bermakna berbeda dengan penggunaannya pada tempat lain.3 Dalam al-Itqan, setelah
dipelajari, terdapat sepuluh kata yang mempunyai banyak makna. Kata-kata tersebut adalah:
(1) huda, yang mempunyai tujuh belas4 makna, (2) al-su’u yang mempunyai sebelas arti

2
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2013), hlm. 119-120.
3
Salwa Muhammad al-’Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar el-Syuruq,
1998), hlm. 41.
4
Setelah dihitung, ternyata kitab ini justru menuliskan delapan belas tunjukan dari kata al-huda. Sementara
jika dibandingkan dengan al-Burhan karya Imam Zarkasyi kata ini memiliki tujuh belas makna. Perbedaannya
pada makna al-tsabat yang tidak ada pada al-Burhan dan terdapat pada al-Itqan. Pada ringkasan Kitab al-
Itsqan sendiri, yaitu Samudra Ilmu-ilmu Al-Quran, kata huda hanya memiliki tujuh belas makna, namun
Muhammad Ibn ‘Alawi al-Maliki (penyusun) meninggalkan makna kata itu yang merujuk kepada Nabi
Muhammad SAW. Pada kata-kata berikutnya terdapat perbedaan lainnya, seperti kata al-su’ yang hanya memiliki
tujuh makna dalam Samudra Ilmu-ilmu Al-Quran, ternyata pada kitab aslinya, Al-Itqan justru memiliki sebelas
yang berbeda, (3) al-shalah yang mempunyai sembilan makna, (4) al-rahmah yang
mempunyai empat belas makna, (5) al-fitnah yang mempunyai lima belas makna, (6) al-
ruh dengan sembilan makna, (7) al-qadha dengan lima belas arti, (8) al-zikru yang
mempunyai tujuh belas makna, (9) al-du’a yang mempunyai enam makna, dan (10) al-
ihshan dengan tiga makna. Selanjutnya, juga disampaikan kata-kata yang mempunyai makna
seragam dengan satu pengecualian, seperti kata al-asaf yang berarti “kesedihan”, dalam satu
ayat ia jadi bermakna menjadikan marah.5
Berikut ini contoh dari kata al-huda dengan berbagai perbedaan maknanya.
1. al-Tsabat (tetap, teguh) pada QS. Al-Fatihah: 6,
2. al-Bayan (penerangan) pada QS. Al-Baqarah: 5,
3. Al-Din (agama) pada QS. Ali Imran: 73,
4. al-Iman (keimanan) pada QS. Maryam: 76,
5. Al-Du’a’ (Penyeru) pada QS. Al-Ra’d: 7, dan QS. Al-Anbiya’: 73,
6. al-Rusul wa al-Kutub (Para Rasul dan Kitab-kitab) pada QS. Al-Baqarah: 38,
7. al-Ma’rifah pada QS. al-Nahl: 16,
8. Nabi saw pada QS. Al-Baqarah: 159,
9. al-Qur’an pada QS. Al- Najm; 23,
10. al-Taurat pada QS. Ghafir: 53,
11. al-Istirja’ (berharap kembali) pada QS.al-Baqarah:157,
12. al- Hujjah (argumentasi) pada QS. Al-Baqarah: 258,
13. ba’da Qaulihi Ta’ala pada QS. Al-Baqarah: 258, Atau La Yahdihim Hujjah al-
Tauhid pada QS. Al-Qashash: 57,
14. al-Sunnah pada QS. Al-An’am: 90, QS. Al-Zukhruf: 22,
15. al-Ishlah pada QS. Yusuf: 52,
16. al-Ilham pada QS. Thaha 50,
17. al-Hamahum al- Ma’asy al-Taubah pada QS. Al-A`raf 156,

makna. Begitu juga dengan buku Al-Qur’an dan Ulum Qur’an hanya menuliskan tujuh belas tunjukan dari kata al-
huda, tanpa ada makna al-irsyad.
5
Kata-kata yang termasuk kategori wujuh tidak mesti memiliki makna yang dekat antara makna pada suatu
tempat dengan pemakaiannya pada tempat lain. Pemaknaannya tergantung kepada konteks dan kalimat-kalimat
yang menjadi relasinya dalam membentuk suatu totalitas pesan yang memiliki makna tertentu. Ia juga berbeda
dengan pembahasan lafz al-musytarak, karena wujuh belum tentu musytarak dan mustarak belum tentu wujuh.
Keduanya berbeda. Jalaluddin al-Shuyuti, Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an Juz 1, hlm. 164-166.
18. al-Irsyad pada QS. Al-Qashash: 22.6
Jika ditelusuri, kata al-huda di atas dengan berbagai redaksinya, maka dapat dipahami
bahwa kata al-huda memiliki makna yang banyak dan berbeda-beda sesuai dengan konteks
ayat dan penggunaannya dalam al-Qur’an, walaupun makna-makna tersebut memiliki
hubungan. Pada dasarnya, kata al-huda berarti petunjuk Allah, dan petunjuk Allah itu adalah
agama Islam, memiliki keimanan dan keyakinan yang benar kepadaNya, dan petunjuk itu
dapat melalui berupa diutusnya para rasul dan diturunkan kitab-kitab seperti Alquran yang
diberikan kepada Nabi Muhammad saw, Taurat yang diberikan kepada Nabi Musa as. dan
petunjuk itu sebagai penerangan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa, serta hujjah
terhadap orang-orang yang zalim. untuk memperolehnya pun melalui berbagai cara seperti
ilham, taubat, bimbingan dan selalu memperbaiki diri.7
Demikian juga kata al-Shalah ( ‫ )الصالة‬memiliki beberapa makna seperti:
1. salat fardhu lima waktu (QS. Al-Baqarah); 3,
2. salat Asar (QS. Al-Ma’idah: 106),
3. salat Jumat QS. (Al-Jumu’ah: 9),
4. salat jenazah (QS. At-Taubah: 84),
5. doa (QS. Al-Taubah:103),
6. agama Islam (QS. Hud: 87),
7. bacaan (salat) (QS. Al-Isra’: 110),
8. rahmat dan istighfar (QS. Al-Ahzab: 56),
9. tempat-tempat salat (QS. Al-Hajj: 40 dan QS. Al-Nisa’: 43).
Selanjutnya, kata al-rahmat (‫ ) الرحمة‬juga mempunyai beberapa makna, di antaranya: Islam
(QS. Ali Imran:74), Iman (QS. Hud: 28), Surga (QS. Ali Imran: 107), Hujan (QS. Al-A’raf:
57), Nikmat (QS. Al-Nur: 10), Kenabian (QS. Shad: 9 dan QS. Al-Zukhruf: 32), Al-Qur’an
(QS. Yûnus: 58), Rezeki (QS. Al-Isra’: 100), pertolongan dan kemenangan (QS. Al-Ahzab:
17), al ‘afiyah (Al-Zumar: 38), al- Mawaddah (Cinta) (QS. Al-Hadid: 27 dan QS. Al- Fath:
29), al-Sa`atu (QS. Al-Baqarah 178), Ampunan (QS. Al-An`âm: 12), al-‘ishmah.8
3. Pengertian An Nadzair

6
Al-Suyuthi, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al- Kutub, 2010), hlm. 215.
7
Syukraini Ahmad, Urgensi Al-Wujûh wa Al-Nazhâ’ir dalam Alquran, Jurnal MADANIA Juni 2014, Vol.
XVIII, No. 1.
8
Al-Suyuthi, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, hlm. 216.
An-Nadzair adalah makna bagi satu kata dalam satu ayat sama dengan makna tersebut
pada ayat yang lain, kendati menggunakan kata yang berbeda. Dengan demikian an-nadzair
bisa diartikan lafadz-lafadz yang berbeda dengan makna yang sama.9Az-Zarkasyi
mengemukakan bahwa an nadzair adalah lafadz yang memiliki suatu makna tertentu yang
tetap sekalipun digunakan dalam berbagai tempat. Menurut Imam as-Suyuti nadzair itu
seperti lafadz-lafadz yang bersesuaian (lafadz muthawathi’ah).

4. Contoh Kaidah an-Nadzair


a) ‫ كسب‬dan ‫فعل‬

Kata kasaba dalam berbagai bentuknya ditemukan didalam al-Qur’an sebanyak tujuh
puluh tujuh kali, semua pelakunya adalah manusia dan apa yang dilakukannya itu berpotensi
untuk dituntut oleh Allah pertanggungjawabannya. Berbeda dengan lafadz fa’ala, lafadz
fa’ala pelakunya bisa Allah, dikemukakan bisa dalam konteks ancaman, atau jatuhnya siksa
yang tentu saja buruk bagi yang ditimpa, juga menggambarkan betapa besar kuasa-Nya itu
merupakan objek yang disampaikan-Nya.

b) ‫ قلب‬dan ‫فؤاد‬

Kata qalb ditemukan berfungsi sebagai wadah (QS. Al-Baqarah: 10) dan juga bisa
berfungsi sebagai pelaku (QS. Al-Hajj: 46). Qalb ketika berfungsi ada yang tidak berada
dalam kontrol manusia sehingga pelakunya tidak dituntut untuk mempertanggung jawabkan,
ada juga yang harus dipertanggung jawabkan. Seperti Berbeda dengan lafadz fu’adzh yang
ditemukan dalam al-Qur’an sebanyak enam belas kali, fu’ad adalah hati yang harus
mempertanggung jawabkan sikapnya. Seperti firman Allah:

‫انّما السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئوال‬

“sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan fu’ad (hati) semua itu akan dituntut
bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Isra’ :36)10

c) ‫ ضياء‬dan ‫نور‬

Allah menggunakan kata dhiya’ dalam berbagai bentuknya sebanyak enam kali.
Kesemuanya untuk yang cahayanya bersumber dari dirinya sendiri, misalnya api (QS. Al-

9
M. Quraisy Shihab, Op. Cit., hlm. 120.
10
M. Quraisy Shihab, Op. Cit., hlm. 126-128.
Baqarah: 17), kilat (QS. AL-Baqarah: 20), minyak zaitun (QS. An-Nur: 35), juga untuk kitab
suci/taurat (QS. Al-Anbiya’: 48). Sekali bersifat umum (QS. Al-Qashash: 71). Kata dhiya’
semuanya memiliki cahaya yang bersumber dari diri sendiri, sedangkan hal-hal yang disifati
dengan kata nuur meruppakan pantulan cahaya ilahi atau anugrah dari-Nya.11

C. Simpulan
Al-Wujuh dan al-Nazha’ir merupakan salah satu bahasan al-Qur’an yang berkaitan
dengan konteks makna kosakata yang terdapat didalam al-Qur’an. Al-Wujuh adalah kata
yang memilliki kesamaan pada huruf dan bentuknya dalam berbagai redaksi ayatnya, namun
mengandung makna yang berbeda. Sedangkan al-Nazha’ir adalah makna bagi satu kata
dalam satu ayat yang sama maknanya dengan makna itu pada ayat yang lain, walaupun
dengan menggunakan kata yang berbeda.
Daftar Pustaka

Ahmad, Syukraini. 2014. Urgensi Al-Wujûh wa Al-Nazhâ’ir dalam Alquran. Jurnal


MADANIA Vol. XVIII No. 1.
Al-’Awwa, Salwa Muhammad. 1998. al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Qur’an al-Karim.
Kairo: Dar el-Syuruq.
Al-Suyuthi. 2010. Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an. Beirut: Dar al- Kutub.
Kamal, M.A Mustofa. 2015. Studi Analisis terhadap Sebab-sebab Kekeliruan dalam
Penafsiran Al-Qur’an. Jurnal Manarul Qur’an. Diakses dari
http://manarulquran.unsiq.ac.id/index.php/manarul/article/view/12/12
Shihab, M. Quraish. 2013. Kaidah Tafsir. Tangerang: Penerbit Lentera Hati.

11
Ibid., hlm. 131-132.

Anda mungkin juga menyukai