Anda di halaman 1dari 16

KONSEP SAKĪNAH DALAM AL-QURAN

(Studi Tafsīr QS. FATḤ : 4 dalam pandangan M.Quraiṣ Ṣiḥāb & kritikan
terhadap pemikiran filsafat Stoikisme)

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaiakan
Tugas Akhir Mata Kuliah Metodologi Penelitian Tafsir
Pada Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran dan Tafsir

OLEH :

ANDIKA SAPUTRA

NIM 1811420014

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN & TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB & DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

2021M/1442H

BAB I
A. Latar Belakang
Al-Quran berperan sangat vital dalam kehidupan umat Islam yang berlaku
bagi seluruh muslim dunia dalam budaya apapun, ras, suku, serta warna kulit.
Pada dasarnya al-Quran tidak berbentuk linguistik, tetapi Allah Swt.
menjadikannya demikian sehingga bentuk finalnya berbentuk bahasa literal. Oleh
karena itu al-Quran adalah bacaan yang juga dilantunkan dalam bentuk literal. 1
Tetapi agar al-Quran menjadi hudan dan tidak hanya sebagai bacaan ritual semata,
pemahaman terhadap isi kandungan menjadi urgensitas utama yang harus dimiliki
seorang muslim agar hudan tersebut bisa dipahami dan dipraktekkan dalam
kehidupan sehari - hari.2 Untuk dapat memahami dan mengamalkan kandungan al-
Quran dibutuhkan ilmu bantu berupa tafsir al-Quran. Ilmu tafsir sendiri
merupakan bagian dari ilmu al-Quran yang akan selalu dibahas mengikuti
perkembangan zaman sebagaimana al-Quran yang tak pernah habis dikaji ( Salih
likuli zaman wa makan), dalam hal menafsirkan al-Quran mufassir diberikan
kemampuan untuk menalar al-Quran sebatas kemampuan seorang mufassir agar
tidak keluar dari koridor.3 Pembatasan dilakukan agar mejadi acuan supaya
mufassir tidak keliru dalam menggunakan daya nalarnya terhadap penafsiran al-
Quran.4
Isi kandungan al-Quran sebagai petunjuk umat Islam tentulah menjadi
pedoman dalam kehidupan sehari – hari supaya hidup menjadi damai tenteram,
bahagia dan selamat, hal demikian telah dijanjikan oleh Allah dalam kitab-Nya.
Sebagaimana firman-Nya :

            
      

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan


dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(An-Nahl : 97)

1
Samsurahman,”Pengantar Ilmu Tafsir” penerbit AMZAH : Jakarta tahun 2014 , hal. pendahuluan
2
Ibid.
ِ َ‫َت َّف َكروا فِي َخل ِْق اهلل واَل َت َّف َكروا فِي ذ‬
Sebagaimana dalam hadis, nabi tegaskan ‫ات اهلل‬ َ
3
ُ ُ
“fikirkanlah tentang ciptaan Allah dan jangan fikirkan tentang zat Allah”
(Lihat Al-Syuyuthi, Jami’ al-Saghir,I, hal.232)
4
Prof.Dr. Nashruddin Baidan” Wawasan Baru Ilmu Tafsir” Pustaka Pelajar : Yogyakarta, tahun 2005. Hal. 90
Dalam tafsir ringkas Kemenag RI, Ayat tersebut menegaskan kepada muslim
laki – laki dan perempuan bahwa Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat
kepada siapa saja yang beriman dan berlandaskan keikhlasan dalam mejalani
kehidupan dunia.5 Hal ini ditegaskan pula dalam tafsir Muyassar bahwa Allah
akan memberikan kehidupan yang baik dengan membuatnya rida terhadap
ketetapan Allah, kanaah, dan terbimbing menuju ketaatan sehingga orang – orang
seperti itulah yang Akan dibalas dengan pahala yang baik menuju kebahagiaan di
akhirat.6
Ayat – ayat Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Telah
memberikan keterangan supaya manusia bisa menabur bibit – bibit kebaikan
dalam hidup agar memiliki bekal menuju kehidupan yang kekal. Sebagaimana
menuju kehidupan di akhirat, tentulah kehidupan dunia menjadi prioritas utama
untuk dijadikan pijakan dalam menuju masa depan yang masih rahasia itu.
Manusia diberikan nafsu di samping diberi akal supaya ia bisa membedakan mana
yang benar(haq) dan mana yang salah(bathil) karena kehidupan dunia selalu
mengalami perubahan setiap zamannya, itulah mengapa Allah utus rasul yang
patut diteladani dengan kitab sucinya sebagai pedoman hingga akhir zaman.

. . .        

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik ....”
(Q.S Al-Ahzab : 21)

Nabi Saw. telah memberikan petuah untuk umat yang hidup tidak lagi bersama
nabi sampai akhir zaman,

‫اب اهلل َو ُسنَة َرسولِ ِه‬


َ َ‫ كت‬: ‫سكتُ ْم بِ ِه َما‬
ِ َ‫ت فِي ُكم اَمري ِن لَن ت‬
َّ ‫ضلُّوا َما تَ َم‬ َ ُ ‫َت َر ْك‬

“Kutinggalkan kepada kalian dua perkara, jika kamu berpegang teguh dengan
keduanya niscaya kamu tidak akan sesat yaitu Al-quran dan Sunnah”

Dewasa ini, kebiasaan umat manusia berubah begitu kompleks sejalan dengan
berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi. Gaya hidup masyarakat

5
Tafsirweb.com : Quran surah An-Nahl : 97
6
Ibid.
cenderung pada pola bahwa kekayaan, kesuksesan, dan kesenangan adalah tujuan
utama dalam mencapai kebahagiaan serta menghindari kehidupan dengan rasa
sakit adalah bentuk dari hidup yang sejahtera. Perilaku konsumtif dan hedonisme 7
yang dikenalkan dari masyarakat barat begitu mendominasi semua kalangan.
Kehidupan yang dibantu oleh teknologi juga memberikan dampak kepada
masyarakat untuk cenderung malas dan instan. Kebutuhan manusia kemudian
memiliki kedinamisan yang sering berbenturan dengan ajaran al-Quran.
Al-Ghazali mendefiniskan kebutuhan manusia dalam beberapa tingkatan.
Pertama kebutuhan primer (daruri) yang mencapai pada 5 pelestarian mendasar
yaitu pelestarian agama (hifzudin), pelestarian jiwa (hifzunafs), pelestarian harta
(hifzulmal), pelestarian akal (hifzul aql), dan pelestarian keturunan (hifzunnasl).
Daruriyat inilah yang menjadi hal essensial bagi kehidupan manusia. Kemudian
berikutnya kebutuhan sekunder dan tersier.8
Sementara menurut Abraham Moeslow, kebutuhan manusia ditetapkan bahwa
manusia sebagai makhluk psiko-fisik yang menempatkan dirinya dalam ruang dan
waktu, oleh karena itu ia berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, meraih cita
– cita, harapan, dan menggapai keinginan. Sebagai makhluk fisik, manusia
memiliki beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi yakni, makan, pakaian, dan
tempat tinggal. Abraham Maslow mengemukakan lima kebutuhan dasar manusia.
(1) kebutuhan fisiologis ( physiological needs), meliputi kebutuhan pokok seperti
makan, minum, tempat tinggal, dsb. (2) kebutuhan keamanan (safety and security
needs) yaitu pakaian, dan cara mempertahankan diri. (3) kebutuhan memiliki dan
pengaruh (belongingness) yaitu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain,
kerjasama, dan memberi kasih sayang. (4) kebutuhan dalam penghagaan (esteem)
yaitu kebutuhan akan kemerdekaan, penghargaan dari orang lain, prestasi, dan
kemakmuran. (5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization) yaitu keinginan
untuk berkembang, maju dan memanfaatkan potensi yang ada.9 Hal ini bertolak
belakang dengan pemahaman Al-Ghazali mengenai kebutuhan manusia, karena
seiring dengan berjalannya peradaban kehidupan umat manusia, kebiasaan dan
7
Menurut Amstrong, hedonisme adalah suatu pola atau gaya hidup yang aktivitasnya untk mencari kesenangan.
Misalnya menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang
membeli barang mahal yang disenangi, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
( lihat dalam Novita Trimarta,”Studi Kasus Tentang Gaya Hidup Hedonisme Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Universitas Ahmad Dahlan “ Jurnal Psikopendagogia Vol. 3, No. 1, 2014,, hal. 21)
8
Siti Muazaroh, Subaidi “Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Moeslow ( tinjauan maqasid
syariah)” Jurnal al-Mazahib, Vol. 7, No. 1, Juni 2019. Hal.27
9
Agus Hermawan, dkk “Psikologi Sosial” Trussmedia Grafika : Yogyakarta, April 2014. Hal.7
pola hidup manusia mengalami perubahan yang signifikan pula setiap zamannya.
Mulai dari pola bekerja, berkomunikasi, berpakaian, belajar, dsb.
Al-Ghazali memberikan penegasan bahwa kebutuhan dan keinginan itu
berbeda, tetapi Abraham Moeslow memandang keinginan adalah sebagai
landansan kebutuhan supaya memiliki hasrat atau motivasi. Ia memprioritaskan
agama sebagai kebutuhan yang utama karena pusat dari maqasid10 adalah
memelihara dari tujuan – tujuan syara’ yakni agama. Karena agama sengat
memperhatikan dengan baik kondisi batiniyah dan lahiriyah manusia. Al-Ghazali
tidak mendahulukan jiwa sebagai prioritas utama karena pencapaian maslahat
berjalan searah dengan tujuan syara’ sekalipun bertentangan dengan tujuan
manusia, sebab ketika tujuan manusia yang didahulukan maka seringkali
didasarkan pada kehendak hawa nafsu belaka.
Apabila kebutuhan manusia tersebut bersasaskan kepada pemikiran Abraham
Meoslow, maka inilah yang membuat manusia mengalami goncangan dan
ketidaktenangan karena kebutuhan hidupnya yang tidak terpenuhi layaknya
manusia kontemporer pada umumnya, meskipun penulis tidak menyalahkan
pemikirannya bila konteks tersebut masuk dalam kategori keinginan. Tolok ukur
kebutuhan mereka adalah eksistensi untuk mengatualisasikan diri bermuatan
universal yang menjunjung tinggi kebaikan terhadap hubungan sesama manusia
tetapi tidak bermuatan nilai – nilai keagamaan. Hal yang demikian dinilai tidak
sesuai dengan hakikat diciptakannya manusia sebagai khalifah fil ardh yang harus
taat dan mencintai Allah.

      

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (Q.S Adz-Zariyat : 56)

Pemakanaan hidup yang berasal dari manusia yang lemah dan sering saling
tidak mengahargai atas pencapaian dan kebaikan manusia lainnya menimbulkan

10
Konsep yang diungkapakan oleh Asy-Syatibi yang diambil dari kaidah yang menyatakan”sesungguhnya
syariah bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan dunia dan akhirat”. Ar-Risuni berpendapat bahwa maqasid
sayriah bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat manusia sejalan dengan tujuan dari hukum Allah.
(Lihat ponpes.alhasanah.sch.id/penegtahuan/mengenal-maqashid-syariah-pengertian-dan-bentuk-bentuknya/
akses pada 14 juni 2021 pukul 11.44 Wib).
keburukan baik mental, batin, dan fisik serta timbulnya pemikiran negatif tentang
kehidupan(overthinking) yang akan berujung pada buruknya perilaku.
Namun ketika yang menjadi landasan agama maka semua kebutuhan akan
terpenuhi dengan baik. Contoh kecil kebutuhan pokok manusia yang disampaikan
oleh Abraham Moeslow seperti makanan dan tempat tinggal telah dijamin oleh
Allah Swt. yang ditegaskan melalui firman-Nya dalam Q.S Hud : 11.

            
    

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh).”( Q.S Hud : 11)

Penghargaan atas prestasi dan perilaku baik antarsesama manusia yang


menjadi perioritas kebahagian dan ketenangan hidup atau kebutuhan umat
manusia telah Allah berikan solusi dalam firman-Nya.

      

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya.” (Q.S. Az-Zalzalah : 7)

Melihat realitas masyarakat Barat yang memperkenalkan kehidupan


maju(modern) dengan kebutuhan utama berbentuk materialisme dan kesenangan
hidup, maka penulis tertarik mengkaji sakinah dalam q.s fath ayat 4 sebagai solusi
agar menjadi tameng dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini.
Alasannya karena sakinah sendiri menurut KBBI memiliki makna tenang, aman,
tenteram, dan tidak ribut. Hal yang demikian sangat tepat sebagai solusi untuk
mengatasi hiruk pikuk kehidupan dunia. Dalam ayat ini mengajarkan kepada kita
bagaimana sabarnya sosok para sahabat ketika kembali dalam perang Hudaibiyah
yang telah Allah berikan sakinah kedalam hatinya.
Penulis mengambil pemikiran M.Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah
sebagai rujukan penjelasan Quran surah fath ayat 4 dikarenakan beliau merupakan
mufassir kontemporer asal Indonesia yang tidak diragukan lagi keilmuannya. Ia
merupakan alumni tafsir hadis (ilmu al-Quran dan tafsir) pada fakultas ushuluddin
Universitas Al-Azhar Mesir pada tahun 1967. kemudian melanjutkan program
magister di fakultas yang sama dengan judul thesis i’jaz at-Tasri’ li al-Quran al-
Karim, kemudian pada tahun 1980 melanjutkan program doktor dengan judul
desertasi Nazm ad-Durar li al-Baqa’i : Tahqiq wa ad-Dirasah dengan predikat
sumacumlaude.11ia telah banyak menelurkan buku – buku keislaman yang menjadi
rujukan seluruh penjuru Nusantara.
Namun demikian pada masa romawi kuno sekitar 2100 tahun yang lalu telah
terdapat solusi yang dikenalkan oleh para filsuf Yunani untuk mengatasi
kehidupan dengan logika dan etika, mereka menamainya dengan filsafat stoa atau
stoikisme. Namun etikalah yang menjadi fokus mereka, bagi mereka kebahagiaan
dan ketenangan hidup dapat diperoleh dengan menyingkirkan semua
kesalahpahaman tentang hidup dan belajar melatih pikiran dan emosi. Filsafat ini
tidak terikat oleh aliran apapun, pijakan mereka adalah akal dan budi untuk
mengelola akal dan pikiran serta emosi.12melihat dari realita filsafat ini tentu
menarik untuk diterapkan dalam kehidupan karena berpijak kepada pengendalian
diri dan emosi negatif yang keluar dari alam pikiran sadar, namun pijakan
terhadap akal semata merupakan hal yang tidak valid shingga dapat berujaung
kepada kekecewaan dan kekecewaan karena akal bisa salah(fallacy) dalam
berargumen. Berbeda dengan sakinah yang berpijak pada kalbu sebagai jalan
menuju ilahi. Dalam kasus ini, beberapa orang menggunakan filsafat ini dalam
menyelsaikan masalah, terapi mental, dan penenangan batin.
Berasaskan dari latar belakang itulah, penulis akhirnya mengangkat judul”
Konsep Sakinah dalam al-Quran (Studi tafsir qs.fath : 4 dalam pendangan
M.Quraish Sihab dan kritikan terhadap filsafat stoikisme)”semoga hipotesis
ini dapat menjadi solusi yang jitu dalam menyelsaikan persoalan kehidupan saat
ini yang hedon menjadi kebutuhan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat disimpulkan sebagai rumusan masalah
yang harus dikaji , sebagai berikut :

11
Lufaefi “Tafsir al-Mishbah : Tekstualitas, Rasionalitas, dan Lokalitas Tafsir Nusantara” Jurnal Substantia,
Vol. 21, No. 1, April 2019,,hal. 30
12
Rumahfilsafat.com/2018/01/22/stoa-dan-zen-untuk-hidup-kita/ akses pada 14 juni 2021 pukul 11.44 Wib.
1. Bagaimana konsep sakinah dalam pandangan Quraish Shihab terhadap Q.S
Fath : 4 ?
2. Bagaimana Kritiknya terhadap filsafat stoikisme ?

C. Tujuan & manfaat penelitian


1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui bagaiamana sakinah dalam tafsir al-misbah
b. Untuk menjadi rujukan dalam menyikapi kehidupan yang serba material
c. Untuk mengetahui kritikan ayat ini pada filsafat stoikisme
d. Untuk menyelesaikan tugas perkuliahan

2. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
“supaya menjadi rujukan dan bahan pemikiran civitas akademika bagi
mahasiswa dan dosen, serta psikolog yang merujuk pada filsafat stoikisme
dalam menyelesaikan masalah pasien yang mengalami fase Quarter life
Crisis.”
b. Manfaat praktis
“dapat dijadikan bahan untuk menyikapi rutinitas kehidupan yang selalu
mengalami perubahan silih berganti baik itu individu ataupun masyarakat,
rakyat jelata, ataupun pejabat”.

D. Kajian pustaka
Setelah penulis mengkaji beberapa literatur penelitian lain baik itu berbentuk
skripsi ataupun jurnal, telah penulis temui beberapa bahasan mengenai sakinah
dalam al-Quran. Tetapi melihat dari pembahasan mereka tentang sakinah,
kebanyakan dari peneliti mengkaji tentang sakinah hanya dipersempit pada
pernikahan dan dalam hubungan rumah tangga. Adapula beberapa literatur yang
mengkaji sakinah sebagai sebuah kebahagiaan, maka bahasan mengenai sakinah
merupakan bagian dari perspektif kebahagiaan seorang mukmin. Tetapi literatur
tersebut tidak mengkrucut membahas mengenai term sakinah, namun juga
membahas term sa’adah, falah, farah, fauz, suruur, dsb. Dan yang paling penulis
herankan belum ada pembahasan dengan kritikan terhadap pemikiran filsafat
stoikisme.
Diantara literatur yang membahas sakinah secara umum dalam al-Quran
adalah jurnal Sakinah dalam perspektif al-Quran, yang ditulis Armen Teddy.
Dalam jurnal ini, penulis menjabarkan sakinah dalam beberapa ayat al-Quran
diantaranya yaitu QS. 2 : 284, QS. fath : 26, Q.S. taubah : 40, ditinjau dalam
beberapa ahli tafsir diantaranya al-Maraghi, Ibnu Katsir, dan Depag RI. Disini
dijelaskan sakinah adalah ketenangan dan kemantapan yang diberikan Allah agar
menjadi mukmin yang ikhlas dan tulus dalam menegakkan agama Allah.
Kemudian skripsi Ulfah Latifah dengan judul “Implikasi Pendidikan dari al-
Quran surat Fath ayat 4 Tentang Mental Sehat Seorang Mukmin terhadap
Perwujudan Akhlakul Karimah”. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang
implementasi QS. Fath : 4 dalam kaitannya terhadap pendidikan akhlak dan
mengkaji beberapa kitab tafsir sebagai rujukan penjelasan. Meski demikian skripsi
ini tidak spesifik menjelaskan makna sakinah itu sendiri, melainkan sebuah alur
kerangka untuk merumuskan metode pendidikan karakter peserta didik.
Berikutnya skripsi karya Muhammad Muslim Bin Abd Razak dengan judul
penelitian “Konsep Lafaz Sakinah dan Tuma’ninah dalam al-Quran”. Skripsi ini
lebih menjelaskan hubungan, persamaan dan perbedaan makna lafaz Sakinah dan
Tuma’ninah dengan metode tafsir tematik secara semantik.
Dari semua literatur yang penulis temukan, hanya 3 judul bahasan itu yang
membahas tentang sakinah secara universal. Artinya dari ketiga bahasan literatur
diatas, tidak memaknai sakinah yang dipersempit dengan pernikahan dan
kehidupan rumah tangga semata. Adapun sakinah yang selalu dihubungkan
dengan kehidupan pernikahan telah banyak di teliti oleh beberapa peneliti.
Diantaranya :
1. Jurnal “Konsep Keluarga Sakinah Menurut Muhammad Quraish Shihab”,
karya Rohamtus Sholihah dan Muhammad al-Faruq.
2. Skripsi “Konsep Keluarga Sakinah (Studi Pemikiran M.Quraish Shihab)”
karya Shophal Jamilah.
3. Skripsi “Konsep Keluarga Sakinah Menurut M. Quraish Shihab” karya
Badriatin Amanah.
4. Jurnal “Konsep Sakinah, Mawaddah, Warahmah dalam al-Quran
(Perpsepktif Penafsiran al-Quran dan Tafsirnya) karya A.M Ismatullah
5. Skripsi “Konsep Keluarga Sakinah dalam al-Quran(Kajian Tafsir
Tematik” karya Imroni.
E. Metode yang diambil
Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta
desain penelitian yang digunakan. Dalam metode penelitian menggambarkan
rancangan langkah – langkah penelitian yang harus ditempuh, waktu penelitian,
sumber data, dan metode analisis data.13 Dalam melakukan sebuah penelitian agar
tercapai hasil yang sesuai dengan yang dikehendaki maka perlu suatu
jalan(metode) yang tepat supaya tidak terjadi kesalahan dalam penyimpulan atau
tidak terjadi pengkajian yang diluar konteks penelitian.
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan ini adalah penelitian pada
literatur – literatur pustaka(Lybrary Research) bukan penelitian lapangan atau
empirik. Hal ini disebut penelitian kepustakaan karena semua sumber data
yang dijadikan acuan penelitian berasal dari perpustakaan baik berupa buku,
ensiklopedia, kamus, jurnal, dokumen, majalah, kitab tafsir, dan lain
sebagainya.14

b. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari buku – buku dan literatur
perpustakaan seperti kitab tafsir, jurnal, buku – buku yang berkaitan dengan
penelitian. Agar mendapat kesesuaian data dan tidak melenceng dari ranah
penelitian maka sumber data dibagi menjadi dua bagian yaitu sumber primer
dan sumber sekunder.
1) Sumber Primer
Yang menjadi rujukan utama penelitian ini adalah Kitab al-
Quran itu sendiri yang dalam hal ini penulis menggunakan Mushaf
Rasm Usmani dengan terjemahan dari pernerbit Cordova, kitab
Mu’jam al-Mufaras li al-Fazil Quran dan Kitab tafsīr al-Miṣbaḥ karya
M.Quraiṣ Ṣiḥāb volume 13. Tidak lupa penulis juga mengambil
rujukan kitab tafsir lain sebagai pembanding dalam skala minimal.
2) Sumber Sekunder

13
V.Wiratna Sujarwani,”Metodologi Penelitian (lengkap praktis dan mudah dipahami)”Yogyakarta :
PustakaBaruPress, 2019.,,hal.5
14
Nursapia Harahap(Dosen FDK UIN-SU Medan)”Penelitian Kepustakaan” Jurnal Iqra’ Vo.8 No.1, Mei 2014.
Hal.68
Adapun sumber ini menjadi rujukan kedua sebagai acuan dalam
menganalisis pokok permasalahan. Buku yang menjadi rujukan penulis
adalah membumikan al-Quran karya M.Quraiṣ Ṣiḥāb, literatur filsafat
stoa, buku – buku dan jurnal lain yang berkaitan dengan tema
penelitian skripsi ini. Disamping terdapat buku dan jurnal online
sebagai rujukan terdapat pula aplikasi yang digunakan untuk mencari
kevalidan data, yakni Maktabah Syamilah dan Al-Mausuah al-
Hadisiyah sebagai sumber penelusuran hadis – hadis nabi, dan quran
in word versi 1.2.0 sebagai rujukan penulisan al-Quran pada skripsi ini.

c. Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif merupakan cara
yang digunakan oleh penulis melalui studi dokumen yang sebagian besar
berbentuk kitab, jurnal, dan buku – buku pustaka.15
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah kitab tafsīr al-Miṣbaḥ
karya M.Quraiṣ Ṣiḥāb volume 13, kitab mu’jam, aplikasi pen-takhrij hadis
yang berkaitan dengan judul penelitian, buku, naskah, jurnal, dan dokumen
catatan – catatan yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam penelitian.

d. Metode penelitian
Dalam penulisan skripsi ini membahas tentang sakinah dalam surah-
fath : 4 sehingga untuk dapat menjabarkan analisa data dengan tepat maka
metode tematik(maudhui) adalah cara yang sesuai dengan rumusan penelitian.
M.Quraish Shihab mengutip dari Abdul Hayy Farmawi dalam bukunya yang
berjudul al-Bidayah fi Tafsir Maudhuiy menjelaskan langkah – langkah yang
ditempuh seorang peneliti tafsir melalui pendekatan maudhui adalah sebagai
berikut :
1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik),
2. Menghimpun ayat – ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut,
3. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, serta pengetahuan
tentang asbab nuzulnya,

15
V.Wiratna Sujarwani,”Metodologi Penelitian (lengkap praktis dan mudah dipahami)”Yogyakarta :
PustakaBaruPress, 2019.,,hal.33
4. Memahami kolerasi(munasabat) ayat tersebut dalam surahnya masing –
masing,
5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (outline),
6. Melengkapi pembahasan dengan hadis – hadis yang relevan dengan pokok
bahasan,
7. Mempelajari ayat – ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan
menghimpun ayat – ayatnya yang memiliki pengertian yang sama atau
mengkompromikan ayat yang aam dan khas, muthlaq dan muqayyad, atau
yang pada lahirnya bertentangan(Musykil) sehingga kesemuanya bertemu
dalam satu muara tanpa perbedaan atau pemaksaan.16

e. Metode & pendekatan dalam analisa data


Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif17 yang
berbentuk naskah, teks, dan interpretasi korelasi. Proses penelitian dimulai
dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berfikir (hipotesa) yang akan
digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berfikir tersebut selanjutnya
diterapkan secara sistematis dan terukur dalam pengumpulan dan pengolahan
data untuk dapat memberikan penjelasan yang argumentatif. Dalam
menerapkan metode ini, informasi yang diolah harus tetap obyektif
sebagaimana mestinya dan tidak dipengaruhi oleh pendapat subjektif dari
peneliti.18 Pendekatan yang digunakan dalam hal ini adalah pendekatan
induktif yaitu pendekatan yang dilakukan untuk membangun sebuah teori
yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan membentuk hipotesis yang
berasal dari pola pengamatan yang dilakukan kemudian nanti akan diperoleh
sebuah teori.
Metode yang diambil penulis berdasarkan rumusan masalah dapat
dikatergorikan sebagai berikut :
1. Metode analisis konten (Content Analysis)

16
Prof, Dr. M.Quraish Shihab, M.A”Membumikan al-Quran : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan
masyarakat” Bandung : Penerbit Mizan. Cet. Ke – VII 1994,,Hal, 114 - 115
17
Menurut Strauss dan Corbin(1997), penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan
– penemuan dengan prosedur data deskriptif berupa tulisan dalam pustaka atau ucapan dan perilaku yang
diamati tentang fenomena kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial, dll. Menurutnya,
peneltian ini tidak dapat dilakukan dengan metode angka atau kuantifikasi.
(Lihat V.Wiratna Sujarwani,”Metodologi Penelitian (lengkap praktis dan mudah dipahami)”Yogyakarta :
PustakaBaruPress, 2019.,,hal.21)
18
Jarni Arni, S.Th.I, M.Ag “Metode Penelitian Tafsir” Pekan Baru : Penerbit Daulat Riau. Cet.I, 201,,Hal.11
Konten analisis adalah proses menganalisa data melalui pendekatan
intrepretasi.19 Dalam hal ini penulis menganalisa konsep sakinah dalam q.s
fath : 4 secara mendalam melalui tafsir al-mishbah volume 13, yang
kemudian akan dijabarkan pula asbab nuzul ayat serta konteks ayat
terhadap kehidupan masyarakat kekinian.
2. Metode deskriptif
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk peneltian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan fenomena – fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena yang dibuat oleh manusia. Fenomena tersebut
bisa berbentuk aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan
dan perbedaan antara fenomena satu dengan yang lainnya. 20 Whithney
(1960) berpendapat bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta untuk
mencari interpretasi yang tepat.21

F. Sistematika pembahasan
Kerangka yang terstruktur dicantumkan penulis agar memudahkan pengkaji
dan pembaca dalam memahami konten skripsi ini. Adapun sistematika
pembahasan sebagai berikut :
BAB I berisi tentang pendahuluan berupa dari latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
BAB II berisi tentang landasan teori berupa pengertian sakinah, term sakinah
dalam al-quran, konsep sakinah menurut mufassir, dan teori filsafat stoikisme.
BAB III berisi biografi M.Quraish Shihab, berupa biografinya, karya
intelektualnya, kitab tafsir, sumber penafsiran, metode tafsir al misbah dan corak
penafsirannya.

19
Pendekatan interpretasi adalah suatu proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis data yang terkumpul
dari berbagai data kualitatif. Karena dalam hal ini penelitian yang dilakukan penulis berbentuk penelitian
pustaka maka data yang diteliti yakni kitab tafsir yang di jadikan rujukan .
Lihat slideshare.com (Kartika Lukitasari,”Contoh analisis dan interpretasi data pada penelitian kualitatif” )
akses pada pukul 14.13 Wib tanggal 30 April 2021.
20
Mega Linarwati, Dkk “Studi Deskriptif Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia serta
Pengaruhnya Terhadap Metode behavioral Event Interview dalam Merekrut Karyawan Baru di Bank Mega
Cabng Kudus”(abstrak) Journal of Management Vol.2 No.2, Maret 2016.
21
Ibid.
BAB IV berisi tentang analisis konsep sakinah, berupa analisis tafsir sakinah
dalam qs. Fath : 4 pada tafsir al misbah, pandangan beberapa mufassir, kritik
terhadap filsafat stoikisme, dan analisis konsep sakinah untuk masa kini.
BAB V berisi penutup berupa kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

- Baidan, Nashruddin, Prof.Dr.” Wawasan Baru Ilmu Tafsir” Pustakan Pelajar : Yogyakarta.
2005.
- Hermawan , Agus, dkk “Psikologi Sosial” Trussmedia Grafika : Yogyakarta, Cet. I April
2014.
- Samsurahman,”Pengantar Ilmu Tafsir” penerbit AMZAH : Jakarta, 2014.
- Shihab, M.Qurais, Prof, Dr.”Membumikan al-Quran : fungsi dan peran wahyu dalam
kehidupan masyarakat” Bandung : Penerbit Mizan. Cet. Ke – VII 1994.
- Arni, Jarni, S.Th.I, M.Ag “Metode Penelitian Tafsir” Pekan Baru : Penerbit Daulat Riau.
Cet.I, 2013
- Sujarwani,V.Wiratna”Metodologi Penelitian (lengkap praktis dan mudah dipahami)”
Yogyakarta : PustakaBaruPress, 2019.
-
Journal

- Nursapia Harahap(Dosen FDK UIN-SU Medan)”Penelitian Kepustakaan” Jurnal


Iqra’ Vo.8 No.1, Mei 2014.
- Trimarta, Novita ”Studi Kasus Tentang Gaya Hidup Hedonisme Mahasiswa
Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan “ Jurnal Psikopendagogia Vol.
3, No. 1, 2014
- Siti Muazaroh, Subaidi “Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Moeslow
(tinjauan maqasid syariah)” Jurnal al-Mazahib, Vol. 7, No. 1, Juni 2019.
- Lufaefi “Tafsir al-Mishbah : Tekstualitas, Rasionalitas, dan Lokalitas Tafsir
Nusantara” Jurnal Substantia, Vol. 21, No. 1, April 2019

Alamat journal

- https://repository.uinsu.ac.id
- https://Media.neliti.com
- https://ejournal.uinib.ac.id
-

Web.

- https:// slideshare.com
- Tafsirweb.com
- ponpes.alhasanah.sch.id/penegtahuan/mengenal-maqashid-syariah-pengertian-dan-bentuk-
bentuknya/ akses pada 14 juni 2021 pukul 11.44 Wib
- Rumahfilsafat.com/2018/01/22/stoa-dan-zen-untuk-hidup-kita/ akses pada 14 juni 2021 pukul
11.44 Wib.

Anda mungkin juga menyukai