Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Takhrij Hadis yang diampu oleh:
Prof. Dr. H. M. Suparta, MA
Oleh
Yunan Setiawan 11150110000064
Albi Syarah 11170110000076
Farhan Ali Akbar 11170110000111
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas segala rahmat dan karunia-
Nya pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini. Semoga
makalah yang telah pemakalah buat dapat digunakan sebagai acuan, petunjuk,
ataupun pedoman bagi para pembaca dalam memahami “Metode Takhrij Hadits
Melalui Perawi Hadis Pertama/Sahabat Pertama dari Perawi Hadis”.
Harapan pemakalah kedepan adalah semoga makalah ini dapat membantu
para pembaca untuk lebih memahami dan juga menambah pengetahuan serta
pengalaman yang diperoleh dari hasil membaca ataupun mengkaji makalah yang
bertemakan “Metode Takhrij Hadits Melalui Perawi Hadis Pertama/Sahabat
Pertama dari Perawi Hadis” ini, sehingga pemakalah dapat memperbaiki segala
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah sadari masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. Oleh karena itu, pemakalah
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah yang telah dibuat.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Takhrij Hadist merupakan langkah awal dalam kegiatan penelitian hadist.
Pada masa awal penelitian hadist telah dilakukan oleh para ulama salaf yang
kemudaian hasilnya telah dikodifikasikan dalam berbagai buku hadist.
Mengetahui masalah takhrij, kaidah. dan metodenya adalah sesuatu yang sangat
penting bagi orang yang mempelajari ilmu-ilmu syar‟i, agar mampu melacak
suatu hadist sampai pada sumbernya.
Kebutuhan takhrij adalah perlu sekali, karena orang yang mempelajari ilmu
tidak akan dapat membuktikan (menguatkan) dengan suatu hadist atau tidak dapat
meriwayatkannya, kecuali setelah ulama-ulama yang telah meriwayatkan hadist
dalam kitabnya dengan dilengkapi sanadnya, karena itu, masalah takhrij ini sangat
dibutuhkan setiap orang yang membahas atau menekuni ilmu-ilmu syar‟i dan
yang sehubungan dengannya. Sehingga untuk lebih jelasnya tentang takhrij hadits
ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka disusunlah rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan metode takhrij Hadis melalui perawi Hadis
pertama/Sahabat pertama dari perawi Hadis?
2. Apa contoh kitab dari metode takhrij Hadis melalui perawi Hadis
pertama/Sahabat pertama dari perawi Hadis?
3. Bagaimana metode dan manfaat dari kitab yang digunakan dengan takhrij
hadits melalui perawi hadis?
4. Bagaimanakah cara mentakhrij Hadis menggunakan kitab Tuhfat al Asyraf bi
Ma‟rifat al Athraf?
1
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Metode takhrij Hadis melalui perawi Hadis pertama/Sahabat pertama dari
perawi Hadis
2. Contoh kitab dari metode takhrij Hadis melalui perawi Hadis pertama/Sahabat
pertama dari perawi Hadis
3. Metode dan manfaat dari kitab yang digunakan dengan takhrij hadits melalui
perawi hadis
4. Cara mentakhrij Hadis menggunakan kitab Tuhfat al Asyraf bi Ma‟rifat al
Athraf
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini agar dapat menambah ilmu pengetahuan
bagi penulis lebih utamanya dan bagi para pembaca pada umumnya mengenai
Judul Materi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Metode Takhrij ini merupakan metode yang berdasarkan pada perawi pertama
suatu hadis, baik perawi tersebut dari kalangan sahabar bila sanad hadisnya
bersambung kepada Nabi (mutashil), atau dari kalangan tabi‟in bila hadis itu
mursal. Para penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini mencantumkan
hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap mereka (perawi pertama), sahabat atau
tabi‟in. Sebagai langkah pertama ialah mengenal terlebih dahulu perawi pertama
setiap hadis yang akan kita takhrij melalui kitab-kitabnya. Langkah selanjutnya
mencari nama perawi pertama tersebut dalam kitab-kitab itu, dan kemudian
mencari hadis yang kita inginkan diantara hadis-hadis yang tertera dibawah nama
perawi pertamanya itu. Bila kita telah menemukannya, maka kita akan
mengetahui pula ulama hadis yang meriwayatkannya. 1
Pada garis besarnya kitab-kitab takhrij yang disusun berdasarkan metode ini
terbagi dua bagian:
1. Kitab Al-Athraf
1
Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadis kajian Tentang Metodologi Takhrij dan Kegiatan Penelitian
Hadis, (Bandung: Kelompok Humaniora, 2012), h. 41-42
2
Jon Pamil, “Takhrij Hadist: Langkah Awal Penelitian Hadist”, Jurnal Pemikiran islam, Vol. 37,
No. 1, 2012, h. 59
3
2. Kitab Musnad
3
Loc Cit.
4
Tajudin Nur dan Debibik Nabilatul F. Pengenalan Metode Takhrij Hadits dalam Upaya
Meningkatkan Kompetensi Dosen Fakultas Agama Islam UNISKA. Passion of The Islamic Studies
Center. JPI Rabbani. Hlm. 5.
5
Ibid.,
4
b. Juga mengumpulkan nama-nama tabi‟in dan generasi berikutnya yang
memiliki riwayat yang mursal atau maqtu‟
c. Meletakkan nama sahabat, tabi‟in dan generasi berikutnya menurut
huruf mu‟jam pada nama perawi yang bersangkutan nama bapaknya
d. Mencantumkan di bawah setiap nama-nama mereka hadits-hadits yang
diriwayatkan dalam kitab-kitab referennya.6
6
Ahmad Izzan. Hlm. 48.
7
Ahmad Izzan. Hlm. 50.
5
Diantara metode takhrij hadits melalui kitab tersebut yaitu:
a. Mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadits. Bila sahabat
termasuk yang banyak meriwayatkan hadits maka kita dituntut untuk
mengetahui tabi‟in yang meriwayatkan darinya
b. Pentahqiq kitab mencantumkan nama pertama dan nama akhir sahabat-
sahabat. Dengan demikian kita dapat menegetahui nama sahabat yang
kita cari
c. Menelusuri hadits-hadits yang dituju. Apabila telah ditemukan, maka
akan didapati kata حديث dan disamping kata tersebut terdapat kode
سمعت اننبً صهى هللا عهٍه وسهم ٌقول:عه عدي به حاتم – رضً هللا عنه – قال
8
Ibid.,
9
Ibid.,
6
Dari „Adi bin Hatim radhiyallahu „anhu ia berkata: Saya menengar nabi
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa di antara kalian yang
mampu melindungi dirinya dari api neraka meskipun dengan setengah biji
kurma, maka hendaklah ia melakukannya.”
7
Setelah no. 9872, terdapat huruf خ م. Huruf-huruf ini merupakan rumus yang
ditetapkan al-Hafidz al-Mizzi, yang mununjukkan bahwa hadits ini dikeluarkan
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam shahihain. 10
خImam Bukhari mengeluarkan hadits ini dalam kitab Zakat pada hadits no. 1417
dengan lafadz yang berbeda. Dengan merujuk pada kitab Shahih Bukhari,
didapatkan bahwa hadits ini terdapat pada Kitab Zakat, Bab Ittaqun Nar wa Lau
10
Jamaluddin Abi al-Hajjaj al-Mizzi, Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf, Jilid 6, (Mesir:
Darul Ghuraba al-Islami, 1999), hal. 564-580.
8
bi Syiqqi Tamratin wal Qalili min ash-Shadaqah. (Lihat Shahih al-Bukhari.
Cetakan Ad-Darul Alamiyyah, tahun 2015, hal. 216).11
مImam Muslim mengeluarkan hadits ini dalam kitab Zakat pada hadits no. 1016.
Dengan merujuk pada kitab Shahih Muslim, didapatkan bahwa hadits ini terdapat
pada Bab al-Hatstsu ‘Alash-Shadaqah wa Lau bi Syiqqi Tamratin aw Kalimatin
Thayyibatin wa Annaha Hijabun minan-Nar. (Lihat Shahih Muslim. Cetakan Dar
al-Fajr, tahun 2010, hal. 343).12
Hadits tersebut dikeluarkan oleh Imam Bukhari (no. 1417) dengan jalur:
Menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb, menceritakan kepada kami
Syu‟bah dari Abu Ishaq, dia berkata, aku mendengar Abdullah bin Ma‟qil, dia
berkata, aku mendengar „Adi bin Hatim dan juga dikeluarkan oleh Imam Muslim
(no. 1016) dengan jalur: Menceritakan kepada kami „Aun bin Sallamal-Kufi,
menceritakan kepada kami Zuhair bin Mu‟awiyah al-Ju‟fiy dari Abu Ishaq dari
Abdullah bin Ma‟qil dari „Adi bin Hatim.
11
Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Mesir: ad-Darul Alamiyyah,
2015), hal. 216.
12
Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Mesir: Dar al-Fajr, 2010), hal. 343.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Metode yang berdasarkan pada perawi pertama suatu hadis, baik
perawi tersebut dari kalangan sahabar bila sanad hadisnya bersambung
kepada Nabi (mutashil), atau dari kalangan tabi‟in bila hadis itu
mursal.
2. Diantara yang termasuk kitab-kitab Al-Athraf sebagai berikut Athraf
ash-Shahihain, karangan al-Hafizh Imam abu Mas‟ud Ibrahim bin
Muhammad bin „Ubaid ad-Dimasyqi, Al-Isyraf ‘Ala Ma’rifah al-
Athraf, dan Tuhfah al-Asyraf Bi Ma’rifah al-Athraf. kitab-kitab
musnad banyak sekali diantaranya yaitu: Musnad Ahmad ibn Hambal,
Musnad Abu Bakr al-Humaidi, Musnad Abu Daud ath-Thayalisy dan
sebagainya.
3. Dalam metode takhrij ini maka harus mengetahui nama sahabat yang
meriwayatkan hadits. Bila sahabat termasuk yang banyak
meriwayatkan hadits maka kita dituntut untuk mengetahui tabi‟in yang
meriwayatkan darinya.
4. Metode takhrij melalui kitab Tuhfah al-Asyraf Bi Ma’rifah al-Athraf
Diantara metode takhrij hadits melalui kitab tersebut yaitu:
a. Mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadits. Bila
sahabat termasuk yang banyak meriwayatkan hadits maka kita
dituntut untuk mengetahui tabi‟in yang meriwayatkan darinya
b. Pentahqiq kitab mencantumkan nama pertama dan nama akhir
sahabat-sahabat. Dengan demikian kita dapat menegetahui
nama sahabat yang kita cari
10
c. Menelusuri hadits-hadits yang dituju. Apabila telah ditemukan,
B. Saran
Setelah membuat makalah ini, pemakalah berharap agar setiap mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam pada khususnya dan para pembaca pada
umumnya untuk selalu menambah wawasan dan pengetahuan dengan membaca
karya-karya tulis yang dapat menambahkan wawasan serta pengetahuan para
pembaca. Semoga makalah ini dapat memotivasi kita semua untuk dapat belajar
membuat karya tulis yang baik dan benar.
11
DAFTAR PUSTAKA
12