Anda di halaman 1dari 24

AGAMA KHONGHUCU

Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Studi Agama-Agama yang diampu oleh
Drs. Achmad Gholib, M. Ag.,

disusun Oleh:
Ramadanti Aulia Putri 11170110000092
Ridho Nursaputra 11170110000105
Farhan Ali Akbar 11170110000111

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu pembelajaran dan penjelasan bagi pembaca
dalam mempelajari “Agama Khonghucu”.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi


para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Ciputat, 11 Mei 2020

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................3
A. Latar Belakang Masalah.......................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................3
C. Tujuan...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................4
A. Konsep Ketuhanan dan Kepercayaan Agama
Khonghucu............................................................................4
B. Pokok-Pokok Ajaran Agama Khonghucu............................8
C. Asal-Usul Agama Khonghucu............................................11
D. Kitab Suci Agama Khonghucu...........................................13
E. Perkembangan Agama Khonghucu....................................14
F. Pandangan Dalam Islam.....................................................17

BAB III PENUTUP................................................................................21


A. Kesimpulan.........................................................................21
B. Saran...................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama mengandung unsur duniawi dan ukhrawi. Dalam pengertian, agama


memiliki dimensi material sekaligus spiritual. Bahkan sering dimaknai lebih
kompleks dari itu, agama tidak hanya berurusan dengan ‘jalan menuju surga’,
namun juga yang mengatur kehidupan manusia. Sekali lagi, agama tidak hanya
dimaknai sebagai langkah praktis berupa jalan keselamatan, dan tidak juga
menyembah moralitas, namun merupakan suatu pandangan hidup yang
komprehensif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Ketuhanan dan Kepercayaan Agama Khonghucu?


2. Bagaimana Pokok-Pokok Ajaran Agama Khonghucu?
3. Bagaimana Asal-Usul Agama Khonghucu?
4. Apa saja Kitab Suci dari Agama Khonghucu?
5. Bagaimana Perkembangan Agama Khonghucu?
6. Bagaimana Pandangan Islam Mengenai Agama Khonghucu?
C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Ketuhanan dan Kepercayaan Agama Khonghucu.
2. Mengetahui Pokok-Pokok Ajaran Agama Khonghucu.
3. Mengetahui Asal-Usul Agama Khonghucu.
4. Mengetahui Kitab Suci dari Agama Khonghucu.
5. Mengetahui Perkembangan Agama Khonghucu.
6. Mengetahui Pandangan Islam Mengenai Agama Khonghucu.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Ketuhanan dan Kepercayaan Agama Khonghucu


Agama Khonghucu adalah agama yang monotheis, yakni agama yang
mempercayai dan meyakini adanya satu Tuhan atau percaya hanya pada satu
Tuhan. Istilah Tuhan dalam Agama Khonghucu dinamakan Thian untuk
menunjuk kepada Allah Yang Maha Esa, bukan Allah sebagaimana dalam agama
Kristen dan Islam. Dalam ajaran Khonghucu diajarkan bahwa Thian selalu
dihormati dan dipuja oleh umat manusia. Thian adalah maha sempurna, dan maha
pencipta alam semesta seisinya. Thian tiada diperkirakan dan ditetapkan, namun
tiada satu wujud pun yang tanpa, dilihat tiada tampak, didengar tiada terdengar,
namun dapat dirasakan oleh orang yang beriman.1

Dari beberapa kutipan kitab-kitab dapat dipahami bahwa Thian yang diyakini
oleh Konghucu adalah sumber, pengatur, dan tujuan dari segala yang ada di dunia
ini. Adapun sosok Thian digambarkan dalam kitab-kitab tersebut adalah yang
bersifat roh. Shang Ti atau Thian adalah Tuhan personal yang ada di puncak
pimpinan dari struktur hirarkis dunia supernatural dan suci (Langit). Dikatakan
struktur hirarkis supranatural lantaran Konfusius meyakini bahwa, takhta langit
dikuasai oleh roh-roh yang masing-masing berjenjang, dari yang terendah hingga
jenjang pada takhta tertinggi, yang tidak lain disebut Thian.2

Dalam agama Khonghucu, Tuhan sendiri memiliki 5 nama atau sifat, yaitu:

 Thian, yang mengandung makna Maha Besar; Yang Maha Esa. Istilah
Thian ini sering ditambah dengan sebutan lain, seperti : Hong Thian, Bien

1
Sulaiman, Jurnal Analisa, Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di
Pontianak Kalimantan Barat, Volume VXI, No. 01, Januari-Juni 2009, Hal. 54-55.
2
Nazwar, Konsep Ketuhanan (Thian) dan Relevansinya dengan Pembentukan Etos Kerja
dalam Ajaran Khonghucu (Konfusius), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada), Hal. 353.

4
Thian, Hoo Thian, Chong Thian, dan Siang Thian. Hong Thian, berarti
Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa; Bhien Thian, berarti Tuhan
Yang Maha Kasih; Hoo Thian, berarti Tuhan Yang Maha Besar dan Maha
meliputi; Chong Thian, berati Tuhan Yang Maha Tinggi dan Maha Suci;
Siang Thian, Tuhan di tempat Yang Maha Tinggi;
 Tee, yang mengandung makna yang maha besar yang menciptakan dan
menguasai langit dan bumi. Istilah ini sering ditambah dengan sebutan lain,
seperti : Siang Tee, dan Bing-Bing Siang Tee. Siang Tee, berarti Tee di
tempat yang Maha Tinggi; Bing-Bing Siang Tee, berarti Siang Tee Yang
Maha Gemilang.
 Thai Iet, yang mengandung makna Tuhan Yang Maha Esa.
 Khian, yang mengandung makna Tuhan Yang Maha Pencipta Alam
Semesta.
 Kwi Sien, yang mengandung makna Tuhan Yang Maha Roh, Tuhan
daripada hukum alam, yang menjadikan hukum.

Ajaran tentang ketuhanan tersebut dijadikan landasan utama dalam


menerapkan konsep keimanan bagi umat Khonghucu. Dalam hal ini, pengertian
keimanan adalah suatu ajaran suci yang diyakini dan dipercayai sebagai pedoman
hidup. Adapun jalan suci Tuhan yang dipandang sebagai landasan iman dalam
Agama Khonghucu adalah delapan keimanan.

Adanya delapan pengakuan iman ini disebut dengan “Pat Sing Ciam Kwi”,
yakni :

 Sing Sien Hong Thian, artinya: sepenuh iman percaya kepada Tuhan yang
Maha Esa;
 Sing Cun Khoat Tik, artinya : sepenuh iman menjunjung kebajikan;
 Sing Liep Bing-Bing, artinya: Sepenuh iman menegakkan firman Gemilang;
 Sing Ti Kwi Sien, artinya: sepenuh iman menyadari adanya nyawa dan roh;
 Sing Yang Hau Su, artinya: sepenuh iman menempuh cita berbakti;
 Sing Sun Bok Tok, artinya: sepenuh iman mengikuti genta rohani;

5
 Sing Khiem Su Si, artinya: sepenuh iman memuliakan kitab Su Si;
 Sing Hing Tai Too, artinya: sepenuh iman menempuh jalan suci.3

Selain Thian dan Shang Ti, ada kata lain yang berkaitan dengan agama
Konghucu, yaitu Thian Li dan Thian Ming. Dengan pengertian dalam kategori
berikut, Thian Li adalah hukum-hukum dan peraturan yang bersumber dari Thian,
sedangkan Thian Ming adalah sesuatu yang telah terjadi.

Pengertian dari Thian Li dan Thian Ming hakikatnya tidak jauh berbeda,
Thian Ming lebih mengarahkan kepada perbuatan yang dilakukan kepada manusia
sesuai dengan amanat atau arahan dari Thian. Adapun Thian Li bersifat perintah,
namun masih dalam kategori umum, dan bersifat anjuran yang sudah dilakukan
manusia, dalam hal ini ada yang berhasil manjalankan perintah ini, namun ada
juga yang tidak. Dalam arti tidak menjalankan perintah, yaitu tidak menjalankan
amanat yang berasal dari Thian tersebut.4

Dalam buku-buku Tiongkok kuno (sebelum era Laozi), orang Tiongkok


sudah mempercayai adanya ‘sesuatu’ sebagai penguasa segala sesuatu di jagat
raya ini. ‘Sesuatu’ ini umumnya disebut Shang Di atau Thian, sebab menurut
mereka, ‘sesuatu’ penguasa kedudukannya pastilah di atas. Sejalan dengan
pemujaan kepada Shang Di atau Thian, mereka juga mempercayai bahwa di
tempat-tempat tertentu memiliki penguasa-penguasa sendiri (semacam penguasa
lokal), sehingga timbul juga pemujaan kepada ‘penguasa-penguasa lokal’ tersebut
(misalnya penguasa sungai, penguasa gunung, penguasa bumi, dan sebagainya).5

Menurut ajaran Konghucu semua manusia ketika dilahirkan ke dunia


membawa kodrat sebagai makhluk yang pada hakikatnya baik adanya. Kodrat
manusia yang baik itu disebut Xing atau watak sejati. Xing adalah benih yang
harus ditumbuhkembangkan. Manakala terdapat badan manusiawi, maka
terdapatlah Xing yang utamanya adalah hati yang bercinta kasih. Cinta kasih
adalah hati manusia. Agar Xing dapat berkembang dan manusia menjadi makhluk

3
Op. Cit Sulaiman, Hal. 55
4
Op. Cit Nazwar, Hal. 354
5
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu Di Indonesia, Hal. 14

6
yang sempurna, maka manusia harus senantiasa berada dalam jalan kebenaran
(jalan suci). Karena manusia mempunyai sifat hewani yang apabila tidak
dikendalikan merupakan sumber kelemahan, maka manusia memerlukan suatu
tuntunan agar manusia hidup di dalam jalan kebenaran. Tuntunan ke dalam Jalan
Kebenaran (Suci) itulah yang disebut Agama.

Manusia haruslah memanusiakan dirinya. Caranya dengan mengembangkan


benih-benih kebajikan yang sudah ada dalam watak sejatinya yang antara lain
mempunyai kualitas Jien (cinta kasih). Yong dan Gie (berani menegakkan
kebenaran, karena mampu membedakan mana yang benar dan mana pula yang
salah). Lee (kesusilaan/mengenal ketertiban dan hukum), Ti (hikmat
kebijaksanaan) dan Sien (tulus ikhlas/dapat dipercaya).

Adapun Kewajiban Pengikut Konghucu di antaranya sebagai berikut:

 Beriman terhadap Tuhan Yang Maha Esa


 Beriman bahwa hidupnya (oleh dan) mengemban firman Tuhan.
 Beriman bahwa Firman Tuhan itu menjadi tugas Suci yang wajib
dipertanggung jawabkan dan sekaligus menjadi rahmat dan kemampuan di
dalam hidupnya.
 Beriman bahwa hidupnya mampu mengikuti, tepat, selaras, serasi, dan
seimbang dengan watak sejati itu.
 Beriman bahwa agama merupakan karunia bimbingan Tuhan Yang Maha
Esa untuk membina diri menempuh jalan kebenaran (suci).
 Beriman bahwa jalan suci itu menghendaki hidup memahami, menghayati,
mengembangkan, menggemilangkan kebajikan, benih kesucian dalam watak
sejatinya.
 Beriman bahwa kesetiaan menggemilangkan kebajikan wajib diamalkan
dengan mencintai, teposaliro sesama manusia, sesama makhluk dan
menyayangi lingkungan.
 Beriman bahwa kewajiban suci ialah menggemilangkan kebajikan dan
mengamalkannya sampai puncak baik.

7
 Beriman hanya di dalam kebajikan itu Tuhan berkenan, hidup itu bermakna
apabila dapat setia kepada Khaliknya dan saudara sejati kepada sesamanya.
 Beriman bahwa kebajikan itulah jalan keselamat, kebahagiaan tertinggi di
dalam harkat dan martabat manusia sebagai makhluk termulia ciptaan
Tuhan.6
B. Pokok-Pokok Ajaran

Ajaran Khonghucu mengandung unsur pembentukan akhlak yang mulia bagi


bangsa Tiongkok. Khonghucu selalu menghindari pembicaraan tentang
metafisika, ketuhanan, jiwa, dan berbagai hal yang ajaib. Namun ia tidak
meragukan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dianut masyarakatnya.

Adapun pokok-pokok ajarannya dapat diketahui sebagai berikut :

1. Hidup ini ada dua nilai yaitu Yen dan Li. Yen mengandung suatu
pengertian hubungan ideal diantara sesama manusia. Setiap manusia harus
terdapat dalam dirinya suatu kebaikan, budi pekerti, cinta dan kemanusiaan.
Orang yang telah memiliki Yen, akan senantiasa bersedia mengurbankan
dirinya untuk menjaga keseimbangan dirinya dengan orang lain. Dalam
hubungan ini Kun Fu Tse menyatakan sebagai berikut: “Janganlah berbuat
sesuatu terhadap orang lain yang tidak tuan ingini akan menimpa diri tuan
sendiri”. Adapun orang yang memiliki Yen menurut Kun Fu Tse,
digambarkan sebagai “orang yang telah benar-benar terbentuk dalam dirinya
sikap dan watak yang senantiasa berusaha memperluas sampai kepada
pandangan yang tidak mengenal batas-batas nasional. Bagi orang yang
memilki Yen, hanya mengenal bahwa semua orang yang berada dalam
daerah empat samudera adalah memberi nilai ajarannya sebagai ajaran yang
bersifat universal. Li artinya keserangkaian antara perilaku, ibadah, adat
istiadat, tata krama dan sopan santun. Untuk tetap menjaga Li dalam kaidah
dan peraturan keseimbangan maka Khonghucu mengajarkan hal-hal sebagai
berikut:

6
Ahmad Zarkasi, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Khonghucu, (Al-Adyan, 2014) Vol. IX,
Januari-Juni 2014, Hal. 28

8
 Orang harus menggunakan nama-nama yang baik dan benar, oleh
karena bila nama-nama yang dipergunakan tidak tepat, maka bahasa
tidak akan sesuai dengan kebenaran segala sesuatu, dan segala usaha
tidak dapat dilaksanakan untuk mencapai sukses.
 Orang harus memiliki sifat-sifat yang disebut “Chung Yung” yaitu sifat
atau sikap yang senantiasa tetap berada ditengah-tengah antara hidup
berlebih-lebihan dan kekurangan yang dapat memberikan
keseimbangan terhadap perbuatan berlebih-lebihan serta mengendalikan
perbuatan-perbuatan tersebut sebelum terwujud.
 Orang harus menjaga adanya lima hubungan timbal balik sebagai
sesuatu lingkaran keseimbangan hidup, hal ini dapat juga dikatakan
ajaran Khonghucu dibidang Kesusilaan, yaitu: (1) Hubungan antara
ayah dan anak; ayah mencintai anaknya, anak menghormati ayahnya.
(2) Hubungan antara saudara tua dengan saudara muda. (3) Hubungan
antara suami dan isteri. (4) Hubungan antara teman dengan teman. (5)
Hubungan penguasa dengan warga masyarakatnya.

Khonghucu juga mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi tempat orang
besar, yaitu kagum terhadap perintah Tuhan, kagum terhadap orang-orang
penting dan kagum terhadap kata-kata bijaksana.

2. Pandangan Khonghucu tentang dunia, bahwa dunia itu dibangun atas dasar
moral, jika masyarakat dan negara rusak moralnya, maka begitu pula tatanan
alam menjadi tertanggu, terjadilah bahaya peperangan, banjir, gempa,
kemarau panjang, penyakit merajalela dan lain-lain. Khonghucu
mengatakan bahwa bukan sistem yang membuat manusia itu hebat,
melainkan orang-orang yang membuat sistem itu yang hebat. (Lun Yu,
15;29)
3. Ajaran tentang budi luhur terdapat dalam kitab Lun Yu sebagai berikut:
 Laksanakan apa yang diajarkan, baru kemudian ajarkan apa yang
dilaksanakan (Lun Yu 2;13).

9
 Orang cerdas mengerti apa yang benar, orang yang kurang cerdas
mengerti apa yang dijual (Lun Yu 4;16).
 Orang yang berada mencintai jiwanya, orang yang kekurangan
mencintai miliknya.
 Orang atasan selalu teringat bagaimana ia dihukum karena salahnya,
orang rendahan selalu teringat pada hadiah yang diterimanya (Lun
Yu, 4;11)
 Orang atasan akan menyalahkan diri sendiri, orang rendahan akan
menyalahkan orang lain. (Lun Yu, 15;20)
 Orang atasan jika dihargai merasa senang tetapi tidak bangga, orang
bawahan itu bangga tetapi tidak dihargai. (Lun Yu, 13;26).
 Orang ungggul bersifat liberal terhadap pendapat orang lain, tetapi
tidak menyetujuinya dengan sempurna, orang rendahan hanya
menyetujui dengan sempurna pendapat orang lain, tetapi tidak liberal
terhadap mereka. (Lun Yu, 13;23).
 Orang-orang cerdas berpandangan universal, jujur dan adil, orang-
orang awam tidak jujur dengan pandangan yang tidak universal
(LunYu, 12;14).
4. Setiap manusia harus memelihara kekuatan batin yang disebut TE menurut
Khonghucu mengandung pengertian psikologis yang dalam, yang berarti
“kekuatan atau kekuasaan” yang tidak hanya terbatas pada kekuatan fisik
saja akan tetapi meluas sampai kepada kekuatan physik (jasmaniah). Oleh
karena itu dipandang tidak baik bilamana ada yang beranggapan bahwa
kekuasaan yang efektif itu hanya dalam bentuk lahiriyah saja sebagaimana
anggapan orang-orang yang beraliran realisme. Khonghucu menganggap
inti kekuasaan manusia adalah terletak di dalam kekuatan rohaniahnya.
5. Konsep terpenting dari Khonghucu ialah apa yang disebut dengan “WEN”
yang artinya “damai”. Berarti juga bentuk kehidupan yang tentram, jauh
daripada peperangan. Bentuk hidup seperti ini hasil dari kebudayaan yang
tinggi. Menurut Khonghucu kesuksesan atau kemenangan yang diperoleh
suatu negara atas negara lain bukan disebabkan besarnya jumlah tentara,

10
melainkan kemenangan tersebut disebabkan oleh WEN yakni kebudayaan
yang bernilai tinggi atau seni yang terindah atau filsafat dan syair-syair yang
bermutu tinggi. Baginya syair-syair yang bermutu tinggi merupakan
kekuatan rohaniah yang dapat membangkitkan jiwa manusia, demikian pula
dengan musik tujuan hidup dapat dicapai. Nyanyian bersama dapat
menggerakkan getaran jiwa dan dapat mengantarkannya kepada ketenangan
batin dan mendidik perasaan, serta meringankan perasaan duka nestapa,
bahkan dapat menghindarkan seseorang dari keinginan berbuat dosa.7
C. Asal-Usul Agama Khonghucu

Untuk memahami Agama Khonghucu, terlebih dahulu kita wajib mengetahui


sejarahnya sejak dari awal sampai sekarang. Dari beberapa literatur dapat
diketahui bahwa Nabi Khonghucu merupakan tokoh penerus dan yang
menyempurnakan Ji Kau (Agama Khonghucu), bukan penciptanya. Jalan suci Ji
Kau (Agama Khonghucu) telah ditegakkan dasar-dasarnya oleh raja suci. Giau
(2355 SM – 2255 SM) dan Sun (2255 SM- 2205 SM). Ji kau (Agama Khonghucu)
diturunkan Tuhan Yang Maha Esa dengan wahyu-wahyu yang diterima para Nabi
dan Raja Suci Purba. Dalam Ji Kau (Agama Khonghucu), Nabi Khonghucu
adalah Nabi besar terakhir yang telah menerima Wahyu (Thian Sik) dan yang
dipilihNya menjadi Bok Tok atau Genta RokhaniNya yang memberitakan Firman
Tuhan Yang Maha Esa bagi manusia. Ia telah dijadikan sebagai Tuhan Yang
Maha Esa sebagai Sing Jien atau Nabi utusan-Nya yang meneruskan dan
menyempurnakan ajaran suci dan sabda para Nabi.8

Dari uraian diatas dapat diketahui, bahwa Agama Khonghucu muncul bukan
pada zaman Nabi Khonghucu, melainkan sudah diturunkan Tuhan puluhan ribu
abad/ ribuan tahun sebelum kehidupan Nabi Khonghucu. Pendiri dinasti Xia
(2205-1766 SM) yang dikenal sebagai bapak Agama Ji (Ru Jiao) penulisan
terakhir oleh tokoh penegak Ru Jiao, Meng Zi dalam Kitab Bingcu (Mengzi)
Kitab Keempat Si Shu. Maka perlu digaris bawahi bahwasannya sejarah suci Ji

7
Ibid, Ahmad Zarkasi, Hal. 24-27
8
Tjie Tjay Ing. Kitab Pengantar Membaca Susi. (Solo: Matakin. 1983). Hal. 9

11
Kau ini tidak identik sekedar dengan sejarah peradaban dan kebudayaan umat
manusia di era Tiongkok Purba, melainkan kehendak Khalik Yang Maha Tinggi,
Siang Tee (Shang Di) Merupakan sejarah Wahyu WahyuNya melalui Sheng Ren
(Nabi) di dalam Ru Jiao. Oleh karenanya merupakan asal muasal tumbuh
kembangnya Agama yang di wahyukan Tuhan bagi insan, yang lembut hati,
beriman serta bersifat mulia dan abadi, maka disebut sejarah Suci Ru Jiao beserta
Kitab–Kitab SuciNya.

Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian disebut dengan Ru Jiao atau Ji


Kauw yang berarti agama bagi umat yang lembut hati. Ru jiao adalah
ajaran/agama untuk berbakti bagi kaum lembut budi pekerti yang mengutamakan
perbuatan baik, selaras dan berkebajikan. Agama Khonghucu merupakan
bimbingan hidup yang diberikan Thian (Tuhan Yang Maha Esa) yang diturunkan
kepada para Nabi dan para Suci Purba serta digenapkan dan disempurnakan oleh
Nabi Khonghucu.1 Ru jiao (Agama Khonghucu) ada jauh sebelum Sang Nabi
Kongzi lahir. Dimulailah dengan sejarah (2952 – 2836 SM), Shen-nong (2838 –
2698 SM), Huang-di (2698 Nabi-Nabi suci Fuxi – 2596 SM), Yao (2357 – 2255
SM), Shun (2255 – 2205 SM), Da-yu (2205 – 2197 SM), Shang-tang (1766 –
1122 SM), Wen, Wu Zhou-gong (1122 – 255 SM), sampai Nabi Agung Kongzi
(551 – 479 SM) dan Mengzi (371 – 289 SM). Para nabi inilah peletak Ru jiao
(agama Khonghucu). Sedangkan Nabi Kongzi adalah penerus, pembaharu dan
penyempurna Agama Khonghucu. Dalam Agama Khonghucu setidaknya dikenal
ada 29 nabi, mulai dari Fu Xi sampai Khongcu (dari 2953 Sebelum masehi s/d
551 sebelum masehi). (bila dihitung dengan tahun sebelum masehi.9

Khonghucu (Confusius) lahir d kota Tsou, di negeri Lu. Leluhurnya adalah


K’ung Fangshu (yang merupakan generasi kesembilan dari raja muda negeri Sung
dan generasi keempat sebelum Khonghucu). Fangshu adalah ayah Pohsia, dan
Pohsia adalah ayah Siok- Liang Hut. Hut adalah ayah Khonghucu, istrinya berasal
dari seorang wanita dari keluarga Yen. Murid – murid Khonghucu pada masa itu
menyebutnya Khonghucu atau Khongcu yang berarti “guru Khong”. Sarjana –

9
Lee T Oei, Etika Konfusius Dan Akhir Abad 20, (Solo : Matakin, 1991), hal. 53.

12
sarjana barat menyebutnya Konfucius. (M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih
Dekat Agama Khonghucu diIndonesia)

Sekitar abad 16 M, Matteo Richi, salah satu misionaris dari Italia melihat
bahwa diantara nabi-nabi dalam Ru Jiao, Nabi Khonghucu lah yang terbesar.
Sejak saat itu istilah Confuciansm, Konfusianisme lebih populer dan di indonesia
dikenal sebagai Agama Khonghucu. Menurut kosa katanya sendiri, Ru Jiao berarti
agama yang mengutamakan kelembutan atau keharmonisan. Di dalam Kitab
Yangzi Fa diartikan sebagai Tong Tian Di Ren atau yang menjalinkan Thian
(Tuhan), Di (Alam, Bumi) dan Ren (Manusia). Agama Khonghucu merupakan
Agama Monoteis. Agama tersebut hanya mengenal satu Tuhan, yakni dikenal
dengan istilah THIAN (Tuhan Yang Maha Esa), Shang Di (Tuhan Yang Maha
Kuasa ).10

D. Kitab-Kitab Agama Khonghucu

Kitab suci merupakan suatu pedoman agama bagi para pengikut suatu agama.
Tanpa kitab suci, sulit bagi kita untuk mengetahui kebenaran ajaran suatu agama.
Kitab suci suatu agama adalah kitab yang berisikan ajaran moral yang dapat
dijadikan pandangan hidup bagi para pengikutnya. Untuk mengetahui ajaran suatu
agama, kita dapat melihat dari kitab – kitab yang dimilikinya, karena tanpa adanya
kitab, sulit bagi kita untuk mengetahui apa sebenarnya yang terkandung dalam
agama yang mereka anut, tidak hanya itu, kitab suci juga dapat dijadikan bahan
dalam membandingkan ajaran suatu agama dengan yang lainnya. Begitu juga
dengan agama Khonghucu, agama ini juga memiliki kitab suci. Kitab – kitab yang
di anggap suci dan dijadikan pedoman bagi kehidupan beragama umat Khonghucu
adalah “Su Si” (kitab yang empat atau kumpulan dari empat buah kitab) dan Wu
Cing atau Ngo King (lima Kitab) dan Hau King.11

1. SU SI / Shi Su / Empat Buku

10
Buku kenangan MUNAS XVI MATAKIN & Peresmian kelenteng “ kong miao “ TMII,
( Jakarta: Matakin 2010). Hal. 27.
11
http://confucianismcrew.blogspot.com/2008/08/kitab-kitab-suci-agama-khong-hu-cu.html di
akses pada tgl 11-Mei-2020, pukul 02.35 WIB)

13
Adalah Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga
Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau. Kitab Suci ini
terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari
:

 Kitab thai hak / da xue / kitab ajaran besar.

 Kitab tiong yong / zhong yong / kitab tengah sempurna.

 Kitab lun gi / lun yu / kitab sabda suci

 Kitab bingcu / mencius / kitab bingcu.


2. NGO KING (Lima Kitab)

Adalah Kitab-Kitab Suci yang berasal dari para Nabi Purba dan Raja Suci,
merupakan Kitab-Kitab Suci yang mendasari Agama Khonghucu. Ngo King ini
dihimpun, diedit, dibakukan, disusun, dan terbuku kan oleh Nabi Khonghucu
Terdiri dari:

 Sie king / shi jing / kitab sajak

 Su king / shu jing / kitab hikayat

 Ya king / yi jing / i ching / kitab perubahan.

 Li chi / buku tentang upacara – upacara.

 Yeo / Buku tentang Musik


3. Hauw King / Xiao Jing / Kitab Bakti.

Di tulis oleh Cingcu, murid Nabi Khongcu yang terdiri dari 18 Bab. Berisi
percakapan Nabi Khonghucu dengan Cingcu. Merupakan Ajaran tentang
Berbakti dan Memuliakan Hubungan. Zaman dahulu, seorang murid wajib
memulai pendidikan dengan belajar Hauw King, baru kemudian belajar SuSi dan
terakhir Liok King / Liu Jing / Enam Untaian / Himpunan Kitab (atau yang
dikenal sebagai Ngo King).

E. Perkembangan Agama Khonghucu

14
Di Indonesia kedatangan agama Khonghucu diperkirakan sejak zaman akhir
prasejarah dengan diketemukannya benda prasejarah seperti kapak sepatu yang
terdapat di Indo Cina, dan tidak terdapat di Indonesia dan Asia kecil. Hal ini
menunjukan telah terjadi hubungan antara kerajaan-kerajaan yang terdapat di
daratan yang kini disebut Tiongkok dengan Indonesia. Namun dengan proses
akulturasi yang terjadi dengan lancar menunjukan bahwa kedatangan bangsa
Tiongkok dapat diterima tanpa hambatan.12

Agama Khonghucu pernah diakui sebagai salah satu agama yang diikuti oleh
penduduk bangsa Indonesia sebagaimana pemerintah nyatakan. Kondisi politik
pada saat itu tidak menguntungkan bagi orang Cina, karena kuatnya pemerintah
pada masa Orde Baru. Keluarnya surat Edaran Menteri dalam Negeri No.
477/74054/BA.2/4683/95 tanggal 18 November 1978 mengakibatkan agama
Khonghucu tidak jelas statusnya di Indonesia. Banyak penganut Khonghucu
pindah ke agama lain seperti Kristen, Katolik dan Buddha, padahal kedatangan
orang-orang Tionghoa di Indonesia tidak menimbulkan kesukaran fisik dan
mental. Telah terjadi proses tukar menukar nilai-nilai budaya, sehingga tercapai
satu tingkat akulturasi yang sempurna. Selain itu telah terjadi peraturan dan
penyesuaian unsur-unsur religius dan aspek-aspek seremoni di antara agama.

Dari masa ke masa sebelum masa Orde Baru, ajaran Khonghucu tumbuh dan
berkembang dengan berdirinya tempat peribadan agama Khonghucu, seperti
rumah abu untuk menghormati arwah leluhur dan kelenteng-kelenteng yang
terdapat di berbagai penjuru tanah air. Hal ini memberi bukti adanya
perkembangan Khonghucu di Indonesia sejak tahun 1688. Kelenteng Thian Ho
Kiong dibangun di Ujung Pandang pada tahun 1819 dan kelenteng Ban Hing
Kiong didirikan di Manado. Sedangkan rumah abu Kong Tik Su di Manado
didirikan pada 1839. Kelenteng tua lainnya antara lain terdapat di Ancol Jakarta,
Tuban, Rembang dan Lasem. Pada 1883 di Surabaya dibangun klenteng

12
Gunawan Saidi, Skripsi: “Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia (Study Kasus di
Masyarakat Cina Penganut Agama Khonghucu di Tangerang)” (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009), H. 18.

15
Khonghucu dan dibina oleh Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin)
Surabaya.13

Kurang lebih tahun 1729 terdapat pula sebuah lembaga Khonghucu yaitu
semacam pesantren yang terletak di Jakarta dengan nama Bing Sing Su Wan,
artinya kitab/ Taman pendidikan. Kemudian pada tahun 1886 di Jakarta
diterbitkan Kitab Hikayat Khonghucu yang disusun oleh Lie Kim Hok. Pada
tahun 1900 di Sukabumi diterbitkan Kitab Thay Hak (ajaran Besar) dan Tiong
Yong (tegak sempurna) yang disusun oleh Tan Bing Tiong. Kedua kitab tersebut
dicetak dalam bahasa lama (orang Belanda menyebutnya waktu itu 'Bahasa
Melayoe'). Buku ini adalah upaya pertama dalam memperkenalkan Khonghucu di
kalangan para pembaca bahasa Melayu. Bahkan yang lebih tua lagi adalah pada
tahun 1897 di Ambon, Maluku, telah dicetak kitab Suci Thai Hak, Tiong Yong
dan Ziaojing (kitab Haww King) yang diterjemahkan dalam bahasa Melayu.14

Dalam perkembangan lebih lanjut, untuk mengokohkan organisasi yang


bersifat lembaga agama, maka didirikan Khong Khauw Hwee-Khong Khauw
Hwee atau Majelis-majelis Agama Khonghucu. Di Solo diresmikan pada tahun
1918, juga di tempat-tempat lain seperti Bandung, Bogor, Malang, Ciamis dan
lain-lain. Kemudian pada Tanggal 12 April tahun 1923 diselenggarakan Kongres
di Yogyakarta, pada saat itulah diadakan musyawarah dalam rangka membentuk
Badan pusat Khong Kauw Hwee di Bandung.15

Pemerintah terpaksa tidak mengakui agama Khonghucu sebagai agama pada


tanggal 27 Januari 1979 dan pernyataan ini diperkuat dengan ucapan H. Tarmizi
Taher. Namun pada zaman reformasi tampaknya agama Khonghucu mempunyai
peluang yang lebih baik, bahkan Departemen Agama mengakui 6 agama, yaitu
agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Khonghucu. Kemudian
diadakan seminar yang menyangkut keberadaan Khonghucu di Indonesia terutama
di IAIN pada pada tahun 1998 di Jakarta.16

13
Ibid., H. 19
14
Ibid., H. 20
15
Ibid., H. 21
16
Ibid., H. 22-23

16
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur), Agama
Khonghucu mulai mendapat angin segar. Hal ini dapat dilihat dari pertemuan
Gusdur dengan tokoh-tokoh agama di Bali (Oktober 1999), dan dalam
pertemuannya dengan Masyarakat Cina di Beijing (November 1999). Khususnya
di kota Tangerang, semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik, seperti
Kompetisi Barongsai ASEAN di Junction, BSD City yang diikuti oleh beberapa
negara di antaranya Malaysia, Indonesia, dan Hongkong.

Satu hal yang membuat umat Khonghucu di Indonesia ini mempunyai


harapan besar terhadap masa depan agamanya adalah dengan dicabut Instruksi
Presiden (Inpres) No. 14 Tahun 1967 oleh pemerintah Gusdur yang pada akhirnya
umat Khonghucu berlega hati. Sebelum pencabutan Inpres tersebut, umat
Khonghucu tidak merayakan tahun baru Imlek secara terbuka dan hanya
diperbolehkan di rumah atau lingkungan masing-masing. Namun ketika Inpres
tersebut dicabut umat Khonghucu di Indonesia dengan lega dapat merasakan
tahun baru Imlek secara terbuka dan tidak ada batasan dalam lingkungan sendiri.17

F. Agama Khonghucu dalam Pandangan Islam

Seperti dalam agama-agama lain, Kong Hu Cu mengakui adanya realitas


transenden yang mempunyai peran dalam mengendalikan kehidupan. Jika realitas
transenden ini sering dipahami sebagai ‘sosok’ dalam agama-agama samawi
dengan sebutan Tuhan, dalam Agama Kong Hu Cu, istilah Tuhan dikenal dengan
Shang Ti. Dalam pandangan Mariasusai Dhavamony menyebut Tuhan Kong Hu
Cu adalah nenek moyang tertinggi (Dewa), yang dikenal dengan sebutan Thian.

Di kalangan ahli/pengkaji agama, Khonghucu atau ajaran Konfusius sering


dikategorikan sebagai agama monoteis, lantaran percaya terhadap satu kekuatan
roh tertinggi, yaitu Thian atau Shang Ti. Selain Thian dan Shang Ti, ada kata lain
yang berkaitan dengan agama Khonghucu, yaitu Thian Li dan Thian Ming.
Dengan pengertian dalam kategori berikut, Thian Li adalah hukum-hukum dan

17
Ibis., H. 23-24

17
peraturan yang bersumber dari Thian, sedangkan Thian Ming adalah sesuatu yang
telah terjadi.18

Walaupun Khonghucu dikatakan sebagai agama monoteis lantaran percaya


terhadap satu kekuatan roh tertinggi (sama seperti islam), akan tetapi yang
disembah dan di agungkan jelas berbeda dengan islam, Khonghucu menyebut
Tuhannya dengan nama Ti'en yang mana dalam pandangan mariasusai menyebut
tuhan Khonghucu adalah nenek moyang tertinggi (dewa). Tentunya konsep ini
termasuk dalam syirik karena menyekutukan Allah walaupun sama-sama
dikatakan sebagai monoteisme. Allah SWT berfirman:

‫ك لِ َم ْن يَ َش اءُ َو َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاللَّ ِه َف َق ِد ا ْف َت َرى‬


َ ِ‫إِ َّن اللَّهَ اَل َيغْ ِف ُر أَ ْن يُ ْش َر َك بِ ِه َو َيغْ ِف ُر َم ا ُدو َن ذَل‬
ِ
ً ‫إِثْ ًما َعظ‬
‫يما‬
Artinya: “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisa: 48)

Hidup ini ada dua nilai yaitu Yen dan Li. Yen mengandung suatu pengertian
hubungan ideal diantara sesama manusia. Setiap manusia harus terdapat dalam
dirinya suatu kebaikan, budi pekerti, cinta dan kemanusiaan. Orang yang telah
memiliki Yen, akan senantiasa bersedia mengurbankan dirinya untuk menjaga
keseimbangan dirinya dengan orang lain. Dalam hubungan ini Kun Fu Tse
menyatakan sebagai berikut: “Janganlah berbuat sesuatu terhadap orang lain yang
tidak tuan ingini akan menimpa diri tuan sendiri”. Adapun orang yang memiliki
Yen menurut Kun Fu Tse, digambarkan sebagai “orang yang telah benar-benar
terbentuk dalam dirinya sikap dan watak yang senantiasa berusaha memperluas
sampai kepada pandangan yang tidak mengenal batas-batas nasional. Bagi orang
yang memilki Yen, hanya mengenal bahwa semua orang yang berada dalam
daerah empat samudera adalah satu saudara”. Pernyataan seperti ini menyebabkan
18
Nazwar, “Konsep Ketuhanan (Thian) dan Relevansinya dengan Pembentukan Etos Kerja
dalam Ajaran Kong Hu Cu (Konfusius)”, Intizar, Vol. 22 No. 2, 2016, H. 353

18
para ahli memberi nilai ajarannya sebagai ajaran yang bersifat universal. Li
artinya keserangkaian antara perilaku, ibadah, adat istiadat, tata krama dan sopan
santun.19

Hal ini sejalan dengan ajaran islam yang terdapat dalam Q.S Al-Isra' ayat 7

ِ ‫أِل‬
َ ‫َح َس ْن تُ ْم َ ْن ُف س ُك ْم ۖ َو إِ ْن أ‬
ۚ ‫َس أْتُ ْم َف لَ َه ا‬ ْ ‫إِ ْن أ‬
ْ ‫َح َس ْن تُ ْم أ‬

Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”.

Seperti yang ada dalam ayat Al-Quran surah Al-Isra ayat 7 ini, janganlah


kalian berbuat jahat karena jika kalian berbuat jahat maka kejahatan itu buat diri
kalian sendiri. Banyaklah berbuat baik kepada sesama dan saling menghargai
sesama manusia. Semua yang telah kita lakukan akan kembali lagi kepada diri kita
sendiri. Orang baik akan didekatkan pula dengan orang-orang yang baik pula,
maka dari itu janganlah takut untuk menyebar kebaikan.

Konsep terpenting dari Kong Hu Cu ialah apa yang disebut dengan “Wen”
yang artinya “damai”. Berarti juga bentuk kehidupan yang tentram, jauh daripada
peperangan. Bentuk hidup seperti ini hasil dari kebudayaan yang tinggi. Menurut
Kong Hu Cu kesuksesan atau kemenangan yang diperoleh suatu negara atas
negara lain bukan disebabkan besarnya jumlah tentara, melainkan kemenangan
tersebut disebabkan oleh “WEN” yakni kebudayaan yang bernilai tinggi atau seni
yang terindah atau filsafat dan syair-syair yang bermutu tinggi. Baginya syair-
syair yang bermutu tinggi merupakan kekuatan rohaniah yang dapat
membangkitkan jiwa manusia, demikian pula dengan musik tujuan hidup dapat
dicapai. Nyanyian bersama dapat menggerakkan getaran jiwa dan dapat
mengantarkannya kepada ketenangan batin dan mendidik perasaan, serta
meringankan perasaan duka nestapa, bahkan dapat menghindarkan seseorang dari
keinginan berbuat dosa.20

19
Ahmad Zarkasi, “Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Khong Hucu”, Al-Adyan, Vol. 9 No. 1,
Juni 2014, H. 24
20
Ibid., H. 26-27

19
‫يع ٱل َْعلِيم‬ ِ َّ ‫ٱجنَح ل ََها وَتو َّكل َعلَى ٱللَّ ِه ۚ إِنَّهُۥ ُهو‬
ُ ‫ٱلسم‬ َ ْ َ َ ْ ْ َ‫لسل ِْم ف‬ َّ ِ‫َوإِن َجنَ ُحوا۟ ل‬
Artinya: “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (QS Al Anfal : 61)

Di dalam ayat di tersebut ditunjukkan bahwa Islam adalah ajaran yang


condong pada kedamaian bukan justru memecah belah dan membuat konflik
berkepanjangan. Untuk itu, seruan mengarah kepada kedamaian ini sebagai bagian
manusia tunduk kepada aturan Allah dan bentuk ketaqwaan pada ajaran islam.
Ajaran kedamaian ini tentu saja bisa juga dibuktikan dari bagaimana Nabi
Muhammad setelah perang tidak lantas menghabiskan seluruh orang-orang kafir
dan penduduk yang tidak bersalah.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Agama Khonghucu adalah agama yang monotheis, yakni agama yang
mempercayai dan meyakini adanya satu Tuhan atau percaya hanya pada satu
Tuhan. Istilah Tuhan dalam Agama Khonghucu dinamakan Thian untuk
menunjuk kepada Allah Yang Maha Esa, bukan Allah sebagaimana dalam
agama Kristen dan Islam. Dalam ajaran Khonghucu diajarkan bahwa Thian
selalu dihormati dan dipuja oleh umat manusia. Thian adalah maha
sempurna, dan maha pencipta alam semesta seisinya. Thian tiada
diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa, dilihat
tiada tampak, didengar tiada terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang
yang beriman.
2. Ajaran Khonghucu mengandung unsur pembentukan akhlak yang mulia
bagi bangsa Tiongkok. Khonghucu selalu menghindari pembicaraan tentang
metafisika, ketuhanan, jiwa, dan berbagai hal yang ajaib. Namun ia tidak
meragukan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dianut
masyarakatnya.
3. Agama Khonghucu muncul bukan pada zaman Nabi Khonghucu, melainkan
sudah diturunkan Tuhan puluhan ribu abad/ ribuan tahun sebelum
kehidupan Nabi Khonghucu. Pendiri dinasti Xia (2205-1766 SM) yang
dikenal sebagai bapak Agama Ji (Ru Jiao) penulisan terakhir oleh tokoh
penegak Ru Jiao, Meng Zi dalam Kitab Bingcu (Mengzi) Kitab Keempat Si
Shu. Maka perlu digaris bawahi bahwasannya sejarah suci Ji Kau ini tidak
identik sekedar dengan sejarah peradaban dan kebudayaan umat manusia di
era Tiongkok Purba, melainkan kehendak Khalik Yang Maha Tinggi, Siang
Tee (Shang Di) Merupakan sejarah Wahyu WahyuNya melalui Sheng Ren
(Nabi) di dalam Ru Jiao. oleh karenanya merupakan asal muasal tumbuh
kembangnya Agama yang di wahyukan Tuhan bagi insan, yang lembut hati,

21
beriman serta bersifat mulia dan abadi, maka disebut sejarah Suci Ru Jiao
beserta Kitab–Kitab SuciNya.
4. Kitab – kitab yang di anggap suci dan dijadikan pedoman bagi kehidupan
beragama umat Khonghucu adalah “Su Si” (kitab yang empat atau
kumpulan dari empat buah kitab) dan Wu Cing atau Ngo King (lima Kitab)
dan Hau King.
5. Di Indonesia kedatangan agama Khonghucu diperkirakan sejak zaman akhir
prasejarah dengan diketemukannya benda prasejarah seperti kapak sepatu
yang terdapat di Indo Cina, dan tidak terdapat di Indonesia dan Asia kecil.
Hal ini menunjukan telah terjadi hubungan antara kerajaan-kerajaan yang
terdapat di daratan yang kini disebut Tiongkok dengan Indonesia. Namun
dengan proses akulturasi yang terjadi dengan lancar menunjukan bahwa
kedatangan bangsa Tiongkok dapat diterima tanpa hambatan.
6. Seperti yang ada dalam ayat Al-Quran surah Al-Isra ayat 7 ini, janganlah
kalian berbuat jahat karena jika kalian berbuat jahat maka kejahatan itu buat
diri kalian sendiri. Banyaklah berbuat baik kepada sesama dan saling
menghargai sesama manusia. Semua yang telah kita lakukan akan kembali
lagi kepada diri kita sendiri. Orang baik akan didekatkan pula dengan orang-
orang yang baik pula, maka dari itu janganlah takut untuk menyebar
kebaikan. Sama halnya yang telah menjadi konsep terpenting dari Kong Hu
Cu ialah apa yang disebut dengan “Wen” yang artinya “damai”. Berarti juga
bentuk kehidupan yang tentram, jauh daripada peperangan.

B. Saran
Demikianlah pokok pembahasan makalah ini yang dapat kami paparkan,
besar harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca, baik itu
guru maupun peserta didik itu sendiri. Karena kami masih menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi
dikesempatan yang akan datang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zarkasi, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Khonghucu, (Al-Adyan, 2014) Vol. IX,
Januari-Juni 2014.

Buku kenangan MUNAS XVI MATAKIN & Peresmian kelenteng “ kong miao “ TMII,
( Jakarta: Matakin 2010).

Gunawan Saidi, Skripsi: “Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia (Study Kasus


di Masyarakat Cina Penganut Agama Khonghucu di Tangerang)” (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).

Lee T Oei, Etika Konfusius Dan Akhir Abad 20, (Solo : Matakin, 1991).

M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu Di Indonesia.

Nazwar, Konsep Ketuhanan (Thian) dan Relevansinya dengan Pembentukan Etos Kerja
dalam Ajaran Khonghucu (Konfusius), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada).

Sulaiman, Jurnal Analisa, Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya


di Pontianak Kalimantan Barat, Volume VXI, No. 01, Januari-Juni 2009.

Tjie Tjay Ing. Kitab Pengantar Membaca Susi. (Solo: Matakin. 1983).

http://confucianismcrew.blogspot.com/2008/08/kitab-kitab-suci-agama-khong-hu-cu.html

23

Anda mungkin juga menyukai