QASHAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Perbandingan Madzhab yang diampu oleh:
oleh
oleh
Kelompok 9
Atma Faizahturrahmah 11170110000028
M. Akbar Ramadhan 11170110000119
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................. 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagai seorang muslim , segala tuntutan dan perintah yang Allah berikan
tidak lah melampaui batas kemampuan hamba-Nya. Islam adalah agama Allah
SWT yang banyak memberikan kemudahan kepada para pemeluknya didalam
melakukan berbagai ibadah dan amal sholihnya, sebagaimana firman Allah SWT:
ۡ ُۡٱلع
ََسر ٱَّللُ ِب ُك ُم ۡٱليُ ۡس َر َو ََل يُ ِريد ُ ِب ُك ُم
يُ ِريدُ ه......
Selain itu, Islam dibagun atas lima perkara (rukun Islam). Yang
kesemuanya adalah penting dan harus dilaksanakan. Salah satu nya adalah
mengenai shalat. Shalat adalah amalan yang diibaratkan sebagai sebuah tiang pada
sebuah bangunan. Jika bangunan tidak memiliki tiang, maka bangunan akan
rubuh. Jika shalat tidak dilaksanakan maka agama seseorang akan rubuh.
Salah satu kegiatan yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia,
apa lagi pada jaman modern ini adalah perjalanan. Perjalanan selalu
membutuhkan tenaga dan menyita waktu kita, entah itu banyak atau sedikit. Demi
sebuah perjalanan, banyak hal dan kadang kewajiban yang dengan terpaksa meski
kita tinggalkan atau pun kita tunda. Namun ada kewajiban-kewajiban yang tidak
boleh kita tinggalkan meski dengan alasan perjalanan. Salah satunya adalah
kewajiban terhadap sang khalik, yaitu Shalat 5 waktu. Dalam Islam sudah
ditentukan aturan-aturan yang sangat mempermudah bagi para musafir. Shalat
yang dilaksanakan dalam perjalanan biasa disebut sholatus safar yang bisa
dilaksanakan dengan cara di jama’ (dikumpulkan dalam satu waktu), atau di
qashar (diringkas jumlah rakaatnya), atau juga jama’ dan qashar.
1
Sangat pentingnya shalat, sehingga di setiap madzhab fiqih yang ada pasti
ditemukan tentang fatwa mengenai shalat. Baik tata cara nya dalam shalat wajib,
dan sunnah. Yang tentu masing-masing nya ada perbedaan, karena mengingat
kondisi masyarakat dan cara berijtihad para ulama madzhab tersebut. Oleh karena
itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana pendapat atau ikhtilaf
para ulama tersebut mengenai pelaksanaan shalat , dalam hal ini shalat jama dan
qashar.
B. Rumusan masalah
A. Bagaimana pengertian dan dasar hukum shalat jama’
B. Bagaimana pengertian dan dasar hukum shalat qashar ?
C. Bagaimana pendapat Imam Syafii terhadap shalat jama’ dan qashar ?
D. Bagaimana pendapat Imam Hanafi terhadap shalat jama’ dan qashar ?
E. Bagaimana pendapat Imam Maliki terhadap shalat jama’ dan qashar ?
F. Bagaimana pendapat Imam Ahmad bin Hambal terhadap shalat jama’ dan
qashar ?
C. Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum shalat jama’ dan qashar
B. Untuk mengetahui pendapat Imam Syafii terhadap shalat jama’ dan
qashar
C. Untuk mengetahui pendapat Imam Hanafi terhadap shalat jama’ dan
qashar
D. Untuk mengetahui pendapat Imam Maliki terhadap shalat jama’ dan
qashar
E. Untuk mengetahui pendapat Imam Ahmad bin Hambal terhadap shalat
jama’ dan qashar
2
BAB II
PEMBAHASAN
هر
ِ ظ َ َصر ِإذَا كَان
َ علَى ِ َهر َوالع
ِ ظُّ يَج َم ُع بَينَ صَال ِة ال- كَانَ َرسُو ُل هللاِ – صلى هللا عليه وسلم
َاء
ِ ب َوال ِعش ِ َو َيج َم ُع َبينَ ال َم،س ٍير
ِ غر َ
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa menjamak antara zuhur dan ashar
jika sedang dalam perjalanan. Beliau juga menjamak antara maghrib dan isya.”
(HR. Al-Bukhari no. 1107) 2
1
Ali Mutakin, MENJAMA’ SHALAT TANPA HALANGAN: ANALISIS KUALITAS DAN
KUANTITAS SANAD HADITS, KORDINAT Vol. XVI No. 1 April 2017, hal. 90
2
Hammad Abu Muawiyah, https://www.alquran-sunnah.com/artikel/kategori/fiqh/612-
permasalahan-menjamak-sholat-.html, dikutip pada 07/05/2020 pukul 00.01 WIB
3
dan shalat Shubuh tidak bisa diqashar. Para Imam telah sepakat bahwa musafir
boleh meng-qashar shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat.
Selama berpergian, orang Islam disyariatkan dan diperbolehkan untuk
menjama’ dan mengqashar shalat, hal ini ditetapkan berdasarkan dalil –dalil
syar’i .
Adapun ketetapan dari al-Quran antara lain firman Allah SWT dalam surat
al-Nisa’(4) : 101:
Artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa
kamu men-qashar sembahyang (mu), jika kamu takut diserang orang-orang
kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Ayat ini memberi kefahaman bahwa shalat qashar disyariatkan ketika
dalam perjalanan dan dalam keadaan takut. Pembatasan rasa takut dalam ayat
tersebut bukanlah bentuk pengecualian atau difahami secara mafhum
mukhalafah, sebab ada dalil yang menerangkan safar dalam keadaan aman.
Dalilnya adalah dari Hadis Nabi SAW berikut :
“Dari Ya’la bin Umayyah ia berkata. Aku bertanya kepada Umar bin
Khaththab (tentang ayat),(Artinya : Maka tidaklah mengapa kamu
mengqashar shalat, jika kamu takut diserang orang-orang kafir (QS. An-Nisa’
: 101).Sementara itu manusia telah aman.Umar menjawab, Aku juga bingung
seperti yang engkau alami, lalu aku menanyakan kepada Rasulullah SAW.
Lalu beliau menjawab, Sesungguhnya itu adalah suatu shadaqah yang
diberikan Allah kepadamu, maka terimalah shadaqah itu.” (HR.Syafi’i dan
Muslim)
Selain itu, Nabi SAW menjelaskan tentang kedudukan rakaat shalat ketika
dalam perjalanan, ini menunjukkan bahwa Nabi SAW menqashar shalat ketika
dalam perjalanan,antara lainmelalui hadis penyampaian ‘Aisyah :
4
Artinya : Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anha ia berkata, Shalat yang pertama
kali difardhukan adalah dua rakaat, maka ditetapkan hal itu untuk shalat dalam
perjalanan dan disempurnakan untuk shalat hadir (tidak dalam perjalanan).
(Mutafaq alaih). 3
Perbedaan antara qashar dengan jama' bahwa safar adalah satu-satunya
penyebab dibolehkannya qashar. Sedangkan jama' masih punya penyebab
yang lain di luar safar, seperti sakit, hujan, dan lainnya. Ada beberapa hal
yang menyebabkan safar yang dilakukan oleh seseorang berakhir secara sah,
antara lain dengan tiba kembali di rumah atau di tempat tinggal asli, atau
dengan niat bermukim, atau tinggal sementara tetapi melewati batas waktu.
- Shalat Qashar
Madzhab Syafii berpendapat bahwa mengqashar atau tidak nya
3
7Al-Bukhari, no.3935, al-Jami’ al-Shahih,(Kaherah: Maktabah al-
Salafiyah,1400H),cet1,jilid 3, h.87.Muslim, no.685
5
shalat ketika sedang safar adalah pilihan bagi musafir itu sendiri. Namun
mengqashar itu tetap lebih afdhal, karena merupakan sedekah dari Allah
SWT.4 Imam Syafi’i( 150-204 H.) berpendapat,bahwa meringkas shalat
dilakukan ketika takut bahaya dalam perjalanan. Jika dalam perjalanan
tidak ada rasa takut akan bahaya, lalu menyempurnakannya, maka hal itu
tidak lah merusak shalatnya. Beliau berpendapat meninggalkan qashar
shalat adalah makruh, karena termasuk perbuatan membenci sunnah. 5
Sehingga yang lebih afdhol adalah mengqasharnya ketika masih dalam
keadaan safar. Sebagaimana hadits berbunyi :
4
Ahmad Sarwat, Shalat Jama Qashar , (Jakarta : Rumah Fiqih Publishing, 2018), hal .14
5
Syafi’i, al-Umm, (Mesir : Dar Wafa’,2001),cet. 1,jilid 2, h.356
6
sejauh itu.
5. Punya tujuan pasti ; Safar itu harus punya tujuan pasti, bukan sekedar
berjalan tak tentu arah dan tujuan. 6
6
Ahmad Sarwat, Op.Cit, hal 16-26
7
Syamsudin al-Sarkhasi, al-Mabsuth, (Beirut,Lebanon : Dar ul-Ma’rifah,1989 ) jilid 1,
h.239-240
7
4. Melewati batas tempat tinggal.
5. Punya tujuan dalam safar.8
8
Ahmad Sarwat, Op.Cit, hal 16-26
9
Arisman, “Jama’ dan Qadha Shalat bagi Pengantin Kajian Fiqih Kontemporer” Jurnal Hukum
Islam Vol. 14, No.1 Juni 2014, hlm. 5
8
Menurut ulama mazhab Hambali, orang yang mengqashar shalat tidak
boleh menjadi makmum orang yang mukim (orang yang tidak musafir). Akan
tetapi ulama mazhab Hanafi menyatakan bahwa apabila musafir menjadi
makmum orang yang mukim di awal awaktu shalat, maka shalatnya sah, tetapi
bila shalat berjamaah tersebut dilakukan bukan di awal waktu, musafir tidak boleh
mengikutinya. Dari perbedaan pendapat tentang niat shalat qashar, ulama mazhab
Hambali dan Syafi’i berpendapat bahwa niat harus ditegaskan pada saat takbir. 10
Orang sakit boleh melakukan jamak shalat apabila sulit melakukan shalat
pada waktunya atau merasa khawatir terhadap penyakitnya bertambah parah atau
membuatnya hilang akal. Adapun dalam keadaan hujan lebat, musim dingin/salju,
atau hari yang sangat gelap, yang dibolehkan hanya jamak taqdim. Untuk
melakukan shalat jamak taqdim dalam perjalanan menurut ulama mazhab Maliki
disyaratkan dua hal, yakni tergelincir/condongnya matahari ke arah Barat pertanda
masuknya waktu Zuhur dan berniat berangkat sebelum waktu ashar. Kemudian
ulama mazhab Maliki menyatakan bahwa shalat jamak dilakukan dengan satu kali
azan dan iqamat bagi setiap shalat.13
10
Ibid., hlm. 5
11
Ibid., hlm. 3
12
Ali Mutakin, “Menjama’ Shalat tanpa halangan:Analisis Kuantiatas dan Kualitas Sanad Hadits”
Jurnal Kordinat Vol. 16, No.1 April 2017, hlm. 90
13
Arisman, Op. Cit., hlm. 4
9
Adapun syarat-syarat shalat qashar menurut jumhur ulama, perjalanan
yang dilakukan itu merupakan perjalanan yang mubah (boleh), bukan perjalanan
yang makruh atau haram, seperti merampok dan berjudi. Menurut ulama mazhab
Syafi`i dan Hambali, apabila perjalanan yang dilakukan itu bertujuan untuk
maksiat, maka tidak sah shalat qasharnya. Akan tetapi bagi ulama mazhab Maliki,
shalat qasharnya tetap sah tetapi berdosa.
14
Ibid., hlm. 5
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jama’ dalam shalat dapat diartikan sebagai penggabungan dua shalat
dalam satu waktu. Shalat jama’ terbagi dua yaitu jama’ taqdim (yang
dilakukan di awal waktu shalat yang digabungkan), dan jama’ takhir (yang
dilakukan di akhir waktu shalat yang digabungkan). Dengan ikhtilaf ulama
:
- Ulama As-Syafi’iyah membolehkan jama’ shalat karena sakit dan
hujan (dengan syarat tertentu).
- Ulama Hanafiyah tidak membolehkan jama’ shalat kecuali hanya
karena satu sebab saja, yaitu ketika haji di Arafah dan Mina saja.
Alasannya karena yang punya dasar masyru'iyah qath'i dari Rasulullah
SAW hanya sebatas pada haji saja.
- Ulama Mazhab Hambali bependapat Jamak taqdim dan takhir boleh
dilakukan dalam tujuh hal berikut: perjalanan menempuh jarak yang
jauh, sakit, orang yang menyusui anak karena sulit membersihkan diri
dari najis anak setiap waktu shalat, ada uzur seperti orang khawatir
terhadap keselamatan diri, harta, dan kehormatan.
- Ulama Mazhab Maliki mengatakan bahwa menjamak shalat
dibolehkan karena enam hal, yaitu: dalam perjalanan, hujan, sakit,
wukuf di Arafah, berada di Muzdalifah dan berada dalam keadaan
yang sangat gelap.15 Menurut jumhur ulama, safar (perjalanan)
merupakan salah satu sebab diperbolehkannya shalat jama’.
2. Shalat qashar adalah meringkas shalat yang empat rakaat menjadi dua
rakaat. Dengan ikhtilaf ulama :
- Madzhab Syafii berpendapat bahwa mengqashar atau tidak nya shalat
ketika sedang safar adalah pilihan bagi musafir itu sendiri.
15
Ibid., hlm. 3
11
- Madzhab Hanafi berpendapat mengqashar shalat adalah kewajiban
disetiap shalat yang empat rakaat.
- Mazhab Hambali berpendapat apabila perjalanan yang dilakukan itu
bertujuan untuk maksiat, maka tidak sah shalat qasharnya.
- Menurut Mazhab Imam Maliki perjalanan yang bertujuan untuk
maksiat, maka shalat qasharnya tetap sah tetapi berdosa.
3. Perbedaan antara qashar dengan jama' bahwa safar adalah satu-satunya
penyebab dibolehkannya qashar. Sedangkan jama' masih punya penyebab
yang lain di luar safar, seperti sakit, hujan, dan lainnya. Ada beberapa hal
yang menyebabkan safar yang dilakukan oleh seseorang berakhir secara
sah, antara lain dengan tiba kembali di rumah atau di tempat tinggal asli,
atau dengan niat bermukim, atau tinggal sementara tetapi melewati batas
waktu.
B. Saran
Demikianlah makalah ini disusun, dan diharapkan menjadi
tambahan pengetahuan bagi pembaca. Selamat membaca dan semoga
bermanfaat.
12
DAFTAR PUSTAKA
13