AUTIS
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu Mata Kuliah
Pembelajaran PAI Inklusif dan Difabel yang diampu oleh:
Dr. Yayah Nurmaliyah, MA
Oleh:
Kautsar Barkah 11170110000027
1
Hilyatin Ni’am, Skripsi Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Bekebutuhan
Khusus (Tunagrahita) di SLB M. Surya Gemilang Kec. Limbangan kab. Kendal, (Semarang: UIN
Walisongo, 2016), h. 35
2
Ibid. H. 36
3
Soleha, Erika Setia Ningsih, Siska Dwi Paramitha, “Strategi Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita Sedang) Di SDLB Negeri
Pangkalpinang”, Tarbawy : Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7, No. 1, 2020, H. 82
4
Ibid, H. 83.
Secara khusus, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran PAI, antara lain:
1) Strategi pembelajaran kasus
5
Hilyatin Ni’am, Op Cit, h. 45-46
6
Aziza Meria, “Model Pembelajaran Agama Islam bagi Anak Tunagrahita di SDLB YPPLB Padang
Sumatera Barat”, Jurnal TSAQAFAH, Vol. 11, No. 2, November 2015, H. 377.
Sekalipun demikian, proses pembelajaran masih tampak monoton dan
konvensional. Terlebih, metode ceramah lebih mendominasi metode
yang lain, termasuk media yang digunakan lebih banyak menggunakan
media yang dibawa oleh anak ke sekolah. Penilaian yang seharusnya
bersifat individual sesuai kemampuan dan kebutuhan masing-masing
anak, juga belum dapat dilaksanakan karena guru lebih fokus kepada
bantuan bina diri anak. Sementara hasil belajar yang diujikan
mengikuti standar ujian anak normal.
b. Problematika guru PAI dalam kompetensi meliputi kompetensi
paedagogik dan kompetensi profesional. Kompetensi paedagogik yang
berupa seperangkat keilmuan mendidik anak berkebutuhan khusus
tidak dibekali oleh LPTK yang khususnya menghasilkan guru PAI.
Dalam kompetensi profesional, guru PAI yang mempunyai beban
mengajar melampaui beban wajib tidak memperoleh kompensasi dari
pemerintah, sehingga pembelajaran PAI di SDLB kadang-kadang
ditangani secara langsung oleh guru kelas.
c. Problematika guru PAI dalam mengembangkan sarana agama
terkendala oleh faktor dana khususnya bantuan dari pemerintah
(Kemenag). Pengembangan laboratorium agama lebih mengandalkan
bantuan orang tua melalui sedekah/ infak.7
4. Upaya guru PAI dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI
Tuna Grahita
Ditinjau dari aspek manajemen kelas, cara guru melakukan manajemen
kelas dalam melaksanakan pembelajaran bagi anak tunagrahita yaitu guru
menggunakan waktu secara efisien dengan memulai dan mengakhiri
pembelajaran tepat waktu dan menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan
bantuan ditunjukkan dengan guru sering duduk di dekat anak tunagrahita dan
7
Rika Sa’diyah, Siti Khosiah Rochmah, “PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DALAM PEMBELAJARAN PADA ANAK TUNA GRAHITA USIA SD AWAL”, JMIE :
Journal of Madrsah Ibtidaiyah Education, 2017, 45-58. H.57.
menunjukkan kesiapan untuk memberikan bantuan dengan menanyai
kesulitan yang dihadapi anak tunagrahita.8
Ditinjau dari aspek pemberian umpan balik, pemberian umpan balik
dilakukan guru yaitu memberikan umpan balik positif dan memberikan
bantuan kepada anak tunagrahita. Pemberian umpan balik positif dilakukan
dengan cara memberikan penguatan dan memberikan penghargaan kepada
anak tunagrahita. Penguatan dilakukan melalui kata-kata dan sentuhan dengan
menepuk bahu anak tunagrahita sedangkan penghargaan diberikan dengan
cara menggunakan kata-kata pujian dan memberikan nilai di buku siswa.9
Ditinjau dari aspek modifikasi pembelajaran, modifikasi pembelajaran
yang dilakukan guru meliputi modifikasi alokasi waktu yang dilakukan
dengan memberikan tambahan waktu mengerjakan tugas untuk anak
tunagrahita, modifikasi materi yang dilakukan dengan pengurangan materi
dan mengurutkan materi berdasarkan tingkat kesulitan, dan modifikasi proses
pembelajaran yang dilakukan dengan mengulang materi, memberikan tugas
yang singkat dan sederhana, menggunakan kalimat sederhana dalam
menyampaikan materi, dan mengunakan strategi tutor sebaya. Namun, guru
belum menggunakan media untuk membantu pemahaman anak tunagrahita.10
Ditinjau dari aspek suasana pembelajaran yang kondusif, guru
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan cara mendorong
anak tunagrahita untuk aktif ketika pembelajaran, yaitu dengan dilibatkan
setiap saat, sering ditanya, dan sering ditunjuk untuk maju membaca maupun
mengerjakan soal, memberikan respon dengan perhatian, yaitu merespon
pendapat anak tunagrahita dan mendukung anak tunagrahita yang bermasalah
dalam belajar dengan memberikan motivasi dan memberikan bimbingan
secara individu kepada anak tunagrahita. Guru membimbing anak tunagrahita
8
Titin Indrawati, “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA”, Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 14 Tahun ke-5 2016, H. 395.
9
Ibid.
10
Ibid.
secara individu ketika anak tunagrahita kesulitan dalam membaca maupun
mengerjakan tugas.11
Lampiran RPP :
A. Kompetensi
KI-1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, dan
percaya diri, dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan
tetangganya.
KI-3 : Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara
mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang
11
Ibid.
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda - benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI-4 : Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang
jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Indikator
1.1.1 Meyakini Al-Qur'an sebagai kitab suci umat muslim.
2.1.1 Mengamalkan sikap tolong menolong.
3.1.2 Memahami makna bersyukur atas pertolongan Allah.
4.1.1 Mampu hafal Q.S An-Nasr.
C. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu mengenal dan hafal Q.S An-Nasr dan mengamalkannya pada
kehidupan di rumah serta sekolah.
D. Materi Pembelajaran
Q.S An-Nasr
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Discovery Learning
2. Strategi : Strategi pembelajaran langsung
3. Metode : Ceramah, Demonstrasi, Praktek
Hari 2
Guru menunjukan gambar kegiatan tolong
menolong. (mengamati)
Guru menjelaskan dan mencontohkan
perbuatan tolong menolong. (mengamati)
Siswa mengidentifikasi dan mencocokkan
secara bergantian perbuatan tolong menolong.
(mengasosiasi)
Siswa mengingat kembali dan menyebutkan
perbuatan tolong menolong. (mengasosiasi)
Siswa secara bergantian dengan bantuan guru
menyebutkan perbuatan tolong menolong.
(mengasosiasi)
Setelah itu siswa diberi kesempatan menanya
tentang perbuatan tolong menolong.
(mengasosiasi)
Penutup Bersama-sama siswa membuat kesimpulan/ 5 Menit
rangkuman hasil belajar selama sehari
(Mengkomunikasikan).
Bertanya jawab tentang materi yang telah di
pelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian
materi) (menanya)
Melakukan penilaian hasil belajar
H. Penilaian
1. Penilaian sikap
a. Sikap Spiritual
Penilaian : Observasi
Lembar observasi sikap spiritual
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat/presentasi
4 Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap
Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan
5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu
pengetahuan
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor diperoleh
x 4=skorakhir
SkorMaksimal
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :
14
x 4=2,8
20
Sesuaiskalaketentuan peserta didik memperoleh nilai adalah :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor :3,33 < skor ≤ 4,00
Baik : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup : apabila memperoleh skor :1,33 < skor≤ 2,33
Kurang : apabila memperoleh skor:skor ≤ 1,33
2. Penilaian Pengetahuan
Skor Maksimal : 100
Penilaian : (skor yang diperoleh : skor maksimal) X 100
Konversi Nilai
Predikat Klasifikasi
(Skala 0-100)
81 – 100 A SS (Sangat Baik)
66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C(Cukup)
0 - 50 D K (Kurang)
3. Penilaian Keterampilan
Keterampilan Menghafal Q.S An - Nasr
Penilaian : Observasi (pengamatan)
Lembar pengamatan kegiatan bertanya
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Skor
NO Kriteria
1 2 3 4
1 Kelantangan suara saat membacakan ayat
2 Percaya diri
3 Ketepatan dalam mengaji / membaca ayat
4 Hafal Q.S An - Nasr
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor diperole h
x 4=skorak h ir
SkorMaksimal
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :
14
x 4=2,8
20
B. Pengertian Autis
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya
bisa dilihat sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Sebahagian dari anak
autis gejalanya sudah ada sejak lahir namun itu tergantung kepada orang tua
apakah cermat atau tidak memantau perkembangan anaknya. Secara umum
gejala paling jelas terlihat antara umur 2 – 5 tahun.12
Menurut Kanner (dalam Wenar, 2004) autisme yaitu, suatu gangguan yang
dicirikan dengan tiga ciri utama. Pertama, pengasingan yang ekstrim (extreme
isolation) dan ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Kedua,
12
Marta Suhendra, “Pembinaan Anak Autis Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 4
Padang”, Magistra Indonesia. h. 70
sering kali aktifitas anak terlihat sederhana misalnya duduk di lantai dan
berguling-guling maju mundur dalam waktu yang lama, memutar-mutar tali
sepatunya atau berlari-lari di dalam ruangan. Kadang-kadang perilaku anak
autis terlihat seperti suatu ritual.
Anak autis juga memiliki suatu kebutuhan akan kesamaan lingkungan
misalnya, anak harus memakan makanan yang dengan piring yang sama.
Ketiga, Mustism atau cara berbicara yang tidak komunikatif termasuk ecolalia
dan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan situasi, misalnya ketika seorang
anak autis sedang menyiram toilet, ia tiba-tiba berkata, “Humburgernya di
kulkas”. Anak autis juga memiliki ketidakmampuan dalam menterjemahkan
kalimat secara harafiah dan membalikkan kata gantinya sendiri, biasanya anak
memanggilnya dirinya sendiri dengan kata ganti “kamu”( Lubis, 2009:2).
1. Strategi / model/ metode pembelajaran PAI Anak Autis
Penggunaan metode yang tepat akan menentukan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga metode pembelajaran
pendidikan agama islam pada anak autis harus dipilih dan dikembangkan
untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Berikut dikemukakan
beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru :
a. Metode Drill
b. Metode Karyawisata
c. Metode Ganjaran dan Hukuman
d. Metode Demonstrasi.13
Dari beberapa metode diatas metode drill dinilai sangat efektif untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis jika penerapannya
pada siswa yang berusia kecil (autis infantil). Karena anak kecil memiliki
“rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang,
sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka
13
Emmy. F. W., “PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK
AUTIS DI SEKOLAH PUTRA MANDIRI SEMARANG”, pada skripsi sarjana IAIN Walisongo
Semarang, 2008.
lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pembelajaran
pendidikan agama islam pada anak autis, metode pembiasaan merupakan cara
yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa siswa.
Karena pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis terlebih dahulu
diutamakan syariat dari pada akidah.14
Dalam proses pembelajaran khusus untuk anak autis harus adanya
media
pembelajaran yang membuat mereka mau untuk mengikuti proses
pembelajaran,
seperti bola-bola kecil dengan berbagai macam warna, berbagai macam
puzzle,
mainan anak-anak (ayunan, prosotan, gantungan), jalan setapak (untuk
melatih
anak dalam berjalan/apabila mengalami susah berjalan), tali untuk
memanjat.15
Metode yang digunakan sekolah Fredofios dalam proses pembelajaran
yaitu dengan menggunakan metode TEACCH (Treatment and Education of
Autistic and related Communication Handicapped Children). Program
TEACCH merupakan program untuk anak autis dan anak gangguan
perkembangan lain yang terstruktur tetapi tujuan teach juga untuk mengurangi
struktur. Program TEACCH ini sangat memperhatikan proses sosialisasi dan
kemandirian anak.16
2. Evaluasi pembelajaran PAI bagi Anak Autis
Dalam proses evaluasi pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus
sangat berbeda dengan anak yang normal, sebab cara mengevaluasi anak
penyandang autisme berbeda, yaitu apabila anak itu dapat atau berhasil fokus
terhadap apa yang diajarkan, mampu mengenal benda-benda yang ada di
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Marizka Wening Putri dan Nur Hidayah, “Pola Pendidikan pada Anak Autis di Sekolah Lanjutan
Autis Fredofios Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016, H. 12.
sekitarnya dengan baik, mampu berkomunikasi dengan orang lain, meskipun
itu pandangannya tidak fokus ke orang yang diajak komunikasi, tetapi dia
menyadari ada orang di sekitarnya.17 Anak dapat membuat ketrampilan sesuai
dengan arahan guru, meskipun itu harus dibimbing oleh 2 guru sekaligus,
karena jika anak itu fokus dan merasa nyaman dengan orang sekitarnya maka
ia akan melakukan aktivitas itu dengan sendirinya, tetapi jika ia merasa tidak
nyaman maka ia akan mengalihkan perhatiannya ke media lain yang bisa
menghilangkan kecemasannya.18
3. Problem pembelajaran PAI bagi Anak Autis
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak
autis pasti ada problematika yang dihadapi. Problematika ini bisa bersifat
intern maupun extern. Demikian pula dengan Sekolah Putra Mandiri
Semarang. Beberapa problematika tersebut yaitu:
a. Tantrum pada anak autis: anak mengalami kesulitan moral over
sehingga siswa susah untuk dikendalikan.
b. Siswa kesulitan dalam memahami materi
c. Tidak adanya kurikulum tertulis mengenai pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
d. Belum adanya buku pegangan khusus mengenai pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
e. Terbatasnya waktu pembelajaran Pendidikan Agama Islam.19
4. Upaya guru PAI dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI
Anak Autis
Keberhasilan guru dalam mengembangkan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Putra Mandiri Semarang karena adanya sistem
pembelajaran yang menggunakan teknik pengajaran satu guru untuk satu
17
TITI IVONY, “STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK AUTIS
DI SLB AUTISMA YOGASMARA, SEMARANG”, pada skripsi sarjana UNNES Semarang, 2016. H.
34.
18
Ibid. H. 36.
19
Emmy. F. W., “PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK
AUTIS DI SEKOLAH PUTRA MANDIRI SEMARANG”, pada skripsi sarjana IAIN Walisongo
Semarang, 2008.
siswa. Tehnik ini memusatkan perhatian dan tujuan akhir pada terbentuknya
tingkah laku (behaviour) siswa yang lebih baik. Tehnik ini diharapkan mampu
membantu siswa serta meminimalisir kesalahan persepsi siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran. Disamping itu dapat memudahkan guru untuk
mengatasi perilaku reflek yang mungkin timbul dalam proses kegiatan belajar
mengajar.20
Berlakunya tehnik pengajaran satu guru satu siswa karena melihat
kondisi kognisi (kemampuan berpikir) siswa yang berbeda antara anak yang
satu dengan yang lainnya dalam memproses informasi. Sehingga dengan
keadaan ini tidak memungkinkan proses pembelajaran seperti anak normal
yaitu dengan satu guru untuk 10 siswa atau lebih.Dengan tehnik tersebut maka
memungkinkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Keadaan ini
menjadikan guru dapat menguasai kondisi secara penuh.21
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas :
a. Melakukan pendekatan “inquiry” (pemberitahuan)
b. Menggunakan teknik-teknik sumbang saran (brain storming
c. Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif
d. Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media.22
Lampiran RPP :
4.1. Menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada
orang tua dan guru pada Surah al-Isra’ (17): 23–24; Surah Lukman (31): 13–
17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, hadis riwayat Al-Bukhari dan
Muslim dari Abdullah bin Amru
Indikator:
4.1.1. Melafalkan denga fasih ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat
dan patuh kepada orang tua dan guru pada Surah al-Isra’ (17) :23–24;
Surah Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
4.1.2. Melafalkan denga lancar ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat
dan patuh kepada orang tua dan guru pada Surah al-Isra’ (17) :23–24;
Surah Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
4.1.3 Melafalkan denga benar ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat
dan patuh kepada orang tua dan guru pada Surah al-Isra’ (17) :23–24;
Surah Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanya,mengekplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan, peserta didik dapat memahami, melafalkan dengan baik dan
benar ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua
dan guru pada Surah al-Isra’ (17) :23–24; Surah Lukman (31): 13–17; hadis
riwayat Muslim dari Abu Hurairah, hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari
Abdullah bin Amru
D. Materi Pembelajaran
3.1. ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan
guru pada Surah al-Isra’ (17) :23–24; Surah Lukman (31): 13–17; hadis riwayat
Muslim dari Abu Hurairah
E. Metode Pembelajaran
a. Metode Drill
b. Metode Karyawisata
c. Metode Ganjaran dan Hukuman
H. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
(Unjuk Kerja / Kinerja melakukan Praktikum / Sikap)
2. Bentuk instrumen
(Daftar chek/skala penilaian/Lembar penilaian kinerja/Lembar penilaian
sikap/LembarObservasi/Pertanyaan langsung/Laporan
Pribadi/Kuisioner/Memilih jawaban/ Mensuplai jawaban/Lembar penilaian
portofolio
3. Pedoman penskoran (terlampir)
LEMBAR PENILAIAN DIRI SIKAP SPIRITUAL
PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan
kalian sehari-hari
Pernyataan YA TIDAK
No
1 Saya semakin yakin dengan keberadaan dan kebesaran
Allah setelah mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an tentang
perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
pada Surah al-Isra’ (17): 23–24; Surah Lukman (31):
13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
2 Saya berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
kegiatan
3 Saya mengucapkan rasa syukur atas segala karunia
Allah
4 Saya memberi salam sebelum dan sesudah
mengungkapkan pendapat di depan umum
5 Saya mengungkapkan keagungan Allah apabila
melihat kebesaranNya
Petunjuk Penyekoran
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor diperole h
x 4=skorak h ir
Skoraksimal
Contoh :
Jawaban YA sebanyak 3, maka diperoleh nilai skor 3, dan skor maksimal 5
maka nilai akhir adalah :
3
----- x 4 = 2.4
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP JUJUR
PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan
kalian sehari-hari
No Pernyataan TP KD SR SL
1 Saya menyontek pada saat
mengerjakan Ulangan
2 Saya menyalin karya orang lain
tanpa menyebutkan sumbernya pada
saat mengerjakan tugas
3 Saya melaporkan kepada yang
berwenang jika menemukan barang
4 Saya berani mengakui kesalahan
yang saya dilakukan
5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa
melihat jawaban teman yang lain
Keterangan :
SL = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
SR = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadang tidak melakukan
KD = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
tidak melakukan
TP = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Petunjuk Penskoran :
Skor 4 jika SL
Skor 3 jika SR
Skor 2 jika KD
Skor 1 jika TP
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta
didik dalam tanggung jawab. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai
sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria
sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Sebagai peserta didik saya melakukan tugas-tugas
dengan baik
2 Saya berani menerima resiko atas tindakan yang
dilakukan
3 Saya menuduh orang lain tanpa bukti
4 Saya mau mengembalikan barang yang dipinjam
dari orang lain
5 Saya berani meminta maaf jika melakukan
kesalahan yang merugikan orang lain
Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik untuk menilai sikap disiplin diri peserta
didik. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang kamu
miliki sebagai berikut :
Ya = apabila kamu menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan
Tidak = apabila kamu tidak menunjukkan perbuatan sesuai
pernyataan.
Petunjuk Penyekoran
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor diperole h
x 4=skorak h ir
Skoraksimal
Contoh :
Jawaban YA sebanyak 6, maka diperoleh nilai skor 6, dan skor maksimal 8
maka nilai akhir adalah :
6
x 4=3,00
8
Kriteria perolehan nilai sama dapat menggunakan seperti dalam pedoman
observasi.
PETUNJUK PENGISIAN:
1. Cermatilah kolom-kolom sikap di bawah ini!
2. Jawablah dengan jujur sesuai dengan sikap yang kamu miliki.
3. Lingkarilah salah satu angka yang ada dalam kolom yang sesuai dengan
keadaanmu
4 = jika sikap yang kamu miliki sesuai dengan selalu positif
3 = Jika sikap yang kamu miliki positif tetapi sering positif kadang
kadang muncul sikap negatif
2 = Jika sikap yang kamu miliki sering negatif tapi tetapi
kadang kadang muncul sikap positif
1 = Jika sikap yang kamu miliki selalu negatif
Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
SIKAP TOLERANSI
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta
didik dalam toleransi. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap
toleransi yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Saya menghormati teman yang berbeda pendapat
2 Saya menghormati teman yang berbeda suku, agama,
ras, budaya, dan gender
3 Saya menerima kesepakatan meskipun berbeda
dengan pendapatnya
4 Saya menerima kekurangan orang lain
5 Saya memaafkan kesalahan orang lain
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Saya melakukan segala sesuatu tanpa ragu-ragu
2 Saya berani mengambil keputusan secara cepat
dan bisa dipertanggungjawabkan
3 Saya tidak mudah putus asa
4 Saya berani menunjukkan kemampuan yang
dimiliki di depan orang banyak
5 Saya berani mencoba hal-hal yang baru
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
LEMBAR PENILAIAN DIRI
SIKAP SANTUN
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Materi Pokok : ………………….
Tanggal : ………………….
PETUNJUK PENGISIAN:
1. Bacalah dengan teliti pernyataan pernyataan yang pada kolom di bawah
ini!
2. Tanggapilah pernyataan-pernyataan tersebut dengan member tanda cek (√)
pada kolom:
STS : Jika kamu sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika kamu tidak setuju dengan pernyataan tersebut
S : Jika kamu setuju dengan pernyataan tersebut
SS : Jika kamu sangat setuju dengan pernyataan tersebut
No Pernyataan Penilaian
STS TS S SS
1 Saya menghormasti orang yang lebih tua
2 Saya tidak berkata kata kotor, kasar dan
takabur
3 Saya meludah di tempat sembarangan
4 Saya tidak menyela pembicaraan
5 Saya mengucapkan terima kasih saat
menerima bantuan dari orang lain
6 Saya tersenyum, menyapa, memberi salam
kepada orang yang ada di sekitar kita
Keterangan:
Pernyataan positif :
1 untuk sangat tidak setuju (STS),
2 untuk tidak setuju (TS), ,
3 untuk setuju (S),
4 untuk sangat setuju (SS).
Pernyataan negatif :
1 untuk sangat setuju (SS),
2 untuk setuju (S),
3 untuk tidak setuju (TS),
4 untuk sangat tidak setuju (S)
Petunjuk Penskoran
Lihat petunjuk penskoran pada pedoman observasi sikap spiritual
Contoh
Program Pembelajaran Individual :
2. Data Orangtua
a. Nama Bapak : Maulana Malik
b. Nama Ibu : Aisyah
c. Alamat : Jl. Pejanten Barat
d. Telepon : 021-8676899
3. Wali yang bisa dihubungi dalam keadaan darurat:
a. Nama : Ibu rahma
b. Status : nenek Budi
c. Alamat: Jl. pesanggrahan
d. Telepon : 021-7763992
c. Sejarah kesehatan
Rahmat harus dirawat di rumah sakit ketika Rahmat berumur 5
hari karena ada gejala kulit berwana kuning. Kulit kuning ini merupakan
indikasi fungsi hati yang belum berkembang optimal. Hal ini ditandai dengan
hasil pemeriksaan laboratorium dengan kadar bilirubin mencapai 13, batas
normal adalah dibawah 10.
rahmat mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) sampai usia 2 bulan.
Setelah mencoba beberapa macam susu formula diketahui ternyata Rahmat
alergi terhadap susu biasa. Hal itu terlihat dari munculnya bercak-bercak
merah di seluruh badan. Rahmat harus mengkonsumsi susu khusus dengan
dengan peptida rantai pendek selama 7 bulan. Setelah itu mulai sedikit demi
sedikit diganti dengan susu hypo-allergenic yang merupakan susu untuk anak
yang mengalami alergi sampai usia 1 tahun. Secara bertahap diganti juga
dengan susu biasa.
Karena adanya masalah kesehatan, imunisasi yang dijalani
terhambat. rahmat mendapat seluruh imunisasi yang diwajibkan dan yang
disarankan. Walaupun pelaksanaannya terlambat 2-3 bulan.
d. Sejarah mengenai tugas-tugas yang sesuai dengan tugas perkembangan siswa
dari 0 sampai 4 tahun.
rahmat tumbuh dengan berat badan normal. Mulai berguling
umur 4 bulan. Duduk di usia 8 bulan. Langsung berjalan pada usia 9 bulan
sehingga tidak melalui proses merangkak. Usia 1 tahun sudah bisa berjalan
walaupun jinjit dan kurang seimbang. Dapat lompat-lompat dengan 2 kaki di
usia 1.5 tahun. Sampai saat ini belum dapat melompat 1 kaki secara berganti-
gantian.
Perkembangan menyusui, ketika baru lahir di rumah sakit,
rahmat minum susu formula menggunakan sendok, tidak dengan dot bayi.
Rahmat mulai belajar menyusu pada ibu sejak usia 2 hari. Untuk pelatihan
minum menggunakan dot, sempat mencoba 3 merek dot yang berbeda-beda
sampai akhirnya menemukan dot yang bisa digunakan untuk menyusu.
Kekuatan otot mulut rahmat cenderung lemah, hisapannya tidak kuat sehingga
membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan susu. Rahmat juga
sering mengeluarkan air liur sampai usia 1 tahun. Otot mulut Rahmat masih
lemah sampai sekarang. Hal ini terlihat dari waktu makan yang lama.
Perkembangan bicara: Rahmat belum bisa bicara sampai usia 3
tahun. Awalnya di usia 2 tahun mulai bisa mengeluarkan 1 suku kata untuk
tujuan-tujuan tertentu, namun artikulasinya tidak jelas. Rahmat menjalani
Speech Therapy jampai usia 5 tahun. Kemajuannya setelah menjalani Speech
Therapy sekarang ini rahmat bisa berbicara dengan lancar walaupun bunyi r
dan s kurang jelas.
Rahmat tidak suka berada di dekat orang lain, ia lebih suka
menyendiri. Rahmat cenderung rewel apabila di lingkungan yang tidak ia
sukai. Perilaku Rahmat yang sering muncul apabila merasa tidak nyaman
adalah berteriak sambil menutup telinga dan berputar-putar keliling ruangan.