Anda di halaman 1dari 18

METODE TAKHRIJ HADIS : MELALUI TOPIK

HADIS (TEMATIK)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Takhrij
Hadits yang diampu oleh :
Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.

oleh:
Riziq Fauqi 11170110000079
M Akbar Ramadhan 11170110000119
M Mierza Mumtaza 11160110000016

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
‫س ِم هِّللا ِ ال َّر ْح ّم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬
ْ ِ‫ب‬

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT Yang Maha


Esa atas segala limpahan rahmat dan kasih sayangNya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
mempelajari tentang Takhrij Hadits.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta
semoga tercurah pula kepada kita semua selaku penerus risalahnya.
Aamiin.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk serta isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena pengalaman
dan pengetahuan kami yang masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya masukan-masukan yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Ciputat, 22 April 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................I

DAFTAR ISI......................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

METODE TAKHRIJ HADITS TEMATIK...............................................................................3


PENJELASAN MENGENAI KITAB MIFTAH KUNUZ AL SUNNAH...........................................4

CARA MENGGUNAKAN KITAB MIFTAH KUNUZ AL SUNNAH..............................................5

BAB III PENUTUP..........................................................................................................14

KESIMPULAN..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Langkah awal dalam melakukan kegiatan penelitian hadis adalah
Takhrij al-Hadis. Kegiatan ini sangat penting karena tanpa kegiatan ini
terlebih dahulu maka akan sulit untuk diketahui asal usul riwayat hadis
yang akan diteliti. Kegiatan penelitian hadis baik dari segi sanad maupun
dari segi matan sangatlah penting. Upaya penelitian terhadap hadis-hadis
yang tertuang dalam beberapa kitab hadis merupakan sebuah keharusan.
Karena kitab-kitab hadis yang disusun oleh para mukharrij-nya masing-
masing memuat riwayat hadis baik sanad-nya maupun matan-nya. Artinya
para mukharrij bersikap terbuka dengan mempersilahkan para ahli yang
berminat untuk meneliti semua hadis yang terhimpun dalam kitab hadis
yang mereka susun.
Latar belakang pentingnya penelitian hadis adalah hadis Nabi
sebagai salah satu sumber ajaran Islam, dan tidak seluruh hadis tertulis
pada zaman Nabi. Selain itu telah timbul berbagai pemalsuan hadis. Begitu
juga disisi lain telah terjadi periwayatan secara makna karena jumlah kitab
hadis yang banyak dengan penyusunan yang beragam serta proses
penghimpunan memakan waktu yang lama.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka timbulah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan metode takhrij hadis melalui topik
hadis (tematik)?
2. Apa kelebihan dan kekurangan metode takhrij hadis melalui topik
hadis (tematik)?
3. Bagaimana penjelesan mengenai kitab Miftah Kunuz al-Sunnah?

1
4. Bagaimana cara menggunakan kitab Miftah Kunuz al-Sunnah?

Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian Metode Takhrij Hadis melalu topik hadis (tematik)
2. Kelebihan dan kekurangan Metode Takhrij Hadis melalui topik
hadis (tematik)
3. Penjelasan Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah
4. Cara menggunakan Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Takhrij Hadis melalui Topik Hadis (Tematik)

Metode ini didasarkan pada topik (mawdhu`) suatu hadits, misalnya bab al
Khatam, al Khadim, al Ghusl, adh Dhahiyah dan lain-lain. Seorang peneliti
hendaknya sudah mengetahui topik suatu hadits kemudian ditelusuri melalui
kamus hadits tematik. Salah satu kamus Hadits tematik adalah Miftah min Kunuz
as Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi, terjemahan dari aslinya berbahasa Inggris A
Handbook of Early Muhammadan karya A.J. Wensinck pula.  Dalam kamus
hadits ini dikemukakan berbagai topik, baik yang berkenaan dengan pertunjuk-
petunjuk Rasulullah maupun berkaitan dengan nama. Untuk setiap topik bisanya
disertakan subtopik dan untuk setiap subtopik dikemukakan data hadits dan ktab
yang menjelaskannya.1

Kelebihan metode ini

1. Metode ini tidak membutuhkan pengetahuan-pengetahuan lain di luar


Hadits, seperti keabsahan lafal pertamanya, sebagaimana metode pertama,
pengetahuan Bahasa Arab dengan perobahan-perobahan katanya
sebagaimana metode kedua, dan pengetahuan perawi teratas/pertama
sebagaimana metode ketiga. Yang dituntut oleh metode keempat ini ialah
pengetahuan akan kandungan Hadits. Hal ini logis kiranya dalam
mempelajari Hadits-hadits.
2. Metode ini mendidik ketajaman pemahaman Hadits pada diri peneliti.
Seorang peneliti setelah menggunakan metode ini beberapa kali akan
memiliki kemampuan yang tambah terhadap tema dan maksud Hadits
yang merupakan Fiqih Hadits.

1
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm 134-135.
Kekurangan metode ini

1. Terkadang kandungan Hadits sulit disimpulkan oleh seorang peniliti


hingga tidak dapat menemukan temanya. Sebagai akibatnya dia tidak
mungkin memfungsikan metode ini.
2. Terkadang pula pemahaman pemahaman peneliti tidak sesuai dengan
pemahaman penyusun kitab. Sebagai akibatnya penyusun kitab
meletakkan Hadits pada posisi yang tidak diduga oleh peneliti
tersebut.contoh ini banyak sekali, seperti Hadits yang semula oleh peneliti
disimpulkan sebagai Hadits peperangan ternyata oleh penyusun diletakkan
pada Hadits Tafsir.

Kendati demikian, kedua kekurangan ini akan sirna dengan sendirinya


dengan memperbanyak menela`ah kitab-kitab Hadits. Penela`ahan yang berulang-
ulang akan menimbulkan pengetahuan tentang metode para Ulama dan tata letak
tema Hadits.

B. Penjelasan Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah

Kitab ini disusun oleh Dr. AJ. Wensick, seorang orientalis dan
guru besar bahasa arab di Universitas Leiden. Beliau menyusun kitab ini
selama 10 tahun. Kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa arab berikut
pemeriksaannya oleh Prof. Muhammad Fuad abd al-Baqy di Kairo. Usaha
penerjemahan ini memakan waktu selama empat tahun dan diterbitkan di
Kairo juga tahun 1352 H/1933 M 2 dan diberi kata pengantar oleh Rasyid
Ridha dan Ahmad Syakir, dan diterbitkan oleh Suhail Academi, Lahore
Pakistan.3
Kitab ini merupakan salah satu bentuk indeks hadis. Sebagai suatu
indeks, kitab ini berisi petunjuk mengenai cara menemukan suatu hadis di
dalam kitab-kitab hadis terkenal. Cakupan kitab hadis yang diindeks
meliputi sembilan kitab hadis terkenal, yaitu Sahih Bukhari, Sahih
2
Ahmad Izzan, studi takhrij hadis, (Bandung : kelompok humaniora, 2012), hlm. 82
3
Askolan Lubis, urgensi metodologi takhrij hadis dalam studi keislaman, hlm. 24

4
Muslim, Sunan Abu Dawud, sunan al-Turmudzi, sunan al-Nasai, Sunan
ibn Majah, sunan al-Darimi, Muwatha' imam malik, dan musnad Ahmad
ibn Hambal dan beberapa kitab hadis lainnya seperti Musnad Zaid ibn Ali,
Thabaqat ibn Sa'd, Musnad al-Tayahsi, dan Maghazi al-Waqidi serta kitab
sirah Nabi karya Ibn Hisyam.4
Indeks hadis ini disusun secara alfabetis mengenai suatu subjek.
Kemudian masing-masing subyek yang diindeks disertai hadis-hadis Nabi
mengenai subyek yang dimaksud dengan mengacu pada sumber hadis
tersebut dicakup dalam suatu kitab hadis. Hadis-hadis Nabi berkenaan
suatu subyek yang dimuat dalam indeks hadis ini tidak ditulis secara
lengkap, akan tetapi hanya bagian tertentu saja yang menyebutkan suatu
subyek atau tema. Untuk mengetahui secara lengkap mengenai suatu
hadis, pemakai dapat mencarinya pada kitab-kitab hadis atau sumber-
sumber lainnya berdasarkan petunjuk dari indeks hadis ini. Petunjuk
dimaksud adalah terkadang mengacu kepada suatu babbdan pasal dalam
kitab hadis, atau mengacu pada nomor halaman suatu buku. Petunjuk-
petunjuk ini terdapat pada setiap hadis yang diindek mengenai suatu
subyek.5

C. Cara Menggunakan Kitab Miftah Kunuz Al- Sunnah


Penyusun kitab ini mengemukakan bahwasanya keinginan untuk
mengetahui suatu tema sunnah, intisari-intisari atau biografi-biografi
mengharuskan orang yang bersangkutan membolak-balik sekian lembaran kitab-
kitab yang banyak sekali. Maka dari itu penyusun berinisiatif untuk
mempermudahnya. Beliau membaca dan menelaah kitab-kitab tersebut serta
membuat daftar indeks materi-materi yang terdapat di dalamnya.
Sebagai contoh dalam proses pembuatan kitab, misalkan kata ُ‫ االَنِيَة‬beliau
menuliskan tempat hadis-hadis yang berkenaan dengannya. Demikian pula dengan
kata ‫السِّحْ ُر‬, beliau mencantumkan tempat-tempat hadisnya dalam kitab-kitab itu.
4
Agus Rifai, Info literatur kitab miftah kunuz alsunnah, Jurnal Komunikasi dan Informasi
Perpustakaan, 2000, vol.2 no. 2, hlm. 148
5
ibid

5
Setelah terkumpul informasi-informasi yang memadai untuk setiap tema, beliau
meletakkan informasi-informasi tersebut dibawah tema-tema cabang. Dibawah
setiap tema-tema tersebut dicantumkan tempat-tempat beradanya pada kitab-kitab
yang bersangkutan.6
ُّ ,
ْ ‫الز‬
Sebagai contoh pada halaman 224-225 dalam kitab terdapat kata ‫ه ُد‬
ُّ diletakkan tema-tema cabang, yaitu:
ْ ‫الز‬
dibawahnya kata ‫ه ُد‬

ِ ‫صلَّى َوأَرْ قَ ُد َو أَتَ َز َّو ُج النِ َسا َء نَهَى النَّبِ ُّي ص م َر ُجاًل ع َْن ُغ‬
‫لو ِه‬ َ ُ‫لَ ِكنِى أَصُوْ ُم َوا ْفطَ ُر َوا‬
ِ ‫ال خَا ِد ٌم َو َمرْ َكبٌ فى َسبِ ْياِل هّلل‬ َ ‫الز ْه ِد يَ ْكفِ ْيكَ َم ْن َج َم َع ال َم‬
ُّ ‫فِى‬.
ِّ ‫فَضْ ُل‬
‫الزهَا َد ِة‬
ُّ ‫َح ُّد‬
‫الز ْه ِد‬
َ‫الَ َجنَّةُ لِل َّزا ِه ِد ْين‬

6
Ahmad Izzan, “Studi Takhrij Hadits (Kajian Tentang Metodologi Takhrij dan Kegiatan Penelitian
Hadits)” (Bandung: Tafakur, 2012) hlm. 83

6
7
8
Tema-tema pokok oleh penyusun diurutkan berdasarkan huruf-huruf
Mu’jam, dengan kata lain beliau memulai dengan tema yang berhuruf awal alif,
kemudian yang berhuruf awal baa’, kemudian yang berhuruf awal taa’ dan
seterusnya. Hanya penyusun tidak mengembalikan kata-kata pada tema-tema
tersebut pada aslinya, dalam artian beliau tidak berpegang pada kata Mujarrad
(dasar).
ْ َ‫ اال‬tidak diletakkan pada huruf ‫ع‬. Melainkan diletakkan
Seperti kata ‫ع َما ُل‬

menurut apa adanya dengan menghilangkan ‫ ال‬yang merupakan sebagai bentuk

ِ ْ‫التَّو‬. Menurut huruf hija’iyah harus diletakkan


ma’rifah. Contoh lain seperti ‫حد‬

pada huruf ‫و‬, karna kata dasarnya ialah ‫ َد‬Œ‫ح‬


َ ‫ َو‬tetapi kata ini diletakkan oleh
penyusun pada huruf ‫ ت‬Beliau meletakkannya menurut bentuknya, tanpa melihat

kepada kata dasarnya. Yang dihilangkannya hanya huruf ‫ال‬.7


Penyusun kitab hanya menyebutkan judul dan dibawahnya tempat-tempat
beradanya dalam keempat belas kitab literaturnya. Beliau banyak menggunakan
kode-kode yang beliau gunakan sebagai berikut:
‫ بخ‬Yaitu Shahih Bukhari dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor
bab.
‫ مس‬Yaitu Shahih Muslim dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor
hadis.
‫ بد‬Yaitu Sunan Abu Daud dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor
bab.
‫ تر‬Yaitu Sunan Turmudzi dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor
bab.
‫ نس‬Yaitu Sunan Nasa’i dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor bab.
‫ مج‬Yaitu Sunan Ibnu Majah dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor
bab.
‫ مى‬Yaitu Sunan Darimy dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor
bab.

7
Ibid., hlm. 84

9
‫ ما‬Yaitu Muwaththa’ Malik dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor
hadis.
‫ حم‬Yaitu Musnad Imam Ahmad dengan menyebutkan nomor juz dan
nomor halaman.
‫ ط‬Yaitu Musnad Thayalisi dengan menyebutkan nomor hadis.
‫ ز‬Yaitu Musnad Zaid bin Ali dengan menyebutkan nomor hadis.
‫ عد‬Yaitu Thabaqat Ibnu Sa’ad dengan menyebutkan nomor bagian (bila
terdapat), nomor juz dan nomor halaman.
‫ هش‬Yaitu Sirah Ibnu Hisyam dengan menyebutkan nomor halaman.
‫ قد‬Yaitu Maghazi al-Waqidi dengan menyebutkan nomor halaman.
‫ ك‬Yaitu kitab.
‫ ب‬Yaitu bab
‫ ح‬Yaitu hadis
‫ ص‬Yaitu halaman
‫ ج‬Yaitu juz
‫ ق‬Yaitu bagian.
‫ قا‬Yaitu lihat yang sebenarnya dengan yang sesudahnya.
‫ م م م‬Yaitu hadis ini diulang berkali-kali.
Terkadang penyusun mencantumkan nomor kecil di atas nomor bab atau
nomor halaman. Hal ini berarti hadis tersebut diulang sebanyak menurut nomor
kecil pada bab atau halaman disamping nomor yang asli. Kitab ini tidak menuntut
hadis yang mesti dihafal sekalipun hanya kata-kata pertamanya. Melainkan
menunjukkan tempat tema hadis.
Bila tema mengenai al-Rifqu (kelemah-lembutan), kitab ini akan
menjelaskan bahwa tema tersebut (al-Rifqu) terdapat pada kitab-kitab anu berikut
penjelasan tempatnya pada setiap kitab itu. Bila hadis yang lain berbicara
mengenai insyiqaq al-qamar (terbelahnya bulan), kitab ini akan menjelaskan pada

10
tema pokoknya, yaitu Muhammad bin Abdullah Rasulullah SAW, dan di bawah
tema cabang dari tema pokoknya ini.8

Di sini penyusun menyebutkan tempat-tempat hadis mengenai terbelahnya


bulan dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Turmudzi, Musnad Imam
Ahmad dan Muwaththa’ Imam Malik. Bila kita mengetahui kode dan sistematika
serta kembali kepada tempat-tempat ini, maka memungkinkan kita akan dapati
hadis yang kita maksud. Sebagai contoh takhrij hadis yang berbunyi:

ِ َ‫َم ْن َس َّرهُ اَن يُ ْب َسطَ لَهُ فِى ِر ْزقِ ِه َو اَ ْن يُ ْن َسأَلَهُ فِى أَثِ ِر ِه فَ ْلي‬
ُ‫ل َر ِح َمه‬Œْ ‫ص‬

َ ْ‫ االَر‬atau ‫َّح ُم‬


Tema hadits diatas ialah ‫حا ُم‬ ِ ‫ الر‬kemudian kita cari ‫م‬Œُ ‫االَرْ َحا‬,
ِ ‫ ”ال َّر‬Langkah selanjutnya
pada tempat tersebut penyusun mengatakan: “lihat ‫ح ُم‬

kita mencari ‫َّح ُم‬


ِ ‫الر‬, dibawahnya terdapat tema-tema cabang yang banyak, sekitar
23 tema. Lalu kita mencari tema yang lebih mendekati hadits tersebut yaitu ‫أَجْ ُر‬

‫الصلَ ِة الرَّحْ ِم‬


ِ (balasan silaturrahim). Agar pembaca dapat lebih mudah mengerti
atas pemaparan teori ini, dibawah ini pemakalah lampirkan potongan kitab Miftah
Kunuz Al- Sunnah pada halaman 206. 9

8
Ibid., hlm. 85-86
9
Ibid., hlm. 86

11
12
Terlampir:
١٣ ‫ قا‬١٢ ‫ ب‬٧٨ ‫ ك‬- ‫بخ‬
٢٢ - ٢٠ ‫ و‬١٧ ‫ و‬١٦ ‫ ح‬٤٥ ‫ ك‬- ‫مس‬
٤٩ ‫ و‬٩ ‫ ب‬٢٥ ‫ ك‬- ‫تر‬
١٥٦ ‫ ؛ ثالث ص‬٤٨٤ ‫ و‬١٨٩ ‫ ثان ص‬- ‫حم‬
٢٧٩ ‫ ؛ خامس ص‬٢٦٦ ‫ و‬٢٤٧ ‫ و‬٢٢٩ ‫و‬
Penjelasan:
- Lihat Shahih Bukhari, kitab ke 78, bab ke 12 dan bandingkan dengan bab
ke 13.
- Lihat Shahih Muslim, kitab ke 45, hadis ke 16, 17 dan 20 – 22.
- Lihat Sunan Turmudzi, kitab ke 25, bab ke 9 dan 49.
- Lihat Musnad Imam Ahmad, juz ke 2, halaman ke 189 dan 484 dan juz ke
3, halaman 156, 229, 247 dan 266 serta juz ke 5, halaman 279.
Dalam muqaddimah penyusun menyebutkan nama-nama kitab hadis yang
masing-masingnya terbagi kepada kitab-kitabnya dan disebutkan pula nomor-
nomornya. Tema-tema kitab yang disebutkannya dapat diketahui dengan kembali
kepada penomoran ini;
- Kitab ke 78 dalam Shahih Bukhari ialah ُ‫االَدَب‬
- Kitab ke 45 dalam Shahih Muslim ialah ُ‫االَدَب‬
- Kitab ke 25 dalam Sunan Turmudzi ialah ‫صلَ ِة‬
ِّ ‫ِكتَابُ البِرِّ َوال‬
Namun bila nomor kitab tidak dicantumkan dalam kitab yang kita pakai,
berarti kita harus kembali langsung kepada kitab-kitab literaturnya dan mencari
hadis yang disebut pada babnya, atau nomor hadis yang disebutnya.10

10
Ibid., hlm. 86-87

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Metode ini didasarkan pada topik (mawdhu`) suatu hadits, misalnya bab al
Khatam, al Khadim, al Ghusl, adh Dhahiyah dan lain-lain. Seorang peneliti
hendaknya sudah mengetahui topik suatu hadits kemudian ditelusuri melalui
kamus hadits tematik. Salah satu kamus Hadits tematik adalah Miftah min Kunuz
as Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi. Kelebihan metode ini Metode ini tidak
membutuhkan pengetahuan-pengetahuan lain di luar Hadits, seperti keabsahan
lafal pertamanya, Kekurangan metode ini Terkadang kandungan Hadits sulit
disimpulkan oleh seorang peniliti hingga tidak dapat menemukan temanya.
Sebagai akibatnya dia tidak mungkin memfungsikan metode ini.

Kitab ini disusun oleh Dr. AJ. Wensick, seorang orientalis dan guru besar
bahasa arab di Universitas Leiden. Beliau menyusun kitab ini selama 10 tahun.
Kitab ini merupakan salah satu bentuk indeks hadis. Sebagai suatu indeks, kitab
ini berisi petunjuk mengenai cara menemukan suatu hadis di dalam kitab-kitab
hadis terkenal. Cakupan kitab hadis yang diindeks meliputi sembilan kitab hadis
terkenal, yaitu Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, sunan al-
Turmudzi, sunan al-Nasai, Sunan ibn Majah, sunan al-Darimi, Muwatha' imam
malik, dan musnad Ahmad ibn Hambal dan beberapa kitab hadis lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid. 2015. Ulumul Hadits. Jakarta : Amzah.


Izzan A. (2012) Studi Takhrij Hadis Kajian Tentang Metodologi Takhrij dan
Kegiatan Penelitian Hadits, Bandung : Kelompok Humaniora.

Lubis, Askolan. urgensi metodologi takhrij hadis dalam studi keislaman

Rifa’i, Agus. 2000. Info literatur Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah. Jurnal Komunikasi
dan Informasi Perpustakaan. vol.2 no. 2

Anda mungkin juga menyukai