HADIS (TEMATIK)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Takhrij
Hadits yang diampu oleh :
Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.
oleh:
Riziq Fauqi 11170110000079
M Akbar Ramadhan 11170110000119
M Mierza Mumtaza 11160110000016
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
KESIMPULAN..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Langkah awal dalam melakukan kegiatan penelitian hadis adalah
Takhrij al-Hadis. Kegiatan ini sangat penting karena tanpa kegiatan ini
terlebih dahulu maka akan sulit untuk diketahui asal usul riwayat hadis
yang akan diteliti. Kegiatan penelitian hadis baik dari segi sanad maupun
dari segi matan sangatlah penting. Upaya penelitian terhadap hadis-hadis
yang tertuang dalam beberapa kitab hadis merupakan sebuah keharusan.
Karena kitab-kitab hadis yang disusun oleh para mukharrij-nya masing-
masing memuat riwayat hadis baik sanad-nya maupun matan-nya. Artinya
para mukharrij bersikap terbuka dengan mempersilahkan para ahli yang
berminat untuk meneliti semua hadis yang terhimpun dalam kitab hadis
yang mereka susun.
Latar belakang pentingnya penelitian hadis adalah hadis Nabi
sebagai salah satu sumber ajaran Islam, dan tidak seluruh hadis tertulis
pada zaman Nabi. Selain itu telah timbul berbagai pemalsuan hadis. Begitu
juga disisi lain telah terjadi periwayatan secara makna karena jumlah kitab
hadis yang banyak dengan penyusunan yang beragam serta proses
penghimpunan memakan waktu yang lama.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka timbulah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan metode takhrij hadis melalui topik
hadis (tematik)?
2. Apa kelebihan dan kekurangan metode takhrij hadis melalui topik
hadis (tematik)?
3. Bagaimana penjelesan mengenai kitab Miftah Kunuz al-Sunnah?
1
4. Bagaimana cara menggunakan kitab Miftah Kunuz al-Sunnah?
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian Metode Takhrij Hadis melalu topik hadis (tematik)
2. Kelebihan dan kekurangan Metode Takhrij Hadis melalui topik
hadis (tematik)
3. Penjelasan Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah
4. Cara menggunakan Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Metode ini didasarkan pada topik (mawdhu`) suatu hadits, misalnya bab al
Khatam, al Khadim, al Ghusl, adh Dhahiyah dan lain-lain. Seorang peneliti
hendaknya sudah mengetahui topik suatu hadits kemudian ditelusuri melalui
kamus hadits tematik. Salah satu kamus Hadits tematik adalah Miftah min Kunuz
as Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi, terjemahan dari aslinya berbahasa Inggris A
Handbook of Early Muhammadan karya A.J. Wensinck pula. Dalam kamus
hadits ini dikemukakan berbagai topik, baik yang berkenaan dengan pertunjuk-
petunjuk Rasulullah maupun berkaitan dengan nama. Untuk setiap topik bisanya
disertakan subtopik dan untuk setiap subtopik dikemukakan data hadits dan ktab
yang menjelaskannya.1
1
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm 134-135.
Kekurangan metode ini
Kitab ini disusun oleh Dr. AJ. Wensick, seorang orientalis dan
guru besar bahasa arab di Universitas Leiden. Beliau menyusun kitab ini
selama 10 tahun. Kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa arab berikut
pemeriksaannya oleh Prof. Muhammad Fuad abd al-Baqy di Kairo. Usaha
penerjemahan ini memakan waktu selama empat tahun dan diterbitkan di
Kairo juga tahun 1352 H/1933 M 2 dan diberi kata pengantar oleh Rasyid
Ridha dan Ahmad Syakir, dan diterbitkan oleh Suhail Academi, Lahore
Pakistan.3
Kitab ini merupakan salah satu bentuk indeks hadis. Sebagai suatu
indeks, kitab ini berisi petunjuk mengenai cara menemukan suatu hadis di
dalam kitab-kitab hadis terkenal. Cakupan kitab hadis yang diindeks
meliputi sembilan kitab hadis terkenal, yaitu Sahih Bukhari, Sahih
2
Ahmad Izzan, studi takhrij hadis, (Bandung : kelompok humaniora, 2012), hlm. 82
3
Askolan Lubis, urgensi metodologi takhrij hadis dalam studi keislaman, hlm. 24
4
Muslim, Sunan Abu Dawud, sunan al-Turmudzi, sunan al-Nasai, Sunan
ibn Majah, sunan al-Darimi, Muwatha' imam malik, dan musnad Ahmad
ibn Hambal dan beberapa kitab hadis lainnya seperti Musnad Zaid ibn Ali,
Thabaqat ibn Sa'd, Musnad al-Tayahsi, dan Maghazi al-Waqidi serta kitab
sirah Nabi karya Ibn Hisyam.4
Indeks hadis ini disusun secara alfabetis mengenai suatu subjek.
Kemudian masing-masing subyek yang diindeks disertai hadis-hadis Nabi
mengenai subyek yang dimaksud dengan mengacu pada sumber hadis
tersebut dicakup dalam suatu kitab hadis. Hadis-hadis Nabi berkenaan
suatu subyek yang dimuat dalam indeks hadis ini tidak ditulis secara
lengkap, akan tetapi hanya bagian tertentu saja yang menyebutkan suatu
subyek atau tema. Untuk mengetahui secara lengkap mengenai suatu
hadis, pemakai dapat mencarinya pada kitab-kitab hadis atau sumber-
sumber lainnya berdasarkan petunjuk dari indeks hadis ini. Petunjuk
dimaksud adalah terkadang mengacu kepada suatu babbdan pasal dalam
kitab hadis, atau mengacu pada nomor halaman suatu buku. Petunjuk-
petunjuk ini terdapat pada setiap hadis yang diindek mengenai suatu
subyek.5
5
Setelah terkumpul informasi-informasi yang memadai untuk setiap tema, beliau
meletakkan informasi-informasi tersebut dibawah tema-tema cabang. Dibawah
setiap tema-tema tersebut dicantumkan tempat-tempat beradanya pada kitab-kitab
yang bersangkutan.6
ُّ ,
ْ الز
Sebagai contoh pada halaman 224-225 dalam kitab terdapat kata ه ُد
ُّ diletakkan tema-tema cabang, yaitu:
ْ الز
dibawahnya kata ه ُد
ِ صلَّى َوأَرْ قَ ُد َو أَتَ َز َّو ُج النِ َسا َء نَهَى النَّبِ ُّي ص م َر ُجاًل ع َْن ُغ
لو ِه َ ُلَ ِكنِى أَصُوْ ُم َوا ْفطَ ُر َوا
ِ ال خَا ِد ٌم َو َمرْ َكبٌ فى َسبِ ْياِل هّلل َ الز ْه ِد يَ ْكفِ ْيكَ َم ْن َج َم َع ال َم
ُّ فِى.
ِّ فَضْ ُل
الزهَا َد ِة
ُّ َح ُّد
الز ْه ِد
َالَ َجنَّةُ لِل َّزا ِه ِد ْين
6
Ahmad Izzan, “Studi Takhrij Hadits (Kajian Tentang Metodologi Takhrij dan Kegiatan Penelitian
Hadits)” (Bandung: Tafakur, 2012) hlm. 83
6
7
8
Tema-tema pokok oleh penyusun diurutkan berdasarkan huruf-huruf
Mu’jam, dengan kata lain beliau memulai dengan tema yang berhuruf awal alif,
kemudian yang berhuruf awal baa’, kemudian yang berhuruf awal taa’ dan
seterusnya. Hanya penyusun tidak mengembalikan kata-kata pada tema-tema
tersebut pada aslinya, dalam artian beliau tidak berpegang pada kata Mujarrad
(dasar).
ْ َ االtidak diletakkan pada huruf ع. Melainkan diletakkan
Seperti kata ع َما ُل
7
Ibid., hlm. 84
9
ماYaitu Muwaththa’ Malik dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor
hadis.
حمYaitu Musnad Imam Ahmad dengan menyebutkan nomor juz dan
nomor halaman.
طYaitu Musnad Thayalisi dengan menyebutkan nomor hadis.
زYaitu Musnad Zaid bin Ali dengan menyebutkan nomor hadis.
عدYaitu Thabaqat Ibnu Sa’ad dengan menyebutkan nomor bagian (bila
terdapat), nomor juz dan nomor halaman.
هشYaitu Sirah Ibnu Hisyam dengan menyebutkan nomor halaman.
قدYaitu Maghazi al-Waqidi dengan menyebutkan nomor halaman.
كYaitu kitab.
بYaitu bab
حYaitu hadis
صYaitu halaman
جYaitu juz
قYaitu bagian.
قاYaitu lihat yang sebenarnya dengan yang sesudahnya.
م م مYaitu hadis ini diulang berkali-kali.
Terkadang penyusun mencantumkan nomor kecil di atas nomor bab atau
nomor halaman. Hal ini berarti hadis tersebut diulang sebanyak menurut nomor
kecil pada bab atau halaman disamping nomor yang asli. Kitab ini tidak menuntut
hadis yang mesti dihafal sekalipun hanya kata-kata pertamanya. Melainkan
menunjukkan tempat tema hadis.
Bila tema mengenai al-Rifqu (kelemah-lembutan), kitab ini akan
menjelaskan bahwa tema tersebut (al-Rifqu) terdapat pada kitab-kitab anu berikut
penjelasan tempatnya pada setiap kitab itu. Bila hadis yang lain berbicara
mengenai insyiqaq al-qamar (terbelahnya bulan), kitab ini akan menjelaskan pada
10
tema pokoknya, yaitu Muhammad bin Abdullah Rasulullah SAW, dan di bawah
tema cabang dari tema pokoknya ini.8
ِ ََم ْن َس َّرهُ اَن يُ ْب َسطَ لَهُ فِى ِر ْزقِ ِه َو اَ ْن يُ ْن َسأَلَهُ فِى أَثِ ِر ِه فَ ْلي
ُل َر ِح َمهŒْ ص
8
Ibid., hlm. 85-86
9
Ibid., hlm. 86
11
12
Terlampir:
١٣ قا١٢ ب٧٨ ك- بخ
٢٢ - ٢٠ و١٧ و١٦ ح٤٥ ك- مس
٤٩ و٩ ب٢٥ ك- تر
١٥٦ ؛ ثالث ص٤٨٤ و١٨٩ ثان ص- حم
٢٧٩ ؛ خامس ص٢٦٦ و٢٤٧ و٢٢٩ و
Penjelasan:
- Lihat Shahih Bukhari, kitab ke 78, bab ke 12 dan bandingkan dengan bab
ke 13.
- Lihat Shahih Muslim, kitab ke 45, hadis ke 16, 17 dan 20 – 22.
- Lihat Sunan Turmudzi, kitab ke 25, bab ke 9 dan 49.
- Lihat Musnad Imam Ahmad, juz ke 2, halaman ke 189 dan 484 dan juz ke
3, halaman 156, 229, 247 dan 266 serta juz ke 5, halaman 279.
Dalam muqaddimah penyusun menyebutkan nama-nama kitab hadis yang
masing-masingnya terbagi kepada kitab-kitabnya dan disebutkan pula nomor-
nomornya. Tema-tema kitab yang disebutkannya dapat diketahui dengan kembali
kepada penomoran ini;
- Kitab ke 78 dalam Shahih Bukhari ialah ُاالَدَب
- Kitab ke 45 dalam Shahih Muslim ialah ُاالَدَب
- Kitab ke 25 dalam Sunan Turmudzi ialah صلَ ِة
ِّ ِكتَابُ البِرِّ َوال
Namun bila nomor kitab tidak dicantumkan dalam kitab yang kita pakai,
berarti kita harus kembali langsung kepada kitab-kitab literaturnya dan mencari
hadis yang disebut pada babnya, atau nomor hadis yang disebutnya.10
10
Ibid., hlm. 86-87
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode ini didasarkan pada topik (mawdhu`) suatu hadits, misalnya bab al
Khatam, al Khadim, al Ghusl, adh Dhahiyah dan lain-lain. Seorang peneliti
hendaknya sudah mengetahui topik suatu hadits kemudian ditelusuri melalui
kamus hadits tematik. Salah satu kamus Hadits tematik adalah Miftah min Kunuz
as Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi. Kelebihan metode ini Metode ini tidak
membutuhkan pengetahuan-pengetahuan lain di luar Hadits, seperti keabsahan
lafal pertamanya, Kekurangan metode ini Terkadang kandungan Hadits sulit
disimpulkan oleh seorang peniliti hingga tidak dapat menemukan temanya.
Sebagai akibatnya dia tidak mungkin memfungsikan metode ini.
Kitab ini disusun oleh Dr. AJ. Wensick, seorang orientalis dan guru besar
bahasa arab di Universitas Leiden. Beliau menyusun kitab ini selama 10 tahun.
Kitab ini merupakan salah satu bentuk indeks hadis. Sebagai suatu indeks, kitab
ini berisi petunjuk mengenai cara menemukan suatu hadis di dalam kitab-kitab
hadis terkenal. Cakupan kitab hadis yang diindeks meliputi sembilan kitab hadis
terkenal, yaitu Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, sunan al-
Turmudzi, sunan al-Nasai, Sunan ibn Majah, sunan al-Darimi, Muwatha' imam
malik, dan musnad Ahmad ibn Hambal dan beberapa kitab hadis lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Rifa’i, Agus. 2000. Info literatur Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah. Jurnal Komunikasi
dan Informasi Perpustakaan. vol.2 no. 2