E-mail: Thialiani23@gmail.com
ABSTRAK
Setelah masa Nabi Muhammah Shallallahu ‘alaih waSallam sampai pada masa
sekarang, keadaan dan kedudukan hadits yang sudah sedemikian rupa membuka
tabir melihat keberadaannya sebagai otoritas atau pedoman keberagamaan. Oleh
karena itu, jika kita temui taka jarang dari para pecinta hadits termotivasi
mengkaji, mendalami, mengkritisi, dan membincang pemikiran-pemikiran oara
pakar hadits. Shalahuddin Al-Adlabi mengemukakan berberapa pendapatnya
tentang perlunya dilakukan kritik pada matan haditsa yaitu: munculnya pemalsuan
hadits sepeninggal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaih waSallam, dan kedustaan
yang berat terhadap beliau. Shalahuddin Al-Adlabi dalam hal ini membagi rmpat
kriteria dalam kritik matan. Pertama, matan hadits tidak bertentangan dengan
ayat-ayat al-Qur’an. Kedua, tidak bertentangan dengan hadits shahih dan sirah
nabawiyyah yang shahih. Ketiga, tidak bertentangan dengan akal indra dan
sejarah. Keempat, matan hadits tidak menunjukkan ungkapan yang serampang,
atau tidak menunjukkan makna yang rendah.
Pendahuluan
Sebagai pedoman umat Islam yang kedua setelah al-Qur’an, hadits juga
sebagai penjelasa tentang keumuman dalam al-Qur’an agar muda dipahami oelh
umat Islam. Berangkat dari sini, kelayakan hadits sebagai penjelas tidak terlepas
dari keorisinilnya dan otentitasnya sebagai hujjah. Tentu ini penting di lakukan,
karena ketika hadits dijadikan sebgai hujjah terlebih dahulu harus diteliti
bagaimna kedudukan hadits tersebut sehingga bisa dijadikan sebgai hujjah.
2
Ibid, hal.6
1. Kaidah kritik Matan hadis tersebar dalam beberapa ulasan mengenai
kualitas hadits
2. Belum banyaknya karya yang membahas secara khusus tentang metode
kritik Matan hadits
3. Kaidah-kaidah kesahihan hadits terdahulu belum mencakup seluruh
persoalan yang berkenaan dengan metode kritik Matan.
“Dan orang-orang yang zalim itu berkata: ‘Kamu sekalian tidak lain
hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir. Perhatikanlah,
bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu,
4
S{alah{uddin ibn Ah{mad al Adlabi>, Metodologi Kritik Matan Hadits, terj. M.
Qadirun Nur, (Ciputat: Gaya Media Pratama, 2004), 210.
lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk
menentang kerasulan).”
Ada dua syarat yang harus terpenuhi, untuk menolak sebuah riwayat yang
marfu’ kepada Nabi Shallallahu ‘alaih waSallam, karena bertentangan
dengan hadits lain. Pertama, tidak ada kemungkinan al-Jamu’. Jika tidak
ada kemungkinan untuk dipasukan maka menggunakan metoda al-Tarjih.
Kedua, hadits yang dijadikan penolakan terhadap hadits lain harus
mutawattir.5
5
Ibid., S{alah{uddin ibn Ah{mad al Adlabi>, Metodologi Kritik Matan Hadits, 234.
Berikut contoh pertentangan antara hadits dengan hadits menurut al-Idlibi,
berkenaan dengan hadits tentang puasa pada bulan sya’ban. Dalam
musnad Ahmad ibn Hanbal kitab Baqi Musnad al-Muksirin Bab Baqi
Musnad al-Sabiq No. 9330.
Hadis Abu Hurairah di atas dinilai sendirian ( tafarrud ) oleh para ulama.
Menurut mereka, rawi Al-‘Ala ibn Abdurrahman meriwayatkannya secara
sendiri dari ayahnya dari Abu Hurairah sedang ia adalah thiqah . Imam
Ahmad menilai hadis itu munkar karena hadisnya dhaif dan bertentangan
dengan hadis dari jalur periwayat lain yang lebih sahih.
Berikut contoh hadits yang bertentangan dengan akal diriwayatkan oleh al-
Nasa’i dalam kitab sunan Nasa’i Kitab al-Nikah bab Tajwid al-Zaniah No.
3177.
7
Ibid., S{alah{uddin ibn Ah{mad al Adlabi>, Metodologi Kritik Matan Hadits, 270.
8
Atiyatul Ulya, Kritik Kualitas Mata Hadits Perempuan Lemah Akalnya Perspektif
S{alah{ al-Di>n Ah{mad al-Adlabi>, Jurnal Ushuluddin, Vol. 6, No. 1, 2018, http://
ejournal.uin-suska.ac.id/indeks.php/ushuludin/article/view/4269.
Kesimpulan
Nama lengkap beliau adalah Salah ad-Din Ibn Ahmad Ibn Muhammad
Sa’id al-Adlabi atau biasa dikenal dengan nama Salah ad-Din Ibn Ahmad al-
Adlabi dan sapaan akrab beliau yaitu “Al-adlabi”, beliau merupakan ahli hadits
dari Syiria yang lahir dikota Madinah pada tahun 1367 H/1948 M. Salahuddin Ibn
Ahmad al-Adlabi sebagai sosok ulama yang memiliki semangat, ketekunan,
kecerdasan dan keterampilan yang luar biasa dalam menulis buah pikiran yang
terlintas di benaknya. Ketajaman pikiran yang dimiliki olehnya dibuktikan dengan
beberapa karya tulis yang dimilikinya. Adapun karya beliau yang terkenal adalah
Manhaj Naqd al-Matan 'Inda 'Ulama al-Hadits an-Nabawi.
Al-adlabi ketika melakukan kritik Matan hadits tolak ukur yang digunakan
dalam kritik Matan tidak lepas dari unsur syaz dan Illat dalam kaidah kesahihan
hadits.9 Dalam hal kriteria penerimaan keshahihan hadits al-Idlibi> membaginya
menjadi beberapa macam, dalam kitabnya Manh{aj Naqd al-Matn ‘Inda
‘Ulama>’ al-H{adi>th al-Nabawi>. Dalam kitab tersebut S{alah{ al-Di>n
Ah{mad al-Adlabi> mengemukakan empat kategori ddalam menilai ke-shahihan
matan hadits, yaitu: pertama, matan hadits tidak bertentangan dengan ayat-ayat al-
Qur’an. Kedua, tidak bertentangan dengan hadits shahih dan sirah nabawiyyah
yang shahih. Ketiga, tidak bertentangan dengan akal indra dan sejarah. Keempat,
matan hadits tidak menunjukkan ungkapan yang serampang, atau tidak
menunjukkan makna yang rendah.
Daftar Pustaka
S{alah{uddin ibn Ah{mad al-Adlabi. 2004. Metodologi Kritik Matan Hadits.
Ciputat: Gaya Media Pratama.
9
Ibid, hal.7-8.
Atiyatul Ulya, Kritik Kualitas Mata Hadits Perempuan Lemah Akalnya Perspektif
S{alah{ al-Di>n Ah{mad al-Adlabi>, Jurnal Ushuluddin, Vol. 6, No. 1, 2018,
http:// ejournal.uin-suska.ac.id/indeks.php/ushuludin/article/view/4269.
Ahmadi Ritonga dkk, Konstribusi Pemikiran Salah Ad-Din Ibn Ahmad Al-Adlabi dalam
metode kritik matan hadits:Telaah terhadap Manhaj Naqd al-Matan ‘Inda
‘Ulama’ al-Hadits an-Nabawi, At-Tahdis: Journal of Hadith studies. Vol.1,
no.1, 2017, hal.3-5.