Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah dasar hukum pertama bagi umat Islam. Namun al-
Qur’an dalam meredaksikan ayat-ayatnya selalu memerlukan penafsiran-
penafsiran, hal itu disebabkan oleh kemujmalan ayat-ayat dan kebahasaan
yang tinggi. Oleh karena itu, segala keilmuan yang berhubungan dengan
penafsiran al-Qur’an perlu dipelajari dalam rangka menyingkap makna-
makna yang tersirat dalam al-Qur’an. Salah satunya adalah ilmu tentang
kronologi al-Qur’an yang memberikan penerangan secara historis dan
kronologis.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya,
maka kami merumuskan masalah-masalah yang akan kami bahas sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengertian problematika kronologi al-Qur’an?
2. Bagaimana urgensi kronologi al-Qur’an?
3. Bagaimana problematika kronologi al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kami bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian problematika kronologi al-Qur’an
2. Untuk mengetahui urgensi kronologi al-Qur’an
3. Untuk mengetahui problematika kronologi al-Qur’an
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Problematika Kronologi al-Qur’an


Problematika berasal dari bahasa Inggris “problematic” yang
berarti masalah atau persoalan.1 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) problematika adalah sesuatu yang masih belum dapat
dipecahkan.2 Jadi, yang dimaksud dengan problematika adalah suatu
permasalahan yang masih belum dapat dipecahkan sehingga unruk
mencapai suatu tujuan menjadi terhambat dan tidak maksimal.
Sedangkan kronologi al-Qur’an terdiri dari dua kata, yaitu
kronologi dan al-Qur’an. Kronologi adalah susunan urutan waktu dari
sejumlah kejadian atau peristiwa.3 Jadi, kronologi dapat diartikan sebagai
pengurutan berdasarkan waktu dari sejumlah kejadian atau peristiwa.
Sedangkan al-Qur’an adalah firman-firman Allah yang diturunkan kepada
nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril untuk dibaca,
dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat
manusia.4
Jadi, yang dimaksud dengan problematika kronologi al-Qur’an
adalah suatu permasalahan susunan waktu suatu kejadian yang ada
kaitannya dengan al-Qur’an. Dalam hal ini, yang akan menjadi
permasalahan dalam pembahasan yang akan dijelaskan adalah tentang
permasalahan-permasalahan dalam penanggalan pada setiap peristiwa
turunnya al-Qur’an. Tentang ayat dan surat apa yang turun lebih awal dan
ayat dan surat apa yang turun kemudian.

1
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000), hlm.
440
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendididkan Nasional,
2008), hlm. 1105
3
Ibid., hlm. 762
4
Ibid., hlm. 45
3

B. Urgensi Kronologi al-Qur’an


Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang turun secara berangsur-
angsur selama kurang lebih 23 tahun, dan turunnya ayat tersebut memiliki
latar belakang atau sebab-sebab turunnya al-Qur’an atau yang biasa kita
kenal dengan istilah asbabun nuzul. Namun ketika wahyu-wahyu tersebut
dikodifikasi, pentahapan pewahyuan ini tidak tercermin di dalamnya.
Meskipun demikian, sejak abad-abad pertama Islam para sarjana muslim
sudah menyadari urgensi pengetahuan tentang penanggalan atau aransemen
kronologis bagian-bagian al-Qur’an dalam rangka menafsirkan maksud dan
pesan yang terkandung dalam ayat suci tersebut. Abu al-Qasim al-Hasan bin
Habib al-Naisaburi, sebagaimana dikutip al-Suyuti, menegaskan bahwa
seseorang tidak berhak berbicara tentang al-Qur’an tanpa bekal pengetahuan
kronologi al-Qur’an.5
Berdasarkan waktu turunnya, ayat-ayat dalam al-Qur’an dibagi
menjadi dua. Pertama adalah ayat-ayat Makki, yaitu aya-ayat yang turun di
Mekkah. Kedua adalah ayat-ayat Madani, yaitu ayat-ayat yang turun di
Madinah. Pengertian tentang Makki dan Madani ini adalah pengertian yang
paling sederhana, terlepas dari segala kontroversi mengenai teori dalam
menentukan pengertian Makki dan Madani yang ideal.6
Ilmu tentang Makki dan Madani ini menjadi sangat penting dalam
penanggalan kronologi al-Qur’an. Sebagaimana ayat-ayat Madani yang
dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya surah al-Anfal
dihubungkan dengan Perang Badr, surah al-Ahzab dihubungkan dengan
Perang Khandaq, dan surah al-Fath yang dihubungkan dengan Perjanjian
Hudaibiyah dan Fathu Mekkah. Data-data historis seperti ini memang
sangat membantu penanggalan al-Qur’an, akan tetapi jumlahnya sangat
sedikit dan umumnya berhubungan dengan wahyu-wahyu periode Madinah.
Sedangkan data historis yang berhubungan dengan periode Mekkah, selain

5
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, (Jakarta: Divisi Muslim Demokratis
Yayasan Abad Demokrasi, 2011), hlm. 96
6
Achmad Zuhdi, dkk, Studi al-Qur’an, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), hlm. 147
4

jumlahnya sangat sedikit, data tersebut juga sangat meragukan serta tidak
diketahui secara pasti kapan terjadinya. 7
Lalu kemudian, ada pengklasifikasian surah-surah Makki dan Madani.
Berikut merupakan urutan kronologi al-Qur’an berdasarkan kitab al-Tafsir
al-Hadis karangan M. ‘Azzat Darwazah: Makiyyah: 1) al-‘Alaq; 2) al-
Qalam; 3) al-Muzammil; 4) al-Mudaṡṡir; 5) al-Fātihah; 6) al-Masad; 7) al-
Takwir; 8) al-A’la; 9) al-Lail; 10) al-Fajr; 11) al-Ḍuḥa; 12) al-Syarḥ; 13) al-
‘Aṣr; 14) al-‘Adiyat; 15) al-Kauṡar; 16) al-Takaṡur; 17) al-Mā’un; 18) al-
Kāfirūn; 19) al-Fīl; 20) al-Falaq; 21) al-Nās; 22) al-Ikhlāṣ; 23) al-Najm; 24)
‘Abasa; 25) al-Qadr; 26) al-Syams; 27) al-Burūj; 28) al-Tin; 29) al-Qurasyi;
30) al-Qāri’ah; 31) al-Qiyāmah; 32) al-Humazah; 33) al-Mursālat; 34) Qaf;
35) .) al-Balad; 36) al-Ṫarῑq; 37) al-Qamar; 38) Ṣad; 39) al-A’rāf; 40) al-Jin;
41) Yasīn; 42) al-Furqān; 43) Fāṭir; 44) Maryam; 45) Ṫāha; 46) al-Wāqiah;
47) al-Syu’arā; 48) al-Naml; 49) al-Qaṣaṣ; 50) al-Isrā‟; 51) Yūnus; 52) Hūd;
53) Yūsuf; 54) al-Ḥijr; 55) al-An’ām; 56; al-Ṣāffat; 57) Luqmān; 58) Saba’;
59) al-Zumar; 60) Ghafir; 61) Fuṣṣilāt; 62) al-Syura; 63) al-Zuhruf; 64) al-
Dukhan; 65) al-Jāsyiyah; 66) al-Ahqāf;67) al-Zariyat; 68) al-Ghᾱsyiyah; 69)
al-Kahfi; 70) al-Naḥl; 71) Nūh; 72) Ibrahīm; 73) al-Anbiya‟; 74) al-
Mu’minūn; 75) al-Sajadah; 76) al-Ṫūr; 77) al-Mulk; 78) al-Hāqqah; 79) al-
Ma’ārij; 80) al-Naba’; 81) al-Nazi’āt; 82) al-Infiṭār; 83) al-Insyiqāq; 84) al-
Rūm; 85) al-‘Ankabūt; dan 86) al-Muṭaffifīn.8
Madaniyyah: 87) al-Baqarah; 88) al-Anfāl; 89) Ali Imrān; 90) al-
Aḥzāb; 91) al-Mumtahanah; 92) al-Nisā‟; 93) al-Zalzalah; 94) al-Hadīd; 95)
Muhammad; 96) al-Ra’du; 97) al-Raḥman; 98) al-Insān; 99) al-Ṫalaq; 100)
al-Bayyinah; 101) al-Ḥasr; 102) al-Nūr; 103) al-Ḥajj; 104) al-Munāfiqūn;
105) al-Mujādalah; 106) al-Ḥujurāt; 107) al-Tahrīm; 108) al-Taghabun;
109) al-Ṣaff; 110) al-Jumu‟ah; 111) al-Fatḥ; 112) al-Māidah; 113) al-
Taubah; dan 114) al-Naṣr. 9

7
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, hlm. 96-97
8
Muhammad ‘Azzat Darwazah, al-Tafsir al-Hadis : Tartib al-Suwar Hasb al-Nuzul, (Beirut: Dar
al-Gharab al-Islami, 2000), hlm 15-16
9
Ibid.
5

Sedangkan menurut Manna’ Khalil al-Qattan di dalam kitabnya


Mahabahis fii ulum al-Qur’an ada 12 surah yang masih diperselisihkan,
yaitu al-Fatihah, al-Ra’d, al-Rahman, al-Shaff, al-Tagabun, al-Tatfif, al-
Qadr, al-Bayyinah, al-Zalzalah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan al-Nas.10
Urgensi penetapan aransemen kronologi al-Qur’an tercermin jelas
dalam penafsiran al-Qur’an, salah satunya adalah tentang pembahasan ilmu
nasikh-mansukh. Di dalam ilmu nasikh-mansukh menjelaskan bahwa ayat
paling akhir yang diturunkan untuk suatu masalah tertentu telah
“menghapus” seluruh ayat yang turun sebelumnya tentang masalah itu yang
berkontradiksi dengannya. 11
Contohnya adalah kasus pengharaman khamar di dalam al-Quran.
Awalnya khamr dibolehkan (QS. An-Nahl: 67), lalu turun ayat kedua untuk
menjauhkan diri dari khamar, karena mudlaratnya lebih besar dari pada
maslahatnya (QS. Al-Baqarah: 219), kemudian turun ayat yang melarang
khamar pada suatu keadaan saja (QS. Al-Nisa’: 43), dan akhirnya khamar
diharamkan secara tegas (QS. Al-Maidah: 90).12 Melihat urutan kronologi
berdasarkan kitab al-Tafsir al-Hadis karangan M. ‘Azzat Darwazah, surah
al-Nahl berada pada urutan 70, al-Baqarah urutan 87, al-Nisa’ urutan 92, al-
Maidah urutan 112. Maka tahapan pengharaman khamar dapat dibenarkan.
Hal ini lah yang membuat pengetahuan tentang kronologi al-Qur’an
mejadi sesuatu yang sangat urgen dalam upaya penyingkapan maksud yang
terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an.
C. Problematika Kronologi al-Qur’an
Telah disebutkan sebelumnnya bahwa yang dimaksud dengan
problematika kronologi al-Qur’an adalah suatu permasalahan susunan waktu
suatu kejadian yang ada kaitannya dengan al-Qur’an.

10
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fii Ulum al-Qur’an, trj. Mudzakir, (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 2006), hlm. 74
11
Ibid., hlm. 99
12
Abu Ubaidah Syafruddin, “Tahapan dalam Pengharaman Khamar”, Inilah.com: Telinga, Mata,
dan Hati Rakyat, diakses dari https://m.inilah.com/news/detail/2458716/tahapan-dalam-
pengharaman-khamar, pada tanggal 31 Oktober 2019, pukul 20:57 WIB
6

Tentang penetapan kronologi al-Qur’an, dari jaman para sahabat


hingga saat ini masih memiliki banyak versi yang berbeda, meskipun
perbedaan tersebut tidak terlalu kentara, namun perbedaan tersebut cukup
membuat pengkajian terhadap kronologi al-Qur’an, sebagai salah satu bahan
untuk menyingkap suatu maksud yang terkandung dalam al-Qur’an menjadi
cukup rumit.
Berikut perbedaan yang terlihat dalam penyusunan kronologi al-
Qur’an yang bersumber dar riwayat Ibn Abbas dan Ikrimah dan Husain ibn
Abi al-Hasan. Pengurutan ini di mulai dari surah-surah periode Makkiyah.
Urutan Ibnu Abbas Ikrimah dan al-Hasan
Kronologis Nama Surah dan No. surah Nama surah dan No. Surah
1 Al-‘Alaq 96 Al-‘Alaq 96
2 Al-Qalam 68 Al-Qalam 68
3 Al-Muzammil 73 Al-Muzammil 73
4 Al-Mudatssir 74 Al-Mudatssir 74
5 Al-Lahab 111 Al-Lahab 111
6 Al-Takwir 81 Al-Takwir 81
7 Al-A’la 87 Al-A’la 87
8 A-Layl 92 A-Layl 92
9 Al-Fajr 89 Al-Fajr 89
10 Al-Dhuha 93 Al-Dhuha 93
11 Alam Nasyrah 94 Alam Nasyrah 94
12 Al-Ashr 103 Al-Ashr 103
13 Al-Adiyat 100 Al-Adiyat 100
14 Al-Kautsar 108 Al-Kautsar 108
15 Al-Takatsur 102 Al-Takatsur 102
16 Al-Ma’un 107 Al-Ma’un 107
17 Al-Kafirun 109 Al-Kafirun 109
18 Al-Fiil 105 Al-Fiil 105
19 Al-Falaq 113 Al-Falaq 113
20 Al-Nass 114 Al-Nass 114
21 Al-Ikhlas 112 Al-Ikhlas 112
22 Al-Najm 53 Al-Najm 53
23 ‘Abasa 80 ‘Abasa 80
24 Al-Qadr 97 Al-Qadr 97
25 Al-Syams 91 Al-Syams 91
26 Al-Buruj 85 Al-Buruj 85
27 Al-Tin 95 Al-Tin 95
28 Quraiys 106 Quraiys 106
29 Al-Qari’ah 101 Al-Qari’ah 101
30 Al-Qiyamah 75 Al-Qiyamah 75
31 Al-Humazah 104 Al-Humazah 104
32 Al-Mursalat 77 Al-Mursalat 77
33 Qaff 50 Qaff 50
34 Al-Balad 90 Al-Balad 90
35 Al-Thariq 86 Al-Thariq 86
36 Al-Qamar 94 Al-Qamar 94
37 Shad 38 Shad 38
7

38 Al-‘A’raf 7 Al-Jinn 72
39 Al-Jin 72 Ya Sin 38
40 Yasin 36 Al-Furqon 25
41 Al-Furqon 25 Fathir 35
42 Fathir 35 Thaha 20
43 Maryam 19 Al-Waqi’ah 56
44 Thaha 20 Al-Syu’ara 26
45 Al-Waqi’ah 56 An-Naml 27
46 Al-Syu’ara 26 Al-Qhashas 28
47 Al-Naml 27 Al-Isra’ 17
48 Al-Qashas 28 Yunus 10
49 Al-Isra’ 17 Hud 11
50 Yunus 10 Yusuf 12
51 Hud 11 Al-Hijr 15
52 Yusuf 12 Al-‘An’am 6
53 Al-Hijr 15 Al-Shaffat 37
54 Al-‘An’am 6 Luqman 31
55 Al-Shaffat 37 Saba’ 34
56 Luqman 31 Al-Zumar 39
57 Saba’ 34 Ghafir 40
58 Al-Zumar 39 Al-Dukhan 44
59 Ghafir 40 Al-Fusshilat 41
60 Al-Fusshilat 41 Al-Syura 42
61 Al-Syura 42 Al-Zukhruf 43
62 Al-Zukhruf 43 Al-Jatsiyah 45
63 Al-Dukhan 44 Al-Ahqaf 46
64 Al-Jasiyah 45 Al-Dzariyat 51
65 Al-Ahqaf 46 Al-Ghasiyah 88
66 Al-Dzariyat 51 Al-Kahfi 18
67 Al-Ghasiyah 88 Al-Nahl 16
68 Al-Kahfi 18 Nuh 71
69 Al-Nahl 16 Ibrahim 14
70 Nuh 71 Al-Anbiya’ 21
71 Ibrahim 14 Al-Mu’minun 23
72 Al-Anbiya’ 21 Al-Sajdah 32
73 Al-Mu’minun 23 Al-Thur 52
74 Al-Sajdah 32 Al-Mulk 67
75 Al-Thur 52 Al-Haqqah 69
76 Al-Mulk 67 Al-Ma’arij 70
77 Al-Haqqah 69 Al-Naba’ 78
78 Al-Ma’arij 70 Al-Nazi’at 79
79 Al-Naba’ 78 Al-Insyiqaq 84
80 Al-Nazi’at 79 Al-Infithar 82
81 Al-Infithar 82 Al-Rum 30
82 Al-Insyiqaq 84 Al-‘Ankabut 29
83 Al-Rum 30
84 Al-‘Ankabut 29
85 Al-Muthaffifin 83
8

Sementara susunan kronologis surah-surah al-Qur’an dari periode


Madaniyah, yaitu sebagai berikut:
Urutan Ibnu Abbas Ikrimah dan al-Hasan
Kronologis Nama Surah dan No. surah Nama surah dan No. Surah
1 Al-Baqarah 2 Al-Muthaffifin 83
2 Al-Anfal 8 Al-Baqarah 2
3 Ali Imran 3 Ali Imran 3
4 Al-Ahzab 33 Al-Anfal 8
5 Al-Mumtahanah 60 Al-Ahzab 33
6 Al-Nisa’ 4 Al-Maidah 5
7 Al-Zalzalah 99 Al-Mumtahanah 60
8 Al-Hadid 57 Al-Nisa’ 4
9 Muhammad 47 Al-Zalzalah 99
10 Al-Ra’d 13 Al-Hadid 57
11 Al-Rahman 55 Muhammad 47
12 Al-Insan 76 Al-Ra’du 13
13 Al-Thalaq 65 Al-Rahman 55
14 Al-Bayyinah 98 Al-Insan 76
15 Al-Hasyr 59 Al-Thalaq 65
16 Al-Nashr 110 Al-Bayyinah 98
17 Al-Nur 24 Al-Hasyr 59
18 Al-Hajj 22 Al-Nasyr 110
19 Al-Munafiqun 63 Al-Nur 24
20 Al-Mujadilah 58 Al-Hajj 22
21 Al-Hujurat 49 Al-Munafiqun 63
22 Al-Tahrim 66 Al-Mujadilah 58
23 Al-Jumu’ah 62 Al-Hujurat 49
24 Al-Taghabun 64 Al-Tahrim 66
25 Al-Shaff 61 Al-Shaff 61
26 Al-Fath 48 Al-Jumu’ah 62
27 Al-Maidah 5 Al-Taghabun 64
28 Al-Taubah 9 Al-Fath 48
29 Al-Taubah 9

Perbedaan dua susunan kronologi al-Qur’an ini tidak terlalu kentara.


Perbedaan tersebut dikarenakan kurangnya beberapa surah (seperti al-
Fatihah) dalam riwayat tersebut dan perbedaan penghitungan jumlah surah
Makkiyah dan Madaniyah.13 Perbedaan yang tersebut di atas hanya pada dua
riwayat, belum menyebutkan riwayat lainnya.
Perbedaan-perbedaan demikian juga tampak bila melihat urutan
kronologi al-Qur’an berdasarkan kitab al-Tafsir al-Hadis karangan M.
‘Azzat Darwazah sebagaimana telah dipaparkan di awal. Perbedaan tersebut
hanya karena urutan kronologi M ‘Azzat Darwazah memasukkah surah al-
Fatihah sebelum surat al-Masad/al-Lahab, sedangkan dalam riwayat Ibnu

13
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, hlm. 101-104
9

‘Abbas sama sekali tidak memasukkan al-Fatihah baik dalaam periode


Makkiyah atau Madaniyah. Selebihnya dapat di anggap identik pada surah-
surah Makkiyahnya. Lalu, pada surah-surah Madaniyahnya, surah al-Nahsr
yang seharusnya ada setelah surah al-Hasyr di dalam riwayat Ibnu ‘Abbas,
menjadi surah terakhir pada kronologi M ‘Azzat Darwazah.
Riwayat al-Jabiri juga memperlihatkan perbedaannya, yaitu misalnya
surah al-Zalzalah yang ditempatkan pada urutan ke-29 dan dimasukkan
dalam periode surah Makkiyah dan surah al-Fatihah yang ditempatkan pada
urutan ke-20 setelah surah al-Ikhlas.14
Perbedaan-perbedaan ini menjadi kelemahan tersendiri dalam ilmu
kronologi al-Qur’an, mengapa al-Qur’an yang seluruh periwayatannya
dianggap mutawatir ini justru memiliki periwayatan yang berbeda dan
sedikit penanggalan yang mutawatir? Hal yang demikian sebenarnya perlu
dimaklumi mengingat kodifikasi al-Qur’an yang memiliki rentan waktu
yang cukup jauh dari masa Nabi Muhammad saw. Padahal, seandainya ada
satu periwayatan yang disepakati dan itu memang mutawatir, tentu ini akan
menjadi pijakan yang sangat berarti dalam menafsirkan al-Qur’an melalui
kronologinya.

14
Yuliana Jamaluddin, “Rekonstruksi Sejarah Kenabian dalam Tafsir Nuzuli”, Tafsere, Vol. 4,
No. 1, (2016), hlm. 74
10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian problematika kronologi al-Qur’an
Problematika kronologi al-Qur’an adalah suatu permasalahan
susunan waktu suatu kejadian yang ada kaitannya dengan al-Qur’an.
2. Urgensi kronologi al-Qur’an
Urgensi pengetahuan tentang penanggalan atau aransemen
kronologis bagian-bagian al-Qur’an tampak dalam rangka menafsirkan
maksud dan pesan yang terkandung dalam ayat suci tersebut. Abu al-
Qasim al-Hasan bin Habib al-Naisaburi, sebagaimana dikutip al-Suyuti,
menegaskan bahwa seseorang tidak berhak berbicara tentang al-Qur’an
tanpa bekal pengetahuan kronologi al-Qur’an
3. Problematikan kronologi al-Qur’an
Penetapan kronologi al-Qur’an, dari jaman para sahabat hingga saat
ini masih memiliki banyak versi yang berbeda, meskipun perbedaan
tersebut tidak terlalu kentara, namun perbedaan tersebut cukup membuat
pengkajian terhadap kronologi al-Qur’an, sebagai salah satu bahan untuk
menyingkap suatu maksud yang terkandung dalam al-Qur’an menjadi
cukup rumit
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.
Untuk itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
oleh kami sebagai pemakalah, agar terwujud kesempurnaan dalam makalah
kami ke depannya, atas perhatiannya terhadap makalah ini kami ucapkan
terimakasih.
11

DAFTAR PUSTAKA

al-Qattan, Manna’ Khalil. Mabahis fii Ulum al-Qur’an. trj. Mudzakir. Bogor:
Pustaka Litera AntarNusa, 2006.
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an. Jakarta: Divisi Muslim
Demokratis Yayasan Abad Demokrasi, 2011.
Darwazah, Muhammad ‘Azzat .al-Tafsir al-Hadis : Tartib al-Suwar Hasb al-
Nuzul, (Beirut: Dar al-Gharab al-Islami, 2000), hlm 15-16
Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:
Gramedia, 2000.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendididkan Nasional, 2008.
Syafruddin, Abu Ubaidah. “Tahapan dalam Pengharaman Khamar”,
Inilah.com: Telinga, Mata, dan Hati Rakyat. diakses dari
https://m.inilah.com/news/detail/2458716/tahapan-dalam-pengharaman-
khamar. pada tanggal 31 Oktober 2019. pukul 20:57 WIB.
Yuliana Jamaluddin. “Rekonstruksi Sejarah Kenabian dalam Tafsir Nuzuli”.
Tafsere. Vol. 4. No. 1. 2016.
Zuhdi, Achmad. dkk. Studi al-Qur’an. Surabaya: UIN SA Press, 2014.

Anda mungkin juga menyukai