ILMU BAYAN
Disusun Oleh :
Kelas PBA A
Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Pengampu dalam mata
kuliah ini yaitu Bapak Nurul Huda M.Pd.I yang telah membimbing kami dengan ikhlas
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan teman-teman yang senantiasa memberikan dukungan
kepada kami untuk penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari para
pembaca, sehingga dapat menghasilkan makalah yang lebih baik lagi. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
BAB III...................................................................................................................................... 9
PENUTUP ................................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu bayan merupakan bagian dari ilmu balaghah yaitu ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana mengolah kata atau susuan kalimat bahasa arab
dengan indah namun memiliki arti yang sangat jelas, selain itu gaya bahasa yang
harus digunakan juga harus dengan situasi dan kondisi. Belajar ilmu balaghah baik
ilmu bayan, ilmu ma'ani maupun ilmu badi' tujuannya sama tidak lain adalag agar
dapat memahami bahasa al Qur'an. Karena al Qur'an sebagai pedoman hidup yang
memiliki makna dan bahasa yang indah. Oleh karena itu, perlu untuk memahami
kaidah-kaidah bahasa agar tidak zalah dalam menafsirkan al Qur'an.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mamat Zaenuddin, Yayan Nurbayan, “ Pengantar Ilmu Balaghoh”, ( Bandung: PT Refika Aditama,
2007). Hlm 15.
2
Ibid, Hlm 16.
2
1. Tasybih
Secara bahasa tasybih memiliki makna menyerupakan, Dalam istilah balaghah,
tasybih adalah: “menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan
perangkat (sarana) tasybih untuk mengumpulkan keduanya”. Tasybih juga dapat di
artikan: “menyerupakan dua perkara atau lebih yang memiliki kesamaan sifat karena
ada tujuan yang di kehendaki oleh penutur”. 3 Dalam tasybih juga memiliki unsur-
unsur yang penting karena dapat menambahkan sinergi dalam pengungkapan bahkan
ada dua unsur yang harus di sebutkan bahkan tidak boleh untuk di hilangkan yaitu
musyabbah dan musyabbah bih, ada pun dua unsur lagi yang masih termasuk dalam
konsep tasybih yaitu adat al-tasybih, serta wajh al-syibh.4
Keempat unsur tadi memiliki penjelasan tersendiri seperti musyabbah yang di
artikan bahwa sesuatu yang di bandingkan karena terdapat persamaan sifat diantara
keduanya, kemudian musyabbah bih yaitu objek yang menjadi perbandingkan,
sementara adat al-tasybih berarti suatu perangkat yang digunakan untuk
menggabungkan dua persamaan sifat yang ada, sedangkan wajh al-syibh suatu kata
yang menunjukan persamaan baik itu dalam dua hal atau lebih dan di gunakan untuk
mendekatkan musyabbah terhadap musyabbah bih dalam sifatnya.5
Contoh:
3
Iin Suryaningsih dan Hendrawanto, Ilmu Balaghah: Tasybih dalam Manuskrip “Syarh Fī Bayān al-
Majāz wa al-Tasybīh wa al-Kināyah”, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1. Hlm 4.
4
H. Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah antara Al-bayan dan Al-Badi’, Yogyakarta: Teras, 2007. Hlm 13.
5
Ahmad Al-Qolasy, Taisirul Al-Balagah, Jeddah: Mathba’atun Ashghar 1995. Hlm 69.
3
c. Tasybih Mufasshal adalah tasybih yang wajh al-syibhnya jelas di sebutkan
dalam rangkaian sebuah ungkapan.
d. Tasybih Mujmal adalah tasybih yang wajh al-syibhnya tidak jelas di sebutkan
dalam rangkaian sebuah ungkapan
e. Tasybih Baligh adalah tasybih yang tidak menyebutkan adat al-tasybih dan
wajh al-syibhnya dalam rangkaian sebuah ungkapan.
3) Tasybih yang keluar dari kaidah yaitu, tasybih dhimniy, adalah tasybih yang kedua
tharafnya (musyabbah dan musyabbah bihnya) tidak di rangkai dalam bentuk
tasybih seperti yang sudah sebelumnya di jelaskan, dan bahwa susunan kalimatnya
tidak disertakan adat al-tasybih, hanya saja keduanya berdampingan dalam susunan
kalimat.
2. Majaz
Majaz menurut bahasa adalah melewati atau melampaui, adapun majaz menurut
ilmu bayan ialah suatu kata yang digunakan bukan pada makna aslinya sebab adanya
hubungan dan alasan yang menghalangi untuk mudah difahami dengan makna aslinya
atau makna yang ada di kamus. Dalam ilmu bayan, majaz dibagi menjadi dua yaitu
majaz aqli dan majaz lughawi.7
6
Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, Terjemahan Al-balaghatul Waadhihah. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, Agustus 2020. hlm 71-72
7
As Sayyid Ahmad Al Hasyimi, Jawahir Al Balaghah, Beirut: Lebanon. Hlm 249
4
a) Majaz Aqli
Majaz aqli adalah menyandarkan perbuatan (aktivitas) kepada suatu atau
benda yang bukan aslinya karena adanya ‘alaqah ghair al-musyabahah (hubungan
tidak adanya unsur kesamaan antara makna asli dan makna yang mengalami
perubahan) dan qarinah (susunan kalimat) yang mencegah terjadinya penyandaran
makna ke lafaz tersebut.8 Dinamakan aqli, karena majaz jenis ini bisa diketahui
penunjukan maknanya dengan menggunakan akal. Terdapat alaqah dan qarinah
dalam majaz aqli ini dengan sebab:
1) As-sababiyyah yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada penyebab langsung
2) Az-zamaniyyah yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada masa/waktu
terjadinya
3) Al-Makaniyyah yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada tempat terjadinya.
4) Al-Mashdariyyah yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada mashdarnya.
b) Majaz Lughawi
Majaz lughawi adalah kata yang tidak difahami dengan makna aslinya karena
ada alaqah dan qarinah yang mencegah makna asli. Dalam majaz lughawi, suatu
makna difahami dengan makna lain karena unsur kebahasaan. Majaz lughawi
terbagi lagi menjadi istiarah dan majaz mursal.
1) Isti’arah
Istiarah adalah kata yang tidak difahami dengan makna aslinya dan
mulanya uslub tasybih yang dibuang salah satu tharafnya. Maka alaqah atau
hubungan makna asli dan makna yang dimaksud dalam istiarah adalah
musyabahah. Dari segi qarinahnya, isti’arah dibagi menjadi tashrihiyyah dan
makniyyah.
• Isti’arah Tashrihiyyah: adalah isti’arah yang disiratkan dengan musyabbah
bih.9
• Isti’arah Makniyyah: adalah kalimat yang musyabbah bihnya dibuang lalu
disiratkan dengan sesuatu dari salah satu sifatnya.
5
• Isti’arah Ashliyyah: adalah apabila lafaz yang tempat berlangsungnya al-
isti‘arah itu terbentuk dari isim jamid.
• Isti’arah Taba’iyyah: adalah lafaz yang tempat berlangsungnya al-isti’arah
itu terbentuk dari isim musytaq atau fi’il. Isti’arah taba’iyyah qarinahnya
makniyyah.
2) Majaz Mursal
Majaz mursal adalah suatu lafaz yang dipergunakan bukan pada makna
aslinya karena adanya alaqah ghair musyabahah (hubungan bukan
perumpamaan) disertai qarinah (alasan/bukti) yang mencegahnya dari makna
asli. 10 Majaz mursal berbeda dengan kinayah karena pada kalimat yang
berbentuk kinayah tidak harus ada qarinah yang mencegah suatu lafaz dari
makna aslinya. Dinamakan “mursal” karena ia tidak dibatasi oleh pemaknaan
tertentu. Terdapat sebab yang menjadi bagian dari majaz mursal:
• As-Sababiyyah: Menyebutkan sebab dan yang dimaksud adalah
musabbab/akibat
• Al-Musabbabiyyah: Menyebutkan akibat dan yang dimaksud adalah sebab
• Al-Juz’iyyah: Menyebutkan sebagian dan yang dimaksud adalah
keseluruhan
• Al-Kulliyah: Menyebutkan keseluruhan dan yang dimaksud adalah
sebagian.
• Al-Mahaliyyah: Menyebutkan tempat dan yang dimaksud adalah hal.
• Al-Haliyyah: Menyebutkan hal dan yang dimaksud adalah tempat.
10
Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, Terjemahan Al-balaghatul Waadhihah. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, Agustus 2020. hlm 152
6
• ‘Itibar Ma Kana: Menyebutkan yang terjadi dan yang dimaksud adalah
yang akan datang.
• ‘Itibar Ma Yakunu: Menyebutkan yang terjadi dan yang dimaksud adalah
sesuatu yang sebelumnya.
3. Kinayah
Kinayah Merupakan suatu lafaz untuk menujukan pengertian yang lain (sindiran).
Sedangkan menurut istilah adalah lafaz yang diucapkan untuk maksud yang
sebenarnya, dengan qorinah dengan tidak keluar dari makna tersebut.11 Kinayah juga
terbagi menjadi kedalam berberapa bagian dilihar dari sudut makna maupun
perantarantaranya.
Pembagian kinayah dilihat dari segi maknanya terbagi menjadi tiga yaitu:
1) Kinayah ‘an shifah
Ialah kinayah yang berupa sifat yang menetap pada maushuf, pada kinayah ini
masih terdapat dua bagian lagi yaitu kinayah qaribah dan kinayah ba’idah. Kinayah
Qaribah adalah kinayah yang perpindahan makna mukanna ‘anhu kepada mukanna
bih tanpa melalui perantara, sedangkan kinayah ba’idah yaitu kinayah yang
perpindahan maknanya melalui perantara. Maksud dari perantara itu tidaklah
seperti ‘adat dan tasybih, melainkan sebab atau peristiwa tertentu yang
menghubungkan kedua makna tersebut.
2) Kinayah ‘an maushuf
Adalah kinayah yang mukanna ‘anhunya berupa maushuf atau sesuatu yang
disifati.
3) Kinayah‘an nisbah
Ialah kinayah yang disebutkan sifatnya namun tidak disandarkan kepada dzat
atau orang yang memiliki sifat tersebut tetapidisandarkan kepada sesuatu yang
berkaitan erat atau merupakan kemestian dari dzat tersebut. Kinayah nisbah adalah
yang mukanna ‘anhunya adalah maushuf.12
Adapun kinayah jika di lihat dari segi perantaranya dapat di ketahui bahwa
terbagi menjadi empat bagian yaitu:
11
Rumadani Sagala, Balaghah, Bandar lampung: IAIN Raden Intan Lampung. 2016. Hlm-94
12
Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, Husnus Shiyaghoh Syarah Durusul balaghoh, Rembang: al-
Barokah, 2007. Hlm 116-117
7
1) Ta’ridh: Yaitu perkataan untuk menunjukkan suatu makna yang tidak disebutkan
(tidak terang maksudnya)
2) Talwih: Yaitu kinayah yang diantara mukanna bih dan mukanna‘anhu terdapat
media atau perantara yang banyak.
3) Ramz: Yaitu kinayah yang diantara mukanna bih dan mukanna‘anhunya terdapat
sedikit media atau perantara.
4) Imak atau isyaroh: Yaitu kinayah yang diantara mukanna bih dan
mukanna‘anhunya tidak banyak terdapat media atau perantara,dan tidak samar.13
13
Abdurrahman Habanakata Al Maidani, Al Balaghah Al Arabiyyah, Damaskus: Daarul Qalami,1993,
hlm.140-141
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian ilmu bayan mengarah pada segi penyampaian suatu pesan atau kata-
kata dalam bentuk kaidah-kaidah keindahan bahasa dengan perbedaan cara-cara yang
ada di dalam objek kajian teori nya yang di sesuaikan keadaan makna yang ada.
Objek kajian ilmu bayan terdapat tiga yaitu tasybih, majaz, dan kinayah dimana di
dalamnya masih terdapat macam-macam nya lagi untuk di perjelas karena semuanya
memiliki unsur dan kepentingan dalam menggunakan kebahasaan yang indah.
Ilmu Bayan mengajak pembaca berfantasi memahami sebuah ide dengan
beberapa style sastra yang kemudian disempurnakan irama. Demikianlah pemaparan
singkat tentang obyek kajian ilmu balâghah, menurut penulis, ilmu sastra-termasuk
didalamnya ilmu balâghah-, merupakan sebuah struktur yang mengejawentah dari
konvensi (rasa sastra) menjadi sebuah teori. Namun struktur itu bukan sesuatu yang
statis akan tetapi merupakan proses strukturasi dan destrukturasi yang harus hidup dan
berkembang. Semoga anugrah nalar dan lisan mampu jadi pelita penertian,
pemahaman dan pencerahan.
B. Saran
Penulisa menyarankan kepada para pembaca supaya dapat mencari referensi
atau rujukan yang lebih lengkap. Sebab kami selaku penulis menyadari apa yang kami
paparkan pada makalah ini tentu masih belum sesuai apa yang diharapan, dan masih
banyak sekali kekurangan baik itu dari segi penulisan maupun rujukan yang di
gunakan, maka berangkat dari kekurangan tersebut kami dengan tangan terbuka dan
kelapangan dada meminta kepada pembaca unruk memberikan masukan dan
sarannya, guna perbaikan penulisan kami di lain waktu. Semoga apa yang sudah
tertulis dapat berbuah manis kepada kita dan bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
Idris, H. M. (2007). Ilmu Balaghah antara Al-bayan dan Al-Badi’. Yogyakarta: Teras.
Iin Suryaningsih, H. (2017). Ilmu Balaghah: Tasybih dalam Manuskrip “Syarh Fī Bayān al-
Majāz wa al-Tasybīh wa al-Kināyah. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI
HUMANIORA, Vol. 4, No. 1.
10