Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah Hadits
Tarabawi
Dosen Pengampu:
Disusun oleh
Kelompok VI
Terima kasih juga kami ucapkan kepada orang tua kita yang terus
mensupport kami dalam perkuliahan ini sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik.
Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi
terciptanya maklah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun kelompok
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Terdapat banyak hadits terkait degan akhlak, karena tujuan Nabi Muhmamad
Saw adalah penyempurnaan akhlak. Nabi Muhammad Saw bersabda:
Manusia yang berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama insan dan
makhluk lainnya. Mereka senang berkorban untuk kepentingan bersama. Yang
kecil hormat kepada yang tua, yang tua kasih kepada yang kecil. Manusia yang
memiliki budi pekerti yang mulia, senang kepada kebenaran dan keadilan, toleransi,
mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam menghadapi segala halangan dan
rintangan.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan
mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan
membinasakan umat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk
senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan
1
kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan
diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi Muhammad s.a.w bersabda:
Manusia yang paling baik akhlaknya ialah junjungan kita Nabi Muhammad
s.a.w. sehingga budi pekerti beliau tercantum dalam Al-Qur’an, Allah berfirman
yang maksudnya: “Sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” Sesuatu Umat bagaimanapun hebat Kekuatan dan Kekayaan
yang dimilikinya, akan tetapi juga budi pekertinya telah binasa, maka Ummat itu
akan mudah binasa. Manusia yang tidak punya akhlak, mereka sanggup melakukan
apa saja untuk kepentingan dirinya. Mereka sanggup berbohong, membuat fitnah,
menjual marwah diri dan keluarga, malah dengan tidak segan lagi dia menjual
Agama dan Negaranya.
B. Rumusan masalah
Agar dalam menyusun makalah ini tertata rapi, maka penulis merumuskan
masalah-masalah tentang Akhak ini kedalam beberapa point. Diantaranya:
C. Tujuan penulisan
Merujuk kepada rumusan masalah pada poin B diatas, maka tujuan dari
penulisan makala ini adalah sebagai berikut:
2
2. Untuk mengetahui apa saja pembagian Akhlak
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
ٌ ُخ ُلyang
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khulqun ق
menurut bahasa berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun خ َْل ٌقyang berarti
kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq خَا ِل ٌقyang berarti pencipta.
Demikian pula dengan Makhluqun َم ْخلُ ْو ٌقyang berarti yang diciptakan.
Artinya:
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (lebih dahulu)”.
4
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut aklak “Adatul-
Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya
yang berbunyi:
شيْأ ً فَعَا َدت ُ َها ْ عا َدة ُ اْ ِال َرا َدةِ يَ ْعنِى أ َ َّن اْ ِِل َرا َدة َ اِ َذا ا ْعتَا َد
َ ت َ ُض ُه ْم اْل ُخلُقَ ِبأَنَّهُ ف َب ْع َ ع َر
َ
ِ ُس َّماة ُ ِب ْال ُخل
ق َ ي ْال ُمَ ِه
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan
sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.”
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia
setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga
mudah melakukanya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai
kekuatan, dan gabungan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan akhlak.
B. Pembagian Akhlak
Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: Mahmudah dan
Akhlak Mazmumah. Disamping istilah tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan
juga istilah “munjiyat” untuk akhlak mahmudah dan “muhlihat” untuk mazmumah.
5
membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat-sifat tercela itulah yang
dapat mengotori jiwa manusia. Dan tahilli adalah mengisi jiwa (yang telah kosong
dari sifat-sifat tercela) dengan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah).
Jadi dalam rangka pembinaan mental, penulisan jiwa hingga dapat berada
dekat dengan Tuhan, maka yang pertama kali yang dilakukan adalah pengosongan
atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, hingga akhirnya sampailah pada
tingkat berikutnya dengan apa yang disebut “tajalli”, yakni tersikapnya tabir
sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi.
6
dusta, berlebih-lebihan, berbuat kerusakan, dendam, merasa tidak perlu pada yang
lain, dan lain sebagainya yang menunjukan sifat-sifat yang tercela.
Persoalan “akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan
sehari-hari bagi manusia. ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi
informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus
bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji
atau tercela, benar atau salah.
ضلُّ ْوا
ِ َ ت َ َر ْكتُ ِف ْي ُك ْم ا َ ْم َري ِْن لَ ْن ت: سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ ع ْن اَن َِس ب ِْن ماَلِكٍ قَا َل النَّبُّى َ
ُ سنَّةَ َو َر
س ْو ِل ِه ِ اب
ُ هللا َو َ َ س ْكت ُ ْم ِب ِه َما ِكت
َّ ما َ ت َ َم
7
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu
sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak
akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
8
maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisiskan hati nurani, yang
menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
Dengan demikian dapat ditegaskan disini bahwa dasar dari Akhlak islam secara
global hanya ada dua yakni: Percaya kepada Tuhan dan percaya adanya hari
kemudian/ pembalasan, sebagai disebutkan oleh Abul A’la Maududi bahwa sistem
moral/akhlak ada yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan
setelah mati.
Dalam Islam, budi pekerti merupkan refleksi iman dari seseorang sebagai
contoh (suri tauladan) yang pas dan benar ialah Rasulullah Saw. Beliau memiliki
Akhlak yang sangan mulia, agung, dan teguh. Sehingga tidak mustahil kalau Allah
memilih beliau sebagai pemimpin umat manusia.
“Akhlak” didalam ajaran Islam sangat rinci, bewawasan multi dimensi bagi
kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Juga “Akhlak” banyak dibicarakan
tentang konsekuensi yang bagi manusia yang tidak berpegang pada “Akhlak Islam”.
Dalam ajaran islam memelihara terdapat sifat terpuji. Dan ada ciri-ciri
akhlak islamiyah yaitu:
9
2) Kebaikan yang menyeluruh
3) Kemantapan
Akhlak Islamiyah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri
manusia. Ia bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan
Tuhan yang bijaksana, yang selalu memeliharanya dengan kebaikan yang
mutlak. Akan tetapi akhlak/ etika ciptaan manusia bersifat berubah-ubah
dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu
jaman atau satu bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dan
lain sebagianya.
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia
mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam
keadaan suka dan duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat
mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai perangsang
untuk berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah
perbuatan jahat, karena takut akan siksaan Allah SWT.
Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat, islam
menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan
beberapa usaha. Firman Allah dalam surat Al-Qiyamah: 1-2
}2{ } َوآلأ ُ ْق ِس ُم بِالنَّ ْف ِس اللَّ َّوا َم ِة1{ آلأ ُ ْق ِس ُم بِيَ ْو ِم ْال ِقيَا َم ِة
10
Atinya:
“Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang
amat menyesali (dirinya sendiri)”.
D. PEMBAHASAN HADITS
( علموا اوالدكم و أهليكم الخير و أدبوهم (رواه عبد الرزاق و سعيد بن منصور.2
Disinilah peran orang tua yang bertanggung jawab untuk mendidik anak-
anaknya, terutama pendidikan moralnya. Seperti perbaikan jiwa anak, meluruskan
penyimpangan, mengangkat anak dari kehinaan kepada anjuran bergaul dengan
orang yang lebih baik.
Demikianlah beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai orang tua untuk
meningkatkan kecerdasan anak. Segala usaha tetap harus dibarengi dengan do’a,
kemudian berserah diri atas usaha yang telah kita lakukan.
11
ُ َارة ِ ْ ارى
َ اِلش َ صَ َّيم الن َ َ َارة ُ بِ ْاْل
َ صا ِبعِ َوت َ ْس ِل ِ ْ يم ْاليَ ُهو ِد
َ اِلش َ ارى فَإ ِ َّن ت َ ْس ِل
َ صَ ََّو َال بِالن
فِ ِب ْاْل َ ُك
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan sanad yang berkualitas hasan dari Abdullah
bin Amr bin al ‘Ash, Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah umatku seorang yang
menyerupai selain kami (baca: orang kafir). Janganlah kalian menyerupai Yahudi
ataupun Nasrani karena sesungguhnya salam orang Yahudi itu berupa isyarat jari
sedangkan salam orang Nasrani itu berupa telapak tangan”.
المترجالت
ِ لعن هللاُ المخنِثين من الرجال و: النساالبخاري قال رسول هللا ص.4
البخاري.من النساء
"Allah telah mengutuk orang-orang wanita yang meniru laki-laki dan orang-
orang yang meniru wanita."
َ َ يَت- َشبَّه
Secara etimologis Tasyabuh adalah bentuk mashdar dari (ُشبَّه َ َ )ت
yang berarti menyerupai orang lain dalam suatu perkara. Sedangkan secara
terminologis adalah menyerupai orang-orang kafir dan orang-orang yang
menyelisihi Rosululloh SAW dalam hal akidah, ibadah, perayaan/seremonial,
hari-hari besar, kebiasaan, ciri-ciri khas, dan akhlak yang merupakan ciri khas
bagi mereka.
12
Berdasarkan Hadits diatas adalah, orang-orang kafir yang tidak boleh
kita menyerupainya meliputi ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang
kafir lainnya.
Berduaan dengan lawan jenis yang sama sekali tidak ada hubungan, atau
disebut berduaan dengan perempuan asing (yang bukan istri atau mahram)
hukumnya haram.
ٍ ض َل ِم ْن أ َ َد
ب َ علَ ْي ِه قَا َل َما نَ َح َل َوا ِل ٌد َولَدًا ِم ْن ن َْح ٍل أ َ ْف َّ صلَّى
َ َُّللا ُ أ َ َّن َر.6
ِ َّ سو َل
َ َّللا
(206 ص/ 7 س ٍن )سنن الترمذي ج َ َح
Artinya : “Diceritakan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya,
bahwa Rasulullah saw bersabda : Tidak ada pemberian yang lebih utama dari
seorang ayah kepada anaknya kecuali budi pekerti yang baik”. (H.R At-
Tirmidzi)
Hadits ini berbicara tentang budi pekerti yang diberikan orang tua
terhadap anaknya. Pada umur anak-anak kecenderungannya adalah meniru apa
yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya, baik saudara famili terdekatnya
ataupun bapak ibunya. Oleh karena itu patut menjadi perhatian semua pihak,
terutama orang tuanya selaku figur yang terbaik di mata anaknya. Jika orang
13
tua menginginkan putra putrinya tumbuh dengan menyandang kebiasaan-
kebiasaan yang baik dan akhlak terpuji serta kepribadian yang sesuai ajaran
islam, maka orang tua harus mendidiknya sedini mungkin dengan moral yang
baik. Karena tiada yang lebih utama dari pemberian orang tua kecuali budi
pekerti yang baik.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab dua diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Pengertian Akhlak
a) Ibnu Maksawaih memberikan definisi sebagai berikut:
Artinya:
Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan
pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”.
َ ِي ْال ُم ً َ تْ عا َدة ُ اْ ِال َرا َدةِ َي ْعنِى أ َ َّن اْ ِِل َرا َدة َ اِ َذا ا ْعت َا َد
َ ُض ُه ْم اْل ُخلُقَ ِبأَنَّه
ُ س َّماة َ شيْأ فَ َعا َدت ُ َها ه ُ ف َب ْع َ ع َر َ
ِ ُِب ْال ُخل
ق
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan
sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”
15
2. Pembagian Aklak
a) Akhlak Mahmudah
b) Akhlak Mazmumah
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk yang paling
istimewa di antara makhluk-mahkluk lainnya, karena manusia memiliki akal. Oleh
sebab itu marilah kita menggunakan anugrah akal tersebut dengan sebaik-baiknya,
agar kita menjadi manusia yang bermanfaat dan menjadi suri tauladan bagi orang
lain, salah satunya dengan mencontohkan akhlak yang baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
DR. H. Hasbiyallah, M.Ag & DR. Moh. Sulhan, S.Pd. HADIS TARBAWI. (PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung: 2015)
Ibnu Hajar al Asqolany. Bulughulmaram. Bandung. CV. Gema Risalah Press
Imam An-Nawawi. Riyadus Sholihin, Terjemahan, Semarang: Pustaka Nuun, 2013
https://www.academia.edu/35754534/BAHAN_HADITS_TARBAWI (akses kamis 10
Oktober 2019 jam 17.00)