Anda di halaman 1dari 13

I.

Pendahuluan
Al-Quran adalah firman Allah yang diiturunkan kepada Nabi

Muhammad, yang dibaca dengan mutawatir dan beribadah dengan membacanya.


Al-Quran merupakan sumber utama ajaran agama Islam dan merupakanpedoman
bagi setiap muslim. Al-Quran bukan sekedar memuat petunjuk tentang
huubungan manusia dengan tuhannya, akan tetapi juga mengatur hubungan
manusia dengan sesamanya, banhkan pula hubungan antara manusia dengan alam
semesta. Jika ingin memahami ajaran islam secara (kaffah); maka langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi al-Quran dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan
konsisten.
Al-Quran sebagaimana diketahui diturunkan dalam Bahasa Arab, baik
lafadz maupun ushlub-nya. Suatu Bahasa yang kaya kosa kata dan sarat
kandungannya. Kendati al-Quran baerbahasa Arab, bukan berarti bahwa semua
orang Arab atau orang yang mahir dalam berbahasa Arab dapat memahami isi
kandungan al-Quran secara rinci.
Dalam al-Quran terdapat pembagian surah yang mana pembagian tersebut
berdasarkan atas turunnya surah tersebut. Yaitu Makkiyah dan Madaniyyah. AlQuran terdiri dari beberapa juz, juz pula terdiri dari berbagai surat, dan surat
terdiri dari ayat. Serta yang akan dibahas dalam makalah ini.

II.

Pembahasan
A. Ayat dalam al-Quran
1. Pengertian ayat
kata ayat ( )merupakan bentuk jamak dari kata (). Kata ayat

adalah bentuk tunggal dengan pengertian: 1) alamat atau tanda; 2) beberapa


kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian dari surah di kitab suci
al-Quran; 3) beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian
pasal dalam undang-undang; 4) bukti; kenyataan yang benar.1 Sedangkan kata (
)itu sendiri memiliki beberapa arti, yaitu sebagai berikut:

a. al-Mujizah, seperti dalam firman Allah SWT;





















[:]

Tanyakanlah kepada Bani Israil: "Berapa banyaknya tanda-tanda


(kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada
mereka". Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah
datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat
keras siksa-Nya. (QS. Al-Baqarah:211)

b. al-Alamah (tanda), seperti dalam firman Allah SWT:









[:]




3

1 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa


Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 59
2 Al-Quran
3 ibid

Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya


tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu,
di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu
dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.

c. Al-Ibrah (pelajaran), seperti dalam firman Allah SWT:
















[:]







Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan
rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 67)

d. Al-Amr al-ajib (suatu hal yang mengagumkan), seperti dalam firman Allah
SWT:











5[:]

Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang
nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi
yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air
bersih yang mengalir.

e. Al-Burhan wa ad-Dalil ( bukti dan dalil), seperti daam firman Allah SWT:


]








6

[:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan


langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

f. Al-Jamaah (kelompok), seperti dalam ucapan orang Arab:


4 ibid
5 ibid
6 ibid


kaum itu keluar dengan kelompok mereka7

Secara terminologis, ayat adalah suatu kelompok kata yang mempunyai awal dan
akhir yang masuk dalam suatu surat al-Quran.8
Munasabah atau relevansi antara pengertian ayat secara terminologis dengan
pengertian etimologisnya sangat jelas, sebab ayat al-Quran adalah mujizat meski
dengan menggabungkannya dengan yang lain. Ayat al-Quran juga merupakan
tanda kebenaran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Ayat al-Quran
juga termasuk sesuatu yang mengagumkan karena ketinggian kedudukan dan
mujizatnya, juga ada pengertian jamaah, karena ayat terdiri dari sejumlah huruf
dan kalimat. Serta dalam ayat al-Quran ada pengertian Burhan dan dalil karena
ayat al-Quran mengandung petunjuk dan ilmu , juga mengandung kekuasaan,
ilmu dan kebijaksanaan Allah SWT., serta mengandung kebenaran risalah yang
dibawa oleh Rasulullah SAW.9
2. Jumlah Ayat al-Quran
Jumlah keseluruhan ayat-ayat al-Quran, para ulama sepakat pada angka
6200. Namun, masih banyak perbedaan dalam angka puluhan dan ratusan, yaitu
sebagai berikut:
a. Menurut hitungan ulama Madinah Yang pertama jumlahnya 6217 ayat.
b. Menurut hitungan ulama Madinah yang kedua jumlahnya 6214 ayat
dan ada juga yang menyatakan 6210 ayat
c. Menurut hitungan ulama Makkah jumlahnya 62199 ayat, ada pula
yang berpendapat jumlahnya 6220 ayat dan ada pula yang berpendapat
6205.
7 Muhammad abd al-Azhim az-Zarqani, manabahil al-irfan fi Ulum alQuran, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010), 1:331-332
8 Ibid, 332
9 Ibid, 333

d. Menurut uama Syam jumlahnya 6226.10


Al-Quran dan terjemahannya yang diterbitkan oleh Kementrian Agama,
dicetak di Madinah, pada bagian penjelasan tentang mushaf itu, disebutkan bahwa
jumlah ayat Mushaf ini mengikuti metode ulama Kufafh dari Abi Abdirrahman
Abdillah ibn Habib as-Sulami dari Ali ibn Thalib, bahwasannya jumlah ayatnya
6236.11
Sebab adanya perbedaan jumlah ayat dalam al-Quran adalah bahwa Nabi
SAW membaca waqaf ujung-ujung ayat untuk memberikan pengertian kepada
para sahabat, bbahwa ini adalah ujung ayat, setelah mereka tahu bahwa itu ujung
ayat. Kemudian nabi menyambungnya kembali dengan ayat sesudahnya untuk
menyempurnakan maknanya, maka sebagian mengira bahwa nabi berhenti tadi
bukanlah ujung ayat, sehingga tidak dihitung sebagai satu ayat sendiri. Sementara
yang lain menghitungnya sebagai satu ayat sehingga tidak menyambungnya lagi
dengan ayat sesudahnya.12
Namun, perbedaan menghitung jumlah ayat ini sama sekali tidak
berpengaruh sedikitpun terhadap eksistensi keseluruhan ayat-ayat al-Quran
karena secara de facto tidak ada yang bertambah atau berkurang, jumlah ayat-ayat
al-Quran tetap sama. Yang berbeda hanyalah hitungannya saja, bukan
keberadaanya.
3. Cara mengetahui ayat al-Quran

10 Utsman ibn Said ibn Utsman ibn Umar Abu ad-Dani, al-Bayan fi
add yi al-Quran, tahqiq Ghanim Qaruri al-Hamd (kuwaid: Markaz alMakhthuthat wa at-Turats, t.t) 79-80
11 Yunahar Ilyaz, Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: Itqan Publishing,
2013), 108
12 Muhammad abd al-Azhim az-Zarqani, manabahil al-irfan op.cit,
189

Cara mengetahui ayat hanyalah dengan tauqif dari SyarI, karena qiyas
dan Rayu tidak memiliki ruang di dalamnya. Ia semata-mata merupakan
pengajaran dan bimbingan. Dalilnya adalah bahwa ulama menghitung
sebagai satu ayat, dan tidak menghitung padanannya, yakni sebagai satu
ayat. Mereka menghitung sebagai dua ayat, dan tidak menghitung
padanannya, yakni sebagai dua ayat, tetapi dihitung satu ayat.
Seandainya dasarnya adalah qiyas, tentu dua hal yang sepadan akan dianggap
sama, tidak dibedakan seperti itu.
Sebagian ulama berpendapat bahwa pengetahuan tentang ayat, ada yang
samaI, tauqify, dan ada juga yang qiyasiy. Pangkalnya adalah pada fashilah,
yakni kata terakhir suatu ayat, yang padanannya adalah sajak dalam prosa dan
Qafiyan dalam syair. Apa yang menurut riwayat selalu dibaca waqaf oleh nabi,
maka kita nyatakan sebagai fashilah. Dan apa yang selalu nabi washal-kan, kita
nyatakan sebagai bukan fashilah. Serta apa yang kadang-kadang nabi waqafkan
dan kadang-kadang nabi washal-kan, maka ada dua kemungkinan. Pertama,
waqaf itu kemungkinan untuk menunjukkan fashilah, waqaf Tamm atau istirahat.
Kedua, kemungkinan washal itu bukan fashilah, atau fashilah yang diwashalkan
karena sebelumnya telah diperkenalkan. Dalam hal inilah qiyas memiliki peran,
karena tidak mendatangkan penambahan ataupun pengurangan dalam al-Quran.
Puncaknya adalah fashl dan washl. 13
4. Urutan ayat al-Quran
Ijma ulama menetapkan bahwa urutan ayat sebagaimana yang kita ketahui
sekarang di dalam mushaf-mushaf adalah berdasarkan tauqif nabi SAW dari
Allah SWT. Rayu dan ijtihadi tidak memiliki kesempatan di dalamnya. Malaikat
Jibril membawa ayat-ayat itu kepada Rasulullah dan memberikan bimbingan letak
ayat itu dalam suratnya. Kemudian nabi membacakannya kepada para sahabatdan
memerintahkan kepada para penulis wahyu untuk menuliskannya dengan
menjelaskan surat yang menjadi induk ayat itu, sekaligus tempatnya. Nabi
membacakan membacakannya kepada mereka berkali-kali, baik dalam sholat,
pemberian nasihat, maupun sewaktu memberikan keputusan. Semuanya menurut
13 Ibid, 356-357

urutan sebagaimana yang kita kenal sekarang. Demikian pula setiap orang yang
hafal al-Quran atau hafal sebagiannya mesti menggunakan urutan seperti yang
kita kenal sekarang. Urutan itu telah tersebar luas, dikaji diantara mereka, dibaca
dalam shalat mereka, sebagian dari sebagian yang lain, dan didengar oleh
sebagian dari sebagian yang lain dengan urutan seperti yang kita kenal sekarang.
Tak seorang sahabat, bahkan khalifah sekali pun memiliki andil dalam pengurutan
ayat-ayat alQuran. Bahkan penghimpunan yang terjadi pada masa Abu Bakar
tidak lebih dari pemindahan alQuran dari pelepah-pelepahh kurma, lempenganlempengan batu dan tulang belulang ke dalam shahifah-shahifah. Serta
penghimpunan al-Quran pada masa utsman juga tidak lebih dari sekedar
penyalinan al-Quran dari shahifah-shahifah ke dalam mushaf-mushaf.

5. Faedah mengetahui Ayat


Mengetahui ayat memiliki beberapa faedah, yaitu sebagai berikut:
pertama, mengetahui bahwa setiap tiga ayat pendek merupakan mujizat bagi
Nabi Muhammad. Kedua, kebaikan waqaf pada setiap ujung ayat bagi orang yang
berpendapat bahwa waqaf pada fashilah-fashilah hukumnya Sunnah. Ketiga,
sahnya sejumlah ayat di dalam shalat dan khutbah.14
B. Surat dalam al-Quran
1. Pengertian surat
Surat menurut etimologis berarti ( perhentian atau posisi yang
tinggi); ( keutamaan); ( kemuliaan); dan (tanda).
Bentuk jamaknya .15

14 Ibid, 362
15 Mujamma al-Lughah al-Arabiyah,al-Mujam al-wasith
(Istanbul:Maktabah al-Islamiyah, 1392), 462

Surat adalah bagian atau bab dalam al-Quran, seperti surat al-Fatihah dan
al-Ikhlas.16
Surat menurut terminologis adalah sekelompok ayat yang mandiri yang
memiliki awal dan akhir. Para ulama mengatakaan bahwa hal itu diambil dari
makna tembok yang membatasi suatu kota. Hal itu karena di dalamnya terdapat
peletakan suatu kata di samping kata yang lain, suatu ayat di samping ayat yang
lain. Ibarat suatu tembok yang merupakan peletakkan dan penyusunan bata , baris
demi baris.17
Surat-surat al-Quran berbeda-beda panjang dan pendeknya. Surat yang
paling pendek adalah surat al-Kautsar (surat ke 108) yang terdiri dari tiga ayat
pendek-pendek.
Kemudian surat yang paling panjang addalah surat al-Baqarah (surat ke-2)
terdiri dari 286 ayat. Hamper keseluruhan ayat-ayatnya adalah ayat-ayat yang
panjang. Salah satu ayatnya yaitu ayat 282 merupakan ayat terpaanjang dalam alQuran.18
2. Jumlah Surat-surat al-Quran
Para ulama berpendapat dari dahulu sampai sekarang sepakat bahwa
jumlah surat-surat al-Quran keseluruhannya adalah 114 surat, dimulai dengan
surat al-Fatihah diakhiri dengan surat an-Nash.
Dilihat dari sisi jumlah ayat, maka surat-surat al-Quran dapat
dikelompokkan kepada empat kategori. Yaitu sebagai berikut:
a. Ath-Thiwal (yang panjang), yaitusurat-surat yang panjang.

16 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar., op cit, 872


17 Muhammad abd al-Azhim az-Zarqani, manabahil al-irfan op.cit,
343
18 Al-Imam Badr ad-Din Muhammad ibn Abdillah az-Zarkasyi, al-Burhan
fi Ulum al-Quran (Riyadh: Dar Alim al-Kutub, 2003), 1:1:252

b. Al-Miun (seratusan), yaitu surat-surat sesudah ath-Thiwal yang jumlahnya


ayatnya seratus lebih atau sekitarnya surat Hud (123 ayat)
c. Al-Matsani (yang diulang), yaitu surat-surat sesudah al-Miun yang jumlahnya
kurang dari serratus. Seperti surat lumaan (34 ayat)
d. Al-Mufashal (yang dipisahkan), yaitu surat-surat sesudah al-Matsani yang
masuk kategori pendek-pendek.19
3. Nama dan susunan surat-surat al-Quran
Nama-nama al-Quran bersifat tauqifi, bukan taufiqi, dengan alasan tidak
ada pola tertentu dalam penamaan surat-surat tersebut. Ada surat yang diberi nama
sesuai dengan tema utama atau pokok isi surat seperti al-Fatihah, an-Nash. Tetapi
banyak yang yang diberi nama bukan berdasarkan tema utama isi surat, seperti
surat al-Baqarah, al-Hujurat. Bahkan ada juga yang diberi nama dengan hurufhuruf potong yang terdapat di awal. Seperti surat Thaha. Ada juga surat yang
punya satu nama saja, ini yang terbanyak. Ada yang punya dua nama, tiga sampai
empat, hingga ada yang lebih seperti surat al-Fatihah.20
Mengenai susunan surat-surat al-Quran, para ulama berbeda pendapat
dalam tiga aqwal sebagai berikut21:
a. Tauqifi
Susunan surat-surat al-Quran seluruhnya berdasarkan petunjuk dari
Rasulullah seperti halnya susunan ayat-ayat. Tidak ada satu suratpun yang
diletakkan pada tempatnya kecuali berdasarkan perintah nabi Muhammad.
Susunan surat-surat al-Quran pada zaman nabi sama dengan susunan suratsurat al-Quran yang ada sekarang ini.
b. Ijtihadi atau Taufiqi

19 Muhammad abd al-Azhim az-Zarqani, manabahil al-irfan op.cit,


345
20 Al-Imam Badr ad-Din Muhammad ibn Abdillah az-Zarkasyi, al-Burhan
fi Ulum Op, cit, 269-270
21 Muhammad abd al-Azhim az-Zarqani, manabahil al-irfan op.cit,
346-349

Susunan surat al-Qur`n bukanlah tauqifi dari nabi Muhammad, tetapi


hanyalah semata hasil ijtihadi para sahabat. Argument ini adalah Mushaf
pribadi para sahabat berbeda susunan-susunan surat-suratnya sebelum
disatukan pada zaman Khalifah Utsman ibn Affan. Jika sekiranya susunan
surat-surat itu berdasarkan petunjuk nabi tentu mereka tidak akan berbeda
menyusunnya atau tidak akan mengabaikannya.
c. Tauqifi dan Ijtihadi
Susunan surat-surat al-Quran, sebagian berdasarkan petunjuk nabi
Muhammad dan sebagian lagi hasil ijtihadi para sahabat. Pendapat ini
mengkompromikan antara dalil-dalil tauqifi dan ijtihadi seperti yang sudah
dikutip pada dua pendapat sebelumnya.
4. Hikmah pembagian al-Quran dalam surat
Ada beberapa hikmah pembagian al-Quran ke dalam surat-surat, antara
lain: pertama, memberikan kemudahan kepada manusia, dan merangsang mereka
mengkaji al-Quran, bahkan menghafalnya. Kedua,mengisyaratkan tema
pembica-raan. Masingmasing surat membicarakan tema yang jelas. Ketiga,
mengisyaratkan bahwa panjangnya suatu surat tidak menjadi syarat
kemujizatannya. Keempat, seorang pembaca, bila telah menyelesaikan satu surat
atau satu bab dari suatu buku, maka ia akan lebih bersemangat untuk melanjutkan
pada surat atau bab selanjutnya, bahkan lebih membuatnya berhasil
memahaminya. Kelima, bila seorang hafidz, bila telah lancer menghafal suatu
surat, maka ia merasa yakin bahwa ia telah mengantongi sebagian al-Quran
secara mandiri. Keenam, menguraikan secara rinci menurut problem-problem
sejenis, sehingga runtut, dan masih banyak yang lainnya.22

C. Juz dalam al-Quran

22 Ibid, 368

Kata ( )bentuk jamaknya ( )yang berarti bagian. Para ulama


membagi al-Quran menjadi 30 juz (bagian) yang panjangnya hampir sama.23
Secara terminologis juz adalah bagian-bagian dalam al-Quran.
Mushaf-mushaf utsmani sunyi dari pembagian menjadi juz-juz,
sebagaimana sunyi dari titik, dan harakat. Setelah lama berlalu, para ulama
membagi-bagi al-Quran menjadi beragam bagian dengan sebutan yang beragam.
Ada yang membagi menjadi tiga puluh dan menyebut setiap bagiannya sengan
sebutan juz. Ada yang membagi setiap juz menjadi dua Hizib. Ada juaga yang
membagi setiap hizib menjadi empat bagian, yang setiap bagiannya mereka sebut
Rub. Ada juga yang meletakkan kata Khams pada akhir setiap lima ayat dan
kata Asyr pada akhir setiap sepuluuh ayat.
Sebagian ulama menandai ujung-ujung ayat dengan nomor bilangannya
dari surat yang bersangkutan.sebagian lain membuat kepala surat, semisal judul,
dengan menuliskan nama surat, ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyahnya, dan lainlain. Me-ngenai hal ini, sangat panjang uraiannya. Di samping itu ada berbagai
pendapat di kalangan ulama tentang boleh tanpa makruh atau boleh namun
makruh. Akan tetapi alasannya sangat mudah, selama tujuannya adalah
memberikan kemudahan, dan selam terhindar dari kerancan, penambahan ataupun
pengurangan.24

III.

Kesimpulan

23 Muhammad Ibrahim al-Mishri, 1000 Tanya Jawab Tentang Islam


(Depok: Gema Insani, 1995), 19
24 Muhammad abd al-Azhim az-Zarqani, manabahil al-irfan op.cit,
283

Ayat adalah suatu kelompok kata yang mempunyai awal dan akhir yang
masuk dalam suatu surat al-Quran. Jumlah keseluruhan ayat-ayat al-Quran,
adalah 6200. Namun, masih banyak perbedaan dalam angka puluhan dan ratusan.
Ada yang berpendapat 6217, ada yang 6214, 6210. Pengurutan ayat-ayat dalam alQuran adalah bersifat tauqifi.
Surat menurut terminologis adalah sekelompok ayat yang mandiri yang
memiliki awal dan akhir. jumlah surat-surat al-Quran keseluruhannya adalah 114
surat, dimulai dengan surat al-Fatihah diakhiri dengan surat an-Nash. Surat-surat
dalam al-Quran ada yang panjang, pendek dan ada pula yang sedang. Pengurutan
surat dalam al-Quran. Ada tiga qaul yaitu bersifat tauqifi, taufiqi atau ijtihadi,
serta tauqifi dan ijtihadi.
Juz adalah bagian-bagian dari al-Quran. Al-Quran dibagi menjadi 30 juz
(bagian) yang panjangnya hampir sama. Penetuan juz bersifat ijtihadi para ulamaulama yang bertujuan agar mempermudah bagi seseorang yang membaca alQuran.

Daftar Pustaka
Al-Quran
Arabiyah-al, Mujamma al-Lughah, al-Mujam al-wasith
(Istanbul:Maktabah al-Islamiyah, 1392)
Dani-ad, Utsman ibn Said ibn Utsman ibn Umar Abu, al-Bayan fi add yi
al-Quran, tahqiq Ghanim Qaruri al-Hamd (kuwaid: Markaz al-Mkhthuthat wa atTurats, t.t).
Ilyaz, Yunahar Ilyaz, Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: Itqan
Publishing, 2013).
Mishri-al, Muhammad Ibrahim, 1000 Tanya Jawab Tentang Islam (Depok:
Gema Insani, 1995).
Zarkasyi-az, Al-Imam Badr ad-Din Muhammad ibn Abdillah, al-Burhan fi
Ulum al-Quran (Riyadh: Dar Alim al-Kutub, 2003)
Zarqani-az, Muhammad abd al-Azhim, manabahil al-irfan fi Ulum alQuran, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010),
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990)

Anda mungkin juga menyukai