Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN

OTORITAS TAFSIR TABIIN

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Perkembangan Tafsir

Dosen Pengampu:
Abdulloh Mubarok, Lc., M.Th.I.

Oleh:
Ahmad Iwanuridlwan
NIM: 2013.01.01.207

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
SARANG REMBANG
2015
SEJARAH PERKEMBANGAN DAN
OTORITAS TAFSIR TABIIN

Oleh : Ahmad Iwanuridlwan

I. Pendahuluan

Sejak masa Rasulullah alla Allh Alayhi wa allam, al-Qur`an selalu


menjadi objek yang menarik untuk dikaji. Dalam perkembangannya, ulama` telah
banyak melahirkan disiplin ilmu baru yang berbeda-beda sebagai hasil kajiannya
terhadap al-Qur`an. Penemuan terhadap ilmu pengatahuan baru semakin
bertambah seiring dengan berkembangnya peradaban dunia. Ilmu pengatahuan
yang ada saat ini, seperti kedokteran dan astronomi, jauh sebelum ilmuan barat
mengenalkannya kepada dunia, al-Qur`an telah membahasnya. Jadi tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa kedudukan al-Qur`an sebagai sumber segala ilmu adalah
benar adanya. Hanya saja butuh waktu yang cukup lama untuk mampu menggali
itu semua.

Dalam hal ini, tafsir memiliki peran yang sangat vital yang mana peran
tersebut tidak pernah bisa lepas dari penafsirnya. Atau dengan kata lain, kajian
terhadap al-Qur`an yang mampu memunculkan berbagai macam disiplin ilmu
baru itu sangat bergantung kepada siapa yang menafsirkannya. Terbukti sejak
masa diturunkannya al-Qur`an sampai sekarang ini, banyak penafsir yang
menafsirkan al-Qur`an sesuai dengan keahliannya masing-masing, sehingga
muncullah tafsir yang mengarah pada corak tertentu yang bermacam-macam.

Tidak hanya corak, tafsir yang muncul dari masa ke masa pun memiliki
kekhasannya masing-masing. Ini terjadi di antaranya karena tingkat kebutuhan
terhadap tafsir di setiap masanya tidak sama. Metode yang digunakan pun turut
mempengaruhi hasil penafsiran, padahal metode penafsiran selalu mengalami
perkembangan. Oleh karena itu studi terhadap sejarah perkembangan tafsir
menjadi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan terhadap tafsir yang
memiliki karakteristik berbeda-beda pada setiap masanya.

Sebagai bahan pembelajaran tentang sejarah perkembangan tafsir, maka


dalam makalah ini akan dijelaskan tentang sejarah tafsir tabiin, yang
pembahasannya mencakup bentuk dan karakteristik beserta contoh mengenai
tokoh-tokoh tafsir pada masa ini, serta otoritas tafsir tabiin.

II. Sejarah Tafsir Tabiin

Setelah masa khulaf` al-rshidn berakhir, pemerintahan kemudian


dipegang oleh generasi berikuynya, yakni generasi tabiin yang tentunya segala
urusan yang terjadi pada masa sahabat beralih kepada masa tabiin. Begitu juga
mengenai hal ilmu-ilmu yang telah berkembang pada masa itu, seperti halnya
dalam hal ilmu tafsir.

A. Bentuk-bentuk Penafsiran Tabiin

Jika di kalangan sahabat banyak yang dikenal sebagai ahli tafsir, begitu
juga dari kalangan tabiin yang menjadi murid dari sahabat. Dalam melakukan
penafsiran, tabiin berpegang pada sumber-sumber yang telah ada. Mereka
berpegang pada al-Qur`an, keterangan yang mereka riwayatkan dari sahabat yang
berasal dari Rasulullah alla Allh Alayhi wa allam, penafsiran sahabat dan ada
juga yang mengambil dari ahli kitab, baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani
yang telah masuk Islam.1

Sebelum masa tabiin, yaitu masa Rasulullah dan masa sahabat penafsiran
yang dilakukan tidak mencakup semua ayat al-Qur`an. Mereka hanya melakukan
penafsiran al-Qur`an sesuai kebutuhan mereka.2 Sehingga ketika masa ini selesai,
kesulitan dalam penafsiran pun bermunculan. Kesulitan ini semakin bertambah
bersamaan dengan semakin bertambahnya jarak antara masa tabiin dengan masa
Rasulullah.

Keadaan tersebut memaksa tabiin untuk lebih mendalami ilmu tafsir.


Dalam prakteknya, sumber yang mereka peroleh dari jalur periwayatan hanya
sedikit, tidak mampu menjelaskan kandungan al-Qur`an secara lebih detail. Untuk
mampu menjelaskannya, mereka kemudian berijtihad.

1 Muh ammad Husayn al-Dhahab, al-Tafsr wa al-Mufassirn, (Kairo: Dr al-Hadth,


2005), 1:91.

2 Mann Khall al-Qat t ,nMabh ith f Ulm al-Qur`n. (Kairo: Maktabah Wahbah,
2000), 327.
Namun demikian, dari kalangan tabiin sendiri terdapat persilangan
pendapat mengenai diterima atau tidaknya penafsiran al-Qur`an menggunakan
ijthad. Sebagian tabiin ada yang menolak model penafsiran yang berdasar pada
ijtihad.3 Di antara mereka adalah Sad bin al-Musayyab dan Ibnu Srn. Adapun
di antara tabiin yang membolehkan penafsiran berdasar pada ijtihad adalah
Mujhid bin Jabr, Ikrimah dan sahabat-sahabatnya.4

Para tabiin juga memberikan perhatian yang besar kepada kisah-kisah


Isr`iliyyat yang mereka terima. Mereka menerima berita-berita dari orang-orang
Yahudi dan Nashrani yang telah memeluk Islam, kemudian mereka
memasukkannya ke dalam tafsir. Mereka menganggap orang yang telah masuk
Islam tidak mau berdusta.5 Karena itulah, mereka saat itu tidak mengoreksi lagi
kisah-kisah yang mereka terima.

B. Karakteristik Tafsir pada Masa Tabiin

Adanya jenjang waktu yang cukup lama antara masa Rasulullah alla
Allh Alayhi wa allam dengan masa tabiin membuat tafsir ini memiliki
karakter tersendiri. Selain salah satu faktor tersebut, masih banyak faktor lain
yang menyebabkab tafsir tabiin ini berbeda dengan tafsir-tafsir sebelumnya.
Adapun karakteristik tafsir pada masa ini di antaranya adalah:

1. Tafsir yang dihasilkan oleh tabiin telah banyak dimasuki kisah-kisah


Isra`iliyyat. Ini terjadi karena keinginan sebagian tabiin untuk mencari
penjelasan secara detail mengenai cerita-cerita dalam al-Quran. Untuk
mendapatkan penjelasan ini, mereka bertanya kepada para ahli kitab yang
telah masuk Islam. Di antara nama-nama ahli kitab yang banyak

3 Yayan Rahtikawati dan Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir Al-Qur`an, (Bandung:


Pustaka Setia, 2013), 35.

4 Nana Rudiana, Sejarah Perkembangan Ilmu Tafsir, dalam http://sina-


na.blogspot.com/2014/09/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu-tafsir.html, (diakses pada
25 Februari 2015).

5 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur`an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),
meriwayatkan kisah Isra`iliyyat adalah Abdullh bin Salm, Ka'ab al-
Ah br, Wahab bin Munabbih dan Abdul Malk bin Abdul Azz bin Jarj.
2. Pada masa sebelum tabiin keberadaan tafsir senantiasa terpelihara karena
dalam periwayatan para sahabat menggunakan metode talaqq. Artinya
mereka melihat langsung bagaimana proses penurunan al-Qu`an. Tetapi
pada masa tabiin periwayatannya tidak lagi seperti masa sebelumnya.
3. Munculnya benih-benih perbedaan mazhab pada masa ini. Ini
mengakibatkan penerapan sebagian tafsir digunakan untuk keperluan
mazhab mereka masing-masing. Sehingga tidak diragukan lagi ini akan
membawa dampak bagi tafsir itu sendiri.
4. Banyaknya perbedaan pendapat di kalangan tabiin dalam penafsiran.
Perbedaan ini telah ada pada masa sahabat, namun tidak begitu banyak
seperti masa tabiin.

Selain ciri-ciri tersebut, secara umum tafsir tabiin tidak jauh berbeda
dengan tafsir sahabat. Pada masa ini keberadaan tafsir belum terkodifikasi
sebagaimana tafsir sahabat dan masih bersifat hafalan dan periwayatan.

C. Tokoh-tokoh Tafsir pada Masa Tabiin

Pada masa sahabat, kebanyakan ahli tafsir berdiam diri di Madinah. Ini
berbeda dengan masa tabiin. Tokoh-tokoh tafsir pada masa ini tersebar luas di
berbagai kota Islam. Pada masing-masing kota Islam terkemuka, seperti Makkah,
Madinah dan Irak terdapat sejumlah ahli tafsir.

1. Ahli Tafsir di Makkah

Kebanyakan ahli tafsir yang ada di Makkah, pada umumnya berguru


kepada Abdullh bin Abbs. Mereka menafsirkan al-Qur`an darinya. al-Suyt
dari Ibnu Taymiyyah, sebagaimana dikutip oleh al-Zurqn dan lainnya
mengatakan Orang yang paling mengetahui di bidang tafsir adalah penduduk
Makkah.6 Adapun yang paling terkenal di antara mereka adalah:

6 Muh ammad Abdu al-Az m al-Zurqn, Manhil al-Irfn fi Ulm al-Qur`n, (Beirut:
Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, 2010), 275. al-Dhahab, al-Tafsr wa al-Mufassirn, 1:96.
Jalluddin al-Suyt ,al-Itqn f Ulm al-Qur`n, (Beirut: al-Rislah, 2008), 787.
Muh ammad Al al-S bn,al-Tibyn f Ulm al-Qur`n, (Jakarta: Dr al-Kutub al-
Islmiyyah, 2003), 77.
a. Sad bin Jubyr (w. 94 H/712 M)

Nama lengkapnya adalah Sad bin Jubyr bin Hishm al-Asad. Dia
termasuk golongan tabiin besar. Dia belajar al-Qur`an dari Ibnu Abbs dengan
teliti. Qatdah, sebagaimana dikutip oleh al-Zurqn dan lainnya mengatakan
Sad bin Jubyr adalah yang paling mengetahui di bidang tafsir.7

b. Mujhid bin Jabr (21-103 H/641-721 M)

Dia adalah seorang budak yang dimerdekakan oleh al-S`ib bin Ab al-
S`ib. Dia adalah yang paling sedikit meriwayatkan tafsir dari Ibnu Abbs.
Meskipun begitu dia merupakan yang paling thiqqah di antara sahabat Ibnu
Abbs yang lainnya. al-Fad al bin Maymn, sebagaimana dikutip oleh al-Zurqn
dan lainnya mendengar Mujhid berkata Aku meneliti al-Qur`an dari Ibnu
Abbs sebanyak tiga puluh kali.8

c. Ikrimah mawl Ibnu Abbs (w. 105 H/ 723 M)

Dia pada mulanya adalah seorang budak dari bangsa Barbar yang
kemudian dimerdekakan oleh Ibnu Abbs. Dia meriwayatkan dari Ibnu Abbs,
Al bin Ab Tlib, Ab Hurayrah dan yang lainnya. al-Shfi, sebagaimana
dikutip oleh al-Zurqn mengatakan Tidak ada yang lebih mengetahui tentang al-
Qur`an daripada Ikrimah.9 Tetapi meskipun demikian, ulama` berbeda pendapat
mengenai ke-thiqqah-annya. Sebagian mereka berpendapat bahwa dia tidak
thiqqah, sehingga mereka tidak mengambil riwayat darinya. Sebagian yang lain
mengakui ke-thiqqah-annya dan mengambil riwayat darinya.

d. Twus bin Kaysn al-Yamn (w. 106 H/724 M)

Sebagaimana Ikrimah dan Mujhid, pada awalnya dia juga seorang


budak. Dia belajar dari banyak sahabat dan meriwayatkan dari mereka pula.
7 al-Zurqn, Manhil al-Irfn, 275. al-Suyt ,al-Itqn, 788. al-S bn, al-Tibyn, 80.

8 al-Dhahab, al-Tafsr wa al-Mufassirn, 1:96. al-Zurqn, Manhil al-Irfn, 275. al-Suyt , al-
Itqn, 787. al-S bn, al-Tibyn, 78.

9 al-Zurqn, Manhil al-Irfn, 275.


Tetapi di antara banyak sahabat, dia lebih sering belajar kepada Ibnu Abbs.
Darinya pula ia lebih banyak meriwayatan tafsir. Karena itulah dia dianggap
sebagai murid dari Ibnu Abbs. Sebagaimana dikutip oleh al-Zurqn dan juga al-
Dhahab, Ibnu Abbs berkata Aku mengira T wus adalah termasuk penghuni
surga.10

e. At ` bin Ab Rabh (w. 114 H/732 M)

At ` meriwayatkan dari Ibnu Abbs, Ibnu Umar, Ibnu Amr bin al-s
dan lainnya. Dia adalah orang yang thiqqah lagi paham terhadap ilmu agama,
sehingga penduduk Makkah sering meminta fatwa kepadanya. Ab Hanfah,
sebagaimana dikutip oleh oleh al-Dhahab mengatakan Aku tidak melihat orang
yang aku temui yang lebih utama daripada At `.11

2. Ahli Tafsir di Madinah

Banyak penduduk Madinah yang berasal dari kalangan sahabat. Mereka


mendirikan majlis untuk mengajarkan al-Qur`an dan sunah Nabi kepada generasi
setelahnya, yakni tabiin. Sehingga dari sini muncul tokoh-tokoh ahli tafsir yang
kebanyakan mereka belajar dari Ubay bin Kaab. Mereka adalah:

a. Ab al-liyyah (w. 90 H)

Dia adalah Ab al-liyyah Raf bin Mahrn al-Riyah . Dia masuk Islam
dua tahun setelah Nabi alla Allh Alayhi wa allam wafat. Dia meriwayatkan
dari Ibnu Masd, Ibnu Abbs, Ibnu Umar, Ubay bin Kaab dan lainnya. Dia
termasuk satu dari para tabiin yang thiqqah yang terkenal dalam bidang tafsir.
Ibnu Ab Dwud, sebagaimana dikutip oleh al-Dhahab mengatakan Tidak ada
seorang pun setelah sahabat yang lebih mengetahui tentang al-Qur`an daripada
Ab al-liyyah.12

b. Muh ammad bin Kaab (w. 118 H)

10 Ibid., 275. al-Dhahab, al-Tafsr wa al-Mufassirn, 1:103.

11 al-Dhahab, al-Tafsr wa al-Mufassirn, 1:103.

12 Ibid., 1:105.
Dia adalah Muh ammad bin Kaab bin Salm bin Asad al-Qurz . Dia
meriwayatkan dari Al, Ibnu Masd, Ibnu Abbs, Ubay bin Kaab dan lainnya.
Dia terkenal sebagai tokoh yang thiqqah, adil, wara dan banyak hadisnya. Ibnu
Awn, sebagaimana dikutip oleh al-Dhahab mengatakan Aku tidak melihat
seorang pun yang lebih tahu tentang ta`wl al-Qur`an daripada al-Qurz .13

c. Zayd bin Aslam (w. 136 H)

Dia pada awalnya adalah seorang budak yang dimerdekakan oleh Umar
bin al-Khat t bRad iya Allhu Anhu. Dia termasuk golongan tabiin besar. Dalam
menafsirkan al-Quran kebanyakan dia menggunakan pendapatnya.

3. Ahli Tafsir di Irak

Kebanyakan ahli tafsir di sini meriwayatkan dari Abdullh bin Masd.


Penafsiran yang mereka lakukan kebanyakan berdasarkan pada pendapat dan
ijtihad mereka sendiri. Adapun mereka di antaranya adalah:

a. Alqamah bin Qays (w. 61 H)

Dia adalah Alqamah bin Qays bin Abdullh bin Mlik. Dia
meriwayatkan dari Umar, Uthmn, Al, Ibnu Masd dan lainnya. Tetapi dia
lebih terenal sebagai periwayat dari Ibnu Masd. Diriwayatkan dari
Abdurrah man bin Yazd sebagaimana dikutip oleh al-Dhahab, dia berkata
Abdullh berkata Aku tidak membaca sesuatu dan tidak mengetahuinya kecuali
Alqamah juga membaca dan mengetahuinya.14

b. Masrq (w. 63 H)

Dia adalah Masrq bin al-Ajza bin Malik. Diceritakan dalam al-Tafsr wa
al-Mufassirn karya Muh ammad Husayn al-Dhahab, bahwa suatu hari dia
ditanya oleh Umar tentang namanya. Kemudian dia menjawab Namaku Masrq
bin al-Ajda. Umar berkata al-Ajda adalah shaytn.
Kamu Masrq bin

13 Ibid., 1:106.

14 Ibid., 1:108.
Abdurrah man.15 Dia meriwayatkan dari khulaf` al-rshidn, Ibnu Masd,
Ubay bin Kaab dan lainnya.

c. al-Aswd bin Yazd (w. 74 H)

Dia adalah al-Aswd bin Yazd bin Qays. Dia meriwayatkan dari Ab
Bakar, Al, Hudhayfah, Bill, Ibnu Masd dan lainnya. Alla merahmatinya
dengan sifat thiqqah dan memiliki pemahaman mendalam tentang al-Qur`an.

d. Qatdah (w. 117 H)

Dia adalah Ab al-Khat t b Qatdah bin Damah. Dia meriwayatkan dari


Anas, Ab al-Tufayl, Ibnu Srn, Ikrimah, At ` bin Ab Rabh dan lainnya. Dia
memiliki hafalan yanh kuat. Sad bin al-Musayyab, sebagaimana dikutip oleh al-
Dhahab, dia berkata Tidak ada orang Irak yang datang kepadaku yang lebih baik
daripada Qatdah.16

Selain empat tokoh di atas, masih ada tokoh ahli tafsir lain di Irak. Di
antara mereka adalah Murrah al-Hamdn (w. 76 H), mir al-Shab (w. 109), al-
Hasan al-Bas r (w. 110 H) dan lainnya.

D. Otoritas Tafsir Tabiin

Mengenai kualitas penafsiran pada masa tabiin, para ulama` berbeda


pendapat. Sebagian ulama` berpendapat, bahwa penafsiran yang dihasilkan oleh
para ahli tafsir tabiin tidak harus dijadikan pegangan. Sebab mereka tidak
menyaksikan peristiwa-peristiwa, situasi atau kondisi yang berkenaan dengan
turunnya ayat-ayat Al-Quran, sehingga mereka bisa saja berbuat salah dalam
memahami apa yang terkandung dalam sebuah ayat tertentu.17 Ditambah lagi para
tabiin banyak menukil cerita-cerita Isr`illiyyt yang kemudian dimasukan ke
dalam tafsir. Ini semakin menambah perbedaan pendapat mengenai status tafsir
yang diriwayatkan mereka.

15 Ibid., 1:109.

16 Ibid., 1:114.

17 al-Qat t ,nMabh ith, 331.


Sebaliknya, banyak pula ahli tafsir yang berpendapat bahwa tafsir mereka
dapat dijadikan pegangan, sebab pada umumnya mereka menerimanya dari para
sahabat. Tetapi pendapat yang paling tepat adalah jika para tabiin telah sepakat
atas suatu pendapat, maka bagi kita wajib menerimanya.18

E. Contoh Tafsir Tabiin

Sebagai bahan rujukan dalam penulisan al-Qur`an, penjelasan tabiin tetap


diperhitungkan untuk dapat menafsirkan al-Qur`an. Meskipun mereka bukan
generasi sahabat yang langsung mendapat penafsiran dari Nabi, tetapi mereka
memperoleh penjelasan dari para sahabat.

Adapun contoh penafsiran yang dilakukan tabiin di antaranya adalah


tentang lafal al-manna dan al-salw yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat
57. Allah ubh nahu wa Tal berfirman:









Dan Kami menaungi kamu dengan awan, dan Kami menurunkan kepadamu
mann dan salw. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah
Kami berikan kepadamu. Mereka tidak manganiaya Kami, tetapi justru
merekalah yang menganiaya diri sendiri.
Mujhid tentang firman Allah al-manna wa al-salw berkata al-manna
19
adalah samghah
20 Begitu juga Qatdah menafsirkan
dan al-salw adalah t`ir.
21
al-salw dengan t`ir.

III. Kesimpulan

Setelah masa sahabat berakhir, segala urusan yang terjadi kemudian


beralih kepada masa tabiin. Begitu juga mengenai hal ilmu-ilmu yang telah

18 Ibid..

19 Muh ammad bin Jarr al-Tabar, Jmi al-Bayn, (Beirut: Dr al-Fikr, 2009), 1:382.

20 Ibid., 1:385.

21 Ibid.,
berkembang pada masa itu, seperti halnya dalam hal ilmu tafsir. Bentuk
penafsiran pada masa ini masih berbentuk riwayat. Secara umum tabiin
menjadikan al-Qur`an, hadis dan penafsiran sahabat sebagai bahan rujukan utama.
Selain itu mereka juga berijtihad berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.
Tidak hanya itu, mereka juga memasukkan kisah-kisah Isr`iliyyt ke dalam
tafsirnya. Pada masa ini juga sudah mulai muncul benih-benih perbedaan mazhab,
sehingga sedikit banyak mempengaruhi tafsir yang ada.

Para tokoh yang ahli dalam bidang tafsir pada masa tabiin terbagi dalam
tiga wilayah besar, yaitu Makkah, Madinah dan Irak. Di antara tokoh-tokoh
tersebut adalah Sad bin Jubyr, Mujhid bin Jabr, Ikrimah mawl Ibnu Abbs,
Twus bin Kaysn al-Yamn, At ` bin Ab Rabh , Ab al-liyyah,
Muh ammad bin Kaab, Zayd bin Aslam, Alqamah bin Qays, Masrq, al-Aswd
bin Yazd, Qatdah, Murrah al-Hamdn, mir al-Shab, dan al-Hasan al-Bas r.

Mengenai kehujjahan, sebagian ulama` berpendapat, bahwa penafsiran


yang dihasilkan oleh tabiin tidak harus dijadikan pegangan. Sebagian yang lain
berpendapat bahwa tafsir mereka dapat dijadikan pegangan. Tetapi kita tetap harus
menerimanya jika memang tabiin telah sepakat tentang suatu hal.

Daftar Pustaka

Dhahab (al), Muh ammad Husayn. al-Tafsr wa al-Mufassirn. Kairo: Dr


al-Hadth. 2005.
Qat t n (al)
, Man Khall. Mabh ith f Ulm al-Qur`n. Kairo: Maktabah
Wahbah. 2000.
Rahtikawati, Yayan dan Dadan Rusmana. Metodologi Tafsir Al-Qur`an,
Bandung: Pustaka Setia. 2013.
Rudiana, Nana. Sejarah Perkembangan Ilmu Tafsir, dalam http://sina-
na.blogspot.com/2014/09/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu-
tafsir.html, (diakses pada 25 Februari 2015).
S bn (al), Muh ammad Al. al-Tibyn f Ulm al-Qur`n. Jakarta: Dr
al-Kutub al-Islmiyyah. 2003.
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur`an. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2013.
Suyt (al), Jalluddin. al-Itqn f Ulm al-Qur`n. Beirut: al-Rislah.
2008.
Tabar (al), Muh ammad bin Jarr. Jmi al-Bayn. Beirut: Dr al-Fikr.
2009.
Zurqn (al), Muh ammad Abdu al-Az m.Manhil al-Irfn fi Ulm al-
Qur`n. Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah. 2010.

Anda mungkin juga menyukai