Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Perkembangan Tafsir
Dosen Pengampu:
Abdulloh Mubarok, Lc., M.Th.I.
Oleh:
Ahmad Iwanuridlwan
NIM: 2013.01.01.207
I. Pendahuluan
Dalam hal ini, tafsir memiliki peran yang sangat vital yang mana peran
tersebut tidak pernah bisa lepas dari penafsirnya. Atau dengan kata lain, kajian
terhadap al-Qur`an yang mampu memunculkan berbagai macam disiplin ilmu
baru itu sangat bergantung kepada siapa yang menafsirkannya. Terbukti sejak
masa diturunkannya al-Qur`an sampai sekarang ini, banyak penafsir yang
menafsirkan al-Qur`an sesuai dengan keahliannya masing-masing, sehingga
muncullah tafsir yang mengarah pada corak tertentu yang bermacam-macam.
Tidak hanya corak, tafsir yang muncul dari masa ke masa pun memiliki
kekhasannya masing-masing. Ini terjadi di antaranya karena tingkat kebutuhan
terhadap tafsir di setiap masanya tidak sama. Metode yang digunakan pun turut
mempengaruhi hasil penafsiran, padahal metode penafsiran selalu mengalami
perkembangan. Oleh karena itu studi terhadap sejarah perkembangan tafsir
menjadi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan terhadap tafsir yang
memiliki karakteristik berbeda-beda pada setiap masanya.
Jika di kalangan sahabat banyak yang dikenal sebagai ahli tafsir, begitu
juga dari kalangan tabiin yang menjadi murid dari sahabat. Dalam melakukan
penafsiran, tabiin berpegang pada sumber-sumber yang telah ada. Mereka
berpegang pada al-Qur`an, keterangan yang mereka riwayatkan dari sahabat yang
berasal dari Rasulullah alla Allh Alayhi wa allam, penafsiran sahabat dan ada
juga yang mengambil dari ahli kitab, baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani
yang telah masuk Islam.1
Sebelum masa tabiin, yaitu masa Rasulullah dan masa sahabat penafsiran
yang dilakukan tidak mencakup semua ayat al-Qur`an. Mereka hanya melakukan
penafsiran al-Qur`an sesuai kebutuhan mereka.2 Sehingga ketika masa ini selesai,
kesulitan dalam penafsiran pun bermunculan. Kesulitan ini semakin bertambah
bersamaan dengan semakin bertambahnya jarak antara masa tabiin dengan masa
Rasulullah.
2 Mann Khall al-Qat t ,nMabh ith f Ulm al-Qur`n. (Kairo: Maktabah Wahbah,
2000), 327.
Namun demikian, dari kalangan tabiin sendiri terdapat persilangan
pendapat mengenai diterima atau tidaknya penafsiran al-Qur`an menggunakan
ijthad. Sebagian tabiin ada yang menolak model penafsiran yang berdasar pada
ijtihad.3 Di antara mereka adalah Sad bin al-Musayyab dan Ibnu Srn. Adapun
di antara tabiin yang membolehkan penafsiran berdasar pada ijtihad adalah
Mujhid bin Jabr, Ikrimah dan sahabat-sahabatnya.4
Adanya jenjang waktu yang cukup lama antara masa Rasulullah alla
Allh Alayhi wa allam dengan masa tabiin membuat tafsir ini memiliki
karakter tersendiri. Selain salah satu faktor tersebut, masih banyak faktor lain
yang menyebabkab tafsir tabiin ini berbeda dengan tafsir-tafsir sebelumnya.
Adapun karakteristik tafsir pada masa ini di antaranya adalah:
5 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur`an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),
meriwayatkan kisah Isra`iliyyat adalah Abdullh bin Salm, Ka'ab al-
Ah br, Wahab bin Munabbih dan Abdul Malk bin Abdul Azz bin Jarj.
2. Pada masa sebelum tabiin keberadaan tafsir senantiasa terpelihara karena
dalam periwayatan para sahabat menggunakan metode talaqq. Artinya
mereka melihat langsung bagaimana proses penurunan al-Qu`an. Tetapi
pada masa tabiin periwayatannya tidak lagi seperti masa sebelumnya.
3. Munculnya benih-benih perbedaan mazhab pada masa ini. Ini
mengakibatkan penerapan sebagian tafsir digunakan untuk keperluan
mazhab mereka masing-masing. Sehingga tidak diragukan lagi ini akan
membawa dampak bagi tafsir itu sendiri.
4. Banyaknya perbedaan pendapat di kalangan tabiin dalam penafsiran.
Perbedaan ini telah ada pada masa sahabat, namun tidak begitu banyak
seperti masa tabiin.
Selain ciri-ciri tersebut, secara umum tafsir tabiin tidak jauh berbeda
dengan tafsir sahabat. Pada masa ini keberadaan tafsir belum terkodifikasi
sebagaimana tafsir sahabat dan masih bersifat hafalan dan periwayatan.
Pada masa sahabat, kebanyakan ahli tafsir berdiam diri di Madinah. Ini
berbeda dengan masa tabiin. Tokoh-tokoh tafsir pada masa ini tersebar luas di
berbagai kota Islam. Pada masing-masing kota Islam terkemuka, seperti Makkah,
Madinah dan Irak terdapat sejumlah ahli tafsir.
6 Muh ammad Abdu al-Az m al-Zurqn, Manhil al-Irfn fi Ulm al-Qur`n, (Beirut:
Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, 2010), 275. al-Dhahab, al-Tafsr wa al-Mufassirn, 1:96.
Jalluddin al-Suyt ,al-Itqn f Ulm al-Qur`n, (Beirut: al-Rislah, 2008), 787.
Muh ammad Al al-S bn,al-Tibyn f Ulm al-Qur`n, (Jakarta: Dr al-Kutub al-
Islmiyyah, 2003), 77.
a. Sad bin Jubyr (w. 94 H/712 M)
Nama lengkapnya adalah Sad bin Jubyr bin Hishm al-Asad. Dia
termasuk golongan tabiin besar. Dia belajar al-Qur`an dari Ibnu Abbs dengan
teliti. Qatdah, sebagaimana dikutip oleh al-Zurqn dan lainnya mengatakan
Sad bin Jubyr adalah yang paling mengetahui di bidang tafsir.7
Dia adalah seorang budak yang dimerdekakan oleh al-S`ib bin Ab al-
S`ib. Dia adalah yang paling sedikit meriwayatkan tafsir dari Ibnu Abbs.
Meskipun begitu dia merupakan yang paling thiqqah di antara sahabat Ibnu
Abbs yang lainnya. al-Fad al bin Maymn, sebagaimana dikutip oleh al-Zurqn
dan lainnya mendengar Mujhid berkata Aku meneliti al-Qur`an dari Ibnu
Abbs sebanyak tiga puluh kali.8
Dia pada mulanya adalah seorang budak dari bangsa Barbar yang
kemudian dimerdekakan oleh Ibnu Abbs. Dia meriwayatkan dari Ibnu Abbs,
Al bin Ab Tlib, Ab Hurayrah dan yang lainnya. al-Shfi, sebagaimana
dikutip oleh al-Zurqn mengatakan Tidak ada yang lebih mengetahui tentang al-
Qur`an daripada Ikrimah.9 Tetapi meskipun demikian, ulama` berbeda pendapat
mengenai ke-thiqqah-annya. Sebagian mereka berpendapat bahwa dia tidak
thiqqah, sehingga mereka tidak mengambil riwayat darinya. Sebagian yang lain
mengakui ke-thiqqah-annya dan mengambil riwayat darinya.
8 al-Dhahab, al-Tafsr wa al-Mufassirn, 1:96. al-Zurqn, Manhil al-Irfn, 275. al-Suyt , al-
Itqn, 787. al-S bn, al-Tibyn, 78.
At ` meriwayatkan dari Ibnu Abbs, Ibnu Umar, Ibnu Amr bin al-s
dan lainnya. Dia adalah orang yang thiqqah lagi paham terhadap ilmu agama,
sehingga penduduk Makkah sering meminta fatwa kepadanya. Ab Hanfah,
sebagaimana dikutip oleh oleh al-Dhahab mengatakan Aku tidak melihat orang
yang aku temui yang lebih utama daripada At `.11
a. Ab al-liyyah (w. 90 H)
Dia adalah Ab al-liyyah Raf bin Mahrn al-Riyah . Dia masuk Islam
dua tahun setelah Nabi alla Allh Alayhi wa allam wafat. Dia meriwayatkan
dari Ibnu Masd, Ibnu Abbs, Ibnu Umar, Ubay bin Kaab dan lainnya. Dia
termasuk satu dari para tabiin yang thiqqah yang terkenal dalam bidang tafsir.
Ibnu Ab Dwud, sebagaimana dikutip oleh al-Dhahab mengatakan Tidak ada
seorang pun setelah sahabat yang lebih mengetahui tentang al-Qur`an daripada
Ab al-liyyah.12
12 Ibid., 1:105.
Dia adalah Muh ammad bin Kaab bin Salm bin Asad al-Qurz . Dia
meriwayatkan dari Al, Ibnu Masd, Ibnu Abbs, Ubay bin Kaab dan lainnya.
Dia terkenal sebagai tokoh yang thiqqah, adil, wara dan banyak hadisnya. Ibnu
Awn, sebagaimana dikutip oleh al-Dhahab mengatakan Aku tidak melihat
seorang pun yang lebih tahu tentang ta`wl al-Qur`an daripada al-Qurz .13
Dia pada awalnya adalah seorang budak yang dimerdekakan oleh Umar
bin al-Khat t bRad iya Allhu Anhu. Dia termasuk golongan tabiin besar. Dalam
menafsirkan al-Quran kebanyakan dia menggunakan pendapatnya.
Dia adalah Alqamah bin Qays bin Abdullh bin Mlik. Dia
meriwayatkan dari Umar, Uthmn, Al, Ibnu Masd dan lainnya. Tetapi dia
lebih terenal sebagai periwayat dari Ibnu Masd. Diriwayatkan dari
Abdurrah man bin Yazd sebagaimana dikutip oleh al-Dhahab, dia berkata
Abdullh berkata Aku tidak membaca sesuatu dan tidak mengetahuinya kecuali
Alqamah juga membaca dan mengetahuinya.14
b. Masrq (w. 63 H)
Dia adalah Masrq bin al-Ajza bin Malik. Diceritakan dalam al-Tafsr wa
al-Mufassirn karya Muh ammad Husayn al-Dhahab, bahwa suatu hari dia
ditanya oleh Umar tentang namanya. Kemudian dia menjawab Namaku Masrq
bin al-Ajda. Umar berkata al-Ajda adalah shaytn.
Kamu Masrq bin
13 Ibid., 1:106.
14 Ibid., 1:108.
Abdurrah man.15 Dia meriwayatkan dari khulaf` al-rshidn, Ibnu Masd,
Ubay bin Kaab dan lainnya.
Dia adalah al-Aswd bin Yazd bin Qays. Dia meriwayatkan dari Ab
Bakar, Al, Hudhayfah, Bill, Ibnu Masd dan lainnya. Alla merahmatinya
dengan sifat thiqqah dan memiliki pemahaman mendalam tentang al-Qur`an.
Selain empat tokoh di atas, masih ada tokoh ahli tafsir lain di Irak. Di
antara mereka adalah Murrah al-Hamdn (w. 76 H), mir al-Shab (w. 109), al-
Hasan al-Bas r (w. 110 H) dan lainnya.
15 Ibid., 1:109.
16 Ibid., 1:114.
Dan Kami menaungi kamu dengan awan, dan Kami menurunkan kepadamu
mann dan salw. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah
Kami berikan kepadamu. Mereka tidak manganiaya Kami, tetapi justru
merekalah yang menganiaya diri sendiri.
Mujhid tentang firman Allah al-manna wa al-salw berkata al-manna
19
adalah samghah
20 Begitu juga Qatdah menafsirkan
dan al-salw adalah t`ir.
21
al-salw dengan t`ir.
III. Kesimpulan
18 Ibid..
19 Muh ammad bin Jarr al-Tabar, Jmi al-Bayn, (Beirut: Dr al-Fikr, 2009), 1:382.
20 Ibid., 1:385.
21 Ibid.,
berkembang pada masa itu, seperti halnya dalam hal ilmu tafsir. Bentuk
penafsiran pada masa ini masih berbentuk riwayat. Secara umum tabiin
menjadikan al-Qur`an, hadis dan penafsiran sahabat sebagai bahan rujukan utama.
Selain itu mereka juga berijtihad berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.
Tidak hanya itu, mereka juga memasukkan kisah-kisah Isr`iliyyt ke dalam
tafsirnya. Pada masa ini juga sudah mulai muncul benih-benih perbedaan mazhab,
sehingga sedikit banyak mempengaruhi tafsir yang ada.
Para tokoh yang ahli dalam bidang tafsir pada masa tabiin terbagi dalam
tiga wilayah besar, yaitu Makkah, Madinah dan Irak. Di antara tokoh-tokoh
tersebut adalah Sad bin Jubyr, Mujhid bin Jabr, Ikrimah mawl Ibnu Abbs,
Twus bin Kaysn al-Yamn, At ` bin Ab Rabh , Ab al-liyyah,
Muh ammad bin Kaab, Zayd bin Aslam, Alqamah bin Qays, Masrq, al-Aswd
bin Yazd, Qatdah, Murrah al-Hamdn, mir al-Shab, dan al-Hasan al-Bas r.
Daftar Pustaka