BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian hadits menarik perhatian para peminat studi hadits, baik dari
kalangan Islam, maupun non Islam. Bahkan hingga sekarang, kajian terhadap
hadits, mulai dari kritik otensitias hadits, sampai pemaknaannya masih terus
berkembang. Pemahaman hadits relatif berkembang dari zaman ke zaman,
mulai dari tekstualis, konservatif, sampai kontekstualis. Seiring dengan
perkembangan zaman, hadits dimaknai dengan sesuai kebutuhan pada zaman
tersebut, dikarenakan teks hadits itu sangat terbatas adanya, sedangkan realitas
perkembangan zaman selalu dinamis.
Teks hadits Nabi saw yang telah melewati masa yang sangat panjang
tetap harus dilakukan pemahaman yang sesuai dengan maksudnya. Mengingat
Nabi saw sudah tiada, pemahaman dari satu teks hadits bisa bervariasi. Oleh
karena itu mazhab-mazhab pun muncul dalam Islam. Meskipun demikian, ada
sekelompok orang yang hanya meyakini bahwa kebenaran itu harus satu macam
dan tidak akan menerima pemahaman selain dari apa yang mereka pahami.1
Banyak pendekatan yang dapat diterapkan dalam pemahaman hadits, salah
satunya pendekatan hermeneutik. Maka, pada kesempatan ini, akan membahas
tentang metodologi dalam memahami hadits.
1
Nashiruddin Albani, Sifat Shalat Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2007), h. 16.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana metode pemahaman hadits ?
2. Bagaimana hermeneutika dalam kajian hadits ?
C. Tujuan
1. Mengetahui metode pemahaman hadits
2. Mengetahui hermeneutika dalam kajian hadits
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. Metode Kontekstual
Pemahaman kontekstual ialah memahami hadits sebagai sumber ajaran
Islam secara kritis konstruktif dengan melihat dan mempertimbangkan asal-
usul hadits. Pemahaman kontekstual dikembangkan oleh Abu Hanifah dan
kelompok ahlul rayi yang kemudian diperkuat oleh Imam Qarafi, dan Imam
as-Syatibi.
2
Alamsyah, dkk, Ilmu-Ilmu Hadits, (Lampung: Pusikamla, 2009), h. 12.
3
Alamsyah, dkk, Loc. Cit., h. 12.
4
4
Alamsyah, dkk, Loc. Cit., h. 14.
5
Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang
kafir. (HR. Muslim)
Jika dipahami secara tekstual, hadits tersebut mengajarkan orang-
orang mukmin harus hidup sengsara di dunia, sementara bagi orang-
orang kafir, dunia merupakan surga. Jika dipahami secara tekstual,
maknanya sangat jauh berbeda. Kata penjara ialah perumpamaan bahwa
kehidupan orang mukmin di dunia memiliki aturan tertentu, tidak bebas
semuanya. Sedangkan bagi orang kafir, dalam kehidupan dunia memang
tidak banyak aturan perintah dan larangan, sehingga mereka bagaikan di
surga.6 Masih banyak lagi contoh dengan menggunakan pendekatan
bahasa, seperti mengenai Dajjal, Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa
menjelang hari kuamat, dan lain sebagainya.
b. Pendekatan Historis
Pendekatan historis dalam memahami hadits adalah cara untuk
memahami hadits dengan memperhatikan dan mengkaji situasi atau
peristiwa sejarah yang terkait dengan latar belakang munculnya hadits.
Sejarah sendiri memiliki arti sebagai ilmu tentang perkembangan
manusia dalam upaya-upaya mereka sebagai makhluk sosial.7 Pendekatan
5
Nizar Ali, Memahami Hadits Nabi (Metode dan Pendekatan), (Yogyakarta: Cesadypi Al-
Rahmah, 200)1, h. 57.
6
Alamsyah, dkk, Op.Cit, h. 15.
7
Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2002), h. 73.
6
) (
c. Pendekatan Sosiologis
Pemahaman sosiologis ialah pendekatan dengan memperhatikan
keterkaitan berbagai faktor sosial kemasyarakatan baik yang bersifat
struktural maupun relasi yang mempengauhi atau
menyebabkan/memicunya adanya hadits. Kontribusi pendekatan ini
digunakan untuk menyajikan uraian yang meyakinkan tentang apa yang
sesungguhnya terjadi dengan manusia dalam berbagai situasi hidup yang
berhubungan dengan ruang dan waktu. Pendekatan tersebut digunakan
8
11
Erfan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunnah, (Bogor: Kencana, 2003), h. 244.
9
Dari 'Adiy bin Hatim berkata; Ketika aku sedang bersama Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam tiba-tiba ada seorang laki-laki mendatangi
beliau mengeluhkan kefakirannya, kemudian ada lagi seorang laki-laki
10
e. Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis ialah memahami hadits dengan
memperhatikan tradisi dan budaya, termasuk model keyakinan yang
berkembang dimasyarakat dan menjadi faktor latar belakang munculnya
hadits. 12 Contoh pendekatan antropologis sebagai berikut:
:
:
Dari Abdullah (bin Masuud), ia berkata : Aku pernah
mendengar Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya
manusia yang paling keras adzabnya di sisi Allah adalah para tukang
gambar. (HR. Bukhari Muslim dan Nasai)
f. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis ialah memahami maksud hadits dengan cara
memperhatikan kondisi kejiwaan Nabi dan masyarakat yang dihadapi
beliau yang menjadi sasaran hadits tersebut. Adakalanya hadits-hadits
Nabi disabdakan sebagai respon pertanyaan sahabat atau prilaku
sahabat.13 Contoh pendekatan psikologis
) (
12
Alamsyah, Ilmu-Ilmu Hadits, Op.Cit., h. 116.
13
Ibid., h. 117.
11
g. Pendekatan filosofis
14
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 31.
12
mudah didapat di jazirah Arab. Karena itu, siwak dapat diganti dengan
barang lain, seperti odol dan sikat gigi dan sama kedudukannya dengan
siwak.15
15
Yusuf Qardhawy, Kajian Kritis Pemahaman Hadis: antara Pemahaman Tekstual dan
Kontekstual, diterjemahkan dari buku dengan judul asli al-Madkhal li Dirsah al-Sunnah al-
Nabawiyyah, (Jakarta: Islamuna Press, 1994), cet. ke-1, h. 200.
16
Ansori, Teks dan Otoritas (Memahami Pemikiran Hermeneutika Khaled M. Abou El-
Fadl) dalam Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Quran dan Hadits Vol. 10 No. 1, (Yogyakarta: Jur. Tafsir
Hadits, 2009), h. 55.
17
Abdul Mustaqim, Sahiron Syamsuddin, Studi Alquran Kontemporer (Yogyakarta : PT
Tiara Wacana, 2002), h. 44.
13
21
Amir Syarifuddin, Usul Fiqih 1, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 249.
22
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 38-39.
23
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 1, Op.Cit., h. 248.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan kesimoulan
sebagai berikut:
1. Metode dalam memahami hadits terbagi menjadi dua, yaitu metode tekstual
dan kontekstual. Pendekatan dalam metode kontekstual terdiri dari
pendekatan bahasa, pendekatan sejarah, pendekatan sosiologi, pendekatan
sosio historis, pendekatan antropologi, pendekatan psikologi, dan
pendekatan filosofis.
2. Hermenutika dalam kajian hadits digunakan dalam menggambarkan
bagaimana sebuah kata atau suatu kejadian pada waktu dan budaya yang
lalu dapat dimengerti dan menjadi bermakna secara eksistensial dalam
situasi sekarang. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan berupa pendekatan
bahasa, sosiologis, antriopologis, dan sebagainya.
B. Saran
Adanya makalah diharapkan dapat mempermudah memahami metode
pemahaman hadits, sehingga berbagai bentuk hadits yang diperoleh dapat
dilakukan berbagai pendekatan sehingga diambil sesuai dengan kebutuhan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Bustamin, dan Isa H.A. Salam, Metdologi Kritik Hadits, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004).