kuno dan objek materialnya adalah teks yang didalamnya ada resepsi
heermeneutika dengan pemahaman ayat-ayat Alquran. Naskah kuno
merupakan dokumen yang ditulis tangan dari berbagai jenis. Sebuah dokumen
dapat dikatakan sebagai manuskrip apabila umurnya minimal 100 tahun.1
1
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press, 2019),83-84
2
Khabibi Muhammad Luthfi, “Kontekstualisasi Filologi..., 117-118.
Yunani Lama yang ditulis pada abad ke-3 SM. dalam huruf yang berasal dari
huruf bangsa Funisia yang kemudian dikenal dengan huruf Yunani. Naskah-
naskah itu menggunakan bahan daun papirus, merekam tradisi lisan yang
mereka miliki berabad-abad sebelumnya. Mulai abad ke-8 sampai ke-3 SM.
naskah-naskah itu selalu disalin sehingga wajarlah kalau selalu mengalami
perubahan dari bentuk aslinya.3
3
Siti Baroroh Baried Dkk, Pengantar Teori Filologi, (Yogyakarta: BBPF, 1994), 30.
4
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Qur’an.
berkembang dari abad ke abad. Perkembangan nampaknya juga sesuai dengan
wilayah-wilayah dimana tradisi ilmu filologi ini diaplikasikan.5
5
Elit Ave Hidayatullah, “Studi Filologi Dunia Islam dan Barat dalm Menyelami Sejarah dan
Membangun Peradaban”, Islamica, Vol. 2, No. 1, 2015, 35-36.
Pada abad ke 19 M, para ahli filologi menyusun kaidah-kaidah tentang
penyalinan teks kuno dengan istilah naqd al-nushush (text critism) yang
diambil dari tradisi Yunani dan Latin. Sebenarnya, riset filologi tdak hanya
menyalin kembali teks-teks kuno, tetapi juga berusaha untuk memahami dan
menafsirkan dengan berbagai pendekatan ilmu lain, misalnya hermenutik atau
histori-sosiologi, untuk mendapatkan makna yang relevan dengan konteks saat
ini.6
B. Tujuan dan Kegunaan Riset Filologi
Sejarah asal mula lahirnya filologi, menunjukkan bahwa filologi
diperlukan dalam upaya mengungkap informasi mengenai kehidupan masa
lampau suatu masyarakat tertentu, yang tersimpan dalam wujud peninggalan
yang berupa tulisan. Diketahui melalui penggarapan naskah, filologi mengkaji
teks klasik dengan tujuan mengenainya sesempurna mungkin dan selanjutnya
menempatkannya dalam keseluruhan sejarah suatu masyarakat.7
Sebagai satu disiplin ilmu yang memiliki objek dan ranah kajiannya,
filologi juga mampu memberikan satu sumbangan besar terhadap satu disiplin
ilmu pengetahuan, selain juga mampu memberikan satu penemuan baru yang
memiliki otentisitas tinggi. Oleh sebab itu pada bagian ini, setelah sebelumnya
mengenal hakikat studi filologi, akan mencuba untuk mengenal lebih tentang
studi filologi objektif dan manfaat yang, sebenarnya, akan nampak dari proses
dan hasil kajian dilakukan. Sebagai satu sumbangan kepada penemuan suatu
ilmu pengetahuan.8
Secara terperinci dapat dikatakan bahwa filologi memiliki tujuan umum
dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
a. Mengungkap produk masa lampau melalui peninggalan tulisan.
6
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Qur’an..., 86-87
7
Elis Suryani, Filologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 4.
8
Elit Ave Hidayatullah, “Studi Filologi Dunia Islam..., 30.
b. Mengungkap fungsi peninggalan tulisan pada masyarakat penerimanya
baik pada masa lampau maupun masa kini.
c. Mengungkap nilai-nilai budaya masa lampau untuk diaktualisasikan
dalam konteks kekinian.
2. Tujuan Khusus
a. Mengungkapkan bentuk teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan
masa lampau.
b. Mengungkapkan sejarah perkembangan teks.
c. Mengungkapkan sambutan dan resepsi masyarakat terhadap suatu teks
yang dikaji.
d. Menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masyarakat yaitu
bentuk suntingan.
C. Ilmu Bantu Filologi
Dalam kajian filologi kita membutuhkan beberapa ilmu sebagai
penunjang dan penguat dari penelitian filologi tersebut. Seorang ahli filolog
harus menguasai kebudayaan, bahasa, dan pengetahuan masyarakat yang
menghasilkan karya tersebut. Sebab bagimanapun tidak ada sebuah teks yang
muncul dalam vakum kultural. Dalam penelitian filologi, para filolog dituntut
untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat
mengungkapkan dan menjelaskan ilmu-ilmu yang terkandung dalam
teks.Karena filologi dengan ilmu yang lainnya memiliki hubungan yang sangat
erat, yaitu hubungan timbal balik atau saling membutuhkan.9
Diantara ilmu bantu yang harus dikuasai antara lain sebagai berikut:10
1. Linguistik (fonologi, morfologi, sintaksis, semantik).
2. Pengetahuan tentang bahasa yang mempengaruhi bahasa teks. Termasuk
aspek fiqh lughahnya.
3. Paleografi (ilmu tentang macam-macam tulisan kuno).
9
Arsyad Almakki, “Filologi (Sebuah Pendekatan Mengkaji Kitab Keagamaan)”, al-Qalam, Vol.
11, No. 23, 2017, 92-93.
10
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian…,87-88
4. Ilmu sastra.
5. Sejarah kebudayaan.
6. Sosiologi dan bahkan juga Antropologi.
D. Langkah-langkah Penelitian Filologi
Ada beberapa langkah dalam penelitian filologi antara lain:
1. Melakukan Inventarisasi Naskah
Inventarisasi adalah pencatatan dan pengumpulan naskah kuno,
baik dalam perpustakaan maupun koleksi perseorangan. Hal ini
dimaksudkan untuk mencari berbagai naskah sejenis, jika memang ada,
sehingga seorang peneliti dapat melakukan perbandingan.11
2. Melakukan Kritik Teks
Ketika melakukan kritk teks, kita dapat memilih beberapa metode
berikut:
Pertama, Metode Intuitif, metode ini juga dikenal dengan sebutan
metode subjektif dan tergolong sebagai metode kritik teks yang tertua di
mana cara kerjanya di dasarkan atas subjektivitas (intuisi). Untuk
kepentingan edisi teks diambil satu naskah yang dianggap paling tua di
antara naskah-naskah yang ada.12
Kedua, metode stema, atau metode objektif. Metode ini ditemukan
oleh filolog Jerman Lachman pada tahun 1830-an. Metode stema
dilakukan dengan cara meneliti secara sistematis hubungan kekeluargaan
antar naskah-naskah atas dasar naskah yang mengandung kesalahan
bersama. Dari situ, maka akan dapat disimpulkan bahwa naskah tersebut
bersumber dari satu sumber (yang hilang). Dari situ maka akan dapat
ditentukan silsilah naskah tersebut.
Ketiga, metode gabungan. Metode ini dilakukan dengan cara
menggabungkan beberapa naskah. Jika perbedaan antara naskah itu tidak
terlalu mencolok. Biasanya yang dipilih adalah bacaan maypritas (jumhur),
11
Ibid, 89
12
I Ketut Nuarca, Metode Filologi: Sebuah Pengantar (Denpasar: Udayana, 2017), 14
sedang bacaan yang lain berfungsi sebagai saksi atau tafsir terhadap yang
mayoritas. Dari metode ini, maka akan melahirkan suntingan teks “baru”
yang merupakan gabungan dari semua naskah yang ada.
Keempat, metode landasan. Metode ini dipakai apabila ada naskah
yang paling unggul dibanding naskah-naskah yang lain (berdasarkan
bahasanya, sastra, sejarah, dan lain sebagainya).
Kelima, metode edisi naskah tunggal. Metode ini dipakai ketika
peneliti hanya menemukan satu naskah saja, sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan perbandingan atau penggabungan.13
3. Melakukan Deskripsi Naskah
Naskah yang sudah berhasil dikumpulkan perlu segera diolah berupa
deskripsi naskah. Metode yang digunakan dalam diskripsi naskah adalah
metode deskriptif. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama,
yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah,
bahasa, kolofon, dan garis besar isi cerita. Hal ini dilakukan untuk
A.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Ruang Lingkup Penelitian
E. Landasan Teori
F. Sumber Data
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penelitian
Bab. II Suntingan Teks Naskah Asmarakandi
A. Deskripsi Naskah
B. Suntingan Teks Naskah Asmarakandi
C. Terjemah Teks Naskah Asmarakandi
13
Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir..., 90-91.
Bab.III Analisis Kritis Terhadap Konsep-Konsep Teologi dalam Naskah
Asmarakandi
A. Konsep Iman dan Kufr
B. Konsep Kenabian
C. Konsep Qadha’ dan Qodar
Bab. IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran-sara