Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILOLOGI


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Filologi
Dosen Pengampu: Waffada Arief Najiyya, M.A.

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Tri Hartono (2130110124)


2. Ishak Maulana (2130110130)
3. Laily Nuur Rohmah (2130110133)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebuah peradaban di Nusantara tidak akan terlepas dari masa yang telah lampau.
Nusantara termasuk kawasan yang letaknya di bagian Asia Tenggara dengan peradaban yang
sangat tinggi dan diwariskan ke generasi selanjutnya melalui berbagai media, tulisan Naskah
menjadi bukti yang sangat kuat yang mengandung banyak sejarah serta peninggalan -
peninggalan berharga lainya yang mengidentifikasi tinggi rendahnya suatu peradaban.

Filologi mungkin tidak setenar Sosiologi, Antropologi, Ekonomi atau Kedokteran,


Filologi masih sangat asing di telinga sebagian besar mereka, padahal di Eropa Khususnya,
tradisi keilmuan filologi sudah lama mengakar tetapi dalam kurun waktu 50 tahun ini,
penelitian filologi telah maju dengan pesat, seperti halnya ilmu lain , teknologi modern telah
menunjang perkembanganya. Studi filologi merupakan studi yang sangat signifikan dalam
hal mengkaji warisan budaya yang terbesar di belahan dunia termasuk di Indonesia. Studi
filologi kali ini berkonsentrasi pada pengkajian terhadap naskah-naskah kuno.

Berkaitan dengan latar belakang di atas, makalah ini akan menjelaskan tentang sejarah
pengertian dan ruang lingkup Filologi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pengertian Filologi?


2. Bagaimana Ruang Lingkup Filologi?
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian Filologi


2. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Filologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “Filologi” mempunyai pengertian


yang sederhana yaitu Ilmu tentang bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa
sebagaimana terdapat di bahan-bahan tertulis. Filologi dapat dapat didefinisikan sebagai
kajian bahasa melalui sumber-sumber tertulis, ia adalah gabungan antara kritik sastra,
sejarah, dan sekaligus linguistik. Secara etimologi, filologi berasal dari bahasa yunani
Philologia, terdiri dari dua kata yaitu Philos dan logos yang berarti “yang tercinta”,
sedangkan logos berarti “kata, artikulasi, alasan”1

Istilah Filologi muncul pada abad ke-3SM, dikemukakan pertama kali oleh
Erastothenes di Iskandaria. Waktu itu, filologi berusaha mengkaji teks-teks lama dari
bahasa Yunani dengan tujuan mencari bentuk aslinya dengan menyisihkan kesalahan-
kesalahan yang ada. Untuk itu, penelitian bahasa dan kebudayaan yang
melatarbelakanginya menjadi sangat penting.

Filologi sebagai istilah mempunyai arti antara lain :

a. Pengkajian secara mendalam terhadap bahasa dan kebudayaan yang


melatarbelakangi lahirnya sebuah teks. Kegiatan filologi yang fokus pada
bacaan yang salah ini disebut dengan filologi tradisional.
b. Filologi dipakai sebagai sastra ilmiah, artinya hal ini muncul ketika teks yang
diteliti itu berupa karya sastra yang bernilai tinggi, seperti karya Yunani Kuno,
Humeros. Dalam hal itu filologi di artikan ilmu yang memperhatikan segi
kesusastraan dari sebuah teks.
c. Filologi disebut juga untuk istilah studi bahasa dan ilmu bahasa (linguistik).
Muncul pengertian ini akibat dari pentingnya peranan bahasa dalam mengkaji
teks sehingga kajian utama filologi adalah bahasa, terutama bahasa teks-teks
lama.2

1
Fathurahman Oman, filologi Indonesia: Teori dan Metode (Jakarta: Kencana,2017), 12.
2
Abdullah Ridho, “Filologi sebagai pendekatan Kajian keislaman dalam jurnal keislaman”(cilacap: Al-
munqidz,2020), 202.

3
Di Eropa daratan, istilah filologi mengarahkan studinya kepada teks dan kritik teks
atau yang menyangkut seluk-beluk teks. Di Belanda, filologi lebih mengarahkan studinya
pada teks sastra dan budaya dengan latar belakang budaya yang mendukung teks tersebut.
Di Perancis, filologi selain mendapat arti studi suatu bahasa melalui dokumen tertulis
juga merupakan studi teks dan transmisinya. Di Inggris, menurut Mario Pei dalam
Glossary of Linguistic Terminology (1966), filologi merupakan ilmu dan studi bahasa
yang ilmiah seperti halnya linguistik masa kini dan apabila studinya diarahkan pada teks -
teks lama maka filologi merupakan studi linguistik historis. Sedangkan di Indonesia,
filologi lebih cenderung berkiblat pada pengertian yang dikenal di Belanda yang
menganggap sebagai disiplin ilmu yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan
bertujuan mengungkap makna teks dengan latar belakang budayanya.3

Penelitian terhadap naskah bila tidak diawali oleh penelitian filologi dianggap belum
sempurna. Kerusakan bacaan, kerusakan bahan, dan munculnya sejumlah variasi pada
teks menuntut cara untuk mendekatinya. Sebagai akibatnya, upaya untuk menggali
informasi yang tersimpan dalam karya tulisan yang berupa produk masa lampau itu harus
berhadapan dengan kondisi karya yang selain materi yang diinformasikan tidak lagi
dipahami oleh pembaca masa kini, juga dengan kondisi fisiknya yang sudah tidak
sempurna lagi karena rusak oleh waktu. Oleh karena itu, lahirnya filologi dilatarbelakangi
oleh sejumlah faktor sebagai berikut.

1) Munculnya informasi tentang masa lampau di dalam sejumlah karya tulisan.


2) Anggapan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam peninggalan tulisan masa lampau
yang dipandang masih relevan dengan kehidupan masa sekarang.
3) Kondisi fisik dan substansi materi informasi akibat rentang waktu yang panjang.
4) Faktor sosial budaya yang melatarbelakangi penciptaan karya-karya tulisan masa
lampau dengan tidak ada lagi atau tidak sama dengan latar sosial budaya pembacanya
masa kini.
5) Keperluan untuk mendapatkan hasil pemahaman yang akurat.4

Naskah kuno setidaknya memiliki tiga sebutan: Dalam Bahasa Inggris disebut dengan
Manuskrip, dan dalam Bahasa Belanda menyebut dengan Handschrift, sedangkan dalam
Bahasa Arab disebut dengan Makhthuthah.

3
Muhammad Abdullah, Pengantar Filologi (Semarang: UNDIP,2019), 9-10.
4
Siti Baroroh Baried dkk, Pengantar Teori Filologi (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa,1985), 12

4
Jadi dapat disimpulkan, filologi adalah ilmu yang mempelajari tentang teks dan juga
naskah kuno yang biasanya naskah tersebut ditulis diatas kulit kayu, lontar, bambu dll.
Yang bertujuan untuk menjaga teks asli agar tidak terjadi perubahan dan meminimalisir
kesalahan.

B. Ruang Lingkup Filologi


1. Objek Kajian Filologi

Mencari objek kajian dalam disiplin ilmu merupakan suatu hal yang penting, agar
para pembacanya dapat mengerti apa yang menjadi pokok pembicaraan yang dibahas
didalam tulisan atau penelitian tersebut. Objek kajian dalam filologi adalah teks dan
naskah kuno yang biasa kita sebut dengan manuskrip. Dalam kajian filologi, kata dan
naskah memiliki arti yang berbeda, menurut ilmu filologi naskah adalah suatu hal yang
yang nyata (konkret), sedangkan makna teks adalah suatu hal yang belum jeelas
(abstrak).5 Dan biasanya yang dijadikan objek kajian dalam filologi adalah naskah
(manuskrip) yang ditulis pada kulit kayu, bambu, lontar, dan kertas.

Dalam penelitian filologi, hendaknya di bedakan antara objek dan sasaran studi
filologi. Objek studi filologi adalah naskah sedangkan sasarannya adalah teks. Dalam hal
ini kedua istilah itu dibedakan artinya. Naskah adalah wujud konkret dari teks yang
berupa naskah tulisan tangan atau cetak kertas, kulit kayu, lontar tembaga yang
merupakan refleksi kehidupan masyarakat pada zamannya. Karena pada masa lalu naskah
sering ditulis dengan tangan maka maka sering disebut dengan istilah handschrit (hs)
untuk tunggal dan (hss) untuk Jamak. Nama lain untuk naskah adalah Manuscript (ms)
untuk tunggal (mss) untuk jamak. sedangkan teks adalah isi atau kandungan yang ada
dalam naskah dan bersifat abstrak termasuk di dalamnya buah pikiran dan perasaan yang
terkandung di dalamnya6

2. Tujuan Filologi

Dikarenakan naskah-naskah kuno pada saat itu masih menggunakan bahan-bahan


yang rapuh, tidak tahan lama, dan juga butuh perawatan khusus agar naskah tersebut tidak
mudah rusak, maka perawatannya pun memakan waktu yang lama. Maka kita harus
mempelajari isinya dan juga memperkenalkannya kepada masyarakat, yang berarti

5
Siti baroroh baried,dkk, Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: BPPF Fakultas Sastra Universitas Gadjah
Mada,1994), 6
6
Muhammad Abdullah, Pengantar Filologi, 10.

5
dengan itu kita dapat menyelamatkannya. Filologi juga berusaha untuk menjernihkan teks
dari kesalahan yang terjadi pada proses penyalinan yang terjadi berulang kali terhadap
suatu teks hingga teks tersebut kebmali ke bentuk asli atau mendekati asli.7

Bila dilihat dari sejarah lahirnya dan perkembangannya, memang arti filologi
tersebut berada dalam arti luas, yakni filologi sebagai pengkajian menyeluruh terhadap
apa-apa yang ada dalam naskah. Baik itu bahasanya, sastranya, sejarahnya, dan
sebagainya. Diperlukan kemampuan yang banyak dari seorang peneliti untuk mengkaji
naskah.8

Dibawah ini adalah beberapa tujuan dari filologi. Filologi mempunyai tujuan yang
diklasifikasikan diantaranya adalah tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum
a. Memahami sejauhmana perkembangan suatu bangsa melalui sastranya, baik tulisan
maupun lisan.
b. Mengungkapkan nilai-nilai budaya lama sebagai alternatif pengembangan
kebudayaan.
c. Memahami makna dan juga fungsi teks bagi masyarakat yang berada disekitar
penulisnya.
2. Tujuan Khusus
a. Menyunting sebuah teks yang dipandang dekat dengan teks aslinya.
b. Mengungkapkan sejarah terjadinya teks dan sejarah perkembangannya.
c. Mengungkapkan pemahaman pembaca pada setiap periode (kurun waktu)
penerimaannya9

3. Hubungan Filologi dengan Ilmu Pengetahuan lain


a. Filologi dengan ilmu sejarah
Sejarah diprlukan dalam mengkaji naskah lama, karena isi dalam
naskah lama juga memuat tentang sejarah kebudayaan. Seperti tentang sejarah
adanya feodalisme yang mempengaruhi raja, abdi dalem, maupun kawula
dapat dipahami apabila mengetahui latar belakang historisnya.

b. Filologi dengan ilmu budaya (antropologi)

7
Nabilah Lubis, “Studi Naskah dan Metode Penelitian Filologi,” Jurnal Adabiyah 2 (1998) 23–30.
8
Kosasih, Ade & Supriatna, Agus, “Pengantar Penelitian Filologi” (Bandung: CV. Semiotika,2014), 14
9
Ahmad Hanapi, “FILOLOGI” (IAIN Jember, 2020), 6

6
Antropologi sangat berkaitan dengan budaya, budaya tersebut
berkaitan erat dengan cara hidup manusia, baik secara fisik maupun sosial.
Tradisi kehidupan masyarakat desa yang masih mengutamakan kebersamaan,
saling menolong yang ada di dalam teks Aji Saka ana ing Medhang Kamolan.
Di dalam Serat Wedhatama juga diuraikan bagaimana menyembah kepada
Tuhan. Dalam hal ini, masyarakat Jawa mengenal dengan istilah sembah raga
(menyembah Tuhan dengan mengutamakan gerak laku badaniah atau amal
perbuatan yang bersifat lahiriah). Isi dalam naskah tersebut di atas bisa
diuraikan secara rinci jika memahami budaya suatu daerah, sehingga
antropologi mempunyai peranan dalam kajian filologi.

c. Filologi dengan ilmu Bahasa

Bahasa adalah sarana untuk mengungkapkan ide maupun gagasan


secara tertulis maupun lisan. Teks yang ada di dalam naskah lama merupakan
wujud dari ide dana gagasan penulisnya. Bahasa tersebut dapat dipahami
dengan bantuan ilmu bahasa, baik etimologi, fonologi, morfologi,
sosiolinguistik, maupun stilistika. Proses transkripsi dan translitersi naskah
dapat dilakukan jika memahami bahasa.

d. Filologi dengan ilmu sastra

Cerita dalam naskah lama tidak terlepas dari tema, alur, tokoh, latar
amanat, dan gaya bahasa, yang menjadi unsur-unsur pembangun cerita. Unsur
tersebut dapat dikaji dengan pendekatan struktural. Ilmu filologi pada masa
lalu lebih cenderung menggunakan pendekatan filologi tradisional. Dalam
perkembangannya yang terakhir sudah banyak kecenderungan menggunakan
pendekatan struktural yang lazim dipakai dalam penggarapan karya-karya
sastra modern.

e. Filologi dengan Folklor

Hal ini ketika cerita yang ada di dalam naskah berasal dari cerita lisan
kemudian ditulis. Foklor dikenal dengan adanya tradisi lisan. Tradisi lisan
tersebut dapat berupa legenda, dongeng, mite, sage, mantra yang sering dibaca
pada saat upacara rakyat. Hubungan filologi dengan foklor dapat diketahui
bahwa cerita yang ditulis dalam naskah dan teks bersumber dari legenda

7
maupun kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat sebagai tradisi budaya
masyarakat pemilik cerita.10

4. Metode Filologi

Metode berasal dari bahasa Latin yakni methodos terdiri dari gabungan akar kata
metha yang berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, dan kata hodosyang berarti
jalan, cara, dan arah.11 Pengujian lebih luasnya dari ‘methodos’ adalah cara-cara, strategi
untuk memecahkan rangkaian sebuah sebab akibat berikutnya.

Ilmu pengetahuan akan didapatkan apabila menggunakan langkah-langkah yang


sistematis sehingga memudahkan peneliti dalam pemahaman mendefinisikan cara kerja
ilmu pengetahuan. Metode bersifat spesifik dan terapan yang berfungsi untuk
menyederhanakan masalah sehingga lebih mudah dipecahkan dan dipahami.

Willem van der Molen menyebutkan bahwa dalam penelitian naskah ada dua
metode yang selama ini sering digunakan, yakni metode (edisi) diplomatik dan metode
(edisi) kritis. Dikatakan, teks edisi diplomatik identik dengan teks naskah bersangkutan,
sedangkan teks edisi kritis adalah suatu (persiapan, pendahuluan) rekonstruksi teks asli12.

Reynold dan Wilson secara panjang lebar pernah mengurai tentang prinsip dasar
dari sebuah edisi kritis dan selanjutnya membuat suatu rangkuman bahwa tujuan edisi
kritis pada dasarnya adalah mengikuti kembali jalur transmisi dan mencoba memperbaiki
teks-teks agar sedekat mungkin dengan teks asli. Kedua metode atau tipe edisi ini masih
akan dibicarakan di dalam uraian-uraian selanjutnya. Pada bagian ini akan dibicarakan
beberapa metode filologi yang didasarkan atas jumlah naskah yang tersedia (metode serta
langkah-langkah kerja penelitian filologi dapat dilihat pada bagan di belakang). Dilihat
dari banyak sedikitnya jumlah naskah yang dijadikan objek penelitian13.

Apabila di dalam penelitian kita berhadapan dengan naskah yang hanya tersedia
satu buah naskah (codex uniqus) maka tidak mungkin kita untuk mengadakan
perbandingan dengan naskah lain. Karena itu untuk mengedisi naskah dapat ditempuh
dengan dua cara:

1) Edisi Diplomatic
10
Abdullah Ridho, “Filologi sebagai pendekatan Kajian keislaman dalam jurnal keislaman”,205-206
11
Kosasih, Ade & Supriatna, Agus, “Pengantar Penelitian Filologi”, 48
12
Molen, W. van der. 1981. “Aim and Methods of Javanese Philology” dalam Indonesia Circle 26: 5-12.
13
Reynolds, L.D. dan N.B. Wilson. 1975. Scribes and Scholars, A Guide to the Transmission of Greek and Latin Literature.
Oxford: Clarendon Press.

8
Di depan telah disinggung bahwa teks edisi diplomatik identik dengan teks
naskah bersangkutan (Molen). Ini berarti naskah diterbitkan tanpa disertai perubahan
sedikit pun, baik ejaan, pungtuasi maupun pembagian teks. Dalam edisi ini
semestinya teks tidak ditransliterasi. Jadi dalam bentuk yang paling sempurna dari
edisi ini adalah naskah asli direproduksi fotografis. Halaman naskah dipotret lalu
dicetak begitu saja. Dari segi teoritis, metode ini sebenarnya dapat dianggap paling
murni karena faktor subjektivitas editor tidak berpengaruh di dalamnya. Tetapi dari
segi praktis dianggap kurang menarik karena hanya dapat dinikmati oleh kalangan
tertentu saja terutama mereka yang telah memiliki dasar pengetahuan aksara atau
bahasa yang ada di dalam naskah bersangkutan.

2) Edisi Standar Robson

Menyebut edisi ini sebagai edisi biasa. Meskipun naskah yang tersedia hanya
satu (naskah tunggal), tetapi di dalam metode ini penyunting sangat memperhatikan
semua aspek kegiatan penyuntingan naskah, seperti menyediakan transliterasi,
membetulkan kesalahan atau memperbaiki ketidakajegan yang dijumpai di dalam
teks, menyesuaikan ejaan sampai kepada menyusun aparat kritik dan membuat
komentar mengenai kejanggalan-kejanggalan (bacaan) yang dijumpai. Semua
perubahan yang dilakukan di dalam edisi dengan menggunakan metode ini dicatat di
tempat khusus untuk memudahkan pemeriksaan kembali atau membandingkan
dengan bacaan yang ada di dalam naskah. Bila dalam sebuah penelitian dihadapkan
pada tersedianya sejumlah naskah (lebih dari satu) maka untuk kepentingan
penyuntingan ada beberapa alternatif metode yang dapat digunakan, yakni:

a) Metode intuitif

Metode ini juga dikenal dengan sebutan metode subjektif dan


tergolong sebagai metode kritik teks yang tertua di mana cara kerjanya
didasarkan atas subjektivitas (intuisi). Untuk kepentingan edisi teks diambil
satu naskah yang dianggap paling tua di antara naskah-naskah yang ada.
Bagian-bagian teks yang dianggap kurang jelas (kesalahan) dari teks yang
dijadikan dasar edisi kemudian diperbaiki berdasarkan teks naskah lain dengan
menggunakan logika (secara ilmiah).

b) Metode Objektif

9
Metode ini lebih populer dengan sebutan metode stema. Pada dasarnya
metode ini lebih menekankan pada usaha mencari hubungan kekeluargaan dari
naskah-naskah yang ditemukan peneliti. Dalam hal ini memilih bacaan yang
benar dari varian yang ada dapat dilakukan dengan melihat jumlah dan nilai
kesaksian naskah. Dengan demikian menentukan kebenaran didasarkan atas
kebenaran objektif, tidak didasarkan atas subjektivitas. Cara kerja metode ini
dengan mengadakan perbandingan kata demi kata. Bila dalam beberapa
naskah terdapat banyak kesalahan yang sama pada tempat yang sama pula,
maka dapat disimpulkan naskahnaskah tersebut berasal dari satu sumber.

c) Metode Gabungan

Metode ini digunakan apabila menurut tafsiran nilai semua naskah


yang ada hampir sama. Perbedaan antar naskah tidak terlalu mencolok dan
dapat dianggap tidak mempengaruhi teks. Pemilihan bacaan yang dianggap
sebagai kesalahan dari naskah-naskah yang ada didasarkan pada bacaan
mayoritas dengan perkiraan bahwa tingkat kemungkinan bacaan itu lebih baik
lebih besar. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jumlah naskah mayoritas
adalah merupakan saksi dari bacaan yang benar. Dengan metode ini teks yang
dihasilkan dapat dianggap sebagai satu teks yang baru karena merupakan
gabungan bacaan dari semua naskah yang ada.

d) Metode Landasan

Metode ini digunakan apabila menurut tafsiran nilai semua naskah


jelas-jelas berbeda, dan ada satu naskah yang dari segi kualitas lebih baik
bahkan paling menonjol, baik dari segi kelengkapan teks maupun dari segi
bacaan. Naskah dimaksud berisi teks yang lebih lengkap serta mengandung
bacaan yang lebih baik karena jumlah kesalahan yang terdapat di dalamnya
lebih (paling) sedikit. Penggunaan metode ini akan menghasilkan satu edisi
teks yang dari segi tekstual hampir seluruhnya mempunyai kesamaan dengan
teks pada naskah landasan. Dari uraian-uraian di depan jelas diketahui adanya
beberapa alternatif metode yang dapat digunakan di dalam penelitian naskah.
Penggunaan salah satu metode tersebut (terutama dalam edisi naskah jamak)

10
baru dapat ditetapkan apabila secara jelas sifat atau karakter setiap naskah
yang dijadikan sumber data penelitian sudah dapat diketahui14

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
14
Robson, S.O. 1978. “Pengkajian Sastra-sastra Tradisional Indonesia” dalam Bahasa dan Sastra Tahun IV No. 6. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

11
Jadi dapat disimpulkan, filologi adalah ilmu yang mempelajari tentang teks dan
juga naskah kuno yang biasanya naskah tersebut ditulis diatas kulit kayu, lontar,
bambu dll. Yang bertujuan untuk menjaga teks asli agar tidak terjadi perubahan dan
meminimalisir kesalahan.

Objek kajian dalam filologi adalah teks dan naskah kuno yang biasa kita sebut
dengan manuskrip. Dalam kajian filologi, kata dan naskah memiliki arti yang berbeda,
menurut ilmu filologi naskah adalah suatu hal yang yang nyata (konkret), sedangkan
makna teks adalah suatu hal yang belum jeelas (abstrak). Dan biasanya yang dijadikan
objek kajian dalam filologi adalah naskah (manuskrip) yang ditulis pada kulit kayu,
bambu, lontar, dan kertas.

Beberapa hubungan filologi dengan ilmu lain diantaranya: Hubungan filologi


dengan Ilmu Sejarah, Ilmu Budaya (Antropologi), Ilmu Bahasa, Ilmu Sastra, dan juga
Ilmu Folklor. Dan metode yang digunakan dalam penelitian filologi antara lain,
metode deskriptif, metode objektif, metode transliterasi, dan metode kritik teks.

B. SARAN

Demikian makalah yang berjudul “PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP


FILOLOGI”, yang penulis buat. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah
terdapat banyak kekeliruan ataupun kesalahan. Maka, kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembacanya. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad, 2019. “Pengantar Filologi”. Semarang: UNDIP Press


Semarang.

12
Baried, Siti Baroroh dkk. 1985. “Pengantar Teori Filologi”. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa

Baried, Siti Baroroh dkk. 1994. “Pengantar Teori Filologi”. Yogyakarta: BPPF
Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada

Hanafi, Ahmad, 2020. “FILOLOGI”. IAIN jember

Kosasih, Ade & Supriatna, Agus,2014. “Pengantar Penelitian Filologi”. Bandung:


CV. Semiotika

Lubis, Nabilah, 1998. “Studi Naskah dan Metode Pelitian Filologi”. Dalam Jurnal
Adabiyah 2

Molen, W. van der, 1981. “Aim and Methods of Javanese Philology” dalam Indonesia
Circle 26: 5-12.

Oman, Fathurahman, 2017. “Filologi Indonesia Teori dan Metode”. Jakarta: Kencana

Reynolds, L.D. dan N.B. Wilson, 1975. Scribes and Scholars, A Guide to the
Transmission of Greek and Latin Literature. Oxford: Clarendon Press.

Ridlo,Abdullah, 2020. “Filologi Sebagai Pendekatan Kajian Keislaman dalam Jurnal


Kajian Keislaman Vol 8, Nomor 1(halaman 202-211) Cilacap: Institut Agama
Islam Imam Ghozali Cilacap

Robson, S.O, 1978. “Pengkajian Sastra-sastra Tradisional Indonesia” dalam Bahasa


dan Sastra Tahun IV No. 6. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.

13

Anda mungkin juga menyukai