Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Perkembangan Filologi

di Kawasan Asia dan Nusantara


Dyah Ayu Sukma Wardhani
(20020074085) / PC 2020
Daftar Isi

Filologi di Naskah-naskah India


Kawasan India

Telaah Filologi
terhadap naskah- Filologi di Kawasan
naskah India Nusantara
Filologi di Kawasan Asia : India
Bangsa India adalah bangsa yang telah berkomunikasi dengan Raja Iskandar Zulkarnain dari Yunani yang
telah mengadakan perjalanan ke India abad ke-3 SM. Ini dibuktikan kebudayaan Gandhara dipengaruhi
kebudayaan Yunani. Kebudayaan Gandara sebagai perpaduan antara kebudayaan Yunani, Hindu, Budha, dan
Jaina. Kebudayaan Gandhara mencapai puncaknya pada zaman Raja Kaniska Kusana 78—100 M. Filsafat
Yunani diduga telah mempengaruhi filsafat India, yaitu pada Nyana dan Waisesika. Doktrin Aristotelles
mempengaruhi silogisme India. Teori atom Empedocles berpengaruh terhadap hukum atom di India.

Sejak abad ke-1 mulai terjadi kontak langsung antara India dan bangsa Cina. Tiga orang musafir Cina:
Fahian, Hiuen-Tsing, I-tsing telah berkunjung ke India. Kontak India dan Persia ditengarai dengan
masuknya Pancatantra, Sukasaptati ke kesusastraan Persia dengan judul Tutinameh. Musyafir Arab-Persi
1030 bernama Alberuni berkunjung ke India untuk mempelajari filsafat, sastra, tatabahasa, kedokteran.
Naskah India paling tua adalah Weda, yang terdiri
atas 4 bagian, yaitu Rigweda, Samaweda,

Naskah-naskah Yajurweda, dan Atarwaweda. Kita Weda ditulis


pada abad ke-6 S.M. Sesudah Weda ditulis pula
kitab suci Brahmana: kitab Arnyaka berisi

India
petunjuk bagi petapa di hutan-hutan dan Upanisad
berisi masalah filsafat yang memikirkan rahasia
dunia. Selain itu ada cerita pahlawan: Mahabarata
dan Ramayana, juga ditemukan karya berbentuk
puisi, seperti Harsacarita, berbentuk fabel:
Pancatantra, Sukasaptati, dan Hitopadesa.
Telaah Filologi terhadap naskah-naskah India
Naskah-naskah India yang berisi berbagai aspek kebudayaan baru mulai ditelaah semenjak
kedatangan bangsa Barat, ialah setelah ditemukan jalan laut ke India oleh Vasco da Gama tahun
1498. Mereka menemukan kebudayaan India sebagai hasil telaahnya terhadap naskah India. Mula-
mula mereka mengenal bahasa daerah seperti bahasa Gujarati dan Bangali, pada awal abad ke-19
mengetahui bahasa Sansekerta. Dan pada akhir menemukan kitab Weda. Hasil kajian filologi
terhadap naskah tersebut dipublikasikan seorang bernama Abraham Roger berjudul Open Door to
Hidden Heathendom tahun 1651. Tata bahasa Sansekerta mula-mula ditulis oleh Hanxleden
pendeta berbangsa Jerman, dalam bahasa Latin.
Filologi di Kawasan Nusantara
Nusantara sejak kurun waktu yang lama memiliki peradaban yang tinggi dan
mewariskan kebudayaannya kepada anak keturunannya melalui berbagai media, antara
lain media tulisan yang berupa naskah-naskah. Kekayaan Nusantara akan naskah-
naskah lama dibuktikan dengan jumlah koleksinya yang dewasa ini terdapat di
berbagai pusat studi kebudayaan Timur pada umumnya.

1. Naskah Nusantara dan Para Pedagang Barat

2. Telaan Naskah Nusantara Oleh Para Penginjil

3. Kegiatan filologi terhadap naskah Nusantara


1. Naskah Nusantara dan Para Pedagang Barat
Hasrat mengkaji naskah-naskah Nusantara mulai timbul pada abad ke-16 dengan kehadiran bangsa
Barat. Yang pertama kali mengetahui adanya naskah-naskah lama adalah para pedagang. Kemudian
mereka menjadikannya sebagai barang dagangan karena dinilai mendatangkan untung besar seperti
ramainya perdagangan naskah kuno di Eropa dan sekitar Laut Tengah.

Para pedagang tersebut mengumpulkan naskah-naskah itu dari perorangan dan tempat lain yang
memiliki koleksi seperti pesantren dan kuil-kuil. Dan membawanya ke Eropa untuk dijual kepada
perorangan maupun lembaga koleksi naskah kuno. Seseorang yang dikenal begerak dalam perdagangan
naskah kuno adalah Peter Floris atau Peter Willemsz van el Binck yang pernah tinggal di Aceh pada
tahun 1604.
Kumpulan naskah Elbinck kemudian dijual kepada Erpenius dari Leiden (1548-1624). Karena Erpenius tidak
berminat mengkaji naskah Nusantara, pada tahun 1632 naskah-naskah tersebut jatuh ke perpustakaan
Universitas Oxford. Nama lain yang dikenal menerima naskah nusantara dari pedagang adalah Edward
Pococke dan William Laud.

Dalam hal ini, Frederick de Houtman, saudara laki-laki Cornelis de Houtman yang minatnya terhadap
kebudayaan nusantara telah dibuktikan dalam bukunya yang berjudul Spraeck ende Woordboeck, inde
Maleysche ende Madagaskarsche Talen (terbit tahun 1603) yang banyak menarik perhatian bangsa Eropa
hingga diterjemahkan dalam bahasa Latin, Inggris dan Perancis. Kemahirannya dalam bahasa Melayu diduga
karena membaca dan mempelajari naskah Melayu dan karena pada masa VOC bahasa nusantara hanya
dipelajari sebatas bahasa Melayu.

Peranan para saudagar sebagai pengamat bahasa, melalui pembacaan naskah-naskah dilanjutkan oleh para
penginjil yang oleh VOC dikirim ke Nusantara dalam jumlah besar selama dua abad pertama.
2. Telaah Naskah Nusantara oleh Para Penginjil

a) Pada tahun 1629 diterbitkan terjemahan Alkitab pertama dalam bahasa Melayu
oleh a) Albert Cornelisz Ruyl, berjudul Het Nieuwe Testament in Nederduyts ende
Malays, na de Grieckscher waarheyt Overgeset-Jang Testamentum Baru Bersalin
kepada Bassa Hulanda dan bassa Malaju, seperti jang Adillan Bassa Gregu,
penerbit Jan Jacobsz, Palenstein.

b) Dr. Melchior Leijdecker (1645-1701) dengan terjemahan Beibel dalam bahasa


Melayu. Karyanya dilanjutkan Petrus van den Vorm (1664-1731)

c) Tahun 1726 pendeta Francois Valentijn menulis ensiklopedi Oud en Nieuw Oost
Indien, Vervattende een Naukkenige en Uitvoerige Verhadelinge van Nederlandse
Mogentheyd in die Gewesten.
d) G.H. Werndly tulisannya berjudul Maleische Spraakkunst dilampiri 69
naskah. Penginjil berikutnya adalah Zending, Bijbelgenootschap, dan G.
Bruckner ke Indonesia 1814. G. Bruckner menerbitkan kamus dengan judul
Een Klein Woordenboek der Hollandsche, Engelsche en avaaansche Talen.
NBG (Nederlandshe Bejbelgenootschaap) sanggup menerbitkan karya G.
Bruckner.

e) Tahun 1824 J.V.C. Gericke dikirim NBG mengajarkan bahasa Jawa kepada
pegawai Belanda. NBG mengirim untuk mendalami bahasa-bahasa daerah,
yaitu A. Hardeland (bahasa Dayak), H.N. Van Der Tuuk (bahasa Bal), B.F.
Matthes (bahasa Bugis dan Makasar), G.J. Grashuis, D. Koorders, S. Coolsma
(bahasa Sunda), dan L.E. Denninger (bahasa Nias). N. Adriani dan Kruijt
menelaah sastra lisan Toraja.
3. Kegiatan Filologi terhadap Nusantara
Kegiatan tenaga penginjil dari NBC dengan bekal ilmu pengetahuan
linguistik dalam meneliti dan mempelajari naskah dari berbagai daerah
untuk tujuan mengenal bahasanya guna kepentingan penyiaran dan
penerjemahan alkitab. Kajian ahli filologi terhadap naskah naskah
nusantara bertujuan untuk menyunting, membahas dan menganalisis
isinya. Hasil suntingan awal salah huruf Jawa, huruf pegon atau huruf jawi
dengan disertai penganjar atau pendahuluan singkat tanpa analisis isinya
dengan metode intuitif atau diplomatik.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai