Anda di halaman 1dari 6

DOA

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh

mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci

tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk

remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

di pintuMu aku mengetuk


aku tidak bisa berpaling

A. Analisis Unsur Fisik Puisi "Do’a" Karya Chairil Anwar

1. Tipografi

Tipografi disebut juga perwajahan puisi, yaitu penampilan puisi yang dapat dilihat dari kata-
kata, cara penulisan, serta pengaturan barisnya. 

Perwajahan pada Puisi "Do’a" Karya Chairil Anwar ini cukup menarik pembaca. Ditulis
dengan model rata kiri, dimana bagian kanannya nampak tidak teratur. Penulisan tiap baris
pada puisi ini disusun oleh beberapa kata saja sehingga memunculkan kesan sebagai puisi
yang singkat dan indah. Selain itu, terdapat juga penulisan baris puisi yang terdiri dari satu
kata saja. 

Secara garis besar, penulisan baris-baris dalam puisi ini tidak panjang-panjang, melainkan
pendek. Selain itu, tidak setiap baris puisi diawali dengan huruf kapital. Beberapa baris
diawali dengan huruf kapital sedangkan lainnya diawali dengan huruf kecil.

2. Diksi

Diksi yang digunakan penyair adalah kata-kata yang bernada ragu, lemah, bimbang, dan
rapuh. Sebagai contoh pengarang menggunakan kata-kata “Dalam termenung”, “Biar susah
sungguh”, “penuh seluruh”, “lilin”, “Aku hilang bentuk”, dan “Remuk”.

Kata-kata “Biar susah sungguh” dapat diartikan bahwa penyair sedang berada dalam kondisi
yang susah yang teramat dalam. Kemudian kata-kata “penuh seluruh” adalah dua kata yang
bermakna sama tetapi disampaikan secara bersamaan. Hal ini menunjukkan bahwa penyair
yang menuliskannya sedemikian rupa untuk menunjukkan bahwa dirinya benar-benar dalam
kondisi yang sangat membutuhkan Tuhannya dengan segenap jiwa raga sepenuhnya atau
secara totalitas.
Selanjutnya, penggunaan kata “lilin” pada baris “Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi”. Kata
“lilin” dapat diartikan sebagai cahaya kecil yang berfungsi sebagai penerangan. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun penyair berada dalam kondisi yang teramat susah, namun
masih ada secercah harapan dalam jiwanya meskipun hanya kecil ibarat seperti lilin.

Kemudian penggunaan kata-kata “Aku hilang bentuk”. Kata-kata ini dapat diartikan sebagai
keadaan yang sangat dan teramat terpuruk. Dengan begitu, penyair menggambarkan bahwa
dirinya sedang mengalami keadaan yang luar biasa terpuruk, yaitu tidak seperti kondisi pada
umumnya. Penulis telah terpuruk, hancur, atau terjerumus terlalu dalam pada kesesatan yang
akhirnya mengakibatkan dirinya hancur. Begitu juga penggunaan kata “Remuk” yang dapat
diartikan sebagai keadaan yang benar-benar tidak berbentuk. Ini untuk menguatkan kata-kata
sebelumnya dan menunjukkan secara serius bahwa kondisi penyair sungguh tidak berharga
lagi.

3. Imaji

Imaji dapat diartikan sebagai kata-kata yang mewakili pengalaman indrawi, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji yang muncul dalam puisi ini diantaranya
adalah imaji penglihatan, imaji pendengaran, dan imaji sentuh atau rasa.

Imaji penglihatan dapat ditemukan dalam kata-kata “tinggal kerdip lilin di kelam sunyi”.
Penyair mengajak pembaca melihat seberkas cahaya kecil walau hanya sebuah
perumpamaan. Sedangkan imaji pendengaran, seperti tertulis pada kata-kata “aku masih
menyebut namaMu”. Pembaca diajak seolah-plah mendengar ucapan tokoh aku dalam
menyebut nama Tuhan . Selanjutnya, imaji sentuh atau rasa terdapat pada kata-kata “cahaya-
mu panas suci”. Penyair menyampaikan kepada pembaca nikmatnya sinar suci Tuhan
sehingga pembaca seolah-olah merasakannya.

4. Kata Konkrit
Kata kongkrit bisa diartikan sebagai kata-kata yang dapat ditangkap menggunakan indera
manusia dan memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata kongkrit berhubungan dengan
kiasan atau lambang.

Kata-kata konkrit dalam puisi Do’a karya Chairil Anwar ini dapat terlihat pada penggunaan
kata “termangu”, “Tinggal kerdip lilin dikelam sunyi”, kata-kata “aku hilang bentuk/remuk”,
dan “dipintumu aku mengetuk, aku tidak bisa berpaling”.

Penggunaan kata “termangu” dapat diartikan untuk mengkonkritkan bahwa penyair


mengalami krisis iman yang membuatnya sering ragu terhadap Tuhan. Penggunaan kata-kata
“tinggal kerdip lilin dikelam sunyi” untuk mengkonkritkan bahwa penyair mengalami krisis
iman. Sedangkan penggunaan kata-kata “aku hilang bentuk/remuk”, untuk mengkonkritkan
gambaran bahwa penyair telah dilumuri dosa-dosa. Selain itu, kata-kata “Di pintumu aku
mengetuk, aku tidak bisa berpaling” digunakan untuk mengkonkritkan bahwa tekad penyair
yang bulat untuk kembali ke jalan Tuhan”.

5. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dapat juga diartikan sebagai bahasa figuratif, bahasa kiasan, atau majas. Gaya
bahasa merupakan cara berbahasa yang dapat menghidupkan / meningkatkan efek tertentu
atau menimbulkan konotasi tertentu. Gaya Bahasa menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Baca juga pada Pengertian
Majas dan Jenis-Jenis Majas Lengkap dengan Contohnya. 

Gaya bahasa yang muncul pada puisi Do’a karya Chairil Anwar ini didominasi oleh majas
hiperbola, yaitu melebih-lebihkan. Sebagai contoh kata-kata “Biar susah sungguh / mengingat
kau penuh seluruh” atau kata-kata “Tuhanku / aku hlang bentuk / remuk”. Kata-kata tersebut
meningkatkan efek atau menimbulkan makna konotasi tertentu, yaitu sangat dan teramat
parah (berlebihan).

6. Verifikasi
Verifikasi dalam puisi berarti menyangkut masalah rima, ritme, dan metrum. Rima adalah
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup.
Ritme (ritma; irama) adalah alunan yg terjadi karena perulangan dan pergantian kesatuan
bunyi dalam arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada.
Metrum adalah ukuran irama yang ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku kata
dalam setiap baris; pergantian naik turun suara secara teratur, dengan pembagian suku kata
yang ditentukan oleh golongan sintaksis.

Untuk rima akhir pada puisi Do’a karya Chairil Anwar ini mempunyai pola yang tidak
beraturan. Sebagai contoh, bait ke-1 hanya terdiri satu baris yang berarti mempunyai rima
akhir a. untuk bait ke-2 terdiri dari tiga baris dengan rima akhir a-a-a. Begitu pula untuk bait
ke-3 dan ke-4 mempunyai rima akhir a-a, a-a. Untuk bait-bait salanjutnya tidak menentu rima
akhirnya.

B. Analisis Unsur Batin Puisi "Do’a" Karya Chairil Anwar

1. Tema (sense)

Tema adalah pokok pikiran sebuah karya. Puisi yang berjudul “Do’a” ini memiliki tema
ketuhanan. Hal ini dapat didasarkan pada diksi yang digunakan yaitu sangat kental dengan
kata-kata yang bermakna ketuhanan. Seperti penggunaan kata-kata “Tuhanku / Dalam
termangu / Aku masih menyebut nama-Mu”. Kata-kata tersebut menggambarkan hubungan
antara hamba dengan Tuhannya. Selanjutnya, penggunaan kata “masih” dapat diartikan untuk
menggambarkan keadaan seorang hamba yang akan selalu mengingat Tuhannya dalam
keadaan apapun. Selain itu, penggunaan kata-kata “Tuhanku / Di pintu-Mu aku mengetuk”.
Kata-kata ini menggambarkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya dimana hamba
tersebut ingin kembali di jalan Tuhannya atau bertaubat.
2. Rasa (feeling)

Rasa adalah sikap seorang penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Perasaan atau suasana dalam puisi karya Chairil Anwar ini adalah menyedihkan dan
mengharukan. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain “termenung,
menyebut nama-Mu, aku hilang bentuk, remuk, aku tak bisa berpaling. Penggunaan kata-kata
“dalam termangu aku masih menyebut nama-Mu” menunjukkan bahwa penulis termenung
memikirkan perbuatan salahnya dan benar benar menyesal atas apa yang telah ia perbuat.
Kemudian penggunaan kata-kata “Di pintu-Mu aku mengetuk” ini adalah bukti suasana yang
mengharukan karena menunjukkan penyesalan penulis dan rasa ingin bertaubat dengan
sungguh-sungguh.

3. Nada (tone)

Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya yang dapat berupa menggurui, mendikte,
bekerja sama, mengajak, menyerahkan masalah, sombong, menganggap bodoh, dan lain-lain.
Nada dalam puisi tersebut adalah mengajak (ajakan) agar pembaca menyadari bahwa hidup
ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan.

4. Amanat

Amanat yang dapat kita ambil dari puisi tersebut diantaranya adalah agar kita (pembaca) bisa
menghayati hidup karena sebagai seorang manusia kita tidak luput dari kesalahan, namun
walaupun begitu kita harus menyadari kesalahan kita dan segera bertaubat agar menjadi lebih
dekat dengan Tuhan. 

Anda mungkin juga menyukai