Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH SASTRA INDONESIA DAN SASTRA EMBRIONAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sejarah Sastra yang diampu oleh :

Dr. Drs. Hartono M.Hum.

Disusun Oleh :

Ema Rindy Cahya Astuti

Wisnu Wicaksono

Hani Latifah

Haikal Novendra Alfan Zani

Sinta Agustina Wismardhani

PBSI B

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2019
A. PENGERTIAN SASTRA INDONESIA
Sastra Indonesia secara sederhana berarti sastra yang berbahasa Indonesia, sedangkan
hasilnya adalah sekian banyak puisi, cerpen, novel, roman, dan naskah drama. Akan
tetapi definisi yang singkat itu dapat didebat dengan pendapat yang mengatakan bahwa
sastra Indonesia adalah keseluruhan sastra yang berkembang di Indonesia selama ini.
Pemakaian istilah sastra Indonesia sendiri tidak sama di tangan para ahli. Teeuw
menggunakan istilah baru dalam sastra Indonesia. Sedangkan, H. B. Jassin menggunakan
istilah modern. Penggunaan istilah yang berbeda ini boleh saja dianggap tidak penting
bagi mereka yang berada di lingkungan pengetahuan umum, tetapi harus dipandang
penting bagi mereka yang berada di wilayah ilmu sastra Indonesia.
Kesimpulannya, istilah sastra Indonesia berarti sastra (kesusastraan) berbahasa
Indonesia yang lahir atau tumbuh sejak awal abad ke 20 dan selanjutnya berkembang
marak bersama sastra daerah. Adapun hasilnya berupa puisi, novel, cerpen, dan naskah
drama.

B. SEJARAH SASTRA INDONESIA


Peradaban manusia tidak dapat lepas dari budaya dan seni. Hal ini dibuktikan atas
peninggalan catatan manusia dalam bentuk tulisan. Pada awalnya, tulisan ini hanya
dipergunakan dalam ritual keagamaan dan dokumentasi hal-hal penting.
Namun dalam perkembangan lebih lanjut, tulisan juga dijadikan sebuah seni yang
memiliki teknik serta gayanya sendiri. Seperti kitab kesusastraan dan seni menulis indah
yang disebut kaligrafi.
Di Indonesia budaya tulis-menulis baru dimulai sejak abad Ke IV masehi, ditemukan
bukti pertama catatan yang dituliskan pada prasasti Yupa.[3] Kemampuan manusia
membuat catatan tertulis terus berkembang hingga masuknya agama Islam dengan aksara
arab, serta aksara latin yang dibawa bangsa Eropa di nusantara. Perkembangan sastra
Indonesia sendiri, baru dimulai sejak periode angkatan Balai Pustaka di tahun 1920.
Momen ini dijadikan pula sebagai tonggak awal penulisan sastra modern Indonesia.

 Priode-Priode Sastra Indonesia


Sejarah sastra di Indonesia dibagi menjadi beberapa periode sesuai dengan
perubahan momentum sosial dan politik di Indonesia Meskipun banyak ahli yang
mengatakan pembagian periodisasi sastra di Indonesia dimulai sejak masa Balai
Pustaka di tahun 1920. Menuru pendapat Simomangkir Simanjuntak yang
berpendapat sejarah sastra dimulai sejak Indonesia memasuki masa sejarah atau
masa ketika tulisan baru dikenal.
1. Masa Prakolonial
a. Masa Hindu-Budha (abad IV sampai XIV masehi)
Periodisasi dimulai sejak ditemukannya catatan tertulis pada abad IV
dalam prasasti Yupa. Ketika masa itu, tulisan mengadopsi bahasa
Sansekerta dan huruf Palawa dari India. Bahasa dan tulisan tersebut, dibawa
oleh kaum brahmana yang dimaksudkan untuk kegiatan ritual keagamaan.
Namun tidak hanya sebatas itu, para pujangga nusantara mulai
mengembangkan kemampuan mereka dalam kesusastraan. Tercatat di masa
Kerajaan Kediri Jawa Timur, tergubahlah kitab epik Baratayudha versi
bahasa Jawa yang dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Arjuna
Wiwaha karya Mpu Kanwa, dan diteruskan lagi di masa Kerajaan
Majapahit dengan mahakarya kitab Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca
serta kitab Sutasoma oleh Mpu Tantular
b. Masa Kesultanan Islam (Abad XIV sampai XVII)
Pada awalnya, kisah-kisah yang beredar terkait dengan cerita para
nabi, Rasulullah Muhammad SAW, sunan, wali, atau orang suci lainnya.
Namun kesusastraan yang bernafaskan Islam ini terus berkembang hingga
ke kehidupan yang berlatarbelakangkan nusantara seperti suluk Wujil
karangan Sunan Bonang. Menceritakan wejangan-wejangan Sunan Bonang
kepada Wujil, seorang cebol yang terpelajar mantan abdi dalem keraton
Majapahit
2. Masa kolonial Belanda.
a. Pujangga Melayu Lama (Sebelum abad XX)
Karya sastra didominasi oleh Syair, gurindam, pantun, dan hikayat. Isi
cerita berkisah sejarah dan moral. Ciri utama masa ini adalah anonim atau
tak ada nama pengarang. Berkembang di daerah sumatra seperti Riau,
Sumatra Barat, dan Sumatra Utara. Contoh yang terkenal adalah Hikayat
Bayan Budiman dan syair Ken Tambunan,
b. Pujangga Balai Pustaka (1920–1950)
Masa ini ditandai dengan berdirinya penerbit Balai Pustaka yang
dimaksudkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk mengatur
karya beredar. Karya-karya yang dihasilkan kebanyakan berupa roman dan
novel. Tersebutlah beberapa karya besar seperti Azab dan Sengsara karya
Merari Siregar, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, dan Siti
Nurbaya karya Marah Roesli.
c. Pujangga Baru (1930 – 1942)
Pujangga baru merupakan bentuk reaksi dari penerbit Balai Pustaka
yang dinilai terlalu ketat dalam melakukan penyensoran, terutama pada
karya-karya yang mengandung unsur nasionalisme. Cerita didominasi oleh
ide-ide pembangunan masyarakat menuju jiwa nasionalisme untuk
merdeka. Karya-karya besar di masa ini antara lain Layar terkembang dari
Sutan Takdir Alisjahbana dan Belenggu karya Armijn Pane.
3. Masa pascakolonial.
a. Angkatan 45
Esensi sastra masa ini diilhami oleh keadaan sosial politik revolusi
mempertahankan kemerdekaan. Bentuk-bentuk karya yang banyak
dihasilkan berupa puisi dan syair pembangkit semangat nasionalisme. Di
antara dari para pujangga masa ini adalah Chairil Anwar dengan karyanya
Kerikil Tajam.
b. Angkatan 50-an
Ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Yasin,
bentuk karya masa ini didominasi oleh cerpen dan kumpulan puisi. Cerita
beraliran realis sosialis yang diilhami oleh isu komunisme. NH. Dini
dengan Dua Dunia dan AA Nafis dengan kumpulan cerpen Rubuhnya
Surau Kami adalah dua di antaranya
c. Angkatan 66-70
Masa ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horizon . Banyak
aliran yang berkembang seperti surrealis dan absurd. Pujangga yang
terkenal di antaranya Sapardi Djoko Damono dengan kumpulan sajak
Perahu Kertas
d. Dasawarsa 80-an
Di masa ini, karya yang beredar berkisah sekitar romantisme dan cinta.
Mulai muncul novel-novel populer dengan cerita ringan yang mudah
dipahami. Sebut saja novel Karmila karya Marga T dan Yudhistira
Ardinugraha dengan novel Arjuna Mencari Cinta.
e. Masa Reformasi 1998
Reformasi struktur ketatanegaraan dalam aspek politik, sosial, dan
ekonomi, telah memberikan angin segar bagi perkembangan sastra
Indonesia. Muncul banyak penulis baru dengan novel, cerpen, puisi, dan
esei yang beragam tema. Kebebasan mengemukakan pendapat memberikan
daya kreativitas dalam isi cerita. Contoh yang jelas terdapat dalam novel
Saman (membahas masalah seks )karya Ayu Utami. Ciri penulisan yang
bebas dan terbuka, menjadi salah satu keunikan karya-karya di masa ini.
Sastrawan Angkatan Reformasi (2000), seiring terjadinya pergeseran
kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman
Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang
Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan
maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema
sosial-politik, khususnya seputar Reformasi. Di rubrik sastra Harian
Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak
peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak
dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema
sosial-politik.Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial
dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya
Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak
melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel
pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema
sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda
dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.

KARYA-KARYA SASTRA INDONESIA DARI MASA KE MASA

 Karya Sastra Pujangga Lama


Sejarah Melayu (Malay Annals), Hikayat Abdullah, Hikayat Aceh, Hikayat Amir
Hamzah, Hikayat Andaken Penurat, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Djahidin,
Hikayat Hang Tuah, Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Kadirun, Hikayat Kalila
dan Damina, Hikayat Masydulhak, Hikayat Pandawa Jaya, Hikayat Pandja Tanderan,
Hikayat Putri Djohar Manikam, Hikayat Sri Rama, Hikayat Tjendera Hasan, Tsahibul
Hikayat, Syair Raja Mambang Jauhari, Syair Raja Siak, Syarab al-‘Asyiqin (Minuman
Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri, Asrar al-‘Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik)
oleh Hamzah Fansuri, Nur ad-Daqa’iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh
Syamsuddin Pasai, Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri.

 Karya Sastra Melayu Lama


Robinson Crusoe (terjemahan), Lawan-lawan Merah, Mengelilingi Bumi dalam 80
hari (terjemahan), Graaf de Monte Cristo (terjemahan), Kapten Flamberger
(terjemahan), Rocambole (terjemahan), Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo), Bunga
Rampai oleh A.F van Dewall, Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe, Kisah Pelayaran
ke Pulau Kalimantan.

 Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka


Azab dan Sengsara (1920), Binasa kerna Gadis Priangan (1931), Cinta dan Hawa
Nafsu, Siti Nurbaya (1922), La Hami (1924), Anak dan Kemenakan.

 Karya Sastra Pujangga Baru


Dian Tak Kunjung Padam (1932), Tebaran Mega – kumpulan sajak (1935), Layar
Terkembang (1936), Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940), Di Bawah
Lindungan Ka’bah (1938), Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939), Tuan Direktur
(1950), Didalam Lembah Kehidoepan (1940)

 Karya Sastra Angkatan 1945


Kerikil Tajam (1949), Deru Campur Debu (1949), Tiga Menguak Takdir (1950), Dari
Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948), Aki (1949), Perempuan dan Kebangsaan,
Atheis (1949), Katahati dan Perbuatan (1952), Suling (drama) (1948), Tambera
(1949), Awal dan Mira – drama satu babak (1962), Kasih Ta’ Terlarai (1961),
Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957).

 Karya Sastra Angkatan 1950 – 1960-an


Kranji dan Bekasi Jatuh (1947), Bukan Pasar Malam (1951), Di Tepi Kali Bekasi
(1951), Keluarga Gerilya (1951), Mereka yang Dilumpuhkan (1951), Perburuan
(1950), Cerita dari Blora (1952), Gadis Pantai (1965), Dua Dunia (1950), Hati jang
Damai (1960), Dalam Sadjak (1950), Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara
(1954), Pertempuran dan Saldju di Paris (1956), Surat Kertas Hidjau: kumpulan
sadjak (1953), Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)

 Karya Sastra Angkatan 1966

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia,Tirani dan Benteng, Buku Tamu Musim
Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit.

 Karya Sastra Angkatan 1980

Ladang Hijau (1980), Sajak Penari (1990), Sebelum Tertawa Dilarang (1997),
Fragmen-fragmen Kekalahan (1997), Sembahyang Rumputan (1997), Burung-burung
Manyar (1981), Bako (1983), Dendang (1988), Olenka (1983), Rafilus (1988), Anak
Bajang Menggiring Angin (1984), Canting (1986), Lupus – 28 novel (1986-2007),
Lupus Kecil – 13 novel (1989-2003), Olga Sepatu Roda (1992), Lupus ABG – 11
novel (1995-2005), Nyanyian Gaduh (1987), Matahari yang Mengalir (1990),
Kepompong Sunyi (1993), Nikah Ilalang (1995), Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999),
Segi Empat Patah Sisi (1990), Segi Tiga Lepas Kaki (1991), Ben (1992), Kemilau
Cahaya dan Perempuan Buta (1999), Ca Bau Kan (1999), Kerudung Merah Kirmizi
(2002).

 Karya Sastra Angkatan Reformasi

Puisi Pelo

 Karya Sastra Angkatan 2000

Saman (1998), Larung (2001), Atas Nama Malam, Sepotong Senja untuk Pacarku,
Biola Tak Berdawai, Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001),
Supernova 2.1: Akar (2002), Supernova 2.2: Petir (2004), Ayat-Ayat Cinta (2004),
Diatas Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona
Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007),
Dalam Mihrab Cinta (2007), Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor
(2007), Maryamah Karpov (2008).

Anda mungkin juga menyukai