Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ita Ayesfi

Npm: 2088201066
MK: Sanggar Bahasa dan Sastra

1. Pengertian Sanggar
2. Pengertian Bahasa
3. Pengertian Sastra
4. Pengertian Sastra Lisan
5. Pengertian Sastra Tulisan
6. Konsep keterhubungan antara sanggar bahasa dan sastra

Jawab
1. Pengertian Sanggar
Sanggar adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau
sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan.
Selama ini suatu tempat dengan nama “sanggar” biasa digunakan untuk kegiatan
sebagai berikut:
1) Sanggar ibadah: tempat untuk beribadah biasanya di halaman belakang rumah
(tradisi masyarakat Jawa zaman dulu).
2) Sanggar seni: tempat untuk belajar seni (lukis, tari, teater, musik,
kriya/kerajinan dll).
3) Sanggar kerja: tempat untuk bertukar fikiran tentang suatu pekerjaan.
4) Sanggar anak: tempat untuk anak-anak belajar suatu hal tertentu di luar
kegiatan sekolah, dll.

Selain sanggar ada juga yang namanya kursus. Sanggar dan kursus adalah sama-sama
merupakan lembaga pelatihan dan keduanya termasuk kedalam jenis pendidikan
nonformal, tetapi antara sanggar dan kursus memiliki perbedaan, adapun perbedaan
tersebut adalah:

 Kursus biasanya hanya mencakup proses pembelajaran atau kegiatan belajar


mengajar, sedangkan sanggar mencakup seluruh proses dari awal hingga akhir
yaitu mencakup proses pengenalan (biasanya melalui workshop/pelatihan
singkat), pembelajaran, penciptaan atau membuat karya, dan produksi.
Contoh: pembelajaran melukis, membuat karya lukis kemudian pameran,
penjualan/pelelangan semua dilakukan di dalam sanggar. Untuk sertifikat
sebagian besar sanggar biasanya tidak memberikan sertifikat, kecuali pada
sanggar-sanggar tertentu yang memang memiliki program untuk memberikan
sertifikat pada peserta didiknya.

 Kursus biasanya menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dalam waktu


singkat (kursus menjahit, selama 3 bulan/ 50 jam) jadi pesrta pelatihan dalam
lembaga kursus tersebut hanya menjadi anggota selama 3 bulan saja, setelah
itu peserta mendapat sertifikat dan keanggotaan kursus berakhir, sedangkan
pada sanggar seni memiliki masa keanggotaan lebih lama bahkan terkesan
tidak ada batas waktu keanggotaan.

2. Pengertian Bahasa
Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kemampuan yang dimiliki
manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya
kata dan gerakan. Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik. Semua bahasa
bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna
tertentu.
Perkiraan jumlah bahasa di dunia beragam antara 6.000–7.000 bahasa. Namun,
perkiraan tepatnya bergantung pada suatu perubahan sembarang yang mungkin terjadi
antara bahasa dan dialek.
Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tetapi setiap bahasa dapat
disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau taktil,
sebagai contohnya, tulisan grafis, braille, atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia
bersifat independen terhadap modalitas. Sebagai konsep umum, “bahasa” bisa
mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat mempelajari dan menggunakan
sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang
membentuk sistem tersebut atau sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari
aturan-aturan tersebut. Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk
menghubungkan isyarat dengan makna tertentu.
Bahasa lisan dan bahasa isyarat memiliki sebuah sistem fonologis yang mengatur
bagaimana simbol digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau
morfem, dan suatu sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata dan morfem
digabungkan untuk membentuk frasa dan penyebutan.

3. Pengertian Sastra
Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan
berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam bentuk yang
imajinatif, cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis
melalui media bahasa.
Pengertian di atas diperkuat oleh Sumardjo & Saini (1997: 3) yang berpendapat
bahwa Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang
membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Mengapa bentuknya dapat berupa imajinasi atau justru data real secara
bersamaan? Karena terdapat jenis Sastra non-imajinatif atau non-fiksi. Kategori ini
mengambil data real berupa berita atau sejarah, lalu mengemasnya dalam tulisan
estetis agar lebih menggugah pembacanya.
Pengertian sastra secara umum adalah bentuk suatu karya yang sangat indah baik
itu tulisan atau lisan. Pengertian asal mula Sastra adalah merupakan sebuah kata
serapan dari bahasa sangsakerta yaitu Sastra yang memiliki arti “teks yang
mengandung instruksi” atau Pedoman, arti dari ‘Sas’ yang memiliki arti instruksi
atau berupa ajaran dan arti dari ‘tra’ yang memiliki arti alat atau sarana. Di dalam kata
bahasa indonesia di gunakan menuju ke bahasa kesusastraan atau jenis tulisan yang
terdapat makna tertentu atau meiliki keindahan tertentu.
Sastra di bagi menjadi dua bagian yaitu prosa dan puisi. Prosa merupakan sebuah
karya sastra yang tidak terikat. Puisi merupakan sebuah karya sastra yang memiliki
ikatan dengan kaidah ataupun aturan tertentu. Contoh sastra prosa diantaranya adalah
Novel, Cerita atau Cerpen, dan Drama. Contoh sastra puisi diantaranya adalah Puisi,
Pantun, dan juga Syair.

4. Pengertian Sastra lisan


Sastra lisan atau sastra rakyat adalah karya sastra dalam bentuk ujaran (lisan), tetapi
sastra itu sendiri berkutat di bidang tulisan. Sastra lisan membentuk komponen
budaya yang lebih mendasar, tetapi memiliki sifat-sifat sastra pada umumnya.
Cendekiawan Uganda Pio Zirimu memperkenalkan kata orature untuk menghindari
oksimoron, namun sastra lisan (oral literature) masih sering digunakan di lingkup
akademik dan masyarakat.

5. Pengertian Sastra Tulisan


Sastra tulisan (written literature)yaitu sastra yang menggunakan media tulisan atau
literal. Menurut Sulastin Sutrisno (1985) awal sejarah sastra tulis melayu bisa dirunut
sejak abad ke-7 M. Berdasarkan penemuan prasasti bertuliskan huruf Pallawa
peninggalan kerajaan Sriwijawa di Kedukan Bukit (683) Talang Tuo (684) Kota
Kapur (686) dan Karang Berahi (686). Walaupun tulisan pada prasasti-prasati tersebut
masih pendek-pendek, tetapi prasasti-prasasti yang merupakan benda peninggalan
sejarah itu dapat disebut sebagai cikal bakal lahirnya tradisi menulis atau sebuah
bahasa yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Sastra tulis dianggap sebagai ciri sastra modern karena bahasa tulisan dianggap
sebagai refleksi peradaban masyarakat yang lebih maju. Menurut Ayu Sutarto (2004)
dan Daniel Dakhidae (1996) tradisi sastra lisan menjadi penghambat bagi kemajuan
bangsa. Maka, tradisi lisan harus diubah menjadi tradisi menulis. Karena budaya tulis-
menulis selalu identik dengan kemajuan peradaban keilmuan. Pendapat ini mungkin
tidak keliru. Tapi, bukan berarti kita dengan begitu saja mengabaikan atau bahkan
meninggalkan tradisi sastra lisan yang sudah mengakar dan menjadi identitas kultural
masing-masing suku dan daerah di seluruh kepulauan Indonesia.

 Kedudukan Sastra Lisan dan Sastra Tulisan


Sejatinya baik sastra lisan maupun tulisan masing-masing mempunyai kedudukan
yang sama-sama penting dalam perkembangan sastra di Indonesia. Walaupun pada
kenyataannya sastra lisan sering kali dianggap sudah tidak relevan lagi dengan
perkembangan zaman. Tapi, seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa sastra
lisan mempunyai akar yang berkaitan erat dengan sejarah bangsa Indonedia baik
aspek sosio-kultural, moral, religi hingga aspek politik.

Jadi, pada dasarnya dua bentuk sastra ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain
sebagaimana dalam konsepsi A. Theeuw (1983) bahwa dari segi sejarah maupun
tipologi adalah tidak baik jika dilakukan pemisahan antara sastra lisan dan sastra tulis.
Keduanya harus dipandang sebagai kesatuan dan keseluruhan sehingga tidak boleh
lebih mengutamakan satu dari pada yang lain. Sebaliknya, dua jenis karya sastra ini
seyogianya saling mendukung dan melengkapi untuk lebih memperkaya khazanah
kesusastraan bangsa. Karena pada hakikatnya sastra lisan merupakan sumber utama
bagi penciptaan sastra tulisan sebagaimana sastra lama merupakan penunjang lahirnya
sastra modern. (penulis: anonim)

6. Konsep keterhubungan antara sanggar, bahasa dan sastra


Sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah kegiatan yang mempelajari, mengkaji,
memproduksi, dan mengkreasikan bahasa dan sastra Indonesia dalam berbagai ragam
dan tujuan. Kegiatan yang berkaitan dengan bahasa Indonesia misalnya majalah
sekolah, majalah dinding, penyuntingan bahasa, kepewaraan, dan pidato. Kegiatan
yang berkaitan dengan sastra Indonesia misalnya apresiasi puisi, apresiasi cerpen,
drama radio, dan drama panggung.
Secara garis besar, fungsi sanggar bahasa dan sastra Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi dua fungsi:
1). Sosial
Sanggar bahasa dan sastra Indonesia berfungsi sosial: (a) menjadi alat pemersatu
warga sekolah, (b) alat berkomunikasi, (c) alat edukatif.
2). personal atau individual.
Dalam kaitannya dengan fungsi personal individual, sanggar bahasa dan sastra
Indonesia berfungsi ekspresif, regulatori, referensial, heuristik, estetik, dan kreatif.

Ada berbagai tujuan sanggar bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan ini meliputi
aspek kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). Tujuan
ini dibedakan atas jangka pendek dan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah membina siswa
dan guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan aktif dalam mengelola
kegiatan bahasa Indonesia, misalnya majalah sekolah, majalah dinding, penyuntingan,
kepewaraan, dan pidato. Selain itu, sanggar bahasa dan sastra Indonesia bertujuan
untuk membina siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan
aktif dalam mengelola kegiatan sastra Indonesia misalnya apresiasi puisi, apresiasi
cerpen, drama radio, dan drama panggung.
Tujuan jangka panjang sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah sebagai sarana
untuk menumbuhkan kreativitas, jiwa mandiri, kritis siswa dan guru (atau warga
sekolah lainnya).
Orang-orang yang terlibat dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia harus kreatif.
Mereka merupakan orang-orang kreatif yang mempunyai ide atau produk kreatif,
selalu berproses kreatif dan terlibat dalam lingkungan kreatif.
Sanggar bahasa dan sastra Indonesia dikembangkan berdasarkan beberapa prinsip.
Prinsip itu adalah
a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
sanggar dan lingkungannya;
b) beragam;
c) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
d) relevan dengan kebutuhan kehidupan;
e) menyeluruh dan berkesinambungan;
f) belajar sepanjang hayat.
Dalam pelaksanaan sanggar bahasa dan sastra Indonesia menggunakan beberapa
prinsip. Prinsip itu adalah
a) didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta sanggar untuk
menguasai potensi yang berguna bagi dirinya;
b) dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar;
c) memungkinkan peserta sanggar mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan, percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan
kondisi peserta;
d) dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta sanggar yang saling menerima
dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat;
e) dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia,
sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar;
f) dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta
kekayaan daerah untuk keberhasilan secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai