30 Pages 46.5KB
Summary
Nama Kelompok 1 : Charles Devili Agno
Nadiyah Anggraini
Risya Armayanti
Vicky Yuliranviari
Kelas/Semester : A pagi/VII
50
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
BAB I
10
Wacana merupakan suatu peristiwa yang terstruktur yang dimanifestasikan dalam
perilaku linguistik (atau lainnya). Wacana dapat juga dikatakan seperangkat proposisi yang
saling berhubungan untuk menghasilkan kedaan suatu kepaduan atau rasa kohesi bagi
pendengat atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi
banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh pendengar atau pembaca harus muncul dari
cara pengutaraan wacana tersebut. Peristiwa komunikasi yang berupa wacana, dapat dibedakan
berdasarkan saluran yang digunakan ataupun berdasarkan hal yang dipentingkan. Berdasarkan
sarana yang disalurkan ada wacana yang menggunakan bahasa lisan (spoken discourse) ada
wacana yang menggunakan bahasa tulis (written discaurse). Berdasarkan hal yang
dipentingkan ada wacana yang bersifat transaksional, jika yang dipentingkan isi komunkasi itu
ada wacana yang bersifat interaksional, jika yang dipentingkan hubungan timbal balik.
10
Analisis wacana (discourse analysis) merupakan cabang linguistik (ilmu bahasa) yang
dikembangkan untuk menganalisis ilmu kebahasaan yang lebih besar daripada kalimat atau
klausa.
7
Menurut Hamad (2007), analisis wacana dapat dibedakan ke dalam dua jenis
berdasarkan penggunaan metodenya, yaitu: (a) analisis wacana sitagmatis, yang menganalisa
wacana dengan metode kebahasaan (syntaxis approach), dimana peneliti mengeksplorasi
1
kalimat demi kalimat untuk menarik kesimpulan; dan (b) analisis wacana paradigmatis, yang
menganalisa wacana dengan memperhatikan tanda – tanda (sign) tertentu dalam sebuah
wacana untuk menemukan makna keseluruhan.
Analisis wacana dapat dibagi menjadi dua berdasarkan bentuk analisisnya: (a) analisis
wacana linguistik yang membaca suatu naskah dengan memakai salah satu metode analisis
wacana (sintaksis ataupun paradigmatis); (b) analisis wacana sosial, yang menganalisis
wacana dengan memakai satu atau lebih metode analisis wacana (sintaksis atau paradigmatis),
menggunakan perspektif teori tertentu dan menerapkan paradigma penelitian tertentu
(positivis, pospositivis, kritikal dan konstruktivis).
Berdasarkan level analisis, dibedakan ke dalam dua jenis: (a) analisis pada level
naskah, baik dalam bentuk text, act, dan artifact; baik secara sistagmatis ataupun secara
paradigmatis; (b) analisis multilevel yang dikenal dengan analisis wacama kritis (critical
discourse abalysis) yang menganalisis wacana pada level naskah beserta konteks dan
historisnya (Hamad, 2007). Adapun, berdasarkan bentuk (wujud) wacama, analisis wacana
dapat dilakukan terhadap beragam bentuk (wujud) wacana; mulai dari tulisan, ucapan, tindakan
hingga peninggalan (jejak), baik yang dimuat dalam media maupun di alam sebenarnya.
5
A. Hakikat Analisis Wacana
1. Pengertian analisis wacana
Istilah wacana digunakan oleh para linguis Indonesia sebagai terjemahan dari
istilah bahasa Inggris discourse. Dari istilah wacana itu lahirlah istilah analisis wacana
(discourse analysis). Pengertian analisis wacana dikemukakan oleh beberapa ahli. Pada
umumnya para ahi mengemukakan, pengertian analisis wacana melalui cara
membandingkan dengan batasan wacana. Beberapa ahli menyebutkan bahwa batasan
pengertian analisis wacana adalah analisis atas bahasa yang digunakan atau bahasa dalam
konteks sosial pemakaian bahasa.
20
Istilah wacana juga merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu discourse.
Kata tersebut berasal dari bahasa latin, yaitu discursus yang berarti ‘lari ke sana-ke mari’
atau ‘lari bolak-balik’. Dalam kamus webster, istilah tersebut diperluas menjadi (1)
komunikasi kata-kata, (2) ekspresi gagasan-gagasan, dan (3) risalah tulis berupa ceramah,
2
pidato, dan lain sebagainya. Dari ketiga makna tersebut, dapat disimpulkan bahwa istilah
wacana berhubungan dengan kata-kata, komunikasi, dan ungkapanbaik secara lisan
maupun tulis.
8
Wacana merupakan proses komunikasi menggunakan simbol – simbol yang
berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa – peristiwa didalam suatu sistem
kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana, pesan – pesan komunikasi seperti
kata – kata, tulisan, gambar dan pesan – pesan komunikasi lainnya tidak bersifat netral atau
steril. Pada dasarnya wujud dari bentuk wacana tersebut dapat dilihat dalam beragam buah
karya pembuat wacana.
25
Dalam kamus linguistik, istilah wacana diartikan sebagai satuan bahasa terlengkap
dalam hirarki gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk
karangan yang utuh, novel, buku, ensiklopedi, paragraf, kalimat, atau kata yang membawa
51
unsur yang lengkap. Edmonson menyatakan bahwa wacana adalah suatu peristiwa yang
terstruktur diwujudkan di dalam perilaku linguistik atau lainnya.
7
Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadao linguistik murni yang tidak
bisa mengungkap hakikat bahasa secara sempurna. Analisis wacana mengkai bahasa secara
terpadu, dalam arti tidak terpisah – pisah seperti dalam linguistik, semua unsur bahasa
terikat pada konteks pemakaian, oleh karena itu analisis wacana sangat penting untuk
memahami hakikat bahasa dan perilaku berbahasa termasuk belajar bahasa.
19
Wacana merupakan satuan bahasa berdasarkan kata yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu merupakan deretan kata atau
ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau
interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana
sebagai proses komunikasi antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi
secara tulis, wacana dapat dilihat sebagai hasil dari pengungkapan ide atau gagasan
penyapa. Disiplin ilmu yang mempelaari wacana disebut dengan analisis wacana.
22
Analisi wacana bertujuan untuk mengetahui adanya pola – pola atau tatanan yang
di ekspresikan oleh suatu teks, interpretasi satu unit kebahasaan dapat diketahui secara jelas
termasuk pesan yang ingin disampaikan, mengapa terus disampaikan dan bagaimana pesan
disampaikan.
3
Analisis wacana mengkaji unit kebahasaan dalam cakupan ilmu linguistik baik
mikro seperti sintaksis, pragmatik, morfologi, dan folonogi serta linguistik makro seperti
sosiolinguistik, pragmatik dan psikolinguistik.
19
Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur tata
bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktivisme. Analisis wacana dalam
23
paradigma ini menekankan pada reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek
netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai pikirannya, karena sangat berhubungan
dan dipengaruhi kekuatan sosial dalam masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai
medium netral diluar diri pembicara. Bahasa disini dipahami sebagai representasi yang
berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema – tema wacana tertentu maupun strategi
– strategi di dalamnya.
57
Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa
dan pengertian bersama.
4
Analisis wacana merupakan cara yang tepat untuk mengupas bentuk – bentuk
rangkaian bahasa ataupun pendukungnya (any connected linear materials, whether
language or language like), seperti yang terdapat dalam wacana atau unit bahasa yang lebih
besar (Zelling Haris).
Menurut Ardianto, 2016 dalam jurnal komunikasi pembangunan mengatakan
17
analisis wacana di dalam pemahaman ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang dipelajari
melalui serangkaian kata, kalimat atau ujaran yang disampaikan oleh seseorang, baik itu
yang disampaikan secara lisan maupun secara tertulis (Ardianto, 2016). Di dalam ilmu
komunikasi, penyampaian wacana juga yang tidak hanya disampaikan didalam lingkup
hubungan interpretasi saja, tetapi komunikasi yang ada juga dibangun di dalam konteks
hubungan internasional Godinho, 2016 da;am jurnal komunikasi pembangunan.
17
Dalam pemberitaan media daring, analisis wacama sulit untuk dinilai secara tepat
mengingat adanya beberapa kelemahan, seperti minimnya standar penggunaan bahasa
yang digunakan, kurangnya validitas data dan informasi yang diperoleh dan narasumber,
serta kurangnya pemilihan media yang relevan. Informasi yang disampaikan di dalam
jaringan banyak yang memberikan data dan informasi yang kurang tepat, diskriminatif,
palsu atau mengandung unsur kejahatan yang dapat menimbulka perdebatan Conradie &
4
17
Brokensha, 2018 dalam jurnal komunikasi pembangunan dan mengaburkan hasil analisa
yang akan dibuat.
11
Membahas tentang menafsirkan suatu teks yakni memahami apa yang sebenarnya
dimaksudkan oleh penyampaian pesan, mengapa harus disampaikan dan bagaimana pesan
11
tersusun dan dipahami serta motif dibalik teks. Selain itu, melalui analisis wacana atau
tidak. Analisis wacana dapat dicontohkan dengan menafsirkan empat teks dibawah ini :
Ke empat klausa diatas merupakan teks, tetapi hanya 1 dan 3 saja yang bisa disebut
wacana. Jika dianalisis teks 1 dan 3 bisa disebut wacana karena mengandung konteks yang
jelas yakni dipapan pengunguman dan dipintu pagar. Memiliki kesatuan makna yang utuh
yakni berupa peringatan dan larangan, pembaca akan dengan mudah menafsirkan pesan
yang disampaikan oleh penulis.
Sebaliknya teks 2 dan 4 bukan merupakan wacana, walaupun berada pada konteks
yang jelas tetapi tidak ada kesatuan makna yang jelas yakni pada morfem “nya” dalam
kalimat 2 tidak dan “ku” dan “nya” dalam kalimat 4 tidak mengandung koherensi yang elas
sehingga pembaca akan kesulitan menafsirkan siapa yang menerima pesan tersebut. Oleh
sebab itu, kesatuan maknanya tidak utuh.
11
Pada prinsip analisis wacana adalah analisis bahasa dalam penggunaannya. Oleh
sebab itu, analisis wacana tidak dapat dibatasi pada deskripsi bentuk – bentuk linguistik
yang terlepas dari tujuan atau fungsi – fungsi yang mana bentuk – bentuk tersebut
dirancang untuk melayani urusan – urusan manusia. Walaupun sebagai linguis dalam
menentukan properti – properti formal sebuah bahasa. Analisis wacana bersungguh –
sungguh dengan investigasi yang berkenaan dengan tujuan penggunaan bahasa.
40
Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, sehingga membentuk makna yang
8
serasi di antara kalimat-kalimat. Menurut Syamsudin, 2011 (dalam jurnal analisis wacana
29
kritis dalam pengkajian wacana, 2019) mengatakan wacana adalah sebagai rangkaian ujar
5
atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara
teratur dan sistematis dalam satu kesatuan yang kohere dan terbentuk unsur segmental
maupun nonsegmental bahasa.
Wacana juga bisa disebut sebagai rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa
komunikasi. Menurut Tarigan (dalam jurnal analisis wacana kritis dalam pengkajian
34
wacana, 2019) mengatakan wacana ialah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau
terbesar di atas kalimat atau klausa dengam koherensi dan kohesi tinggi yang
58
berkesinambungan. Menurut Darma, 2009 (dalam jurnal analisis wacana kritis dalam
7
pengkajian wacana, 2019) mengatakan analisis wacana suatu disiplin ilmu yang berusaha
mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi adalah analisis wacana.
Stubbs, 1983 (dalam jurnal analisis wacana kritis dalam pengkajian wacana, 2019)
4
mengatakan bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisa
bahasa yang digunakan secara alamiah, baik lisan atau tulis, seperti pemakaian bahasa
dalam komunikasi sehari-hari.
41
Analisis wacana merupakan cara yang tepat untuk mengupas bentuk-bentuk
rangkaian bahasa ataupun pendukungnya. Menurut Labov (dalam jurnal analisis wacana
32
kritis dalam pengkajian wacana, 2019) menyatakan analisis wacana merupakan
penggambaran secara rasional mengenai hubungan runtutan tutur yang berbeda dalam
kesatuan yang teratus, sehingga memperjelas keterkaitan unsur di dalam kesatuan tersebut
dan bentuk rangkaian koherensinya, serta kaitannya dengan unsur luar kesatuan tersebut.
5
Dalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal dan
prinsip analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah prinsip interpretasi berdasarkan konteks,
baik konteks linguistik atau koteks maupun konteks nonlinguistik. Konteks nonlinguistik
yang merupakan konteks lokal tidak hanya berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu,
ranah penggunaan wacana, dan partisipan.Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip
interpretasi suatu wacana berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai.
Menurut Stubbs (dalam jurnal analisis wacana kritis dalam pengkajian wacana,
12
2019) analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji penggunaan bahasa di atas kalimat
atau klausa; dan oleh karenanya, analisis wacana mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang
lebih luas seperti percakapan (wacana lisan) atau teks tulis. Berdasarkan beberapa
pengertian analisis wacana tersebut, pengertian analisis wacana membahas bagaimana
6
pemakai bahasa mencerna apa yang ditulis oleh para penulis dalam buku-buku teks,
memahami apa yang disampaikan penyapa secara lisan dalam percakapan, dan dengan
mngemukakan pula konteks yang menyertai teks. Dengan demikian analisis wacana berupa
upaya menafsirkan suatu wacana yang tidak terjangkau oleh semantik tertentu maupun
sintaksis.
Memang para linguistik kerap kali membesar – besarkan kemajuan linguistik itu,
walaupun kesatuan – kesatuan seperti nomina, verbal, kalimat, dan lain – lainnya yang
semacam itu telah merupakan pusat perhatian dalam pemerian bahasa selama dua ribu
14
tahun lebih. Di indonesia, kajian wacana sudah dimulai oleh linguis Indonesia pada
pertengahan tahun 70-an. Karya mereka berupa artikel, laporan penelitian dan buku
5
panduan sudah dipublikasikan. Awal tahun 1970-an mulai berkembang kajian bahasa yang
menitikberatkan pada bidang makrolinguistik, yaitu telaah bahasa di atas tataran kalimat
atau klausa. Dalam kajian makrolinguistik, orang akan mempermasalahkan bagaimana
kalimat satu berhubungan dengan kalimat lain secara kohesif dan koheren untuk
membentuk satuan kebahasaan yang lebih besar. Salah satu bentuk kajian makrolinguistik
adalah analisis wacana (discourse analysis).
7
12
Analisis wacana (discourse analysis) sebagi disiplin ilmu, baru benar-benar
berkembang secara mantap pada awal tahun 1980-an. Berbagai buku kajian wacana terbit
pada dasawarsa itu, misalnya Stubbs (1983), Brown dan Yule (1983), dan yang paling
komprehensif adalah karya Van Dijk (1985). Analisis wacana di Indonesia mulai
diperhatikan sejak tahun 80-an bersamaan dengan munculnya kajian pragmatic dalam
bahasa Indonesia. Bahkan pragmatic tertuang secara ekspisit dalam kurikulum pendidikan
tahun 1984 di Indonesia.
8
a. Realitas Wacana, dalam hal ini berkaitan dengan eksistensi wacana yang berupa verbal
dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran
kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya;
nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa
(rangkaian isyarat/tanda-tanda yang bermakna).
b. Media Komunikasi Wacana, merupakan wujud wacana sebagai media komunikasi
berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan,
wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan
percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks,
sebuah alinea, dan sebuah wacana.
c. Cara Pemaparan Wacana, adalah sama dengan tinjauan isi, cara penyusunan, dan
sifatnya. Berdasarkan pemaparan, wacana meliputi naratif, prosedural, hortatorik,
ekspositorik, dan deskriptif.
d. Jenis Pemakaian Wacana, berwujud monolog dan dialog. Wacana monolog merupakan
wacana yang tidak melibatkan suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara
dua pihak yang berkepentingan, sedangkan Wacana yang berwujud dialog berupa
percakapan atau pembicaraan antara dua pihak
1
5. Unsur dan Fungsi Wacana
9
1) Unsur-unsur internal wacana
Unsur internal suatu wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat.
Satuan kata adalah kata yang berposisi sebagai kalimat atau kalimat satu kata.
Untuk menjadi satuan wacana yang besar, satuan kata atau kalimat akan bertalian
dan bergabung membentuk wacana.
a) Kata dan Kalimat
Kata pada struktur yang lebih besar merupakan bagian dari kalimat. Sedangkan
kalimat merupakan susunan yang terdiri dari beberapa kata yang memiliki
pengertian dengan intonasi sempurna. Ada juga satu kalimat terdiri dari satu
kata.
Kalimat satu kata adalah bentuk ungkapan atau tuturan terpendek. Kita
cenderung bertanya jawab dengan kalimat-kalimat pendek.
Contoh :
Sekolah?
Iya.
Dimana ?
Pergi.
1
Kalimat adalah ucapan bahasa yang memiliki arti penuh dan
bebas keseluruhannya ditentukan oleh intonasi (sempurna).
Kebermaknaan suatu kalimat ditentukan oleh ketergantungannya kepada
makna kalimat lainnya, yang menjadi rangkaiannya. Sebab pada dasarnya, kata
atau kalimat dikatakan bermakna karena mengandaikan adanya unsure lain
yang menjadi pasangan ketergantungannya.
1
Meskipun setiap kalimat bisa berdiri sendiri, tetapi dalam kesendirian itu hanya
ada sampai batas-batas tertentu. Oleh sebab memang ada pertalian antara
kalimat-kalimat itu. Jadi kalimat-kalimat itu pada satu pihak berdiri sendiri, tapi
di pihak lain saling tergantung pula satu sama lain. Tiap-tiap kalimat seakan
sudah menentukan hadirnya kalimat lain. Biar pun ada kalimat yang tersendiri,
ia tetap terkait dalam satu hubungan yang lebih besar, yaitu situasi dimana ia
diucapkan. Jadi penyendirian kalimat pada hakekatnya hanyalah nampaknya
saja. Bukankah ia pada kenyataannya menjadi bagian dari keseluruhan yang
10
lebih besar, yang tak di ucapkan tetapi ada baik dalam pikiran
pembaca/pendengardan seakan-akan menjaga agarkalimat yang bersangkutan.
b) Teks dan konteks
1
Dalam tradisi tulis teks bersifat “monolog noninteraksi”, dan wacana lisan
bersifat”dialog intraksi”. Perbedaan kedua istilah terletak pada segi
pemakaiannya saja.
Atas dasar perbedaan itulah muncul dua tradisi pemahaman dibidang linguistik.
Yaitu “analisis linguistic teks” dan “analisis wacana”. Analisis linguistic teks
langsung mengandaikan objek kajiannya berupa bentuk formal biasa yaitu
kosa kata dan kalimat. Sedangkan analisis wacana mengharuskan disertakan
analisis tentang konteks terjadinya satuan tuturan.
Unsur internal berkaitan dengan asfek formal kebahasaan, sedangkan unsur
eksternal berkenaan dengan hal di luar wacana itu sendiri.
Kedua unsure diatas membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang utuh
dan lengkap.
2) Unsur-unsur eksternal
Unsur eksternal wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, (tidak
secara eksplisit) sesuatu itu berada diluar wacana. Unsur-unsur eksternal terdiri atas
implikatur terhadap unsure-unsur tersebut.
a) Implikatur
1
Implikatur ialah ujaran yang menyiaratkan sesuatu yang berbeda dengan yang
sebenarnya diucapkan.Yang berbeda tersebut adalah maksud pembicara yang
tidak dikemukakan secara eksplisit. Katalain implikatur adalah maksud,
keinginan atau ungkapan-ungkapan hati tersembunyi.
Contoh :
Risya : Aku mau makan siang, Kak.
1
Kakak : Nanti, dek. Bapak sama ibu belum pulang.
Percakapan antara Risya dan kakak pada contoh di atas mengandung implikatur,
yaitu ‘tidak ada nasi, bahkan mungkin tidak ada uang’( di buktikan dengan
1
“Nanti, dek. Bapak sama ibu belum pulang”). Karena dapat memahami
11
implikatur tuturan Risya, yakni minta makan, sebenarnya kakak menjawab
bahwa tidak ada yang bisa dimakan, beraspun tidak ada.
b) Referensi
Referensi adalah hubungan antara kata dengan benda yang dirujuknya. Referensi
merupakan perilaku pembicara atau penulis. Jadi, yang menentukan referensi
suatu tuturan adalah pihak pembicara sendiri, sebab hanya pihak pembicara yang
paling mengetahui hal yang diujarkan dengan hal yang dirujuk oleh ujarannya.
Inferensi
12
1
inferensi dalam bidang wacana berarti sebagai proses yang harus dilakukan
pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat di dalam
wacana yang diungkapkan oleh pembicara/penulis. Simpulan atau
inferensi sering harus dibuat sendiri oleh pendengar (pembaca) karena dai
belum tau benar apa sebenarnya yang dimaksud pembicara. Karena dibuat
sendiri oleh pendengar (pembaca), tidak jarang simpulan itu ternyata salah atau
tidak sama persis dengan apa yang dimaksudkan pembicara atau penulis wacana.
1
Pendengar (pembaca) harus mampu mengungkap makna, memahami,
menafsirkan, dan menyimpulkan makna wacana meskipun makna itu tidak
terungkapkan secara eksplisit.
Contoh :
55
Wah, bis Bandung-Yogyakarta sudah lewat, ya mbak?
Ya. Pak mau ke Yogyakarta?
Tidak. Ke Soempioneh
15
Bapak harus naik bis. Bis tidak berarti di setiap terminal. Tunggu 10 menit lagi,
seorang bapak ingin naik bis ke Soempioneh, tetapi ia datang terlambat. Dia
juga tidak tau kalau kereta itu sudah lewat. Simpulan itu dipertegas oleh jawaban
A ketika ditanya “Bapak mau ke Yogyakarta?” jawabnya “tidak, ke
Soempioneh.” proses penyimpulan itulah yang harus dilakukan B (sebagai
pendengar) agar ia mendapakan pengetahuan yang jelas dan benar.
Konteks Wacana
Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat
dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan/dialog. Segala
sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengn arti,
maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang
15
melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Konteks yang berkaitan dengan
partisipan (penutur wacana) juga sangat berperan dalam memahami makna dan
informasi tuturan. Misalnya muncul tuturan berikut ini.
Contoh :
Saya pingin meliburkan diri. Sudah bosan
13
Yang mengucapkan tuturan itu adalah seorang mahasiswa, maka sangat
mungkin yang dimaksud dengan meliburkan diri adalah “cuti”.
2
6. Jenis Wacana
Berbagai jenis wacana dapat disesuaikan dari sudut pandang mana wacana itu dilihat.
Pertama-tama dilihat dari adanya wacana lisan dan wacana tulis melalui sarana bahasa lisan
atau bahasa tulis. Dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk
puitik dibagi menjadi wacana prosa dan wacana puisi. Wacana prosa, dilihat dari
penyampaian isinya dibedakan menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi
dan wacana argumentasi.
Leech mengklasifikasikan wacana berdasarkan fungsi bahasa seperti dijelaskan berikut ini;
a. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis
sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato;
b. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar
komunikasi, seperti wacana perkenalan pada pesta;
c. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi,
seperti wacana berita dalam media massa;
d. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan
pesan, seperti wacana puisi dan lagu;
e. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur
atau pembaca, seperti wacana khotbah.
Berdasarkan saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas; wacana lisan dan wacana
tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur,bahasa yang dituturkan, dan
alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis ditandai oleh adanya penulis
dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistem ejaan.
Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu wacana naratif, wacana
deskriptif, wacana ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana hortatoris,
dan wacana prosedural.
14
7. Subsatuan Wacana
Dari pembicaraan di atas dapat dikatakan bahwa wacana adalah bahasa yang utuh yang
lengkap. Maksudnya dalam wacana ini satuan “ide” dan “pesan” yang disampaikan akan
dapat di pahami pendengar atau pembaca dalam keraguan, atau tanpa merasa adanya
kekurangan infomasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam wacana itu. mungkin ada ide
atau pesan yang sangat sempit atau sedikit, sehingga cukup diwujudkan dalam satu kalimat
seperti berikut :
Jagalah kebersihan !
Tetapi mungkin juga ada yang agak besar atau agak luas, sehingga perlu diwujudkan dalam
dua tiga tiga kalimat atau lebih, seperti tulisan yang biasa kita lihat di muka pintu masuk
mesjid atau mushala.
Kalau isi wacana itu berupa masalah keilmuan yang cukup luas, diuraikan berdasarkan
persyaratan suatu karangan ilmiah, maka wacana itu akan menjadi sangat luas, mungkin bisa
puluhan atau ratusan halaman panjangnya. Jika demikian, maka biasanya wacana itu akan
dibagi-bagi dalam beberapa bab; setiap bab akan dibagi lagi atas beberapa subbab; setiap
subbab disajikan dalam beberapa paragraf, atau juga subparagraph. Setiap paragraf biasanya
berisi satu gagasan atau pikiran utama, yang disertai dengan sejumlah pikiran penjelas.
Pikiran utama itu berwujud satu kalimat utama; dan setiap pikiran penjelas berupa kalimat-
kalimat penjelas. Oleh karna itu, dalam hal wacana itu berupa karangan ilmiah, maka dapat
dikatakan bahwa wacana itu dibanguni oleh subsatuan atau sub-subsatuan wacana yang
disebut bab, subbab, paragraf, atau juga subparagraf. Namun, dalam, wacana-wacana singkat
sub-subsatuan wacana itu tentu tidak ada.
15
Dalam wacana berupa karangan ilmiah, dibangun oleh subsatuan atau sub-subsatuan wacana
yang disebut bab, subbab, paragraf, atau juga subparagraf. Namun, dalam wacana –wacana
singkat sub-subsatuan wacana tidak ada.
16
Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensikopedia),
paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
13
Hampir semua linguis sependapat dan sepakat bahwa dalam hirarki satuan kebahasaan,
wacana berada pada posisi paling puncak, paling besar dan paling luas. Hal itu, mengandung
pengertian bahwa analisis terhadap wacana tentunya juga memiliki kedudukan tertinggi dalam
linguistik (pendekatan bahasa).
Secara hirarkis, pendekatan bahasa dimulai dari tingkat dan lingkup yang paling kecil
menuju kepada tingkat paling besar. Secara berurutan, tingkat runtutan analisisnya bisa disusun
sebagai berikut: analisis fonologi (bunyi) sebagai kajian awal terhadap bahasa, disusul
kemudian oleh kajian morfologi (bentuk), analisis sintaksis (kalimat dan gramatikanya),
analisis semantik (makna), analisis pragmatik (pemakaian bahasa dan konteksnya), dan
terakhir bidang analisis wacana (kajian tentang kata, kalimat, makna, pemakaian dan
interpretasinya).
Dalam melakukan analisis wacana, diperlukan teknik analisis yang bersifat internal dan
eksternal. Unit – unit analisis internal meliputi teks dan konteks, tema, topik, judul, aspek
keutuhan wacana leksikal, gramatikal dan semantik. Sedangkan unit – unit analisis eksternal
meliputi antara lain inferensi, presuposisi, implikatur dan pemahaman yang mendalam tentang
konteks tutur yang menjadi latar belakang terjadinya suatu tuturan (wacana).
21
Untuk memahami suatu wacana tertentu, tidak seluruh unit analisis harus dikaji. Analisis
dapat saja dilakukan terhadap satu atau dua unsur yang memang dibutuhkan kejelasannya. Jadi,
sedikit atau banyaknya unit – unit yang dikaji tidak langsung menjjamin kualitas analisis
wacana. Sebab kualitas analisis linguistik dipengaruhi oleh: (1) kemampuan dan
profesionalisme analisis bahasa, (2) ketinggian analisis (high level analysis) dan (3) teknik dan
metode analisis yang digunakan.
11
Wacana merupakan salah satu kajjian dalam ilmu linguistik yakni bagian dari kajian dari
pragmatik. Wacana memiliki kedudukan lebih luas dari klausa dan kalimat karena, wacana
mencakup suatu gagasan dan konsep suatu teks.
4
Pengkajian wacana merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dan
4
sering disebut dengan analisis wacana, seperti yang dikemukakan bahwa, “suatu disiplin ilmu
yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi adalah analisis
wacana”. Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap linguistik murni yang tidak
17
bisa mengungkap hakikat bahasa secara sempurna. Para pakar analisis wacana mencoba untuk
memberikan alternatif dalam memahami hakikat bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji
bahasa secara terpadu, dalam arti tidak terpisah-pisah seperti dalam linguistik, semua unsur
bahasa terikat pada konteks pemakaian, oleh karena itu, analisis wacana sangat penting, untuk
4
memahami hakikat bahasa dan perilaku berbahasa, termasuk belajar bahasa. Analisis wacana
merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisa bahasa yang digunakan secara alamiah,
baik lisan atau tulis, seperti pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Selanjutnya
Stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankan kajianya pada penggunaan bahasa
4
dalam konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antar penutur. Analisis wacana
merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa
yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana merupakan cara yang tepat untuk
mengupas bentuk-bentuk rangkaian bahasa ataupun pendukungnya (any connected linear
materials, whether language or language likes), seperti yang terdapat dalam wacana atau unit
bahasa yang lebih besar (Zelling Harris). Analisis wacana merupakan penggambaran secara
rasional mengenai hubungan runtunan tutur yang berada dalam kesatuan yang teratur (rule
goverened manner), sehingga memperjelas keterkaitan unsur di dalam kesatuan tersebut dan
bentuk rangkaian koherennya, serta kaitannya dengan unsur luar kesatuan tersebut (Supriyadi,
2018: )
9
Analisis wacana kritis adalah studi linguistik yang membahas wacana bukan dari unsur
kebahasaan, melainkan juga mengaitkannya dengan konteks. Adapun tujuan utama analisis
wacana kritis adalah membuka kesamaran yang ada dalam wacana. Untuk menganalisis
wacana kritis, ada beberapa pendekatan yang disampaikan para ahli. Pertama, pendekatan
analisis wacana kritis Norman Fairclough menjelaskan bahwa kegiatan berwacana sebagai
praktik sosial. Hal ini menyebabkan ada hubungan dialektikal antara praktik sosial dan proses
terbentuknya wacana, yaitu wacana mempengaruhi tatanan sosial dan tatanan sosial
mempengaruhi wacana. Kedua, pendekatan analisis wacana kritis yang dibuat Van Leeuwen
menjelaskan bagaimana orang-orang tertentu dan aktor sosial (social actors) dimunculkan
dalam wacana. Ketiga, pendekatan analisis wacana kritis yang dikemukan oleh Van Dijk, yaitu
pendekatan kognitif sosial. Pendekatan ini bukan hanya didasarkan pada analisis bahasa
wacana, melainkan juga harus dilihat bagaimana wacana tersebut diproduksi dan mengapa
dapat diperoleh wacana seperti itu. Keempat, pendekatan analisis wacana kritis Wodak adalah
18
pendekatan wacana historis yang menjelaskan bahwa untuk melakukan analisis pada sebuah
wacana dengan cara melihat faktor historis dalam suatu wacana itu. Kelima, pendekatan
analisis wacana kritis Sara Mills adalah perspektif feminis/feminist stylistics yang
memfokuskan seperti apa perempuan dimunculkan dalam wacana karena selama ini
perempuan selalu disingkirkan dan berada dalam keadaan yang tidak baik dan para perempuan
itu tidak diberikan kesempatan untuk membela diri.
hanya saja perbedaannya adalah fonologi mengkaji struktur bahasa (khususnya bunyi
bahasa) sedangkan analisis wacana mengkaji bahasa di luar struktur/kaidah-kaidah.
Secara Hierarki, Fonologi merupakan tataran terkecil dalam Wacana. Dalam mengkaji
wacana, teori tentang bunyi-bunyi bahasa sangat diperlukan sebab Fonologi merupakan
dasar dari ilmu bahasa lainnya.
b. Fonologi dan Wacana sama-sama mengkaji bahasa dalam bentuk lisan, hanya saja yang
membedakan adalah fonologi tidak mengkaji bahasa dalam bentuk tulisan sebab yang
menjadi objeknya hanyalah bunyi-bunyi bahasa yang dikeluarkan oleh alat ucap
manusia, sedangkan wacana mengkaji naskah-naskah yang berbentuk tulisan.
Hanya saja, sama dengan Fonologi, morfologi juga mengkaji struktur bahasa
(khususnya pembentukan kata) sedangkan analisis wacana mengkaji bahasa di luar
struktur/kaidah-kaidah. Secara Hierarki, Morfologi merupakan tataran terkecil kedua
dalam Wacana. Dalam mengkaji wacana, teori tentang pembentukan kata sangat
19
dibutuhkan sebab Wacana yang berbentuk naskah itu terbentuk dari susunan kata demi
kata yang memiliki makna.
b. Morfologi yang mempelajari seluk beluk pembentukan kata sangat berhubungan
dengan Wacana karena dalam Wacana harus tepat dalam memilih kata-kata sesuai
dengan maksud yang ingin disampaikan oleh Wacana tersebut.
Hanya saja, sama dengan Fonologi dan morfologi, Sintaksis juga mengkaji struktur
bahasa (khususnya pembentukan kalimat) sedangkan analisis wacana mengkaji bahasa
di luar struktur/kaidah-kaidah. Secara Hierarki, Sintaksis merupakan tataran terkecil
ketiga dalam Wacana.
b. Sintaksis yang mempelajari seluk beluk pembentukan kalimat sangat berhubungan
dengan Wacana karena Dalam mengkaji wacana, teori tentang pembentukan kalimat
sangat dibutuhkan. Sebuah Wacana dapat dikatakan baik apabila hubungan antara
kalimat-kalimatnya kohesi dan koheren.
20
1
Pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-
kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu.
Hubungan antara “Pragmatik” dan “Wacana” adalah sama-sama mengkaji makna
bahasa yang ditimbulkan oleh konteks.
3
7. Analisis “Wacana” dengan “Semiotika”
Semiotika adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna bahasa yang
ditimbulkan dari tanda-tanda bahasa. Hubungannya dengan wacana adalah, baik wacana
maupun semiotika sama-sama mengkaji tentang makna bahasa. Hanya saja, semiotika
mengkaji makna bahasa berdasarkan ikon, symbol ataupun indeks sedangkan wacana
mengkaji makna tuturan maupun ujaran-ujaran yang dihasilkan oleh masyarakat tutur.
21
Hubungannya dengan Wacana adalah dalam penyususnan wacana, topik atau tema
yang diangkat ataupun ujaran-ujaran yang dihasilkan berdasarkan kondisi Psikis manusia.
Kondisi Psikis ini merupakan salah satu konteks yang dapat mendukung peneliti dalam
memaknai suatu ujaran.
22
Rangkuman
10
Wacana merupakan suatu peristiwa yang terstruktur yang dimanifestasikan dalam perilaku
linguistik (atau lainnya). Wacana dapat juga dikatakan seperangkat proposisi yang saling
berhubungan untuk menghasilkan kedaan suatu kepaduan atau rasa kohesi bagi pendengat atau
10
pembaca. Analisis wacana (discourse analysis) merupakan cabang linguistik (ilmu bahasa) yang
dikembangkan untuk menganalisis ilmu kebahasaan yang lebih besar daripada kalimat atau klausa.
11
Analisi wacana bertujuan untuk mengetahui adanya pola – pola atau tatanan yang di ekspresikan
oleh suatu teks, interpretasi satu unit kebahasaan dapat diketahui secara jelas termasuk pesan yang
ingin disampaikan, mengapa terus disampaikan dan bagaimana pesan disampaikan. Analisis
wacana mengkaji unit kebahasaan dalam cakupan ilmu linguistik baik mikro seperti sintaksis,
pragmatik, morfologi, dan folonogi serta linguistik makro seperti sosiolinguistik, pragmatik dan
psikolinguistik.
14
Perkembangan linguistik sangat pesat. Sekalipun ada perkembangan – perkembangan pesat
dalam linguistik selama 75 tahun yang lalu, dari khususnya sejak pertengahan tahun 1950-an,
pemerian linguistik masih tetap berdasarkan jenis kata tradisional dan pada pandangan bahwa
klausa atau kalimat merupakan kesatuan linguistik yang utama.
5
Data dalam analisis wacana adalah wacana yang merupakan satuan bahasa. Satuan bahasa
4
dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Sedangkan Tujuan dari penuangan wacana untuk
menyampaikan informasi, mengggugah perasaan dan gabungan keduanya. Ketiga tujuan
penuangan wacana tersebut, masingmasing berfungsi informatif, emotif dan informatif-emotif.
1
Fungsi wacana yang utama adalah untuk menyampaikan informasi kepada pembaca
maupun pendengar. Fungsi wacana dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu secara transaksional dan
intruksional. Secara transaksional adalah bahwa sebuah wacana adalah uraian yang tersusun dari
satuan gramatikan yang berfungsi untuk menyampaikan informasi berupa ide, gagasan, maupun
menguraikan sebuah topik permasalahan. Sedangkan secara intruksional adalah bahwa wacana
berfungsi untuk memberikan penjelasan mengenai ide atau gagasan yang disampaikan kepada
pembaca ataupun pendengar.
23
6
Kedudukan tertinggi dalam tataran bahasa adalah wacana, Hal tersebut karena wacana
merupakan satuan bahasa yang paling lengkap wacana memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari
kalimat dan klausa, wacana juga memiliki kohesi dan koherensi yang baik, dan berkesinambungan
serta dapat disampaiakan secara lisan maupun tulisan. kajian wacana merupakan salah satu proses
pembelajaran bahasa yang sangat penting, karena wacana merupakan unsur bahasa yang bersifat
pragmatis.
16
Kedudukan wacana dalam bahasa adalah sebagai satuan kebahasaan atau satuan lingual
16
(linguistic unit) yang berada di atas tataran kalimat. Sampai sekarang sekurang-kurangnya terdapat
sepuluh satuan kebahasaan yang dikenal dalam ilmu bahasa, yaitu wacana, paragraf, kalimat,
klausa, frasa, kata, morfem, silabel, fonem, fona atau bunyi.
24
Tes
25
Glosarium
Dialog : Percakapan yang ada dalam sebuah sandiwara, cerita, dan sebagainya
27
Eksplisit : Informasi yang tidak mempunyai bentuk, tetapi merupakan bagian dari
keseluruhan komunikasi yang dimaksud oleh penulisnya
Emotif : Ragam kalimat dengan kata yang mengandung pikiran dan perasaan positif
atau negatif yang bersifat subjektif
28
Filologi : Ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang sejarah, pranata dan kehidupan
suatu bangsa yang terdapat dalam naskah-naskah lama
54
Fonologi : Ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi bahasa dan distribusinya
Interprestasi : Bentuk penafsiran atau pandangan oleh seorang juru bahasa untuk
menerjemahkan sesuatu
42
Investigasi : Metode penyelidikan yang sistematik, lebih menperupai seni penelusuran
atas fakta yang dilaporkan atau yang diduga terjadi
26
Koteks : Kalimat yang memiliki unsur-unsur yang mendahului atau mengikuti
unsur dalam wacana
39
Paradigma : Cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku
27
Paradigmatis : Relasi antarmakna kata yang dapat menduduki gatra sintaksis yang sama
dan dapat saling menggantikan dalam satu konteks tertentu
33
Perspektif : Upaya dalam melukiskan sesuatu pada permukaan yang mendatar
sebagaimana yang sudah terlihat oleh mata telanjang dengan tiga dimensi yakni panjang, lebar dan
tinggi
28
Pragmatik : Cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks luar bahasa
dan maksud tuturan melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya
Psikolinguistik : Ilmu multidispliner berupa penggabungan antara ilmu psikologi dan
linguistik
49
Referensi : Informasi yang dijadikan rujukan atau petunjuk dengan tujuan untuk
mempertegas suatu pernyataan
27
Teks : Satuan bahasa
53
Topik : Isu atau pokok persoalan yang sifatnya masih umum dan abstrak
38
Validitas : Suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang
benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti
28
Indeks
A K
Dialog, 26 M
Monolog, 27
E
Morfologi, 19, 27
Eksplisit, 26
Emotif, 24, 25, 26 P
Paradigma, 27
F
Paradigmatis, 27
Filologi, 20, 26 Perspektif, 27
Fonologi, 18, 19, 26 Pragmatik, 20, 27
Psikolinguistik, 21, 27
G
Gramatikal, 26 S
Semantik, 20, 27
H
Semiotika, 21, 27
Hirarki, 26 Sintaksis, 19, 27
Sosiolinguistik, 21, 27
I
Implikatur, 11 T
Infomatif, 26 Teks, 8, 10, 28
Interaksional, 26 Topik, 28
Investigasi, 26
V
Validitas, 28
29
Daftar Pustaka
Al maarif, M. Syukron. Hakikat Wacana dan Sejarahnya. Jurnal sintaksis. Vol 2 No.1 (2022): 24-
36.
35
Fauzan Umar. Analisis Wacana Kritis Dari Model Faiclough Hingga Mills. Jurnal PENDIDIK.
Vol 6 No. 1 (2014).
45
Humairah, Hera Wahdah. Analisis Wacana Kritis (Awk) Model Teun A. Van Dijk Pada
Pemberitaan Surat Kabar Republika. Jurnal Literasi. (2018): 32-40
47
Masitoh. Pendekatan Dalam Analisis Wacana Kritis. Jurnal Elsa. Vol 18 No.1 (2020): 67-76
4
Silaswati, D. Model Analisis Wacana Kritis untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa
Menganalisis Wacana Beriideologi Feminisme. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa,
Sastra dan Pengajarannya. (2016): 143-156.
43
Silaswati, D. Analisis Wacana Kritis dalam Pengkajian Wacana. Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia
dan Pengajarannya. (2019): 1-10.
44
Sujinah dan Albaburahim. Analisis Wacana Kritis Pada Pemberitaan Kasus Papa Minta Saham Di
Metro. Jurnal Bahasa dan Pengajarannya. (2017).
48
Supriyadi. Analisis Wacana Kritis: Konsep Dan Fungsinya Bagi Masyarakat. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. (2018) 96-112.
52
Syukriati. (2019). Analisis Wacana Lisan Pada Mahasiswa Antardaerah Di Yogyakarta. Jurnal
Ilmiah SARASVATI. Vol 1 No.1. (2019): 14-27.
Harahap, Rosmawati. (2022). Analisis wacana unsur – unsur novel “selembar itu berarti”.
Jakarta:GUEPEDIA
46
Korniawan, Rostamaji. AnalisisWacana Media Terhadap Pemberitaan Rencana Kebijakan Pajak
E-commerce. Jurnal Komunikasi dan Pembangunan. Vol 17 No.1. (2019).
30
Similarity Report ID: oid:29178:30683314
TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.
ratnaagustin156124b.blogspot.com
1 16%
Internet
wacanapbsi.blogspot.com
2 7%
Internet
puputshoimatur.blogspot.com
3 7%
Internet
ejournal.unibba.ac.id
4 6%
Internet
imrokatullaili.wordpress.com
5 5%
Internet
eprints.ums.ac.id
6 4%
Internet
123dok.com
7 3%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:29178:30683314
media.neliti.com
9 3%
Internet
hasanbusri.blogspot.com
10 3%
Internet
eprints.unm.ac.id
11 3%
Internet
nurennew.blogspot.com
12 3%
Internet
ndawidia.blogspot.com
13 2%
Internet
gusminadewi.wordpress.com
14 2%
Internet
unyil1284.blogspot.com
15 2%
Internet
core.ac.uk
16 2%
Internet
journal.ipb.ac.id
17 2%
Internet
linguistikid.com
18 2%
Internet
digilibadmin.unismuh.ac.id
19 1%
Internet
repository.unja.ac.id
20 1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:29178:30683314
e-journal.unipma.ac.id
21 <1%
Internet
naylazie0708.blogspot.com
22 <1%
Internet
scribd.com
23 <1%
Internet
triagustiningsih0331.blogspot.com
24 <1%
Internet
khoiriyahs.wordpress.com
26 <1%
Internet
docplayer.info
27 <1%
Internet
id.wikipedia.org
28 <1%
Internet
boledhui.blogspot.com
30 <1%
Internet
repository.unib.ac.id
32 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:29178:30683314
gramedia.com
33 <1%
Internet
dinazin.blogspot.com
34 <1%
Internet
repository.iainkudus.ac.id
35 <1%
Internet
pustaka.ut.ac.id
36 <1%
Internet
disdik.bandung.go.id
37 <1%
Internet
es.scribd.com
38 <1%
Internet
text-id.123dok.com
39 <1%
Internet
ulfanuraini19.blogspot.com
40 <1%
Internet
blog.sunan-ampel.ac.id
41 <1%
Internet
bantuanhukum.or.id
42 <1%
Internet
repository.uin-suska.ac.id
44 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:29178:30683314
researchgate.net
45 <1%
Internet
jurnal.radenfatah.ac.id
47 <1%
Internet
prosiding.arab-um.com
48 <1%
Internet
detik.com
49 <1%
Internet
qowikoplak.blogspot.com
50 <1%
Internet
repository.uinbanten.ac.id
51 <1%
Internet
jurnal.uisu.ac.id
52 <1%
Internet
coursehero.com
53 <1%
Internet
ayo-berbahasa.id
54 <1%
Internet
id.scribd.com
55 <1%
Internet
mayadiksi.blogspot.com
56 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:29178:30683314
teguhpriyadi2014.blogspot.com
57 <1%
Internet
Sources overview